Anda di halaman 1dari 17

Meet The Expert

PEMERIKSAAN REFRAKSI SUBJEKTIF

Oleh :

Sulastri 1840312268
Yeni Novi Yanti 1840312277
Hifzil Husni 1840312314
Putri Wahyuni 1840312413
Norma Sartika Yulinar 1840312416

Preseptor :
dr. Rinda Wati Sp.M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya
sehingga makalah yang berjudul “ Pemeriksaan Refraksi Subjektif ” ini dapat penulis
selesaikan. Makalah ini merupakan salah satu syarat untuk mengikuti kepaniteraan klinik
di bagian Ilmu Kesehatan Mata RSUP Dr. M. Djamil Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas Padang.
Terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah banyak membantu
menyusun makalah ini dan khususnya kepada dr. Rinda Wati Sp.M selaku pembimbing dan
juga kepada rekan-rekan dokter muda.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukan untuk perbaikan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua
dalam menambah pengetahuan dan pemahaman, khususnya mengenai pemeriksaan
refraksi subjektif.

Padang, 26 Oktober 2018

Penulis

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata adalah salah satu indra tubuh yang memiliki fungsi optik yang mirip dengan
kamera. Pada mata terdapat pupil sebagai pengatur jumlah cahaya, lensa yang berfungsi
sebagai media refraksi dan retina sebagai tempat jatuhnya bayangan cahaya. Lensa mata
merupakan sebuah lensa cembung yang akan membiaskan cahaya membentuk bayangan
terbalik dan diperkecil. Bayangan ini nantinya diteruskan melalui nervus optikus menuju
otak untuk diterjemahkan sebagai gambaran dengan sisi yang tegak dan sama besar.
Proses yang berperan dalam penglihatan yaitu fungsi refraksi dari mata. Refraksi
adalah prosedur untuk menentukan dan mengukur setiap kelainan optik. Pemeriksaan
refraksi sering diperlukan untuk membedakan pandangan kabur akibat kelainan refraksi
dan pandangan kabur akibat kelainan medis pada sistem penglihatan. Selain menjadi dasar
untuk penulisan resep kacamata atau lensa kontak koreksi, prosedur ini juga memiliki
fungsi diagnostik. Fungsi refraksi yang normal atau emetropia terjadi bila sinar sejajar
masuk terfokus di retina dengan mata dalam keadaan istirahat tidak berakomodasi.
Pemeriksaan refraksi dalam mendiagnosis kelainan refraksi sangatlah penting,
terutama dalam menentukan besarnya koreksi untuk mengkoreksi kelainan refraksi. Salah
satu teknik pemeriksaan refraksi terdiri dari pemeriksaan refraksi subjektif. Teknik
pemeriksaan refraksi subjektif tergantung kepada respon pasien dalam menentukan koreksi
refraksi.

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini membahas mengenai definisi, tujuan pemeriksaan dan klasifikasi dari
pemeriksaan refraksi subjektif pada mata.

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan pemahaman
penulis mengenai pemeriksaan refraksi subjektif pada mata.

3
1.4 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan kepustakaan yang merujuk pada beberapa
literatur

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Pemeriksaan refraksi adalah metode yang digunakan untuk menentukan besarnya


koreksi refraksi pada mata yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan refraksi subjekti,
objektif ataupun kombinasi. Refraksi subyektif adalah istilah yang digunakan untuk
membandingkan suatu lensa terhadap lensa lainnya dengan perubahan tajam penglihatan
sebagai kriterianya, untuk mencapai kombinasi kekuatan lensa yang memberikan
ketajaman penglihatan yang maksimal. Karena kesimpulan ketajaman penglihatan
maksimal sangat bergantung pada pernyataan dan pendapat individu yang diuji, kombinasi
resultan dioptri mungkin tidak selalu mewakili status refraksi murni mata yang diperiksa.
Salah satu kendala pemeriksaan refraksi subjektif yaitu hasil pemeriksaan sangat
bergantung pada laporan pasien dari perbedaan ketajaman penglihatan pada setiap
percobaan kekuatan refraksi

Pemeriksaan refraksi subjektif adalah pemeriksaan refraksi yang lebih mengutamakan


kemampuan pasien dalam mengoreksi perubahan refraksi yang dialami, Pemeriksaan
refraksi subjektif terdiri dari tiga tahap yang berbeda. Pertama untuk mengoreksi
komponen sferis dari kelainan refraksi dan menentukan adanya komponen astigmatisme.
Kedua untuk menentukan kelainan astigmat, dan ketiga adalah menyeimbangkan dan/atau
memodifikasi koreksi refraksi untuk tampilan visual yang optimal serta kenyamanan
pasien.

2.2 Tujuan

Tujuan pemeriksaan refraksi subjektif ialah :

1. Untuk mendapatakan hasil korek si refraksi yang lebih baik dari pada pemeriksaan
objektif saja
2. Untuk mendapatakan koreksi lensa spheris yang lebih tajam

5
3. Untuk mendapatkan koreksi kelainan penyerta astigmatisme
4. Mengetahui apakah kelainan spheris ametropia

2.3 Klasifikasi

2.3.1 Pemeriksaan Visus

Visus atau visual aquity (VA) merupakan salah satu ukuran dari ambang penglihatan.
Kata aquity berasal dari bahasa latin yaitu acuitas yang berarti ketajaman. Maka VA
berkenaan dengan ketajaman atau kejelasan penglihatan seseorang. VA menggambarkan
kemampuan seseorang untuk melihat dan mengidentifikasi suatu objek serta untuk melihat
fungsi penglihatan seseorang.

Cara memeriksa visus ada beberapa tahap. Menggunakan chart yaitu membaca chart
dari jarak yang ditentukan yaitu 6 meter, digunakan jarak sepanjang itu karena pada jarak
tersebut mata normal akan relaksasi dan tidak berakomodasi.

Kartu yang digunakan ada beberapa macam:

a. Snellen chart yaitu kartu bertuliskan beberapa huruf dengan ukuran yang berbeda
untuk pasien yang bisa membaca.
b. Chart yaitu kartu yang bertuliskan huruf E tetapi arah kakinya berbeda-beda.
c. Cincin landolt yaitu kartu dengan tulisan berbentuk huruf C tapi dengan arah cincin
yang berbeda-beda.

Cara memeriksa :

a. Kartu diletakkan pada jarak 6 meter dari pasien. Jika berjarak 6 m berarti visus
normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki 20/20
b. Pencahayaan harus cukup
c. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien
diminta membaca kartu.

6
Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :

a. Jika pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visu 6/6 berarti tidak perlu membaca
pada baris berikutnya karena visus normal

b. Jika pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal, maka
cek pada baris tersebut

c. Jika hanya tidak bisa membaca 1 huruf dalam satu baris, berarti visusnya terletak pada
baris tersebut dengan false 1.

d. Jika tidak bisa membaca 2 huruf dalam satu baris, berarti visusnya terletak pada baris
tersebut dengan false 2

e. Jika tidak bisa membaca lebih dari detengah jumlah huruf yang ada, berarti visusnya
berada di baris tepat di atas baris yang tidak dapat dibaca.

Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat untuk
memfokuskan titik pada penglihatan pasien), dengan menggunakan pinhole dapat
dibedakan apakah penurunan visus terjadi karena kelainan refraksi atau bukan. Jika visus
tetap berkurang berarti penurunan visus bukan karena kelainan refraksi, dan sebaliknya
jika visus menjadi lebih baik dari sebelumnya berarti terdapat kelainan refraksi.

7
Pada pasien yang tidak dapat melihat dan membaca kartu, maka dilakukan
penghitungan jari. Penghitungan jari di mulai pada jarak tepat di depan Snellen chart, yaitu
6 m. Bila pasien dapat menghitung jari pada jarak 6 m maka visusnya 6/60. Jika pasien
tidak dapat menghitung jari 6 m, di majukan jadi 5 m, 4 m, 3m sampai 1 m di depan pasien.

Jika tidak dapat menghitung jari pada jarak 1 m, maka dilakukan pemeriksaan dengan
lambaian tangan. Lambaian tangan dilakukan tepat 1 m didepan pasien, berupa lambaian
ke atas,kanan, kiri dan bawah. Bila pasien dapat menyebutkan adanya lambaian, berarti
visusnya 1/300 dengan proyeksi benar apabila pasien dapat menyebutkan arah lambaian,
atau proyeksi salah apabila pasien tidak dapat menyebutkan arah lambaian.

Bila pasien tidak bisa melihat lambaian tangan, maka dilakukan penyinaran dengan
menggunakan pen light. Jika dapat melihat sinar, berarti visusnya 1/~. Tentukan arah
proyeksi, jika pasien dapat menyebutkan dari mana arah sinar yang datang berarti visusnya
1/~ dengan proyeksi benar. Proyeksi sinar ini di cek dari 4 arah. Hal tersebut unt uk
mengetahui apakah tangkapan retina masih bagus pada 4 sisinya yaitu temporal, nasal,
superior, dan inferior.

2.3.2 Pemeriksaan Trial and Error

Pemeriksaan refraksi subjektif dengan teknik trial and error dilakukan dengan cara
mencoba menempatkan lensa sferis negatif atau positif sehingga didapatkan visus 6/6.
Lensa sferis negatif yang dipilih adalah lensa sferis negatif terke:il dan untuk lensa sferis
positif, dipilih lensa sferis positif terbesar.

Berikut langkah-langkah pemeriksaan dengan teknik trial and error :

a. Koreksi visus dilakukan jika pasien dapat membaca huruf snellen. Pemeriksaan
dilakukan dengan teknik trial and error

b. Pasang trial frame. Koreksi dilakukan bergantian dengan cara menutup salah satu

mata

8
c. Pasang lensa sferis +0,5 D. Setelah diberikan lensa sferis +0,5 D, jika tajam penglihatan
membaik berarti pasien hipermetropi

d. Koreksi dilanjutkan dengan cara menambah atau mengurangi lensa sferis sampai
didapatkan visus 6/6

e. Koreksi yang diberikan pada hipermetrop adalah koreksi lensa sferis positif terbesar
yang memberikan visus sebaik-baiknya

f. Jika diberikan lensa sferis positif bertambah kabur, bearti miopia. Maka lensa diganti
dengan lensa sferis negatif

g. Koreksi dilanjutan dengan cara menambah atau mengurangi lensa sferis sampai
didapatkan visus 6/6

h. Koreksi diberikan pada miopia adalah koreksi lensa sferis negatif terkecil yang
memberikan visus sebaik-baiknya

i. Jika visus tidak bisa mencapai 6/6, maka dicoba dengan memakai pinhole.

9
2.3.3 Teknik Pemeriksaan Refraksi Pada Astigmat
2.3.3.1 Teknik Astigmatic Dial
Astigmatic dial merupakan pemeriksaan grafik dengan garis-garis yang
tersusun secara radial yang dapat digunakan untuk menentukan aksis
astigmatisme. Seberkas cahaya dari titik sumber digambarkan oleh mata
astigmat sebagai Sturm konoid. Jari-jari astigmat yang sejajar dengan meridian
mata astigmat akan digambarkan sebagai garis tajam sesuai dengan garis-garis
fokus Sturm konoid.1,2,3,7

Langkah-langkah yang digunakan dalam pemeriksaan refraksi dengan dial astigmat


adalah sebagai berikut :

1. Ketajaman visual terbaik hanya dengan lensa sferis


2. Buramkan penglihatan sekitar 20/50, dengan menambahkan lensa positif & missal
S+300
3. Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat
4. Pasien ditanya tentang garis pada kipas astigmat yang paling jelas terlihat ( Paling
hitam dan tajam ). Bila belum terlihat perbedaan tebal garis garis kipas astigmat
maka lensa S+3 diperlemahkan sedikit demi sedikit sehingga pasien dapat
menentukan garis mana yang terjelas dan terkabur
5. Tambahkan silinder negatif dengan aksis tegak lurus terhadap garis yang paling
hitam dan tajam sampai semua garis terlihat sama
6. Bila sudah dapat melihat garis garis pada kipas astigmat dengan jelas, lakukan tes
dengan kartus snelen

10
7. Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu snelen, maka mungkin lensa positif yang
diberikan terlalu berat sehingga perlu mengurangi lensa positif atau menambah
lensa Negatif.
8. Pasien diminta membaca kartu snelen pada saat lensa negatif ditambah perlahan-
lahan hingga ketajaman penglihatan menjadi 6/6. Kurangi sferis positif atau tambah
dengan lensa negatif sampai diperoleh ketajaman visual yang terbaik.

2.3.3.2 Uji silinder Axis

Jackson cross cylinder dapat digunakan untuk menentukan sumbu axis dan kekuatan
astigmatisme dengan memposisikan titik merah dan putih di sumbu axis dapat ditentukan
kekuatan.

Lensa JCC adalah lensa yang memiliki lensa spherocylindrical yang memiliki
komponen kekuatan sferis dan komponen kekuatan silinder dengan kekuatan dua kali lebih
besar dari kekuaan lensa sferis, dan tanda yang berlawanan, seperti +0,50 OS dengan -1.00
DC. Hal ini menghasilkan daya bias meridian bersih 0,50 DC dalam satu meridian utama
dan -0.50 DC pada meridian lainnya (hingga 50 DC). Crossed cylinder +0.25 OS dengan -
0.50 DC (hingga 25 DC) atau +0.37 OS dengan -0.75 DC (hingga 37 DC), dan lain-lain,
juga ada. Dengan demikian, dua sumbu utama dari lensa crossed cylinder menunjukkan
kekuatan silinder yang sama dari tanda yang berlawanan. Meridian utama terdapat pada
tepi lensa sehingga dapat terlihat oleh pemeriksa.1

Cara menentukan sumbu axis:

1. Posisikan Jackson Cross Cylinder sehin gga titik put ih dan merah berada diantara
sudut aksis yang diperkirakan.
2. Balikkan posisi Jackson Cross Cylinder pada pasien sehingga didapatkan dua
pilihan yang mana yang lebih jelas.
3. Putarkan Jackson Cross Cylinder kearah titik putih untuk mendapatkan sumbu
aksis yang lebih baik

11
Langkah pertama dalam pemeriksaan refraksi cross-silinder adalah dengan
mengatur lensa sferis untuk menghasilkan ketajaman visual terbaik tanpa akomodasi.
Buramkan penglihatan yang akan diperiksa dengan lensa sferis positif saat pasien
melihat grafik; kemudian kurangi kekaburan sampai ketajaman visual terbaik diperoleh.
Jika terdapat astigmat, pengurangan keburaman menempatkan lingkaran yang tidak
tampak jelas tepat pada retina. Hal tersebut dinamakan astigmat campuran. Kemudian,
tampilkan 1-2 garis diatas dari ketajaman visual yang terbaik. Kemudian gunakan cross-
silinder, pertama untuk perbaikan aksis silinder dan kemudian untuk perbaikan kekuatan
lensa silinder.3

Gambar 5.

Sumbu lensa JCC dapat diubah tanpa dibalik dengan rotasi lensa JCC searah atau
berlawanan dengan arah jarum jam. Pegangan JCC dirotasi 45 deraja searah jarum jam
dari gambar A. Pada kondisi with-the rule atau against-the-rule okular astigmat,
orientasi meridional lensa JCC pada gambar A dapat digunakan untuk menilai sumbu
silinder, dan orientasi pada gambar B dapat digunakan untuk menilai kekuatan silinder.
Garis vertikal dibawah AXC menunjukkan sumbu dari lensa silinder yang dikoreksi.1

12
Berikut ini langkah-langkah pemeriksaan refraksi cross-silinder:

1.
Atur lensa sferis dengan lensa sferis positif dengan kekuatan terbesar atau
lensa sferis negatif dengan kekuatan terkecil sehingga diperoleh ketajaman
penglihatan yang terbaik.
2.
Gunakan pemeriksaan dengan grafik huruf/angka 1 atau 2 baris diatas
ketajaman visual terbaik pasien.
3.
Jika belum ada koreksi silinder, cari astigmat dengan cross-silinder pada aksis
90° dan 180°. Jika tidak ada, lakukan pada aksis 45° dan 135°.
4.
Perbaiki aksis silinder. Posisikan cross-silinder dengan aksis 45° dari meridian
utama silinder yang sudah dikoreksi. Tentukan pilihan yang terbaik dengan
membalikan cross-silinder, dan rotasikan aksis silinder terhadap aksis cross-
cylinder. Ulangi sampai 2 pilihan tampak sama.
5.
Perbaiki kekuatan silinder. Sejajarkan sumbu cross-silinder dengan meridian
utama dari silinder yang sudah dikoreksi. Tentukan pilihan yang terbaik
dengan membalikkan cross-silinder dan tambahkan atau kurangi kekuatan
sesuai dengan posisi yang lebih disenangi dari cross-silinder. Imbangi
perubahan posisi dari lingkaran yang tidak tampak jelas dengan menambahkan
setengah dari lensa sferis pada arah yang berlawanan setiap kekuatan silinder
diganti.
6.
Perbaiki lensa sferis, aksis silinder, dan kekuatan silinder sampai tidak ada
perubahan yang dibutuhkan.

13
Tabel 2. Perkiraan penglihatan pada penderita astigmat yang tidak dikoreksi1

Tajam penglihatan terbaik Kelainan astigmat dengan lensa

sferis terbaik

6/5 0.25 DC

6/6 0.50-0.75 DC

6/9 1.00-1.25 DC

6/12 1.50-1.75 DC

6/18 2.00-2.25 DC

6/24 2.50-3.00 DC

6/36 3.25-4.00 DC

Tabel 3. Perkiraan rotasi koreksi silinder dengan JCC1

Kekuatan silinder Perkiraan rotasi

≤0.25 DC 300

0.50 DC 150

0.75 DC 100

1.00-1.75 DC 50

2.00-2.75 DC 30

3.00-4.75 DC 20

≥5.00 DC 10

14
2.3.3 Keseimbangan binokular

Langkah terakhir refraksi subjektif yaitu memastikan bahwa terjadi relaksasi


akomodasi pada kedua mata. Beberapa metode keseimbangan binokular umum
digunakan.

1. Fogging

Ketika refraksi akhir diburamkan dengan menggunakan lensa sferis +2,00


sebelum setiap mata, ketajaman penglihatan harus dikurangi menjadi 20/200-
20/100 ( 6/60-6/30 ). Tempatkan lensa sferis -0,25 D sebelum gambar tampak
jelas pada 20/100 (6 /30) atau 20/70 (6/20). Jika mata tidak seimbang, lensa
harus ditambahkan atau dikurangkan setiap 0,25 sampai keseimbangan
tercapai.

Selain uji keseimbangan binokular, metode fogging juga memberikan


informasi mengenai kekuatan lensa yang sesuai. Jika salah satu mata dengan
lensa negatif yang terbesar atau positif yang terkecil, pasien membaca dengan
menjauhi grafik, sejauh 20/70 (6/20), 20/50 (15/6), atau bahkan 20/40 (6/12)
dengan lensa +2.00. Dalam hal ini, titik akhir refraksi harus dipertimbangkan
kembali.1,2,3,7

2. Disosiasi prisma

Tes yang paling sensitif dari keseimbangan binokular adalah disosiasi


prisma. Untuk tes ini, refraksi akhir diburamkan dengan lensa +1.00, dan
prisma vertikal dari 4 atau 5 dioptri prisma (M ditempatkan sebelum satu mata.
Hal ini menyebabkan pasien melihat dua grafik, satu di atas yang lain. Garis
tunggal, biasanya 20/40 (6/12), diisolasi pada grafik, dengan pasien melihat dua
garis terpisah secara simultan, satu untuk setiap mata. Perbedaan antara gambar
buram dari dua mata sekecil lensa 0,25 D dapat segera ditentukan. Pada
prakteknya, lensa +0.25 D ditempatkan sebelum satu mata dan kemudian
sebelum yang lain. Dalam setiap contoh, jika mata seimbang, pasien akan
melaporkan bahwa gambar sesuai dengan mata dengan penambahan lensa
+0.25 D lebih buram. Setelah keseimbangan terbentuk pada kedua mata, lepas

15
prisma dan kurangi keburaman binokular sampai ketajaman visual maksimum
diperoleh.

16
BAB 3

KESIMPULAN

Pemeriksaan refraksi adalah metode yang digunakan untuk menentukan besarnya


koreksi refraksi pada mata yang dapat dilakukan dengan pemeriksaan refraksi subjekti,
objektif ataupun kombinasi. Pemeriksaan refraksi subjektif adalah pemeriksaan refraksi
yang lebih mengutamakan kemampuan pasien dalam mengoreksi perubahan refraksi yang
dialami, Pemeriksaan refraksi subjektif terdiri dari tiga tahap yang berbeda. Pertama untuk
mengoreksi komponen sferis dari kelainan refraksi dan menentukan adanya komponen
astigmatisme. Kedua untuk menentukan kelainan astigmat, dan ketiga adalah
menyeimbangkan dan/atau memodifikasi koreksi refraksi untuk tampilan visual yang
optimal serta kenyamanan pasien.

Pemeriksaan refraksi subjektif terdiri dari pemeriksaan visus, dan pemeriksaan try and
error. Pemeriksaaan refraksi subjektif pada astigmat terdiri dari astigmatic dial dan silinder
axis. Langkah terakhir refraksi subjektif yaitu memastikan bahwa terjadi relaksasi
akomodasi pada kedua mata. Beberapa metode keseimbangan binokular yang digunakan
diantaranya fogging dan disosiasi prisma.

Pemeriksaan refraksi subjektif ini bertujuan untuk untuk mendapatakan hasil koreksi
refraksi yang lebih baik dari pada pemeriksaan objektif, untuk mendapatkan koreksi lensa
spheris yang lebih tajam, untuk mendapatkan koreksi kelainan penyerta astigmatisme, serta
mengetahui apakah kelainan spheris ametropia. Pemeriksaan refraksi subjektif benar,
diharapkan dapat membantu diagnosis pasien agar penatalaksanaannya sesuai dan
memberikan kenyamanan pada pasien.

17

Anda mungkin juga menyukai