MIOPI
ILMU KESEHATAN MATA
Pembimbing :
dr. Agah Gajdali, Sp.M
dr. Gartati Ismail, Sp.M
dr. Henry A.W, Sp.M
dr. Hermansyah, Sp.M
dr. Mustafa K.S, Sp.M
Disusun oleh :
Muhammad Ridwan 1102009189
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. D
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 15 tahun
Alamat
: Jl. Asrama Brimob Pulogadung Jakarta Timur
Warga Negara
: Indonesia
Suku
: Jawa
Agama
: Islam
Status
: Belum menikah
Pekerjaan
: Pelajar
Pendidikan
: Pelajar SMA
Tgl masuk
: 25 Juli 2016
Tgl pemeriksaan : 25 Juli 2016
No. RM
: 655663
Riwayat Perawatan : Poli Mata, Rumah Sakit POLRI
II.
ANAMNESA (Autoanamnesa)
A. KELUHAN UTAMA
Pasien merasa pandangannya kabur saat membaca menggunakan kacamata yang
dimiliki sebelumnya sejak 2 minggu sebelum periksa ke dokter.
B. KELUHAN TAMBAHAN
C. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Seorang pasien perempuan berumur 15 tahun, datang kebagian mata Rumah
Sakit POLRI, untuk memeriksakan matanya, dikarenakan pasien merasa pandangannya
kabur saat membaca. Sebelumnya pasien telah menggunakan kacamata yang
dimilikinya sejak 3 tahun yang lalu, namun selama 2 minggu belakangan ini pasien
merasa dirinya sulit untuk membaca tulisan yang dekat. Kemudian pasien
memeriksakan diri ke bagian mata Rumah Sakit POLRI.
D. RIWAYAT GANGGUAN DAHULU
-
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: (+)
: disangkal
: disangkal
: disangkal
E. RIWAYAT KELUARGA
-
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
Keadaan Umum
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Suhu
Frekuensi Nafas
Bentuk Badan
: Baik
: Compos mentis
: 110/70 mmHg
: 80x /menit
: 36,5 derajat Celcius
: 18x /menit
: Normal
B. STATUS OFTALMOLOGI
Visus
OD
OS
5/7.5 F
S- 7.00;C-1.00X180 => 5/5
5/7,5 F
S-6.50;C-1.50X15 => 5/5
(DE-)
(DE-)
Ortoforia
Ortoforia
TIO
N/palpasi
N/palpasi
Palpebra superior
(-)
(-)
(-)
(-)
edema (+)
edema (-)
edema (-)
edema (-)
Konjungtivabulbi
Injeksisiliar (-)
Injeksisiliar (-)
Kornea
Palpebra inferior
Konjungtivatarsalis superior
IV.
Dalam, jernih,
Dalam, jernih,
Iris
Bulat, batastegas,
sinekia anterior (-),
sinekia posterior (-)
Bulat, batastegas,
sinekia anterior (-),
sinekia posterior (-)
Pupil
sentral
sentral
Lensa
Jernih
Jernih
Vitreus
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Fundus
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
RESUME
Seorang pasien perempuan berumur 15 tahun, datang kebagian mata Rumah
dimilikinya sejak 3 tahun yang lalu, namun selama 2 minggu belakangan ini pasien
merasa dirinya sulit untuk membaca tulisan yang dekat. Kemudian pasien
memeriksakan diri ke bagian mata Rumah Sakit POLRI
Pada pemeriksaan refraksi :
Visus OD
Visus OS
V.
DIAGNOSIS KERJA
VI.
PENATALAKSANAAN
Vitri
spheri
cylind
Axis
(OD
Prism
a basis m
spheri
(OD)
(OD)
jauh
- 7.00
deka
Vitri
Axi
Prism
a basis d
cylind
vitror
(OS
(OS)
Distan
(OS)
-1.00
180
-6,50
-1,50
15
64
62
VII.
Vitru
PROGNOSIS
Quo Ad Vitam
Quo Ad Fungsionam
Quo Ad Sanactionam
Quo Ad Cosmetican
: Ad Bonam
: Ad Bonam
: Ad bonam
: Ad Bonam
pada
Retina
Helmholtz
menyatakan bahwa
suatu
sebagai
terpisah
reseptor
yang tidak
terstimulasi di antara barisan reseptor yang terstimulasi. Hal ini disebut sebagai
Yes-No-Yes Response pada reseptor di retina
2. Kesalahan Refraksi
Refraksi adalah perubahan arah dari suatu gelombang (cahaya atau
suara) ketika melewati medium yang berbeda indeks refraksinya. Kesalahan
refraksi akan mempengaruhi VA oleh karena bayangan tidak jatuh tepat pada
retina. Hal ini akan memburamkan gambaran detil dari suatu objek.
4. Iluminasi (Penerangan)
VA dipengaruhi oleh iluminasi. Pada retina letak sel-sel kerucut
dan sel-sel batang tersebar secara acak. Pada keadaan yang terang,
semua sel aktif, sehingga didapatkan VA yang tinggi. Pada keadaan
yang redup, hanya sel yang sensitif terhadap cahaya redup yang aktif.
Oleh karena itu pada keadaan cahaya yang redup, kerapatan sel-sel
reseptor akan berkurang. Hal inilah yang menyebabkan VA juga
berkurang pada cahaya redup.
Ukuran VA
Penulisan ukuran VA pada kartu Snellen dapat dibuat dalam satuan feet,
meter, desimal atau Log Mar.
Tabel 1. Satuan VA
Snellen Notation
MAR
logMAR
Decimal
Metric Imperial
6/60
20/200
10
1.0
0.10
6/48
20/160
8.0
0.9
0.13
6/38
20/125
6.3
0.8
0.16
6/30
20/100
5.0
0.7
0.20
6/24
20/80
4.0
0.6
0.25
6/19
20/60
3.2
0.5
0.32
6/15
20/50
2.5
0.4
0.40
6/12
20/40
2.0
0.3
0.50
6/9.5
20/30
1.6
0.2
0.63
6/7.5
20/25
1.25
0.1
0.80
6/6
20/20
1.00
0.0
1.00
6/4.8
20/16
0.80
-0.1
1.25
6/3.8
20/12.5
0.63
-0.2
1.58
6/3.0
20/10
0.50
-0.3
2.00
Menambahkan 3 mm jika jarak pupil pada penglihatan dekat lebih dari 60 mm.
21
B.
KELAINAN REFRAKSI
I.
MIOPIA
Definisi
Miopia (nearsightedness, shortsightedness, penglihatan dekat) yaitu
seseorang tidak bisa melihat benda jauh dengan jelas tapi bisa melihat dengan
jelas benda-benda yang dekat. Hal ini terjadi apabila bayangan dari benda
yang terletak jauh berfokus di depan retina pada mata yang tidak
berakomodasi.
glaukoma, dan miopia degeneratif. Lebih dari 60% miopia muncul pada onset
awal yang disebut denganmiopia juvenil atau miopia anak sekolah, terjadi
pada usia 9-11 tahun dan mengalami progresifitas pada usia remaja awal.
Prevalensi miopia agak menurun pada populasi diatas 45 tahun, mencapai
kira-kira 20% pada usia 65 tahunan, dan sekitar 14% pada usia 70 tahunan.
Beberapa penelitian menyatakan prevalensi miopia lebih tinggi pada wanita
dari pada pria.
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, miopia dibagi menjadi:
a. Miopia refraktif (miopia bias, miopia indeks) yaitu bertambahnya indeks
bias media penglihatan, seperti terjadi pada katarak intumesen di mana
lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat.
b. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan
kelengkungan kornea dan lensa yang normal.Untuk setiap milimeter
tambahan panjang sumbu mata, bertambah pula miopia sebesar 3 dioptri.
Berdasarkan derajat beratnya, miopia dibagi menjadi:
a. Miopia ringan, dimana miopia < 1-3 dioptri.
b. Miopia sedang, dimana miopia 3-6 dioptri.
c. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia >6 dioptri.
Berdasarkanusiaonsetnya, miopiadibagimenjadi:
a. Miopiakongenital, munculketikalahir.
b. Miopiaremaja, munculketikaberusia<20 tahun.
c. Miopiadewasamuda, munculketikaberusia 20-40 tahun.
d. Miopiadewasatua, munculketikaberusia>40 tahun.
Berdasarkan perjanannya, miopia dibagi menjadi:
a. Miopia stasioner, yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.
b. Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa
akibat bertambah panjangnya bola mata.
c. Miopia maligna, yaitu miopia yang berjalan progresif, yang dapat
mengakibatkan ablasio retina dan kebutaan atau sama dengan miopia
pernisiosa atau miopia degeneratif.
Menurut gambaran klinisnya, miopia dibagi menjadi:
23
a. Miopia simpel
Miopia simpel yaitu miopia yang disebabkan oleh pertumbuhan normal
bola mata yang sehat. Peningkatan miopia berhenti pada maturitas dan
dapat
dikoreksi
menjadi
ketajaman
penglihatan
normal.
Miopia
Kondisi
ini
disebut
pseudomiopia
karena
pasien
hanya
24
Antibiotik
Agen antiangina
Antihipertensi
Obat antialergi
Antikonvulsan
Agen sistem saraf
Logam berat
Agen hormonal
Physostigmine, Pilocarpine
Isoniazid, Sulfonamid, Tetrasiklin
Isosorbid dinitrat
Obat-obat adrenergik, diuretik Tiazid
Antihistamin
Methsuximide
Morfin, Opium, Fenotiazin
Arsen
Adrenocorticotrophic hormone,
Corticosteroids, Kontrasepsi
Etiologi
Tabel 3. Etiologi Miopia Berdasarkan Klasifikasinya
Jenis Miopia
Miopia simpel
Etiologi
keturunan, pekerjaan jarak pandang dekat yang
Miopia nokturnal
kekerapannya signifikan
keseringan mata berakomodasi dalam gelap yang
Pseudomiopia
signifikan
kelainan akomodasi, eksoforia tinggi, agen agonis
Miopia
kolinergik
keturunan, retinopati prematur, halangan pada
25
degeneratif
Miopia
media refraksi
Katarak nuklear
terinduksi
terkait
umur,
terpapar
signifikan
Faktor risiko yang meningkatkan terjadinya miopia adalah:
a. Riwayat keluarga dengan miopia (hereditas).
b. Munculnya
miopia
dengan
retinoskopi
nonsikloplegik
saat
masa
Bila huruf terbesar dari optotipe Snellen tidak dapat dilihat, maka
pemeriksaan dilakukan dengan cara meminta penderita menghitung jari
pada bermacam-macam jarak. Hitung jari pada penglihatan normal terlihat
pada jarak 60 m, jika penderita hanya dapat melihat pada jarak 2 m, maka
visusnya sebesar 2/60. Apabila pada jarak terdekat pun hitung jari tidak
dapat terlihat, maka pemeriksaan dilakukan dengan cara pemeriksa
menggerakkan tangannya pada bermacam-macam arah dengan jarak
bermacam-macam dan meminta penderita mengatakan arah gerakan
tersebut. Gerakan tangan pada penglihatan normal terlihat pada jarak 300
m, jika penderita hanya dapat melihat gerakkan tangan pada jarak 1 m,
maka visusnya 1/300.Namun apabila gerakan tangan tidak dapat terlihat
pada jarak terdekat sekalipun, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan
menggunakan cahaya dari senter pemeriksa dan mengarahkan sinar
tersebut pada mata penderita dari segala arah, dengan salah satu mata
penderita ditutup. Pada pemeriksaan ini penderita harus dapat melihat arah
sinar dengan benar, apabila penderita dapat melihat sinar dan arahnya
benar, maka fungsi retina bagian perifer masih baik dan dikatakan
visusnya 1/~ dengan proyeksi baik. Namun jika penderita hanya dapat
melihat sinar dan tidak dapat menentukan arah dengan benar atau pada
beberapa tempat tidak dapat terlihat maka retina tidak berfungsi dengan
baik dan dikatakan sebagai proyeksi buruk. Bila cahaya senter sama sekali
tidak terlihat oleh penderita maka berarti terjadi kerusakan dari retina
secara keseluruhan dan dikatakan visus nol atau buta total.
b. Retinoskopi atau refraksi objektif
Pemeriksaan retinoskopi dilakukan dalam kamar gelap, dengan jarak
pemeriksa dan penderita sejauh 0,5 meter. Sumber cahaya terletak di atas
penderita agak kebelakang dan cahaya ditujukan kepada pemeriksa yang
memegang cermin, dimana cermin kemudian memantulkan cahaya
tersebut ke arah pupil penderita, sehingga pemeriksa dapat melihat refleks
fundus pada pupil penderita melalui lubang pada bagian tengah cermin.
28
Kemudian
pemeriksa
a.
b.
c.
d.
Fundus fotografi
A- dan B-scan ultrasonografi
Lapangan pandang
Pemeriksaan lain, seperti gula darah puasa, dan lain-lain.
Penatalaksanaan
a. Koreksi optikal
Koreksi penglihatan dilakukan dengan memberikan kaca mata atau
lensa kontak yang memberikan penglihatan jauh yang baik. Derajat miopia
diperkirakan dengan menghitung kebalikan dari jarak titik jauh. Dengan
demikian, titik jauh sebesar 0,25 meter menandakan perlunya lensa koreksi
sekitar minus 4 dioptri.
Beberapa keuntungan menggunakan kaca mata yaitu:
astigmat.
Beberapa keuntungan lensa kontak yaitu:
Lensa kontak lebih baik dari segi kosmetik
Lensa kontak memberikan gambaran pada retina yang lebih besar dan
progresivitas miopia.
Indikasi pemakaian lensa kontak antara lain;
Indikasi medik:
- Perbaikan penglihatan: pengganti kacamata, miopia tinggi,
kongenital.
Indikasi kosmetik: pada parut kornea, ptosis, ptisis bulbi.
Indikasi pekerjaan: olahragawan, pilot, aktor.
Kontraindikasi pemakaian lensa kontak antara lain:
Kontraindikasi absolut: peradangan pada blefaritis, konjungtivitis akut,
keratitis.
Kontraindikasi relatif: sindrom mata kering, blep setelah operasi
glaukoma, penderita dengan gangguan kekebalan tubuh, kelainan
palpebra dan silia (kalazion, trikiasis, entropion, koloboma), kelainan
konjungtiva (pterigium, pinguekula).
b. Farmakoterapi
Kadang-kadang sikloplegik dapat digunakan untuk mengurangi respon
akomodasi yang merupakan bagian dari pengobatan pseudomiopia.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa penggunaan harian atropin dan
siklopentolin topikal dapat menggurangi progresivitas miopia pada anak
dengan onset usia muda.Oleh karena terjadi inaktivasi dari otot siliar,
penambahan lensa positif tinggi (2.50 D) diperlukan untuk penglihatan
dekat. Untuk pasien yang memiliki potensi reaksi alergi, reaksi
idiosinkrasi dan toksisitas sistemik, maka penggunaan atropin dalam
jangka waktu lama dapat memberikan efek kebalikannya pada retina.
c. Ortokeratologi
Ortokeratologi adalah penyesuaian lensa kontak setelah jangka waktu
seminggu atau sebulan, untuk meratakan kornea dan mengurangi miopia.
Hasil penelitian dengan standar lensa kotak rigid menunjukkan respon
individu terhadap ortokeratologi sangat beragam, dengan rata-rata
menurunan miopia lebih dari 3.00 D pada beberapa pasien. Terjadinya
penurunan miopia dilaporkan dalam sebuah penelitian rata-rata 0.75-1.00
D, kebanyakkannya terjadi penurunan pada 4-6 bulan pertama dari
ortokeratologi program. Ortokeratologi secara umum hanya digunakan
untuk orang dewasa, meskipun kontrol yang terlihat pada miopia anakanak dengan menggunakan lensa kontak rigid-gas permeable memberikan
efek yang sama dengan ortokeratologi.
d. Operasi refraktif
1) Radial keratotomi (RK)
31
merupakan
metode
terbaru
didalam
operasi
mata,
33
FDA-laser
excimer,
seperti:
miopia
sampai
-14.0D,
mempengaruhi mata.
Dibawah usia 18 tahun (operasi laser tidak diizinkan dibawah
usia 18 tahun oleh FDA, karena mata selalu stabil pada usia
penglihatan.
d. Kondisi mata yang membuat pasien tidak dapat menjalani LASIK,
baik sementara atau permanen, yaitu:
Glaukoma, suspek glaukoma atau hipertensi okular.
Beberapa penyakit mata, seperti uveitis.
Trauma mata atau operasi mata sebelumnya.
Keratokonus, penyakit kornea degeneratif atau pre keratokonus.
Katarak.
Penyakit retina.
e. Pasien harus bebas dari penyakit dan pengobatan yang dapat
mempengaruhi penyembuhan, seperti penyakit autoimun (rematik
artritis, lupus eritematosus), gangguan immunodefisiensi (HIV),
diabetes, dan obat-obat lain seperti steroid, retinoid acid, dan lainlain.
34
35
Komplikasi
37
Ablasi retina terjadi karena pada miopia tinggi terbentuk stafiloma sklera
posterior yang terletak dipolus posterior, maka retina harus meliputi
permukaan yang lebih luas sehingga teregang dan menimbulkan fundus
tigroid. Akibat regangan mungkin dapat menyebabkan ruptura dari pembuluh
darah retina dan mengakibatkan perdarahan yang dapat masuk kedalam badan
kaca, mungkin juga terjadi ablasi retina akibat timbulnya robekan karena
tarikan.
Strabismus esotropia terjadi karena pada pasien miopia memiliki
pungtum
remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau kedudukan konvergensi
yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata
ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esotropia. Bila
terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat
ambliopia.
Prognosis
Prognosis dari miopia simpel sangatlah bagus. Pasien dapat memperoleh
penglihatan jauh yang baik dengan menggunakan koreksi.Hal ini tergantung
juga dengan derajat miopianya, astigmat, anisometropia dan fungsi akomodasi
dari pasien.Pemeriksaan secara teratur sangat penting untuk penderita
degeneratif miopia karena mereka mempunyai faktor risiko untuk terjadinya
ablasio retina, degerasi retina atau masalah lainnya.
II.
HIPERMETROPI
Hipermetropi atau juga dikenali sebagai rabun dekat (farsightedness dalam Bahasa Ingris)
pertama kali diidentifikasi dan dideskripsikan oleh Kastner pada tahun 1855. Pada tahun
1858, Donders menyarankan penggunaan terminologi hipermetropia, namun Helmoltz pada
tahun 1859 tetap menyarankan penggunaan kata hiperopia.
38
Definisi
Hipermetropi adalah anomali refraksi yang mana tanpa akomodasi, sinar sejajar akan
terfokus di belakang retina. Sinar divergen dari objek dekat, akan difokuskan
lebih jauh di belakang retina.
Epidemiologi
Hipermetropi merupakan anomali perkembangan dan secara praktis semua mata
adalah hipermetropik pada saat lahir. 80% hingga 90% mata didapati hipermetropi pada 5
tahun pertama kehidupan. Pada usia 16 tahun, sekitar 48% mata didapati tetap hipermetropik.
Pada masa remaja, derajat hipermetropi akan berkurang karena panjang axial mata bertambah
sehingga periode pertumbuhan berhenti. Pada masa itu, hipermetropi yang menetap akan
menjadi relatif konstan sehingga munculnya presbiopia.
Pada studi yang dilakukan di Amerika, 1 dari 8 anak (12,8%) antara usia 5 hingga 17
tahun hipermetropi, studi yang dilakukan di Polandia mendapati 1 dari 5 anak (21%) antara
usia 6 hingga 18 tahun hipermetropi, studi di Australi mendapati 4 dari 10 anak (38,4%)
antara usia 4 hingga 12 tahun hipermetropi, studi di Brazil mendapati 7 dari 10 anak (71%)
dalam satu kota hipermetropi.
Etiologi
1. Panjang axial (diameter bola mata) mata hipermetropi lebih kurang dari panjang axial
mata normal.
2. Berkurangnya konveksitas dari kornea atau kurvatura lensa
3. Berkurangnya indeks refraktif
4. Perubahan posisi lensa
Klasifikasi
39
2. Hipermetropi Manifes
3. Hipermetropi Fakultatif
Akan tetapi, pasien dengan hipermetropi laten akan menolak pemakaian lensa
positif karena akan mengaburkan penglihatannya.
Pasien dengan hipermetropi fakultatif bisa melihat dengan jelas tanpa lensa
positif tapi juga bisa melihat dengan jelas dengan menggunakan lensa positif
40
4. Hipermetropi Absolut
Penglihatan subnormal
Penglihatan jarak jauh juga bisa menjadi kabur terutama pada usia lanjut
Hipermetropi Total bisa dideteksi setelah proses akomodasi diparalisis dengan agen
sikloplegia.
Hiperopia
Hiperopia Laten
Hiperopia Manifes
Pemeriksaan Oftalmologi
o Visus tergantung usia dan proses akomodasi dengan menggunakan
o Snellen Chart
o Refraksi retinoskopi merupakan alat yang paling banyak digunakan untuk
pengukuran objektif hipermetropi. Prosedurnya termasuk statik retinoskopi,
refraksi subjektif, dan autorefraksi
o Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi termasuk
pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg,
amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis
o Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum untuk
mendiagnosa penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan hiperopia.
Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan
warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan
segmen anterior dan posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan
dengan ophthalmoskopi indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen
media dan posterior
Penatalaksanaan Hipermetropi
1. Sejak usia 5 atau 6 tahun, koreksi tidak dilakukan terutama tidak munculnya gejalagejala dan penglihatan normal pada setiap mata.
2. Dari usia 6 atau 7 tahun hingga remaja dan berlanjut hingga waktu presbiopia,
hipermetropi dikoreksi dengan lensa positif yang terkuat. Bisa memakai kaca mata
atau lensa kontak.
3.
III.
ASTIGMATISME
Astigmatisme pertama kali dideskripsi dengan tepat oleh Thomas Young pada tahun
1801. George Biddle Airy pada tahun 1829 merupakan orang pertama untuk mengkoreksi
astigmatisme dengan menggunakan lensa sferosilinder. Pada tahun 1866, Dr. John Green
menghasilkan chart jarak jauh pertama untuk menilai astigmatisme. Pada tahun yang sama,
H. Knapp telah memperkenalkan metode untuk menentukan lokasi aksis pada astigmatisme
yang digunakan hingga sekarang.
43
cara autosomal dominan. Astigmatisme juga bisa terjadi setelah trauma atau jaringan parut
pada kornea, penyakit mata yang termasuk tumor pada kelopak mata, insisi pada kornea atau
karena faktor perkembangan. Astigmatisme tidak menjadi lebih parah dengan membaca di
tempat yang kurang pencahayaan, duduk terlalu dekat dengan layar televisi atau menjadi
juling.
Jika distorsi terjadi pada kornea, disebut astigmatisme kornea, sedangkan jika distorsi
terjadi pada lensa, disebut astigmatisme lentikular.
Astigmatisme juga bisa terjadi karena traksi pada bola mata oleh otot-otot mata
eksternal yang merubah bentuk sklera menjadi bentuk astigma, perubahan indeks refraksi
pada vitreous, dan permukaan yang tidak rata pada retina.
Klasifikasi
Ada banyak tipe astigmatisme, tergantung dari kondisi optik.
1. Simple hyperopic astigmatism Satu meridian prinsipal adalah emmetropik; yang
satu lagi hiperopik
2. Simple miopic astigmatism Satu meridian prinsipal adalah emmetropik; yang satu
lagi miopik
3. Compound hyperopic astigmatism Kedua meridian prinsipal hiperopik pada derajat
yang berbeda
4. Compound miopic astigmatism Kedua meridian prinsipal miopik pada derajat yang
berbeda
5. Mixed astigmatism Satu meridian prinsipal adalah hiperopik, yang satu lagi miopik
Compound
compound
mixed
hypermetropic Myopic
simple
simple
hypermetropi
c
myopic
astigmatism
astigmatism
astigmatism
Astigmastism
Astigmatism
5. Mata berair
6. Kelelahan mata
7. Memiringkan kepala untuk melihat dengan lebih jelas
Diagnosis Astigmatisme
1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda astigmatisme
2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Visus tergantung usia dan proses akomodasi dengan menggunakan Snellen
Chart
b. Refraksi Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien
diminta untuk memperhatikan kartu tes astigmatisme dan menentukan garis
yang mana yang tampak lebih gelap dari yang lain. Contohnya, pasien yang
miopia pada meridian vertikal dan emmetropia pada meridian horizontal akan
melihat garis-garis vertikal tampak distorsi, sedangkan garis-garis horizontal
tetap tajam dan tidak berubah. Sebelum pemeriksaan subjektif ini, disarankan
menjadikan penglihatan pasien miopia untuk menghindari bayangan
difokuskan lebih jauh ke belakang retina. Selain itu, untuk pemeriksaan
objektif, bisa digunakan keratometer, keratoskop, dan videokeratoskop
c. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi termasuk
pemeriksaan duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg,
amplitud dan fasilitas akomodasi, dan steoreopsis
d. Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum untuk
mendiagnosa penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan astigmatisme.
Pemeriksaan ini termasuk reflek cahaya pupil, tes konfrontasi, penglihatan
warna, tekanan intraokular, dan pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan
segmen anterior dan posterior dari mata dan adnexanya. Biasanya pemeriksaan
dengan ophthalmoskopi indirect diperlukan untuk mengevaluasi segmen
media dan posterior
47
PRESBIOPIA
Definisi
Presbiopia adalah penglihatan di usia lanjut, merupakan perkembangan normal yang
berhubungan erat dengan usia lanjut dimana proses akomodasi yang diperlukan untuk melihat
dekat perlahan-lahan berkurang. Biasanya terjadi diatas usia 40 tahun, dan setelah umur itu,
umumnya seseorang akan membutuhkan kaca mata baca untuk mengkoreksi presbiopianya.
48
pasien memerlukan kaca mata untuk membaca dekat, tapi tidak tampak kelainan bila
dilakukan tes, dan pasien biasanya akan menolak preskripsi kaca mata baca
2. Presbiopia Fungsional Amplitud akomodasi yang semakin menurun dan akan
didapatkan kelainan ketika diperiksa
3. Presbiopia Absolut Peningkatan derajat presbiopia dari presbiopia fungsional,
dimana proses akomodasi sudah tidak terjadi sama sekali
4. Presbiopia Prematur Presbiopia yang terjadi dini sebelum usia 40 tahun dan
biasanya berhungan dengan lingkungan, nutrisi, penyakit, atau obat-obatan.
5. Presbiopia Nokturnal Kesulitan untuk membaca jarak dekat pada kondisi gelap
disebabkan oleh peningkatan diameter pupil
4. Selain kaca mata untuk kelainan presbiopia saja, ada beberapa jenis lensa lain yang
digunakan untuk mengkoreksi berbagai kelainan refraksi yang ada bersamaan dengan
presbiopia. Ini termasuk:
a. Bifokal untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif
b. Trifokal untuk mengkoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh. Bisa yang
mempunyai garis horizontal atau yang progresif
c. Bifokal kontak - untuk mengkoreksi penglihatan jauh dan dekat. Bagian
bawah adalah untuj membaca. Sulit dipasang dan kurang memuaskan hasil
koreksinya
51
d. Monovision kontak lensa kontak untuk melihat jauh di mata dominan, dan
lensa kontak untuk melihat dekat pada mata non-dominan. Mata yang
dominan umumnya adalah mata yang digunakan untuk fokus pada kamera
untuk mengambil foto
e. Monovision modified lensa kontak bifokal pada mata non-dominan, dan
lensa kontak untuk melihat jauh pada mata dominan. Kedua mata digunakan
untuk melihat jauh dan satu mata digunakan untuk membaca.
5. Pembedahan refraktif seperti keratoplasti konduktif, LASIK, LASEK, dan
keratektomi fotorefraktif.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophtalmology. Basic & Clinical Science Course 2003-2004.
Section 3 Optics, Refraction, and Contact Lenses.
2. Montgomery TM. Anatomy, Physiology & Pathology of the Human Eye. 2006.
Available at <http://www.tedmontgomery.com/the_eye/index.html>
3. Visual Acuity. Wikipedia, The Free Encyclopedia. Available at
<http://en.wikipedia.org/wiki/Visual_acuity>
4. Hartstein J. Review of Refraction. St. Louis : The CV Mosby Company;1971.p.16-45.
52
5. Riordan-Eva P, White OW. Optik dan Refraksi. Dalam : Vaughn DG, Asbury T, RiordanEva P. Editor.Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Penerbit Widya Medika;1996.p.389406.
6. Albert E. Sloane, George E. Gracia. Manual of Reraction, 3rd edition. Little, Brown and
Company. USA. 1979.
7. Kalloniatis M, Luu C. Psychophysics of Vision-Visual Acuity. In : Kolb H, Fernandez E,
Nelson R. editors. Webvision The Organization of the Retina and Visual System.
University of Utah. 2005. Available at : http://webvision.med.utah.edu/KallSpatial.html
8. Myopia. http://www.emedicine.com/OPH/topik255.htm,
9. Ilyas, Sidarta,Prof.dr.H. SpM. Ilmu penyakit Mata, FKUI, hal: 76-78, 2002
10. Vaughan, Daniel G dkk. Oftalmologi umum. Penerbit EGC.edisi 14, 2000
11. Myopia. Canadian Ophtalmological Society.www.eyesite.ca
12. Walling, Anne D, Fredrick,M.D.DR. Shortsightedness: a review of causes and
interventionsTips
from
Other
Journals-Myopia
treatment.
www.goglee.com/myopia.htm.
53