LEUKORRHEA
Disusun oleh :
Diki Apriwan
Avisena Pratama
Karina Jurnalis
Fitria Indriyani
Anggita Angelina Pratamilangsa
Andini Kharistiananda
Andina Tila Fajrina
Risyad Alamsyah H
Juhartatik
Husin Alatas
1102008076
1102008049
1102008129
1102008106
1102006037
1102006032
1102004019
1102008220
1102006139
1102006115
Pembimbing:
Dr.Mayor M Birza Rizaldi,SpOG
Dr.Mathius S Gasong,SpOG
BAB I
PENDAHULUAN
Keputihan sudah menjadi penyakit umum yang diderita kaum perempuan .
Normalnya, seorang perempuan memang mengeluarkan lendir pada organ
reproduksinya sebagai pembersih bagian tersebut. Seperti halnya lendir pada
bagian organ lain seperti mulut, hidung dan lainnya, lendir pada organ reproduksi
juga menjadi penyeimbang suhu tubuh, Namun, apabila lendir di vagina
jumlahnya banyak, berwarna putih seperti susu basi atau kuning kehijauan,
bahkan berbau, baik disertai gatal atau tidak, maka keadaan ini disebut vaginitis
(keputihan). Penyakit keputihan sangat sering dijumpai dan menjadi problem pada
wanita. Sekitar 75 persen wanita di dunia pernah mengalaminya.(1)
Banyak orang menyangka bahwa keputihan yang punya istilah medis
leukorea atau fluor albus ini hanya kondisi yang normal saja. Namun, sewaktuwaktu, lendir itu pun dapat jadi pertanda adanya penyakit yang perlu diwaspadai.
Lendir dalam vagina itu pun sangat dipengaruhi dengan kondisi hormon. Karena,
lendir ini terdiri dari epitel dan leukosit. Leukosit penting untuk membunuh
kuman. Bila kandungan leukositnya meningkat pada lendir tersebut dan warnanya
berubah, patut dicurigai adanya sifat patologis. Ada beberapa penyebab keputihan,
di antaranya infeksi oleh kuman (bakteri), jamur, parasit, dan virus. Keputihan
juga bisa disebabkan oleh gangguan hormonal akibat mati haid (menapouse),
adanya keganasan atau kanker pada alat kelamin terutama di leher rahim.(1)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Batasan
Leukorrhea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala
yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak
berupa darah.(7) Menurut kamus kedokteran Dorland, lekorrhea adalah secret putih
dan kental dari vagina dan rongga uterus. Leukorrhea bukan penyakit melainkan
suatu gejala dan merupakan gejala yang sering dijumpai dalam ginekologi. Secara
normal selalu seorang wanita mengeluarkan cairan dari alat kemaluannya yang
berasal dari:
Lendir servix
2.2 Patofisiologi
A. Asal Cairan/Fluor
- Vulva
Sekret dalam vulva dihasilkan oleh kelenjar kelenjar bartholini dan
skene. Sekret ini bertambah pada perangsangan, misalnya suatu coitus.
Kalau kelenjar-kelenjar tersebut meradang misalnya karena infeksi dengan
gonokokus, maka secret berubah menjadi fluor.
- Vagina
Vagina tidak mempunyai kelenjar dan dibasahi dengan cairan transudat
dan oleh lendir dari servik. PH dalam vagina 5, disebabkan karena
kegiatan basil doderlein yang mengubah glikogen yang terdapat dalam
epitel vagina menjadi acidum lacticum. Dalam kehamilan, cairan vagina
bertambah secara fisiologis.
- Serviks
Sekret serviks yang normal bersifat jernih, liat dan alkalis. Secret ini
dipengaruhi hormon-hormon ovarium baik kuantitas maupun kualitasnya.
Sekret bertambah juga pada infeksi (servisitis) yang dipermudah
kejadiannya oleh robekan serviks dan tumor serviks.
- Corpus uteri
Hanya menghasilkan secret pada fase post ovulatoar. Secret bertambah
pada endometritis akut, kalau ada sisa plasenta, polyp, mioma submukosa,
dan carcinoma.
- Tuba
Walaupun jarang mengeluarkan fluor albus, kadang-kadang terjadi pada
hydrosalpinx profluens.(5)
B. Komponen Sekret Vagina yang Normal
Sekret vagina terdiri dari beberapa komponen yang meliputi air, elektrolit,
mikroorganisme, sel-sel epitel dan senyawa organik seperti asam lemak,
protein dan karbohidrat. Komponen-komponen ini bergabung untuk
menghasilkan sekret vagina dengan pH kurang dari 4,5. Sel epitel berasal
dari epitel toraks serviks dan epitel gepeng vagina. Flora vagina yang
normal terdiri dari mikroorganisme yang mengkolonisasi cairan vagina
dan sel epitel. Leukosit, meskipun normalnya terdapat pada fase sekresi
siklus menstruasi, biasanya hanya ditemukan dalam jumlah kecil.(2)
C. Pengaruh Hormon Seks
Cairan vagina dan flora mikroba dipengaruhi oleh hormon-hormon seks.
Peningkatan volume dan penurunan viskositas cairan vagina terjadi setelah
ovulasi, dalam hal ini hormon progesteron memegang peranan. Estrogen
meningkatkan kadar glukosa dalam cairan vagina. Tidak jelas apakah
estrogen meningkatkan pergantian glikogen atau kandungan glikogen selsel epitel, yang kemudian dapat mempengaruhi jenis organisme yang
mengkolonisasi
epitel.
Sehingga
wanita
premenarche
dan
pasca
Dua faktor lain yang mempengaruhi jenis organisme yang terdapat dalam
flora vagina adalah pH dan terdapatnya glukosa. Kandungan glikogen
epitel vagina pasti meningkat pada wanita yang menstruasi (dalam masa
reproduksi) dibandingkan wanita yang tidak dalam masa reproduksi.
Kandungan asam laktat dalam vagina menimbulkan pH yang sangat asam
(kurang dari 4,5). Asam laktat diproduksi tidak hanya oleh metabolisme
laktobasilus yang menggunakan glukosa sebagai substrat tetapi juga oleh
metabolisme bakteri lain yang menggunakan glikogen sebagai substrat dan
oleh metabolisme sel-sel epitel vagina yang juga menggunakan glikogen
sebagai substrat. Kemudian pH rendah ini menyokong pertumbuhan
organisme asidofilik seperti laktobasilus. Terdapatnya laktobasilus
mungkin menjadi pusat pembatasan pertumbuhan bakteri lainnya.
Kolonisasi laktobasilus vagina yang berat menghambat pertumbuhan
organisme lain melalui metabolisme sendiri dengan mempertahankan pH
yang rendah dengan menggunakan glukosa untuk menghasilkan asam
laktat, dengan memproduksi hidrogen peroksida yang menghambat
pertumbuhan bakteri anaerob, dan dengan menggunakan glukosa tersebut
memusnahkan organisme lain karena substrat untuk metabolismenya telah
dipergunakan. Di antara wanita pasca menopause, kandungan glikogen sel
yang rendah karena pengurangan kadar estrogen diperkirakan bertanggung
jawab terhadap peningkatan pH vagina. Pada lingkungan pH yang tinggi
ini efek penghambatan dan persaingan laktobasilus dihilangkan dengan
demikian organisme-organisme lain terutama yang anaerob akan
berproliferasi.(2)
E. Mikro-Ekosistem Epitel Vagina
Sel-sel epitel mempunyai tempat bagi perlekatan bakteri dan kemampuan
bakteri tertentu untuk menempati tempat tersebut berbeda-beda di antara
pasien yang satu dengan lainnya. Beberapa wanita sangat rentan terhadap
infeksi karena selnya mengandung tempat yang mudah dilekati bakteri.
Flora normal yang menempel pada sel-sel epitel vagina dan merupakan
mikro-ekosistem epitel vagina akan menghambat pertumbuhan organisme
patologik yang berlebihan dengan paling sedikit dua mekanisme. Pertama
flora normal pasti menggunakan kedua zat gizi substrat yaitu glukosa dan
glikogen.
Kedua
dengan
menghasilkan
produk
metabolik
yang
stafilokokus
epidermis
dan
Gardnerella
vaginalis.
b.
Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah
pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin.
Waktu disekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen.
Leukore disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan
c.
d.
e.
Kondisi tubuh/Fisiologi(6,8)
Akibat penyakit kronis yang menahun yang dapat melemahkan daya tahan
tubuh orang tersebut sehingga menyebabkan keluarnya cairan keputihan
secara berlebihan dan juga bisa terjadi pada wanita yang senantiasa tegang
atau stress.(8)
2.
3.
Infeksi(6,8)
Penyebab paling penting dari leukorrhea patologik ialah infeksi. Disini
cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuningkuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dam berbau. Radang vulva,
vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leucorrhea
patologik(8)
4.
Benda asing(6,8)
Benda asing ini bermacam-macam seperti kondom, benang IUD yang
tertinggal didalam vagina, kelainan fistula akibat persalinan atau tindakan
operasi, hubungan antara rektum dengan vagina atau antara kandung
kencing dengan vagina, serta tissue pembasuh.(8)
5.
Neoplasma(6)
Pada kanker, sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah
terjadi kerusakan sel. Pada carcinoma cervix terjadi pengeluaran cairan
yang banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan dari
sel yang rusak dan seringkali disertai darah yang tidak segar akibat
pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memberikan makanan
dan oksigen pada sel kanker tersebut.
6.
Vaginitis atrofikans(6,8)
Sesudah menopause (atau sesudah fungsi ovarium ditiadakan dengan jalan
pembedahan atau penyinaran) epitel vagina menjadi atrofis dengan hanya
tertinggal lapisan sel basal. Epitel demikian itu mudah kena infeksi, dan
radang dapat menjalar ke jaringan di bawah epitel. Penyakit ini
menyebabkan leukorea dan rasa gatal dan pedih.(7)
kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah
hubungan seksual
Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan,
berbusa dan berbau amis.
Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang
hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital. Tidak
ada komplikasi yang serius
Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna
kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang
abnormal.(3,4)
2.4 Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesa :
-
Pekerjaan
2. Pemeriksaan :
a.
b. Spekulum :
- Mungkin ada warna kemerahan difus, radang mukosa vagina dengan
sekret vagina kental atau encer dan berbau
- Atau mungkin terdapat sekret kental, putih dan chessy serta rasa yang
sangat gatal pada vulva : khas candidiasis.
c. Preparat langsung : Swab vagina yang langsung dipoleskan pada objek
glass.
-
d. Kertas indikator Ph
e. Pemeriksaan bimanual
f. Pemeriksaan urine(8)
10
11
12
Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah infeksi traktus urogenitalis yang disebabkan oleh
protozoa yaitu T. vaginalis. Masa inkubasi berkisar antara 4 - 21 hari. Pada wanita
T. vaginalis paling sering menyebabkan infeksi pada epitel vagina, selain pada
uretra, serviks, kelenjar Bartholini dan kelenjar skene.
pelindung
(kondom)
dengan
seseorang
yang
mengidap
Bila ada keluhan, biasanya berupa cairan vagina yang banyak, sekitar
50% penderita mengeluh bau yang tidak enak disertai gatal pada vulva
dan dispareunia.
13
Bila ada keluhan umumnya berupa cairan yang berbau amis seperti
ikan terutama setelah melakukan hubungan seksual
14
Pemeriksaan pH vagina > 4,5 , penambahan KOH 10% pada duh tubuh
vagina tercium bau amis (whiff test)
15
16
BAB III
PEMBAHASAN
Ketepatan dalam mendiagnosis penyebab leukorrhea merupakan kunci
utama dalam keberhasilan pengobatan, sehingga sangat perlu mengidentifikasi
mikroorganisme penyebabnya secara pasti.
Anamnesis
Dalam anamnesis harus terungkap apakah lekore ini fisiologis atau
patologis. Selain disebabkan karena infeksi harus dipikirkan juga
kemungkinan ada benda asing atau neoplasma
Pemeriksaan klinis
Pada pemeriksaan spekulum harus diperhatikan sifat cairannya seperti
kekentalan, warna, bau serta kemungkinan adanya benda asing, ulkus dan
neoplasma (kelompok khusus). Pemeriksaan dalam dilakukan setelah
pengambilan sediaan untuk pemeriksaan laboratorium
Laboratorium
17
Pengobatan
Pengobatan terapi jangan semata-mata bertumpu pada hasil-hasil
pemeriksaan laboratorium. Pada pengalaman klinik, ternyata kebanyakan
lekore disebabkan oleh infeksi campuran sehingga harus diberikan terapi
kombinasi. Selain terapi untuk pasien dan pasangannya pada waktu
bersamaan harus juga diberikan penyuluhan/konseling bahwa obat harus
dimakan sesuai anjuran dan tidak melakukan hubungan selama pengobatan
dan harus melalukan pemeriksaan ulang sesuai anjuran
Pengawasan
Pada kunjungan ulang dilakukan pemeriksaan klinis dan laboratorium
untuk menilai keberhasilan terapi dan menentukan langkah selanjutnya.
Bila lekore masih ada, sedangkan tanda klinis sudah hilang, perlu
dipikirkan sebab lain misalnya hormon. Bila keadaan memburuk dan
timbul reinfeksi harus dicari penyebabnya, bila perlu dilakukan
pemeriksaan kultur dan resistensi serta diulangi sesuai protokol.(5)
Leukorrhea yang bervariasi mulai dari cair sampai kental dan sangat
gatal (pruritus vulva)
18
Tanda inflamasi : dapat ditemukan eritem (+), edem (+) pada vulva dan
labia, lesi diskret pustulopapular (+), dermatitis vulva
Laboratorium: pH vagina < 4,5, Whiff test (-). Pada sediaan gram :
bentuk ragi (+) dan pseudohifa (+)
Pengobatan
-
19
Pengobatan
-
20
Pengobatan
-
21
Trichomoniasis
Vaginosis
Bakterial
PENYEBAB
C.albicans
T.vaginalis
G.vaginalis
Bakteri anaerob
Mycoplasma
Bau asam
Bau
Bau amis
+
+
+
+
+
+
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Sedikit-sedang
Putih
Encer/menggumpal/cheesy
plaques
Banyak
Kuning
Encer/berbusa
purulen
Sedang
Putih Keabuan
Encer/berbusa.
Homogen, tipis,
melekat pada
dinding vagina
KELUHAN
bau duh tubuh vagina
lecet pada vulva
iritasi pada vulva
dispareunia
GEJALA
- Vulvitis/vaginitis
- Duh tubuh vagina
Jumlah
Warna
konsistensi
DIAGNOSIS
- pH vagina
- Whiff test
- Mikroskopis
KOH 10%
Gram
4,5
(-)
> 4,5
seringkali (+)
> 4,5
(+)
(+)
Gerakan
Trichomonas (+)
Banyak sel PMN
NaCl
Kandidosis Vulvovaginalis
- Klotrimazol 500 mg
intravagina, dosis tunggal
atau
- Klotrimazol 200 mg /
intravagina selama 3 hari
atau
- Nistatin 100.000 unit /
intravagina selama 14
hari atau
Trichomoniasis
- Metronidazole 2 gr
peroral, dosis tunggal
atau
- Metronidazole 2x500
mg peroral, selama 7
hari
22
Vaginosis Bakterial
- Metronidazole 2 gr
peroral,
dosis
tunggal atau
- Metronidazole
2x500 mg peroral, 2
kali selama 2 hari
atau
- Ampisilin 500 mg
peroral
4xsehari
- Flukonazole 150 mg /
peroral dosis tunggal
atau
- Ketokonazole 200 mg
2x1 tablet selama 5 hari
atau
- Itrakonazole 200 mg 2x1
tablet selama 1 hari
selama 7 hari
- Krim
klindamisin
vagina
2%,
intravagina selama 7
hari atau
- Gel metronidazole
0,75% intravagina
2xsehari selama 5
hari
Pengobatan:
-
Pengobatan:
-
23
ENCER,
BERBUSA,
BERBAU,
KUNING
KEHIJAUAN
SUSPEK:
TRIKOMONIASI
S
VAGINOSIS
PUTIH
KENTAL,
SUSU BASI,
YOGHURT
BERNANAH,
SERVIKS
PURULENT
KELOMPOK
KHUSUS
PUTIH-ABU
SUSPEK:
GONORE
KLAMIDIASI
S
SUSPEK:
KANDIDIASIS
BAKTERI
LABORATORIUM: MIKROSKOPIK PREPARAT BASAH
NaCl 0,9%-----KOH-----PENGECATAN GRAM
PEMERIKSAAN TAMBAHAN: TES PAP, BIAKAN, SEROLOGIS
PENGOBATAN: -PASIEN DAN PASANGANNYA
-PENYULUHAN DAN KONSELING
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.indonesiaindonesia.com/f/17771_keputihan_wanita/
LEKORE MASIH ADA
Pikirkan:
cara
2. http://karyatulisilmiahkeperawatan.blogspot.com/2008/11/mengenalLEKORE TIDAK ADA
pengobatan reinfeksi,
keputihan-leukorrhea.html
sebab lain
3. Berek, Jonathan S, et all. Genitourinary Infections and Sexually
24
4. Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti, DR. Penyakit
Kulit Dan Penyakit Kelamin pada Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
Ketiga, Cetakan Pertama. FKUI Jakarta. 1999. Hal. 103-106, 347-358,
359-364.
5. Sastrawinata S. Infeksi pada Ginekologi Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Elstar. Bandung. 1981.
Hal. 109-112.
6. Wijayanegara, dkk. Lekore pada Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri
dan Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bagian ke II. Bagian/SMF
Obstetri dan Ginekologi FKUP/RSUP Dr. Hasan Sadikin. Bandung. 2005.
Hal. 65-68.
7. Wiknjosastro, dkk. Radang dan Beberapa Penyakit Lain Pada Alat
Genital Wanita pada Ilmu Kandungan, Edisi kedua, Cetakan Keempat.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo. Jakarta. 2005. Hal. 271312.
8. Indoskripsi
2009.
leukorrea.
Dikutip
dari
25