Disusun Oleh :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT. Karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penilis dapat menyusun makalah
ini yang berjudul “prosedur pemasangan infus, nasal kanul, masker oksigen
dan NGT” tepat pada waktunya.
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang sering
dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini tinggi resiko terjadinya infeksi yang akan
menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus
akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah
ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus
dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).
Infus cairan intravena (intravenous fluids infusion) adalah pemberian sejumlah
cairan ke dalam tubuh, melalui sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik)
untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.(Yuda, 2010)
Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Tidak
makan atau tidak minum mungkin masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang
hinga sampai pada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tidak mendapatkan oksign
maka akan langsung fatal akibatnya.Tidak hanya untuk bernafas dan mempertahankan
kehidupan, oksigen juga sangat dibutuhkan untuk mtabolisme tubuh. Oksigen juga bias
dijadikan sarana untuk mengatasi berbagai macam penyakit.
Oksigen ialah salah satu komponen gas yang unsure vital dalam proses metabolism
tubuh, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal
elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem
respirasi,kardiovaskuler,dan keadaan hematologis.
Prosedur kerja pada pemberian oksigen ada beberapa cara antara lain :
A. Kanula nasal
B. Masker oksigen
1
Nasogastric Tubes (NGT) sering digunakan untuk menghisap isi lambung, juga
digunakan untuk memasukan obat-obatan dan makananan. NGT ini digunakan hanya
dalam waktu yang singkat. (Metheny & Titler, 2001).
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam
memasukan dan melakukan perawatan NGT adalah sangat dibutuhkan.
Bagi anak-anak,kebutuhan akan NGT disebabkan oleh beberapa kondisi seperti anomali
anatomi jalan makanan; oesophagus atau alat eliminasi, kelemahan reflek menelan, distress
pernafasan atau tidak sadarkan diri. Keselamatan adalah selalu menjadi perhatian,dimana
kerjasama perawat pasien dan keluarga sangat dibutuhkan dan pada sebagian anak
terkadang agak sedikit dipaksakan.
kateter adalah alat yang berbentuk pipa yang terbuat dari karet, plastik, metal
woven slik dan silikon yang fungsi dari alat kateter tersebut ialah memasukkan atau
mengeluarkan cairan. Kandung kemih adalah sebuah kantong yang berfungsi untuk
menyimpan atau menampung airseni yang berubah-ubah jumlahnya yang dialirkan oleh
sepasang ureter dari sepasang ginjal. Pemasangan kateter adalah pemaukkan selang yang
terbuat dari plastik atau karet melalui uretra menuju kandung kemih (vesika urinaria)
Sebagai perawat profesional,harus berhati-hati dalam melaksanakan tindakan serta
memperhatikan keunikan variasi di dalam melaksanakan tindakan secara aman dan
nyaman. (WALLEY & WONG, 2000).
2
c. Jelaskan kontraindikasi dari pemasangan infus, nasal kanul dan masker oksigen
serta pemasangan nasogastric (NGT)
d. Jelaskan alat dan bahan (disertai gambar prosedur tindakan) dari pemasangan infus,
nasal kanul dan masker oksigen serta pemasangan nasogastric (NGT)
3
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah pemasangan infus lebih tepat jika menggunakan istilah Kanulasi intravena
perifer atau kateterisasi intravena perifer atau dengan istilah venipuncture. Hal ini
disebabkan ada beberapa kegunaan lain dari sekedar memasukan cairan infus, yaitu
termasuk:
Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid,
digoxin)
4
Pasien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui
Intra vena
Pasien yang membutuhkan pencegahan gangguan cairan dan elektrolit.
Pasien yang mendapatkan tranfusi darah
Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi
(kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps
(tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.
Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan
dengan injeksi intramuskuler.
Pada seseorang dengan penyakit berat, pemberian obat melalui intravena langsung
masuk ke dalam jalur peredaran darah. Misalnya pada kasus infeksi bakteri dalam
peredaran darah (sepsis). Sehingga memberikan keuntungan lebih dibandingkan
memberikan obat oral. Namun sering terjadi, meskipun pemberian antibiotika
intravena hanya diindikasikan pada infeksi serius, rumah sakit memberikan
antibiotika jenis ini tanpa melihat derajat infeksi. Antibiotika oral (dimakan biasa
melalui mulut) pada kebanyakan pasien dirawat di RS dengan infeksi bakteri, sama
efektifnya dengan antibiotika intravena, dan lebih menguntungkan dari segi
kemudahan administrasi RS, biaya perawatan, dan lamanya perawatan.
Obat tersebut memiliki bioavailabilitas oral (efektivitas dalam darah jika dimasukkan
melalui mulut) yang terbatas. Atau hanya tersedia dalam sediaan intravena (sebagai
obat suntik). Misalnya antibiotika golongan aminoglikosida yang susunan
kimiawinya “polications” dan sangat polar, sehingga tidak dapat diserap melalui jalur
gastrointestinal (di usus hingga sampai masuk ke dalam darah). Maka harus
dimasukkan ke dalam pembuluh darah langsung.
Pasien tidak dapat minum obat karena muntah, atau memang tidak dapat menelan
obat (ada sumbatan di saluran cerna atas). Pada keadaan seperti ini, perlu
5
dipertimbangkan pemberian melalui jalur lain seperti rektal (anus),
sublingual (di bawah lidah), subkutan (di bawah kulit), dan intramuskular
(disuntikkan di otot).
Kesadaran menurun dan berisiko terjadi aspirasi (tersedak—obat masuk ke
pernapasan), sehingga pemberian melalui jalur lain dipertimbangkan.
Kadar puncak obat dalam darah perlu segera dicapai, sehingga diberikan melalui
injeksi bolus (suntikan langsung ke pembuluh balik/vena). Peningkatan cepat
konsentrasi obat dalam darah tercapai. Misalnya pada orang yang mengalami
hipoglikemia berat dan mengancam nyawa, pada penderita diabetes mellitus. Alasan
ini juga sering digunakan untuk pemberian antibiotika melalui infus/suntikan, namun
perlu diingat bahwa banyak antibiotika memiliki bioavalaibilitas oral yang baik, dan
mampu mencapai kadar adekuat dalam darah untuk membunuh bakteri.
Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui IV.
1. Petugas kesehatan
Cuci tangan : untuk mencegah infeksi nosokomial berikut contoh cuci tangan yang
benar:
8
2. Pasien
– Alkohol swab
– Balutan infus, plester
– Alas
– Tali pembendung (Torniquet)
– Tiang infus
11
– Bengkok/tempat sampah
– Troley
– Spalk (bila perlu)
b. Lingkungan
– Nyaman
– Pasang skerm (untuk privasi pasien)
– Ruang tindakan (untuk pasien tertentu, misalnya anak-anak)
PROSEDUR PEMASANGAN INFUS
1. Beritahu pasien
2. Siapkan alat
3. Petugas cuci tangan, pakai APD
4. Pasang skerm/gorden
5. Pasang alas
6. Pasang infus set ke botol infus sbb:
12
13
14
7. Pilih vena yang baik
8. Pasang torniquet 4-6 inci diatas tempat penusukan
15
9. Desinfeksi kulit tempat penusukan dengan gerakan melingkar
dari pusat keluar dengan alkohol swab
16
10.Pegang tangan/pergelangan tangan pasien dengan tangan kiri
sambil Fiksasi vena, letakkan ibu jari anda diatas vena untuk
mencegah pergerakan dan untuk meregangkan kulit melawan
arah penusukan .
11.Tusuk vena dengan bevel jarum menghadap keatas (dengan
sudut 30-40 derajat), tusukan searah aliran vena ½ kateter
(terlihat darah akan mengisi tabung kateter vena).
17
12. Tangan kanan menahan/memegang jarum infus, tangan kiri
mendorong kateter sampai kateter masuk semua.
18
13. Cabut jarum infus dan hubungkan kateter dengan infus set
yang sudah dipersiapkan.
14. Lepaskan torniquet
15. Alirkan cairan infus, cek lancar/tidak, adakah tanda-tanda
bengkak
16. Fiksasi, atur tetesan sesuai instruksi dan atur tinggi botol infus
± 85 cm dari jantung pasien.
19
17. Beri label, rapihkan alat,
20
2.2. PEMASANGAN NASAL KANUL DAN MASKER OKSIGEN
22
2.2.2. masker oksigen
2.2.2.1. Definisi masker oksigen
24
- TATA KERJA.
25
6. Pasien dengan distensi abdomen karena gas,darah dan cairan Keracunan
makanan minuman Pasien yang membutuhkan nutrisi melalui NGT Pasien yang
memerlukan NGT untuk diagnosa atau analisa isi lambung
27
A. Tahap Prainteraksi
28
o dengan menggunakan stetoskop di daerah lambung.
Masukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam mangkok yang
berisi air. Jika ada gelembung udara berarti masuk kedalam paru-
paru, jika tidak ada gelembung udara berarti masuk kedalam
lambung.
11. Fiksasi selang NGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung.
12. Tutup ujung luar NGT.
Makanan yang bisa di masukkan lewat NGT adalah makanan cair, caranya adalah
sebagai berikut: Siapakan spuit besar ukuran 50 cc.
29
2.4. PEMASANGAN KATETER URIN
Posisi
laki-laki : telentang
wanita : telentang “ frog leg”
Tehnik pemasangan
Persiapan :
31
Pada laki-laki :
32
Pada Wanita:
33
BAB III
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
4.2. SARAN
Bagi para mahasiswa agar lebih serius dan semangat dalam pembelajaran di
kampus maupun diluar sekolah dan terlebih mahasiswa mendapatkan pengalaman nyata
dalam kehidupannya.
34
DAFTAR PUSTAKA
3. Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik
Stanhope, Marcia dkk.1997.
4. Buku Saku Keperawatan Komunitas dan Kesehatan Rumah.Jakarta:EGC
5. http://e-learning-keperawatan.blogspot.com/2009/01/tindakan-pemasangan-nasogastric-
tube.html
6. http://en.wikipedia.org/wiki/Nasogastric_intubation.
7. http://athearobiansyah.blogspot.com/2008/06/pemasangan-slang-nasogastrik-ngt.htm
8. https://delimaerikadwi.wordpress.com/2013/10/24/makalah-pemasangan-kateter/
35