Disusun Oleh :
KELOMPOK 2
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang Masalah 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Peranan Etika Dalam Dunia Modern 3
2.2. Peranan Hati Nurani Dalam Etika 7
2.2.1. Macam-Macam Hati Nurani 8
BAB III
PENUTUP 11
3.1. Kesimpulan 11
3.2. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
bahwa kata yang sangat dekat dengan etika adalah moral. Kata ini berasal dari bahasa latin
“mos”, jamaknya mores yang juga berarti adat kebiasaan. Secara etismologis kata etika sama
dengan kata moral yang mengandung pengertian adat kebiasaan. Perbedaannya dari bahasa
asalnya yakni etika berasal dari bahasa Yunani, sedangkan moral berasal dari bahasa Latin. Tapi
dalam kenyataanya etika perlahan-lahan mulai hilang seiring perkembangan zaman, coba kita
lihat peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar kita banyak sekali persoalan yang melanggar etika,
hal ini terjadi karena kurangnya kesadaran manusia akan pentingnya etika. Hal inilah yang
menyebabkan terjadi berbagai peristiwa yang melanggar moral.Apalagi dengan adanya pluralisme
moral, keberagaman moral setiap daerah bahkan negara, dan kemajuan zaman yang ditandai
munculnya modernisasi serta globalisasi.Hal ini tentu saja, mengakibatkan banyaknya moral serta
kebiasan barat masuk dan tanpa pembatasmenjamah adat ketimur-an.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Peranan etika dalam dunia modern sangat penting. Etika sebagai pemikiran
sistematis tentang moralitas tidak berpretensi untuk secara langsung dapat membuat
manusia menjadi lebih baik. Dalam artinya sebagai ilmu, Setiap masyarakat mengenal
nilai-nilai dan norma-norma etis. Dalam masyarakat yang homogen dan agak tertutup
seperti masyarakat tradisional dapat dikatakan bahwa nilai-nilai dan norma-norma itu
praktis dan tidak pernah dipersoalkan. Dalam keadaan seperti itu secara otomatis orang
menerima nilai dan norma yang berlaku. Akan tetapi nilai-nilai dan norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat tradisional umumnya tinggal implisit saja, tetapi setiap saat
dapat menjadi eksplisit. Terutama bila nilai-nilai tersebut dilanggar karena adanya
perkembangan baru.
Pengertian etika sebagai ilmu sebenarnya tidak perlu dimiliki oleh setiap orang,
walaupun setiap orang membutuhkan moralitas. Yang dihasilkan secara lanngsung dari
etika bukanlah kebaikan, melainkan suatu pemhaman yang lebih mendasar dan kritis
tentang yang dianggap baik dan buruk secara moral. Ada beberapa alasan penting
mengapa etika pada zaman kita semakin diperlukan.
1. Adanya pluralisme moral
Suatu kenyataan sekarang ini bahwa kita hidup dalam zaman yang semakin
pluralistic, tidak terkecuali dalam hal moralitas. Setiaphari kita bertemu dengan orang-
orang dari suku, daerah, alpisan sosialdan agama yang berbeda. Pertemuan ini semakin
diperbanyak dan diperluas oleh kemajuan yang telah dicapai dalam dunia teknologi
informasi, yang telah mengalami perkembangan sangat pesat. Dalam pertemuan langsung
dan tak langsung dengan berbagai lapisan dan kelompok masyarakat kita menyaksikan
atau berhadapan dengan berbagai pandangan dan sikap yang selain memiliki banyak
kesamaan, memiliki juga banyak perbedaan bahkan pertentangan. Masing-masing
pandangan mengklaim diri sebagai pandangan yang paling benar dan sah.
3
Berhadapan dengan situasi semacam ini, kita akhirnya bertanya, tapi yang kita tanyakan
bukan hanya apa yang merupakan kewajiban kita dan apa yang tidak, melainkan
manakah norma-norma untuk menentukan apa yang harus dianggap sebagai kewajiban.
Dengan demikian norma-norma sendiri dipersoalkan.
2. Timbulnya masalah-masalah etis baru
Ciri lain yang menandai zaman kita adalah timbulnya masalah-masalah etis baru,
terutama yang disebabkan perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya ilmu-ilmu biomedis. Telah terjadi manipulasi genetis, yakni campur tangan
manusia atas perkembangbiakan gen-gen manusia. Ada reproduksi artifisal seperti
fertilisasi in vitro, entah dengan donor atau tanpa donor, entah dengan ibu yang
“menyewakan” rahimnya atau tidak. Bisa terjadi juga adanya eksperimen dengan
jaringan embrio untuk menyembuhkan penyakit tertentu, entah jaringan itu diperoleh
melalui abortus yang disengaja atau abortus spontan. Masalah kloning dan penciptaan
manusia-manusia super serta tindakan manipulasi genetik lainnya sangatlah mengandung
masalah-masalah etis yang serius dalam kehidupan manusia. Disinilah kajian dan
pertanggung jawaban etika diperlukan.
3. Munculnya kepedulian etis yang semakin universal.
Ciri berikutnya yang menandai zaman kita adalah adanya suatu kepedulian etis
yang semakin universal. Di berbagai tempat atau wilayah di dunia kita menyaksikan
gerakan perjuangan moral untuk masalah-masalah bersama umat manusia. Selain
gerakan-gerakan perjuangan moral yang terorganisir seperti dalam bentuk kerjasama
antar Lembaga-lembaga Swadaya Masyarakat, antar Dewan Perwakilan Rakyat dari
beberapa negara atau Serikat-serikat Buruh, dan sebagainya, juga kita dapat menyaksikan
adanya suatu kesadaran moral universal yang tidak terorganisir tapi terasa hidup dan
berkembang dimana-mana.
Ungkapan-ungkapan kepedulian etis yang semakin berkembang ini tidaklah
mungkin terjadi tanpa di latarbelakangi oleh kesadaran moral yang universal. Gejala
paling mencolok tentang kepedulian etis adalah Deklarasi Universal tentang Hak-hak
Azasi Manusia, yang diproklamirkan oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pada 10
4
Desember 1984. Proklamasi ini pernah disebut sebagai kejadian etis paling penting dalam
abad ke-20, dan merupakan pernyataan pertama yang diterima secara global karena
diakui oleh semua anggota PBB. Dengan kepedulian etis yang universal ini, maka
pluralisme moral pada bagian pertama di atas dapat menjadi persoalan tersendiri.
Universal berhadapan dengan pluralitas.
4. Hantaman gelombang modernisasi.
Kita sekarang ini hidup dalam masa transformasi masyarakat yang tanpa tanding.
Perubahan yang terus terjadi itu muncul di bawah hantaman kekuatan yang mengenai
semua segi kehidupan kita, yaitu gelombang modernisasi. Yang dimaksud modernisasi di
sini bukan hanya menyangkut barang atau peralatan yang di produksi semakin canggih,
melainkan juga dalam hal cara berpikir yang telah berubah secara radikal. Ada banyak
cara berpikir yang berkembang, seperti rasionalisme, individualisme, nasionalisme,
sekularisme, materialisme, konsumerisme, pluralisme religius serta cara berpikir dan
pendidikan modern yang telah banyak mengubah lingkungan budaya, sosial dan rohani
masyarakat kita.
5. Tawaran berbagi ideologi
Proses perubahan sosial budaya dan moral yang terus terjadi, tidak jarang telah
membawa kebingungan bagi banyak orang. Orang-orang merasa kehilangan pegangan,
dan tidak tahu harus berbuat atau memilih apa. Situasi seperti ini tidak jarang
dimanfaatkan oleh berbagai pihak untuk menawarkan ideologi-ideologi mereka sebagai
jawaban atas kebingungan tadi. Ada cukup banyak orang yang terombang ambing
mengikuti tawaran yang masing-masing memiliki daya tariknya sendiri itu. Disini etika
dapat membantu orang untuk sanggup menghadapi secara kritis dan objektif berbagai
ideologi yang muncul. Pemikiran kritis dapat membantu untuk membuat penilaian yang
rasional dan objektif, dan tidak mudah terpancing oleh berbagai alasan yang tidak
mendasar.
6. Tantangan bagi agamawan
Etika juga diperlukan oleh para agamawan untuk tidak menutup diri terhadap
persoalan-persoalan praktis kehidupan umat manusia. Di satu pihak agama menemukan
dasar kemantapan mereka dalam iman kepercayaan mereka, namun sekaligus diharapkan
5
juga mau berpartisipasi tanpa takut-takut dan menutup diri dalam semua dimensi
kehidupan masyarakat yang sedang mengalami perubahan hampir disegala bidang. Walau
etika tidak adapat menggantikan agama, namun etika tidaklah bertentangan dengan
agama, dan agama memerlukan etika.
perintah atau hukum yang termuat dalam wahyu Tuhan, terutama seperti tertuang
dalam kitab suci keagamaan. Banyak ahli agama,bahkan yang seagama sekalipun, sering
berbeda pendapat tentang apayang sebenarnya mau diungkapkan dalam wahyu itu. Hal
kedua adalah: mengenai masalah-masalah moral yang baruu, yang tidak langsungdibahas
dalam wahyu itu sendiri. Bagaimana menanggapi dari segiagama masalah-masalah moral
yang pada waktu wahyu diterima belum dipikirkan. Untuk mengambil sikap yang dapat
dipertanggung jawabkan terhadap masalah-masalah yang timbul kemudian, diperlukan
etika. Disini etika dapat dimengerti sebagai usaha manusia untuk memakai akalbudi dan
daya pikirnya yang rasional untuk memecahkan masalah bagaimana ia harus hidup kalau
ia mau menjadi baik. Usaha seperti initidak bertentangan dengan iman, karena akal budi
juga merupakan anugerah besar dari Sang Pencipta kepada manusia.
Dari semua yang dikemukakan diatas, dapat dikatakan bahwa di masa pra-
modern, tradisi menduduki tempat utama, menjadi satu-satunya acuan,tetapi tidak
demikian halnya sekarang. Kini “tradisi” dipertanyakan,diragukan, danmungkin juga
dibuang. Meski demikian, tradisi tidaklah hilang.
6
Zaman sekarang dapat disebut post-traditional society, di manaorang masih membangun
naratif-naratif, dan kehidupaan mereka tidak mengalami fragmentasi sebagaimana
dibayangkan oleh orang-orang pengagum post-modernisme.
Hati nurani dalam bahasa arab di sebut dlamir atau wijdan sedang dalam bahasa
inggris di sebut dengan conscience. kata consciece diterjemah balik maka artinya menjadi
suara hati, kata hati atau hati nurani. Berdekatan dengan kata conscience, ada kata
conscious. Conscious artinya sadar, berkesadaran, atau kesadaran. Disamping kedua kata
ini, ada satu lagi yang berdekatan maknanya yaitu intuition, intuition artinya gerak hati,
lintasan hati, gerak batin. Consciece sama dengan Conscience is an ability or a faculty
that distinguishes whether one’s actions are right or wrong. It leads to feelings of remorse
when one does.
Hati nurani adalah kemampuan yang membedakan apakah salah satu dari
tindakan apakah benar atau salah. The moral sense of right and wrong, chiefly as it
affects one’s own behaviour; Consciousness; thinking; awareness, especially self-
awareness. Rasa moral tentang yang benar dan yang salah, terutama karena akan
mempengaruhi tingkah laku sendiri; Kesadaran; berpikir; kesadaran, terutama kesadaran
diri. Kesadaran juga berarti peran kognitif diri yang memperjelas secara sadar di mana
diri kita saat ini dan bagaimana situasi lingkungan kita. Kajian-kajian yang mendalam
tentang hal ini dapat kita telusuri lebih jauh terutama di dalam sains psikologi. Maka Hati
nurani adalah suatu kekuatan dalam hati seseorang yang selalu memberikan penilaian
benar dan salahnya atau baik dan buruknya atau perbuatan yang akan di lakukan. Hati
nurani merupakan penerapan kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam hati
manusia dalam situasi konkret. Suara hati menilai suatu tindakan manusia benar atau
salah , baik atau buruk. Hati nurani tampil sebagai hakim yang baik dan jujur, walaupun
dapat keliru. Dalam hati, manusia sebelum bertindak atau melakukan sesuatu , ia sudah
mempunyai kesadaran atau pengetahuan umum bahwa ada yang baik dan ada yang
7
buruk. Setiap orang memiliki kesadaran moral tersebut, walaupun kadar kesadarannya
berbeda – beda.
Pada saat-saat menjelang suatu tindakan etis, pada saat itu kata hati akan
mengatakan perbuatan itu baik atau buruk. Jika perbuatan itu baik, kata hati muncul
sebagai suara yang menyuruh dan jikaperbuatan itu buruk, kata hati akan muncul sebagai
suara yang melarang. Kata hati yang muncul pada saat ini disebut prakata hati. Pada saat
suatu tindakan dijalankan, kata hati masih tetap bekerja, yakni menyuruh atau melarang.
Sesudah suatu tindakan, maka kata hati muncul sebagai “hakim” yang memberi vonis.
Untuk perbuatan yang baik, kata hati akan memuji, sehingga membuat orang merasa
bangga dan bahagia. Namun, jika perbuatan itu buruk atau jahat, maka kata hati akan
menyalahkan, sehingga, orang merasa gelisahs, malu, putus asa, menyesal.
hati nurani berfungsi sebagai pegangan, pedoman atau norma untuk menilai suatu
tindakan, apakah tindakan itu baik atau buruk. Hati nurani berfungsi sebagai pegangan
atau peraturan-peraturan konkret di dalam kehidupan sehari-hari dan menyadarkan
manusia akan nilai dan harga dirinya. Sikap kita terhadap hati nurani adalah menghormati
setiap suara hati yang keluar dari hati nurani kita. Mendengarkan dengan cermat dan teliti
setiap bisikan hati nurani. Mempertimbangkan secara masak dan dengan pikiran sehat
apa yang dikatakan hati nurani dan melaksanakan apa yang disuruh hati nurani.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pentingnya peran etika dalam kehidupan sehari-sehari adalah sebagai sarana untuk
berorientasi atau mengenalkan pada setiap individu pada masyarakat. Etika dan hati nurani
adalah dua hal yang tidak harus dipertentangan. Antara etika dan hati nurani adalah dua hal
yang saling membutuhkan. Dapat dikatakan bahwa hubungan etika dan hati nurani
merupakan hubungan timbal balik yang saling membutuhkan. Etika tidak dapat berjalan
sendiri dengan rasionalitasnya, begitupun nurani tidak dapat berjalan sendiri dengan
doktrinnya. Hukum dan etika memiliki kesamaan sebagai nilai-nilai moral yang
menyangkut masalah pribadi. Bedanya terdapat bahwa etika merupakan pemahaman
mengenai baik buruknya tingkah manusia sedangkan hukum merupakan aturan yang
membatasi tingkah laku manusia. Bersikap kritis dan objektif terhadapa berbagai ide-ide
yang muncul. Sepatutnya kita mengkaji, sejauh mana ide itu dapat diterima dan secara tegas
ditolak.
3.2. Saran
Seperti yang sudah tertera pada rumusan masalah, bahwa peran etika pada masa yang
semakin modern ini perlu dibatasi atau perlu adanya sikap kritis serta objektif dari manusia.
Jika suatu ketika muncul ide, bukan berarti kita menolak mentah-mentah, melainkan
mengkaji dan melihat baik buruknya. Sehingga manusia tidak seenaknya mengadopsi ide-
ide yang muncul.
11
daftar Pustaka
12