Nim : R014191035
CI LAHAN CI INSTITUSI
A. Tindakan
Tindakan yang dikerjakan adalah pemasangan infus pada Ny. S dengan diagnosa
medis nodul thyroid extra yang berumur 42 tahun.
D. Hasil tindakan
Hasil dari tindakan yaitu terpasangnya infus NaCl 0,9 % 20 TPM, dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada klien serta
sebagai transportasi obat dapat tercapai. Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan
tindakan adalah selang infus tidak berisi udara dengan ujung dalam kondisi steril dan posisi
jarum saat menusuk menghadap ke atas. Mempertahankan posisi 15o-30o pada saat
penusukan dimulai dan apabila sudah masuk ke vena posisi jarum harus sejajar dengan
kulit untuk mengurangi risiko tusukan terhambat. Selain itu, menggunakan teknik one hand
saat menutup jarum untuk menghindari tertusuk jarum.
Tindakan yang dilakukan dimulai dengan persiapan alat yang akan digunakan,
setelah itu ke pasien. Menyambungkan infus set dengan konekta dan NaCl 0,9% lalu
mengalirkan cairan tersebut agar infus set tidak berisi udara didalamnya. Selanjutnya,
menginspeksi atau mencari vena pasien yang memungkinkan untuk dipasangkan infus.
Setelah vena sudah didapat, usap terlebih dahulu dengan alkohol swab dengan tekhnik
sekali usap lalu dekatkan IV Catheter ke pasien dengan posisi jarum saat menusuk
menghadap ke atas, dengan posisi 15o-30o tusuk vena pasien yang telah di usap
menggunakan alkohol swab. Setelah terdapat darah dalam IV Catheter dan kondisi vena
baik (tidak bengkak) maka sambungkan infus set dengan IV Catheter lalu alirkan
cairannya. Selanjutnya yaitu memberikan pleseter hypafix ke IV Catheher tersebut agar
tidak goyang.
E. Analisa tindakan
Pemasangan infus antara yang dilakukan di rumah sakit dengan teori secara umum
telah sesuai. Alat-alat yang digunakan lengkap, prosedur telah sesuai, dan prinsip-prinsip
dalam pemasangan infus juga diperhatikan sehingga aman (safety) bagi klien dan petugas
kesehatan. Pemasangan infus merupakan prosedur invasif dan merupakan tindakan yang
sering dilakukan di rumah sakit. Namun, hal ini resiko tinggi terjadinya infeksi yang akan
menambah tingginya biaya perawatan dan waktu perawatan. Tindakan pemasangan infus
akan berkualitas apabila dalam pelaksanaannya selalu mengacu pada standar yang telah
ditetapkan, sehingga kejadian infeksi atau berbagai permasalahan akibat pemasangan infus
dapat dikurangi, bahkan tidak terjadi (Priharjo, 2008).
F. Hambatan
Selama tindakan pemasangan infus dilakukan, tidak ada kendala yang dapat
menghambat proses tindakan dari peralatannya karena telah disediakan selengkapnya.
G. Kesimpulan dan saran
Pemasangan infus adalah hal dasar yang perlu dilakukan pada klien yang
mengalami sakit untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit klien. Tindakan
pemasangan infus yang dilakukan di rumah sakit pada Ny. S sesuai dengan teori, baik
komunikasi terapeutik, peralatan yang digunakan, maupun prosedur yang dilakukan
sehingga untuk ke depannya diharapkan prosedur tersebut tetap dipertahankan dan dapat
ditingkatkan. Perawat juga perlu memerhatikan teknik aseptik agar mengurangi risiko
terjadinya plebitis.