Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

“prosedur pemasangan infus, nasal kanul, masker oksigen


nasosgatric tube dan kateter urin ”

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah KDK 1


Dosen Pembimbing : Reni Devianti, S.Kep, Ns, M.kep

Disusun Oleh :

NAMA : ZAFITRI NULANDARI


NIM : P00312016055
KELAS : A DIV KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KENDARI


TAHUN AJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT. Karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penilis dapat menyusun makalah
ini yang berjudul “prosedur pemasangan infus, nasal kanul, masker oksigen
dan NGT” tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan


baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada


kita semua, amin.

Andonohu, 24 oktober 2016

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering
dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan
menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus
akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah
ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus
dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)

Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Tidak
makan atau tidak minum mungkin masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang
hinga sampai pada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tidak mendapatkan oksign
maka akan langsung fatal akibatnya.Tidak hanya untuk bernafas dan mempertahankan
kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan untuk mtabolisme tubuh. Oksigen juga bias
dijadikan sarana untuk mengatasi berbagai macam penyakit.
Oksigen ialah salah satu komponen gas yang unsure vital dalam proses metabolism
tubuh, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem
respirasi,kardiovaskuler,dan keadaan hematologis.
Prosedur kerja pada pemberian oksigen ada beberapa cara antara lain :
A.      Kanula nasal
B.       Masker oksigen

1
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya
dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam
memasukan dan melakukan perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan.
Bagi anak-anak,kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi seperti anomali
anatomi jalan makanan; oesophagus atau alat eliminasi, kelemahan reflek menelan, distress
pernafasan atau tidak sadarkan diri. Keselamatan adalah selalu menjadi perhatian,dimana
kerjasama perawat pasien dan keluarga sangat dibutuhkan dan pada sebagian anak
terkadang agak sedikit dipaksakan.
kateter adalah alat yang berbentuk pipa yang terbuat dari karet, plastik, metal
woven slik dan silikon yang fungsi dari alat kateter tersebut ialah memasukkan atau
mengeluarkan cairan. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk
menyimpan atau menampung airseni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh
sepasang ureter dari sepasang ginjal. Pemasangan kateter adalah pemaukkan selang yang
terbuat dari plastik atau karet  melalui uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria)
Sebagai perawat profesional,harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta
memperhatikan keunikan variasi di dalam melaksanakan tindakan secara aman dan
nyaman. (WALLEY & WONG, 2000).

1.2. RUMUSAN MASALAH :


1. Pemasangan infus
2. Pemasangan nasal kanul dan masker oksigen
3. Pemasangan Nasogastric Tubes (NGT)
4. Pemasangan kateter urin
a. Jelaskan definisi dari pemasangan infus, nasal kanul dan masker oksigen serta
pemasangan nasogastric (NGT)
b. Jelaskan indikasi dari pemasangan infus, nasal kanul dan masker oksigen serta
pemasangan nasogastric (NGT)

2
c. Jelaskan kontraindikasi dari pemasangan infus, nasal kanul dan masker oksigen
serta pemasangan nasogastric (NGT)
d. Jelaskan alat dan bahan (disertai gambar prosedur tindakan) dari pemasangan infus,
nasal kanul dan masker oksigen serta pemasangan nasogastric (NGT)

1.3. TUJUAN MASALAH

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang pemasangan infus, macam-


macam pemberian oksigen seperti pemasangan nasal kanul dan masker oksigen,
pemasangan NGT, serta pemasangan kateter urin khususnya pada mahasiswa calon petugas
medis agar bisa mempersiapkan diri sedini mungkin untuk penanganan kasus tersebut

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PEMASANGAN INFUS

2.1.1. Definisi pemasangan infus


Terapi intravena digunakan untuk mengobati berbagai kondisi pasien.  Infus
intravenous adalah sediaan steril berupa larutan atau emulsi, bebas pirogen dan sedapat
mungkin dibuat isotonis terhadap darah, disuntikkan langsung ke dalam vena dalam
volume relatif banyak. Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) merupakan
pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh
vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari
tubuh.
Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsung
kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan menggunakan
infus set (potter,2005). Tindakan infus diberikan pada kliendengan dehidrasi, sebelum
transfusidarah, pra dan pasca bedah sesuaiprogram pengobatan, serta klien yangsistem
pencernaannya terganggu.

2.1.2. Indikasi pemasangan infus

Istilah pemasangan infus lebih tepat jika menggunakan istilah Kanulasi intravena
perifer atau kateterisasi intravena perifer atau dengan istilah venipuncture. Hal ini
disebabkan ada beberapa kegunaan lain dari sekedar memasukan cairan infus, yaitu
termasuk:

 Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid,
digoxin)

4
 Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
Intra vena
   Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit.
 Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
 Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
 Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
    Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan
dengan injeksi intramuskuler.
 Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung
masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam
peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan
memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika
intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan
antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa
melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama
efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi
kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
 Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan
melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai
obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan
kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur
gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus
dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
 Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan
obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu

5
 dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus),
sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular
(disuntikkan di otot).
Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
 Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat
konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami
hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan
ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun
perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan
mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
 Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui IV.

2.1.3. Kontraindikasi pemasangan infus

Kontraindikasi relatif pada pemasangan kanulasi intravena perifer di lokasi


tubuh tertentu, termasuk:

 Infeksi kulit sekitar.


 Flebitis vena.
 Sklerosis vena.
 Infiltrasi intravena sebelumnya.
 Luka bakar di sekitar lokasi venipuncture.
 Cedera traumatis proksimal dari lokasi pemasangan.
 Fistula arteriovenosa di ekstremitas.
 Prosedur bedah yang mempengaruhi ekstremitas.
 Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) dan infeksi di lokasi pemasangan infus.
 Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, karena lokasi ini akan digunakan
untuk pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialis g is
(cuci darah).
6
 Obat-obatan yang berpotensi iritan terhadap pembuluh vena kecil yang aliran
darahnya lambat (misalnya pembuluh vena di tungkai dan kaki).

2.1.4. Prosedur pemasangan infus

ANATOMI TEMPAT PEMASANAGAN INFUS :


7

LANGKAH PERSIAPAN PEMASANGAN INFUS


 
 
PERSIAPAN
 

1.  Petugas kesehatan

 Cuci tangan : untuk mencegah infeksi nosokomial berikut contoh cuci tangan yang
benar:
                                   
8

 Memakai APD (Alat Pelindung Diri)


–         Sarung tangan
–         Masker
–         Kacamata google (untuk pasien khusus) untuk melindungi mata petugas
             

2.  Pasien

 Masalah pada pasien :


–         Takut, cemas
–         Tegang -langkah
 

Langkah yang dapat mendorong pasien untuk bekerjasama :


a.   Tunjukan sikap percaya diri
b.   Beri salam pada pasien dengan menyebut namanya
c.    Perkenalkan diri anda
d.   Validasi identifikasi pasien tersebut
e.   Jelaskan prosedur dengan cara yang mudah dimengerti oleh pasien/keluarga
f.    Libatkan orangtua (terutama pada anak dan bayi)
9

3.  Alat dan lingkungan

a.  Alat-alat untuk pemasangan infus secara umum yaitu :


– Cairan infus
                               

Hal-hal yg wajib diketahui Petugas:


10
– Infus set (Makro/Mikro)
– Kateter infus (sediakan 3 ukuran)
 
Hal-hal yg wajib diketahui Petugas:

– Alkohol swab
– Balutan infus, plester
– Alas
– Tali pembendung (Torniquet)
– Tiang infus
11
– Bengkok/tempat sampah
– Troley
– Spalk (bila perlu)

         b. Lingkungan
– Nyaman
– Pasang skerm (untuk privasi pasien)
– Ruang tindakan (untuk pasien tertentu, misalnya anak-anak)
 
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
 
1.    Beritahu pasien
2.    Siapkan alat
3.    Petugas cuci tangan, pakai APD
4.    Pasang skerm/gorden
5.    Pasang alas
6.    Pasang infus set ke botol infus sbb:

12
13
14
7. Pilih vena yang baik
         8. Pasang torniquet 4-6 inci diatas tempat penusukan

15
         9. Desinfeksi kulit tempat penusukan dengan gerakan melingkar
             dari pusat keluar dengan alkohol swab

16
       10.Pegang tangan/pergelangan tangan pasien dengan tangan kiri
             sambil Fiksasi vena, letakkan ibu jari anda diatas vena untuk
             mencegah pergerakan dan untuk meregangkan kulit melawan
             arah penusukan .
       11.Tusuk vena dengan bevel jarum menghadap keatas (dengan
             sudut 30-40 derajat), tusukan searah aliran vena ½ kateter
             (terlihat darah akan mengisi tabung kateter vena).

17
      12. Tangan kanan menahan/memegang jarum infus, tangan kiri
mendorong kateter sampai kateter masuk semua.

18
     13. Cabut jarum infus dan hubungkan kateter dengan infus set
           yang sudah dipersiapkan.
     14. Lepaskan torniquet
     15. Alirkan cairan infus, cek lancar/tidak, adakah tanda-tanda
           bengkak
     16. Fiksasi, atur tetesan sesuai instruksi dan atur tinggi botol infus
           ± 85 cm dari jantung pasien.

19
     17. Beri label, rapihkan alat,

20
2.2. PEMASANGAN NASAL KANUL DAN MASKER OKSIGEN

2.2.1. Nasal kanul


2.2.1.1. Definisi pemasangan nasal kanul
Pemberian oksigen pada klien yang memerlukan oksigen secara
kontinyu dengan kecepatan aliran 1-6 liter/menit serta konsentrasi 20-
40%, dengan cara memasukan selang yang terbuat dari plastik ke dalam
hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang
dimasukan ke dalam lubang dihidung hanya berkisar 0,6 – 1,3 cm.
Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana,
murah, relatif nyaman, mudah digunakan cocok untuk segala umur, cocok
untuk pemasangan jangka pendek dan jangka panjang, dan efektif dalam
mengirimkan  oksigen. Pemakaian nasal kanul juga tidak mengganggu 
klien untuk melakukan aktivitas, seperti berbicara atau makan. (Aryani,
2009:54)
2.2.1.2. Indikasi pemasangan nasal kanul
1) Pasien yang bernapas spontan tetapi membutuhkan alat bantu nasal kanula
untuk memenuhi kebutuhan oksigen (keadaan sesak atau tidak sesak).
2) Pasien dengan gangguan oksigenasi seperti klien dengan asthma, PPOK,
atau penyakit paru yang lain
3) Pada pasien yang membutuhkan terapi oksigen jangka panjang
2.2.1.3. Kontraindikasi pemasangan nasal kanul
1)        Pada pasien dengan obstruksi nasal
2)        Pasien yang apneu
2.2.1.4. Prosedur pemasangan nasal kanal
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Cuci tangan
3.Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1 - 6
liter / menit. Kemudian observasi humidifire pada tabung dengan adanya
21
gelembung air
4.Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien

5.Periksa kanula tiap 6 - 8 jam


6. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran
oksigen tiap 6 - 8 jam 
7.Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respon klien

8.Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

22
2.2.2. masker oksigen
2.2.2.1. Definisi masker oksigen

Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan masker yang


dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut klien. Masker
oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat
mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari face mask bermacam-
macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-rebreathing mask terletak pada
adanya vulve yang mencegah udara ekspirasi terinhalasi kembali. (Aryani,
2009:54)
- Macam Bentuk Masker :
a.  Simple face mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 40-60%
dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.  
b.    Rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen 60-80%
dengan kecepatan aliran 8-12 liter/menit. Memiliki kantong yang terus
mengembang baik, saat inspirasi maupun ekspirasi. Pada saat inspirasi,
oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantung
reservoir, ditambah oksigen dari kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Udara inspirasi sebagian tercampur dengan udara
ekspirasi sehingga konsentrasi CO2 lebih tinggi daripada simple face mask.
(Tarwoto&Wartonah, 2010:37)
2.2.2.2. Indikasi masker oksigen
Pasien dengan kadar tekanan CO2 yang rendah
2.2.2.3. Kontraindikasi masker oksigen
Pada pasien dengan retensi CO2 karena akan memperburuk retensi
2.2.2.4. Prosedur pemasangan masker oksigen
- Persiapan alat
1. Masker wajah sederhana  , sesuai kebutuhann dan ukuran pasien
2. Selang oksigen
3. Humidifier
4. Water  steril
23
5. Tabung oksigen dengan flowmeter
6. Pita atau tali elastic
- Prosedur
a)    Periksa program terapi medic
b)   Ucapkan salam terapeutik
c)    Lakukan evaluasi/validasi
d)   Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
e)    Cuci tangan
f)    Persiapkan alat
g)   Kaji adanya tanda dan gejala klinis dan secret pada jalan napas.
h)   Sambungkan masker keselang dan ke sumber oksigen
i)     Berikan aliran oksigen sesuai dengan kecepatan aliran pada progam
medis dan pastikan berfungsi dengan baik.
1.    Selang tidak tertekuk dan sambungan paten.
2.    Ada gelembung udara pada humidifier.
3.    Terasa oksigen keluar dari masker.
j)  Arahkan masker ke wajah klien dan pasang dari hidung ke bawah
(sesuaikan dengan kontur wajah klien).
k)   Fiksasi pengikat elastik ke sikat kepala klien sehingga masker nyaman
dan tidak sempit.
l)     Periksa masker, aliran oksigen setiap 2 jam atau lebih cepat, tergantung
kondisi dan keadaan umum pasien
m) Pertahankan batas air pada botol humidifier setiap waktu.
n)   Periksa jumlah kecepatan aliran oksigen dan program terapi setiap 8 jam.
o)   Kaji membran mukosa hidung dari adanya iritasi dan beri jelly untuk
melembapkan membrane mukosa jika diperlukan.
p)   Cuci tangan.
q)   Evaluasi respon pasien.
r)     Catat hasil tindakan yang telah dilakukan dan hasilnya.

24
- TATA KERJA.

2.3. PEMASANGAN NGT (NASOGASTRIC TUBE)

2.3.1. Definisi pemasangan NGT


NGT adalah singkatan dari nasogastric tube atau sering juga disebut
nasogastrik, merupakan istilah yang merujuk pada pemasangan suatu selang yang
dimasukkan melalui hidung  sampai ke lambung. Ini sering digunakan untuk
memberikan nutrisi dan obat-obatan kepada pasien yang tidak mampu untuk
mengkonsumsi makanan, cairan dan obat-obatan dengan cara biasa atau secara oral.
NGT juga digunakan untuk mengeluarkan isi lambung.

2.3.2. Indikasi pemasangan NGT


1. Pasien tidak sadar.
2. Pasien kesulitan menelan.
3. Pasien yang keracunan.
4. Pasien yang muntah darah.
5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut.

25
6. Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan Keracunan
makanan minuman Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT Pasien yang
memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung

2.3.3. Kontraindikasi pemasangan NGT


1. Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus.
2. Pasien yang mengalami cidera serebrospinal.
3. Klien dengan sustained head trauma, maxillofacial injury, atau anterior fossa
skull fracture. Memasukan NGT begitu saja melalui hidung maka potensial akan
melewati criboform plate, ini akan menimbulkan penetrasi intracranial. Klien
dengan riwayat esophageal stricture, esophageal varices, alkali ingestion juga
beresiko untuk esophageal penetration. Klien dengan Koma juga potensial
vomiting dan aspirasi sewaktu memasukan NGT, pada tindakan ini diperlukan
tindakan proteksi seperti airway dipasang terlebih dahulu sebelum NGT .

2.3.4. Prosedur pemasangan NGT


Alat dan bahan
1. Selang pemasangan NG sesuai usia klien
2. Jelly yang larut dalam air
3. Kapas alkohol
4. Pinset anatomis
5. Bengkok
6. Plester
7. Gunting
8. Klem
9. Kassa steril
10. Tissue
11. Spuit 10 cc, sesuai kebutuhan
12. Sarung tangan
13. Stetoskop
26
14. Spatel lidah
15. Senter
16. Handuk
17. Segelas air putih
18. Strip indikator PH
19. Air dalam kom kecil
20. Makanan dalam bentuk cair dan obat

Prosedur Kerja Pemasangan NGT

Berikut gambar / diagram pemasangan NGT.

Adapun langkah-lagkah pada prosedur pemasangan NGT yang benar


adalah sebagai berikut :

27
A. Tahap Prainteraksi

1. Cek catatan medis dan perawatan.


2. Cuci tangan.
3. Menyiapkan alat dan bahan serta obat-obatan yang akan digunakan.

B. Tahap Orientasi dan Pemasangan

1. Memberi salam dan menyapa pasien.


2. Panggil pasien dengan namanya serta memperkenalkan diri.
3. Menerangkan prosedur tentang tindakan yang akan dilakukan dan tujuan
tindakan pemasangan NGT.
4. Atur posisi pasien (tidur telentang dengan kepala ditinggikan pakai 1-2
bantal) sehingga mempermudah pada saat pemasangan NGT dilakukan.
5. Petugas menggunakan sarung tangan.
6. Ukur panjang tube/selang yang akan digunakan dengan menggunakan
metode :
o Metode tradisional; Ukur jarak dari puncak lubang hidung kedaun
telinga dan ke prosesus xipoideus di strenum.
o Metode Hanson; Mula-mula ditandai 50 cm pada tube / selang
lalu lakukan pengukuran dengan metode tradisional. Selang yang
akan dimasukkan pertengahan antara 50 cm dengan tanda
tradisional.
7. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan plester.
8. Oleskan jelly pada selang NGT sepanjang 10-20 cm.
9. Informasikan kepada pelanggan bahwa selang akan dimasukkan melalui
hidung dan instruksikan kepada pasien agar menelan perlahan.
10. Jika selang NGT sudah masuk periksa letak selang dengan cara :
o Pasang spuit yang telah diisi udara kira-kira 10-20 ml lalu dorong
sehingga udara masuk kedalam lambung kemudia dengarkan

28
o dengan menggunakan stetoskop di daerah lambung.
Masukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam mangkok yang
berisi air. Jika ada gelembung udara berarti masuk kedalam paru-
paru, jika tidak ada gelembung udara berarti masuk kedalam
lambung.
11. Fiksasi selang NGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung.
12. Tutup ujung luar NGT.

Makanan yang bisa di masukkan lewat NGT adalah makanan cair, caranya adalah
sebagai berikut: Siapakan spuit besar ukuran 50 cc.

1. Siapakan makanan cair seperti susu, jus, dll.


2. Pasang handuk di dada pasien dan siapkan bengkok.
3. Masukkan ujung spuit pada selang NGT dan tetap jaga NGT supata tidak kemasukan
udara dengan mengklem.
4. Masukkan makanan cair pada spuit dan lepaskan klem, posisi spuit harus diatas
supaya makanan cairnya bisa mengalir masuk ke lambung.
5. Jangan mendorong makanan dengan spuit karena bisa menambah tekanan lambung,
biarkan makanan mengalir secara alamai mengikuti gaya gravitasi.
6. Makanan yang di masukkan maksimal 200 cc, jadi jika spuitnya 50 cc maka dapat
dilakukan 4 kali.
7. Apabila akan memasukkan makanan untuk yang kedua, jangan lupa mencuci dulu
spuit. Jika sudah selesai aliri selang NGT dengan air supaya sisa-sisa makanan tidak
mengendap di selang karena bisa mengundang bakteri.
8. Setelah selesai rapikan peralatan.

29
2.4. PEMASANGAN KATETER URIN

2.4.1. Definisi pemasangan kateter urin


Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau
plasrtik, melalui uretra atau kandung kemih dan dalam kateterisasi ada dua jenis
kateterisasi yaitu menetap dan intermiten, sedangkan alat untuk kateterisasi
dinamakan selang kateter, selang kateter adalah alat yang berbentuk pipa yang
terbuat dari karet, plastik, metal woven slik dan silikon yang fungsi dari alat kateter
tersebut ialah memasukkan atau mengeluarkan cairan. Kandung kemih adalah
sebuah kantong yang berfungsi untuk menyimpan atau menampung airseni yang
berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh sepasang ureter dari sepasang ginjal.
Pemasangan kateter adalah pemaukkan selang yang terbuat dari plastik atau karet 
melalui uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria)

2.4.2. Indikasi pemasangan kateter urin


1. retensi urin
2. monitoring produksi urin
3. drenase pada neurogenic bladder
4. pengambilan sampel urin

2.4.3. kontraindikasi pemasangan kateter urin


1. indikasi akut pada uretra atau prostate 
2. rupture uretra akibat trauma 

2.4.4. prosedur pemasangan kateter urin


Perlengkapan 

1. kateter folley no.16-no.18 dewasa 


2. kateter folley no.8-no.12 anak 
3. duk lubang 
4. kasa steril 
30
5. plester 
6. cream antibiotic 
7. pinset anatomis 1 buah 
8. urinal bag 1 buah 
9. lubricant/ jelly 
10.povidone iodine solution 
11.disposable spuit 10 cc 
12.aquabidest 5 cc 
13.sarung tangan 
14.pada katerisasi sulit perlu tambahan (khusus): mandryn, busi uretra, klem
bengkok 

Posisi 

laki-laki : telentang 
wanita : telentang “ frog leg” 

Tehnik pemasangan 

Persiapan : 

1. pasang sarung tangan 


2. tindakan a & antiseptic daerah genitalia eksterna 
3. tutup dengan duk lubang 
4. isi disposable dengan aquabidest : 
5 cc untuk folley no.16-no.18 
3 cc untuk folley no.8-no.12 
5. hubungkan kateter dengan urinal bag 
6. oleskan pelumas pada + 1/3 ujung kateter 
7. pegang kateter sedemikian rupa dengan satu tangan sedangkan tangan yang
lain:

31
Pada laki-laki : 

1. memegang penis bagian dorsal distal gland penis 


2. diposisikan untuk tegak agar meatus uretra nampak jelas 
3. masukkan ujung kateter melalui meatus 
4. perlahan-lahan didorong hingga kateter masuk maksimal (sampai pangkal) 
5. dorongan secara konstan dan gentle 
6. isi balon kateter (sesuai kapasitas kateter) 
7. perlahan-lahan kateter ditarik hingga balon sampai pada dinding leher buli-buli/
bladder neck 

8. olesi cream antibiotic daerah meatus 


9. kateter difiksasi dengan plester pada daerah SIAS 

32
Pada Wanita: 

1. Eksposure meatus urethrae 


2. Membuka labia dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri 
3. Masukkan kateter melalui meatus eksternus + 10 cc ke dalam buli-buli. 
4. Isi balon kateter (sesuai kapasitas kateter) 
5. Kateter ditarik perlahan-lahan hingga balon sampai dinding leher buli-
buli/bladder neck. 
6. Olesi cream AB di daerah meatus 
7. Fiksasi kateter dengan plester pada bagian medial 

33
BAB III
PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Prosedur pemasangan infus :


o Pemasangan infus adalah suatu tata cara pengembalian dan cara mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
o Pemberian nutrisi parental dan suplemen nutrisi

Prosedur pemasangan nasal kanul dan masker oksigen


o Pemberian oksigen adalah suatu tata cara pemberian oksigen pada penderita yang
mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen
o Pemberian oksigen digunakan pada pasien yang mengalami trauma paru , anoksia atau
hipoksia
o Pemberian oksigen bertujuan untuk memenuhi pasien yang kekurangan oksegen.

Prosedur pemasangan NGT


o Pemasukkan makanan cair/obat obatan cair
o Pengeluaran cairan/isi lambung dan gas yang terdapat didalam lambung
o Pengambilan specimen pada lambung

Prosedur pemasangan kateter urin


o Pemasukkan selang karet atau plasrtik, melalui uretra atau kandung kemih

4.2. SARAN
Bagi para mahasiswa agar lebih serius dan semangat dalam pembelajaran di
kampus maupun diluar sekolah dan terlebih mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata
dalam kehidupannya.
34
DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul, A.Aziz dkk.2004.Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:EGC

2. Goodner, Brenda.1994.Panduan Tindakan Keperawatan Klinik Praktis.Jakarta:EGC

3. Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik
Stanhope, Marcia dkk.1997.
4. Buku Saku Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah.Jakarta:EGC
5. http://e-learning-keperawatan.blogspot.com/2009/01/tindakan-pemasangan-nasogastric-

tube.html

6. http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation.

7. http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/06/pemasangan-slang-nasogastrik-ngt.htm

8. https://delimaerikadwi.wordpress.com/2013/10/24/makalah-pemasangan-kateter/

35

Anda mungkin juga menyukai