Anda di halaman 1dari 23

Makalah

Sikap Professional Bidan Dalam Praktik Kebidanan Asuhan Kb


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Bidan dalam mengatur profesionalitasnya terdapat pada Undang-Undang Nomor 36


Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga
Kesehatan, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan, Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan, Kode
Etik Profesi Bidan.
Bidan memiliki tanggung jawab profesional utama yang terkait dengan menjadi
profesi kesehatan yang diatur. Bidan sebagai profesional kesehatan, harus memahami
praktik kebidanan dengan sistem yang diatur. Bidan harus menyadari bahwa bekerja
berdasarkan peraturan perundang- undangan dan profesional untuk melaksanakan
praktik kebidanan karena menjadi tanggung jawab mereka. Bidan harus profesional
dengan meningkatkan pemahaman tentang tanggung jawab bidan sebagai tenaga
kesehatan yang memiliki regulasi.

Program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi laju pertumbuhan


penduduk dapat dilakukan dengan gerakan keluarga berencana dan pemakaian alat
kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur (PUS) (Rismawati, dkk 2015). KB
dilaksanakan dengan berbagai macam metode kontrasepsi sederhana seperti kondom,
pantang berkala dan koitus interuptus. Metode kontrasepsi efektif efektif hormonal seperti
pil, susuk, dan suntikan. Metode kontrasepsi efektif mekanis seperti IUD dan Implant. Dan
metode kontrasepsi mantap seperti metode operasi wanita (MOW) dan Metode Operasi
Pria (MOP). Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan indikasi pasien yang ingin
memilihnya. (Manuaba, 2012).

Target Total Fertility Rate (TFR), UnMeet Need (UMN) dan DO (Drop Out) KB di
beberapa wilayah Indonesia belum tercapai sehingga diperlukan pengoptimalisasian upaya-
upaya advokasi guna meningkatkan komitmen stakeholders atau pemangku kepentingan,
meningkatkan peran serta mitra kerja, serta promosi dan KIE (Komunikasi, Informasi,
Edukasi) KB.

2. Rumusan masalah
Bagaimana Sikap Professional bidan dalam Praktik Kebidanan Asuhan Kb ?

3. Tujuan

Untuk mengetahui Sikap Professional bidan dalam Praktik Kebidanan Asuhan Kb


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KASUS

1. Konsep Dasar Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan


ataumerencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi
(Anggraini, dkk, 2012).Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk mencegah kehamilan, penundaan usia kehamilan
serta menjarangkan kehamilan (Pinem, dkk, 2009).
b. TUJUAN KELUARGA BERENCANA
Tujuan keluarga berencana di Indonesia adalah:

Tujuan umum

Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma


Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya
pertambahan penduduk.

Tujuan khusus

1)    Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.

2)    Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.

3)    Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran

c. Manfaat Program Keluarga Berencana (KB)


Program Keluarga Berencana (KB) mempunyai banyak keuntungan. Salah
satunya adalah dengan mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya
kanker uterus dan ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat
dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka
kematian maternal. Ini berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan
ekonomi dan kesehatan.

Pengaturan kelahiran memiliki benefit (keuntungan) kesehatan yang nyata,


salah satu contoh pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan
ovarium, penggunaan kondom dapat mencegah penularan penyakit menular seksual,
seperti HIV. Meskipun penggunaan alat/obat kontrasepsi mempunyai efek samping
dan risiko yang kadang-kadang merugikan kesehatan, namun demikian benefit
penggunaan alat/ obat kontrasepsi tersebut akan lebih besar dibanding tidak
menggunakan kontrasepsi yang memberikan risiko kesakitan dan kematian maternal.

Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat


menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu
terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran
mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada
pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga membantu remaja
mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih balk dengan
merencanakan proses reproduksinya.

d. Kekurangan Program Keluarga Berencana (KB)


Program KB ini dirasa dianggap kurang memadai, karena tidak semua
Posyandu di pedesaan dibekali dengan infrastruktur dan keahlian pemeriksaan KB,
ditambah lagi dengan kurangnya presentasi tentang pengetahuan KB di daerah
pedesaan, sehingga kebanyakan masyarakat indonesia yang berdomisili di pedesaan
masih kurang pengetahuaannya tentang Program KB dan manfaatnya, mereka masih
beranggapan bahwa banyak anak banyak rezeki, padahal zaman semakin maju dan
harus diimbangi dengan pemikiran yang semakin maju pula.

e. Macam-macam Jenis Kontrasepsi


1.   Kontrasepsi sederhana tanpa alat

a.    Senggama Terputus

Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama dilakukan


sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama, alat kemaluan pria dikeluarkan
dari liang vagina dan sperma dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena
sering gagal, karena suami belum tentu tahu kapan spermanya keluar.

b.    Pantang Berkala (sistem berkala)

Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam
masa subur.Selain sebagai sarana agar cepat hamil,kalender juga difungsikan
untuk sebaliknya alias mencegah kehamilan. Cara ini kurang dianjurkan karena
sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu,
kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap bulan.

2.    Kontrasepsi sederhana dengan alat

a.    Kondom

Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah kehamilan yang


sudah populer di masyarakat. Kondom adalah suatu kantung karet tipis, biasanya
terbuat dari lateks, tidak berpori, dipakai untuk menutupi penis yang berdiri
(tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina. Kondom sudah dibuktikan
dalam penelitian di laboratorium sehingga dapat mencegah penularan penyakit
seksual, termasuk HIV/AIDS

Manfaat pemakaian kontrasepsi kondom :

1. Efektif bila digunakan dengan benar

2. Tidak mengganggu produksi ASI

3. Tidak mengganggu kesehatan klien

4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik

5. Murah dan dapat dibeli secara umum

6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatah khusus

7. Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda


b.    Diafragma

Diafrgma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks(karet) yang di
insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Jenis kontrasepsi diafragma :

1)    Flat spring (flat metal band)

2)    Coil spring (coiled wire)

3)    Arching spring)

Cara kerja kontrasepsi diafragma :

Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian
atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat kontrasepsi diafragma :

1. Efektif bila digunakan dengan benar

2. Tidak mengganggu produksi ASI

3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam


sebelumnya

4. Tidak mengganggu kesehatan klien

5. Tidak mengganggu kesehatan sistemik


c.    Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menon-aktifkan
atau membunuh sperma.

Jenis kontrasepsi spermasida :

a)    Aerosol

b)    Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvablefilm

c)    Krim

Cara kerja kontrasepsi spermisida :

Menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma dan


menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

Manfaat kontrasepsi spermisida :

1. Efektif seketika (busa dan krim)

2. Tidak mengganggu produksi ASI

3. Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain

4. Tidak mengganggu kesehatan klien

5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik

6. Mudah digunakan

7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual

8. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus


d.    KB Suntik 

Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui
suntikan hormonal  

1.    KB Suntik 1 bulan (kombinasi)

Adalah 25 mg Depo medroksiprogestreon asetat dan 5 mg esestradiol sipionat


yang diberikan injeksi I.m sebulan sekali (Cyclofem). Dan 50 mg roretindron enantat
dan 5mg Estradional Valerat yang diberikan injeksi I.m sebulan sekali 

Keuntungan menggunakan KB Suntik

-Praktis, efektif dan aman dengan tingkat keberhasilan lebih dari 99%.
- Tidak membatasi umur

- Obat KB suntik yang 3 bulan sekali (Progesteron saja) tidak mempengaruhi ASI dan
cocok untuk ibu menyusui
Kerugian menggunakan KB Suntik

- Di bulan-bulan pertama pemakaian terjadi mual, pendarahan berupa bercak di antara
masa haid, sakit kepala dan nyeri payudara

- Tidak melindungi dari IMS dan HIV AIDS 

Indikasi:
- Wanita usia 35 tahun yang merokok aktif

- Ibu hamil atau diduga hamil

- Pendarahan vaginal tanpa sebab

- Penderita jantung, stroke, lever, darah tinggi dan kencing manis


- Sedang menyusui kurang dari 6 minggu

- Penderita kanker payudara

2.    KB  Suntikan 3 bulan.

Depo Depo-provera ialah 6-alfa-metroksiprogesteron yang digunakan untuk tujuan


kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progesterone yang kuat dan sangat efektif. Obat ini
termasuk obat depot. Noristerat termasuk dalam golongan kontrasepsi ini. Mekanisme kerja
kontrasepsi ini sama seperti kontrasepsi hormonal lainnya. Depo-provera sangat cocok untuk
program postpartum oleh karena tidak mengganggu laktasi.
Keuntungan KB suntik 3 bulan

-         Resiko terhadap kesehatan kecil.

-         Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri

-         Tidak di perlukan pemeriksaan dalam

-         Jangka panjang

-         Efek samping sangat kecil

-        Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

Kerugian KB suntik 3 bulan

1. Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau
sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.

2. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu

3. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering

4. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

5. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang

6. Pada penggunaan jangka panjang dapat menurunkan densitas tulang

7. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,


menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala, nervositas, dan jerawat.

e.    KB Pil

 
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah diperkenalkan sejak 1960. Pil
diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan
sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera
sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang
tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil
ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan
menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain.

Jenis-jenis kontrasepsi Pil

1. Pil gabungan atau kombinasi

Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan progestin. Pil gabungan
mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir 100%
efektif bila diminum secara teratur.
Jenis – jenis pil kombinasi:

1. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.

2. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone dalam dua dosis yang berbeda adalah estrogen dan progesteron,
dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.

3. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone dalam tiga dosis yang berbeda adalah mengandung berbagai dosis
progestin. Pada sejumlah jenis obat tertentu, dosis estrogen didalam ke 21 pil aktif
bervariasi. Maksud dari variasi ini adalah mempertahankan besarnya dosis pada pasien
serendah mungkin selama siklus dengan tingkat kemampuan dalam pencegahan
kehamilan yang setara

2.Pil khusus – Progestin (pil mini)


Pil ini mengandung dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat pencegah kehamilan,
terutama dengan mengubah mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher rahim)
sehingga mempersulit pengangkutan sperma. Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium
(lapisan dalam rahim) sehingga menghambat perletakan telur yang telah dibuahi.

Kontra indikasi Pemakaian Pil

Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita hepatitis, radang pembuluh
darah, kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises,
perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma),
penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada sebelah kepala).

Efek Samping Pemakaian Pil

Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar haid, rasa mual,
bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis),
nyeri kepala, dan penambahan berat badan.
 

f.     AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi
yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu
yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu
(ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini.
Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang
seluk-beluk alat kontrasepsi ini.

Jenis-jenis AKDR :

1.    Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan
kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti
pembuahan) yang cukup baik. 

2.    Copper-7

AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga
(Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga
halus pada jenis Coper-T.

3.    Multi Load

AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk
sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas.
Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

4.    Lippes Loop

AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung.
Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B
27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang
putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain
dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.

g.    Kontrasepsi Implant

 
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan atas, alat
kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam .Bentuknya semacam
tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api.
Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan
dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon
sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi
migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti
setiap tahun.

h.    Kontrasepsi Tubektomi (Sterilisasi pada Wanita).

Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita
tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu
vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak
diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena
kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan
sterilisasi adalah kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh dilakukan
kepada wanita yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan
perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima
sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah
jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak yang hidup harus
3 atau lebih.

i.      Kontrasepsi vasektomi

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak
terjadi.

Indikasi kontrasepsi vasektomi

            Vasektomi merupakan upaya untuk menghenttikan fertilis dimana fungsi reproduksi
merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluarga.

Kondisi yang memerlukan perhatian khusus bagi tindakan vasektomi

1. Infeksi kulit pada daerah operasi

2. Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien

3. Hidrokel atau varikokel

4. Hernia inguinalis

5. Filarisasi(elephantiasis)

6. Undesensus testikularis
7. Massa intraskotalis

8. Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoaglansia

kompetensi bidan dalam pelayanan kebidanan Pra konsepsi, kb, dan ginekologi
kompetensi bidan dalam pelayanan kebidanan Pra konsepsi, kb, dan ginekologi yaitu bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidik kesehatan yang tanggap terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
a) pengetahuan dasar yaitu pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas
seksual, anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan konsepsi dan
reproduksi, norma dan praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan
bereproduksi, komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga, riwayat genetic yang
relevean, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasipotensi kehamilan yang
sehat, berbagai metode ilmiah untuk menjarangkan kehamilan dan metode lain yang
bersifat tradisional yang lazim digunakan, jenis, indikasi, cara pemberian , cara pencabutan
dan efek samping berbagai kontrasepsi yang digunakan antara lain pil, suntikaan, AKDR,
kondom, tablet vagina, dan tissue vagina, metode konseling bagi wanita dalam memilih
suatu metode kontrasepsi, penyuluhan kesehatan mengenai IMS, HIV/AIDS dan
kelangsungan hidup anak, tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular
seksual yang lazim terjadi. b) pengetahuan tambahan yaitu faktor-faktor yang menentukan
dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kehamilan yang tidak diinginkan
dan tidak direncanakan, indikator penyakit akut dan kronis yang di pengaruhi oleh kondisi
geografis dan proses rujukan untuk pemeriksaan/pengobatan lebih lanjut, indikator dan
metode konseling/rujukan terhadap gangguan hubungan interpersonal, termasuk kekerasan
dan pelecehan dalam keluarga (seks, fisik, dan emosi). c) keterampilan dasar yaitu
mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap, melakukan pemeriksaan fisik
yang terfokus sesuai dengan kondisi wanita, menetapkan dan melaksanakan dan
menyimpulkan hasil pemeriksaan laboraturium seperti haematokrit dan analisa urin,
melaksanakan pendidikan kesehatan dan keterampilan konseling dasar dengan tepat,
memberikan pelayanan KB yang tersedia sesuai kewenangan dan budaya masyarakat,
melakukan pemeriksaan berkala akseptor KB dan melakukan intervensi sesuai kebutuhan,
mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang di temukan, melakukan
pemasangan AKDR, melakukan pencabutan AKDR dengan letak normal. d) keterampilan
tambahan yaitu melakukan pemasangan AKBK, melakukan pencabutan AKBK dengan
letak normal.

i. Panduan Pemilihan Kontrasepsi


Pemberian pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilisator, sesuai dengan
langkah-langkah di bawah ini, ( Kemenkes, 2013) :
1. Jalin komunikasi yang baik denga ibu

Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan diri. Gunakan komunikasi


verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu tentang identitas
dan keinginannya pada kunjungan ini.

2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu

Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
digunakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan
metode tertentu.

Tabel 2.1

Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Urutan Fase menunda Fase menjarangkan Fase tidak hamil


prioritas kehamilan kehamilan (anak < 2) lagi (anak > 3)

1 Pil AKDR Steril


2 AKDR Suntikan AKDR
3 Kondom Minipil Implant
4 Implant Pil Suntikan
5 Suntikan Implant Kondom
6. Kondom Pil

Sumber: WHO, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas


Kesehatan Dasar Dan Rujukan, halaman 232.

3. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan


ibu. Berikan informasi objektif dan lengkap tentang berbagai metode
kontrasepsi: efektivitas, cara kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat
terjadi serta upaya-upaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai efek
yang merugikan tersebut.
4. Bantu ibu menentukan pilihan

Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi
dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya.
Apalagi ingin mendapat penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi
kembali atau rujuk pada konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli.
5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih
ibu Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskan
mengenai :
a) Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi.

b) Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.

c) Cara mengenali efek samping/komplikasi.

d) Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk kunjungan


ulang bila diperlukan.
e) Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi.

6. Rujuk ibu bila diperlukan

Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini belum mendapat
informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan
kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak
mampu mengatasi efek samping/komplikasi atau memenuhi keinginan ibu.
Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh fasilitas rujukan.
b. Asuhan Keluarga Berencana

i. Pengertian Asuhan pada Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana menurut UU No. 10 tahun 1992 (tentang


perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan bahagia dan sejahtera (Setiyaningrum, 2015).

ii. Konseling Keluarga Berencana

Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni, pada saat pemberian pelayanan. Tehnik
konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan
secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya
yang ada ( Handayani, 2014).
iii. Tujuan Konseling menurut Handayani ( 2014) yaitu:

1. Meningkatkan penerimaan
2. Menjamin pilihan yang cocok

3. Menjamin penggunaan cara yang efektif

4. Menjamin kelangsungan yang lebih lama

iv. Jenis Konseling KB menurut( Handayani, 2014) yaitu:

1. Konseling Awal

Bertujuan untuk memutuskan metode apa yang akan dipakai didalamnya


termasuk mengenalkan pada klien semua cara KB atau pelayanan kesehatan, prosedur
klinik, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya itu.
2. Konseling Khusus

Koseling khusus mengenai metode KB memberi kesempatan pada klien untuk


mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan pengalamannya,
mendapatan informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia yang ingin
dipilihnya, mendapatkan bantuan untuk memilih metode KB yang cocok serta
mendapat penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metode tersebut
dengan aman, efektif dan memuaskan.
3. Konseling tindak lanjut

Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka
penting untuk berpijak pada konseling yang dulu.
v. Langkah Konseling KB SATU TUJUH

Menurut Walyani (2015), kata kunci SATU TUJUH adalah sebagai berikut:

a. SA: Sapa dan Salam

Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri, tanyakan kepada
klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
b. T: Tanya

Tanyakan kepada klien informasi tenttang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.
c. U: Uraikan

Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi
yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi. Bantulah klien
pada jenis kontrasepsi yang paling ia ingini serta jelaskan pula jenis - jenis lain
yang ada. Jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.

Uraukan juga mengenai resiko penularan HIV/ AIDS dan pilihan metode ganda

d. TU: Bantu

Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai apa


yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya, doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapi secara
terbuka, petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan
klien terhadap setiap jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan
memberikan dukungan dengan pilihan tersebut.
e. J : Jelaskan

Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya setelah


klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/obat
kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dna
bagaimana cara penggunaannya
f. U : Kunjungan Ulang

Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian, kapan


klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi
jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila
terjadi suatu masalah.
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, B. 2013. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Handayani, Sri. 2014. Buku Ajara Pelayanan Berencana. Yogyakarta : Pustaka


Rihama

Kemenkes . 2016. Info DATIN Pusat Data dan Informasi.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodat
in-ibu.pdf (diakses 06 Juni 2018 ).

Manuaba. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
Maryunani, Anik. 2016. Management Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Buku

Kesehatan

Mulyani, S.ST, 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.Yogyakarta:


Nuha Medika

. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

Pinem, S. 2014. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakrta: TIM

Rismawati, S. 201. Unmet Need : Tantangan Program Keluarga Berencana


Dalam Menghadapi Ledakan Penduduk
Tahun 2030.http://pustaka.unpad.ac/wp-
content/uploads/2014/10/ARTIKEL- UNMET-NEED.pdf. (diakses
tanggal 03 Juni 2018)

Setyaningrum, Erna. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi. Jakarta : CV Infomedia

Suratun, dkk. 2014 Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi.


Jakarta : Trans Info Medika

WHO. 2013. Maternal Mortality. http://www.who.int/mediacentre/. (diakses


16 Mei 2018).

Anda mungkin juga menyukai