PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Target Total Fertility Rate (TFR), UnMeet Need (UMN) dan DO (Drop Out) KB di
beberapa wilayah Indonesia belum tercapai sehingga diperlukan pengoptimalisasian upaya-
upaya advokasi guna meningkatkan komitmen stakeholders atau pemangku kepentingan,
meningkatkan peran serta mitra kerja, serta promosi dan KIE (Komunikasi, Informasi,
Edukasi) KB.
2. Rumusan masalah
Bagaimana Sikap Professional bidan dalam Praktik Kebidanan Asuhan Kb ?
3. Tujuan
Tujuan umum
Tujuan khusus
a. Senggama Terputus
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada saat istri dalam
masa subur.Selain sebagai sarana agar cepat hamil,kalender juga difungsikan
untuk sebaliknya alias mencegah kehamilan. Cara ini kurang dianjurkan karena
sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama untuk ‘puasa’. Selain itu,
kadang juga istri kurang terampil dalam menghitung siklus haidnya setiap bulan.
a. Kondom
Diafrgma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks(karet) yang di
insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks.
Jenis kontrasepsi diafragma :
Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian
atas (uterus dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermisida.
Manfaat kontrasepsi diafragma :
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menon-aktifkan
atau membunuh sperma.
a) Aerosol
c) Krim
6. Mudah digunakan
Kontrasepsi suntikan adalah cara untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan melalui
suntikan hormonal
-Praktis, efektif dan aman dengan tingkat keberhasilan lebih dari 99%.
- Tidak membatasi umur
- Obat KB suntik yang 3 bulan sekali (Progesteron saja) tidak mempengaruhi ASI dan
cocok untuk ibu menyusui
Kerugian menggunakan KB Suntik
- Di bulan-bulan pertama pemakaian terjadi mual, pendarahan berupa bercak di antara
masa haid, sakit kepala dan nyeri payudara
Indikasi:
- Wanita usia 35 tahun yang merokok aktif
1. Gangguan haid. Siklus haid memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau
sedikit, spotting, tidak haid sama sekali.
e. KB Pil
Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil telah diperkenalkan sejak 1960. Pil
diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan menginginkan cara pencegah kehamilan
sementara yang paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat dimulai segera
sesudah terjadinya keguguran, setelah menstruasi, atau pada masa post-partum bagi para ibu yang
tidak menyusui bayinya. Jika seorang ibu ingin menyusui, maka hendaknya penggunaan pil
ditunda sampai 6 bulan sesudah kelahiran anak (atau selama masih menyusui) dan disarankan
menggunakan cara pencegah kehamilan yang lain.
Tiap pil mengandung dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan progestin. Pil gabungan
mengambil manfaat dari cara kerja kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan hampir 100%
efektif bila diminum secara teratur.
Jenis – jenis pil kombinasi:
1. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
2. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone dalam dua dosis yang berbeda adalah estrogen dan progesteron,
dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
3. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormone aktif
estrogen/progesterone dalam tiga dosis yang berbeda adalah mengandung berbagai dosis
progestin. Pada sejumlah jenis obat tertentu, dosis estrogen didalam ke 21 pil aktif
bervariasi. Maksud dari variasi ini adalah mempertahankan besarnya dosis pada pasien
serendah mungkin selama siklus dengan tingkat kemampuan dalam pencegahan
kehamilan yang setara
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang menderita hepatitis, radang pembuluh
darah, kanker payudara atau kanker kandungan, hipertensi, gangguan jantung, varises,
perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis, pembesaran kelenjar gondok (struma),
penderita sesak napas, eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada sebelah kepala).
Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa perdarahan di luar haid, rasa mual,
bercak hitam di pipi (hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina (candidiasis),
nyeri kepala, dan penambahan berat badan.
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) bagi banyak kaum wanita merupakan alat kontrasepsi
yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu
yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi, kelancaran ataupun kadar air susu ibu
(ASI). Namun, ada wanita yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini.
Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi yang lengkap tentang
seluk-beluk alat kontrasepsi ini.
Jenis-jenis AKDR :
1. Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan
kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti
pembuahan) yang cukup baik.
2. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini
mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga
(Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga
halus pada jenis Coper-T.
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk
sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan
kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas.
Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung.
Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang
berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B
27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang
putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah. Keuntungan lain
dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan luka atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
g. Kontrasepsi Implant
Disebut alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang di bawah kulit pada lengan atas, alat
kontrasepsi ini disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam .Bentuknya semacam
tabung-tabung kecil atau pembungkus plastik berongga dan ukurannya sebesar batang korek api.
Susuk dipasang seperti kipas dengan enam buah kapsul atau tergantung jenis susuk yang akan
dipakai. Di dalamnya berisi zat aktif berupa hormon. Susuk tersebut akan mengeluarkan hormon
sedikit demi sedikit. Jadi, konsep kerjanya menghalangi terjadinya ovulasi dan menghalangi
migrasi sperma. Pemakaian susuk dapat diganti setiap 5 tahun, 3 tahun, dan ada juga yang diganti
setiap tahun.
Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita
tersebut tidak akan mendapatkan keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu
vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah mengalami sterilisasi, maka tidak
diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena
kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Faktor yang paling penting dalam pelaksanaan
sterilisasi adalah kesukarelaan dari akseptor. Dengan demikia, sterilisasi tidak boleh dilakukan
kepada wanita yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau hubungan
perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan pasangan yang masih ragu menerima
sterilisasi. Yang harus dijadikan patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah
jumlah anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak yang hidup harus
3 atau lebih.
i. Kontrasepsi vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan
melakukan oklusi vasa deferensia alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi tidak
terjadi.
Vasektomi merupakan upaya untuk menghenttikan fertilis dimana fungsi reproduksi
merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan
ketahanan dan kualitas keluarga.
4. Hernia inguinalis
5. Filarisasi(elephantiasis)
6. Undesensus testikularis
7. Massa intraskotalis
kompetensi bidan dalam pelayanan kebidanan Pra konsepsi, kb, dan ginekologi
kompetensi bidan dalam pelayanan kebidanan Pra konsepsi, kb, dan ginekologi yaitu bidan
memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidik kesehatan yang tanggap terhadap
budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan
kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
a) pengetahuan dasar yaitu pertumbuhan dan perkembangan seksualitas dan aktivitas
seksual, anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan konsepsi dan
reproduksi, norma dan praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan
bereproduksi, komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga, riwayat genetic yang
relevean, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasipotensi kehamilan yang
sehat, berbagai metode ilmiah untuk menjarangkan kehamilan dan metode lain yang
bersifat tradisional yang lazim digunakan, jenis, indikasi, cara pemberian , cara pencabutan
dan efek samping berbagai kontrasepsi yang digunakan antara lain pil, suntikaan, AKDR,
kondom, tablet vagina, dan tissue vagina, metode konseling bagi wanita dalam memilih
suatu metode kontrasepsi, penyuluhan kesehatan mengenai IMS, HIV/AIDS dan
kelangsungan hidup anak, tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit menular
seksual yang lazim terjadi. b) pengetahuan tambahan yaitu faktor-faktor yang menentukan
dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kehamilan yang tidak diinginkan
dan tidak direncanakan, indikator penyakit akut dan kronis yang di pengaruhi oleh kondisi
geografis dan proses rujukan untuk pemeriksaan/pengobatan lebih lanjut, indikator dan
metode konseling/rujukan terhadap gangguan hubungan interpersonal, termasuk kekerasan
dan pelecehan dalam keluarga (seks, fisik, dan emosi). c) keterampilan dasar yaitu
mengumpulkan data tentang riwayat kesehatan yang lengkap, melakukan pemeriksaan fisik
yang terfokus sesuai dengan kondisi wanita, menetapkan dan melaksanakan dan
menyimpulkan hasil pemeriksaan laboraturium seperti haematokrit dan analisa urin,
melaksanakan pendidikan kesehatan dan keterampilan konseling dasar dengan tepat,
memberikan pelayanan KB yang tersedia sesuai kewenangan dan budaya masyarakat,
melakukan pemeriksaan berkala akseptor KB dan melakukan intervensi sesuai kebutuhan,
mendokumentasikan temuan-temuan dan intervensi yang di temukan, melakukan
pemasangan AKDR, melakukan pencabutan AKDR dengan letak normal. d) keterampilan
tambahan yaitu melakukan pemasangan AKBK, melakukan pencabutan AKBK dengan
letak normal.
Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan pilihan metode yang dapat
digunakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah memikirkan pilihan
metode tertentu.
Tabel 2.1
Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan sesuai bagi
dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya.
Apalagi ingin mendapat penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi
kembali atau rujuk pada konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli.
5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih
ibu Setelah ibu memilih metode yang sesuai baginya, jelaskan
mengenai :
a) Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi.
Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini belum mendapat
informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan
kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak
mampu mengatasi efek samping/komplikasi atau memenuhi keinginan ibu.
Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu dikirim kembali oleh fasilitas rujukan.
b. Asuhan Keluarga Berencana
Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek
pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan
dibicarakan pada satu kali kesempatan yakni, pada saat pemberian pelayanan. Tehnik
konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan dibicarakan
secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya
yang ada ( Handayani, 2014).
iii. Tujuan Konseling menurut Handayani ( 2014) yaitu:
1. Meningkatkan penerimaan
2. Menjamin pilihan yang cocok
1. Konseling Awal
Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka
penting untuk berpijak pada konseling yang dulu.
v. Langkah Konseling KB SATU TUJUH
Menurut Walyani (2015), kata kunci SATU TUJUH adalah sebagai berikut:
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri, tanyakan kepada
klien apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
b. T: Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tenttang dirinya. Bantu klien untuk berbicara
mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya.
Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.
c. U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan reproduksi
yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi. Bantulah klien
pada jenis kontrasepsi yang paling ia ingini serta jelaskan pula jenis - jenis lain
yang ada. Jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.
Uraukan juga mengenai resiko penularan HIV/ AIDS dan pilihan metode ganda
d. TU: Bantu
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
Maryunani, Anik. 2016. Management Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Buku
Kesehatan