Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan Referat ini tepat pada waktunya. Penulis
juga ingin berterimakasih yang sebesar besarnya kepada Dr. Rastri Paramita, Sp.M
yang telah membimbing , dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan Referat ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih untuk orang tua yang senantiasa
memberikan dukungan moril maupun material dan juga ucapan terimakasih penulis
kepada teman teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Pada kesempatan ini, penulis membahas mengenai Kelainan refraksi,
bagaimana mendiagnosis penyakit sampai dengan penatalaksanaannya dan terapi apa
yang direkomendasikan. Penulis berharap semoga Referat ini dapat bermanfaat untuk
semua orang. Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari siapa saja mengenai apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan referat ini.
Daftar Isi
I. PENDAHULUAN........................................................................................................3
II. PEMERIKSAAN........................................................................................................4
a. Cara Pemeriksaan Visus Dasar....................................................................................4
b. Cara Pemeriksaan Low Visual Acuity.........................................................................5
c. Tes Pin Hole.................................................................................................................5
d. Pemeriksaan Refraksi untuk Koreksi Miopia dan Hipermetropia...............................6
e. Pemeriksaan Refraksi untuk Koreksi Presbiop............................................................6
f. Pengukuran Jarak Pupil................................................................................................7
III. KELAINAN-KELAINAN REFRAKSI....................................................................7
A.EMETROPIA...............................................................................................................7
B.MIOPIA........................................................................................................................8
B.HIPERMETROPIA....................................................................................................12
C.ASTIGMATISMA......................................................................................................14
D.PRESBIOPIA.............................................................................................................20
IV. KESIMPULAN........................................................................................................21
REFRAKSI
I. PENDAHULUAN
Mata dapat dianggap sebagai kamera potret, dimana sistem refraksinya
menghasilkan bayangan kecil dan terbalik di retina. Rangsangan ini diterima oleh sel
batang dan kerucut di retina, yang diteruskan melalui saraf optik nervus kedua, ke
korteks serebri pusat penglihatan, yang kemudian tampak sebagai bayangan yang
tegak. Supaya bayangan tidak kabur, kelebihan cahaya diserap oleh lapisan epitel
pigmen di retina. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi, pupil akan mengecil untuk
menguranginya. Refraksi mata ditentukan oleh permukaan kornea, humor akueus,
lensa, badan kaca (vitreous humor) dan panjangnya bola mata.
Keseluruhan sistem refraksi mata ini membentuk lensa yang cembung dengan fokus 23
mm. Dengan demikian pada mata yang emetrop, dalam keadaan mata istirahat, sinar
yang sejajar, yang datang di mata akan dibiaskan tepat di fovea sentralis dari retina.
Pada keadaan normal, cahaya tidak terhingga akan terfokus pada retina,
demikian pula bila benda jauh didekatkan, maka dengan adanya daya akomodasi benda
dapat difokuskan pada retina. Dengan berakomodasi, maka benda pada jarak yang
berbeda-beda akan terfokus pada retina.
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat
kontraksi otot siliar. Akibat akomodasi, daya pembiasan lensa bertambah kuat,
kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai kebutuhan. Makin dekat benda, makin
kuat mata harus berakomodasi. Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks akomodasi.
Reflek ini akan bangkit bila mata melihat kabur, dan pada waktu konvergensi atau
melihat dekat.
II. PEMERIKSAAN
a. Cara Pemeriksaan Visus Dasar
1. Pasien duduk 6 meter (20 feet) dari kartu Snellen
2. Tutup mata kiri dengan okluder atau telapak tangan tanpa menekan bola
mata
3. Minta pasien membaca/mengidentifikasi optotip atau pemeriksa
menunjuk optotip. Dimulai dari yang terbesar hingga yang terkecil, dari
kiri ke kanan, yang masih dapat teridentifikasi sampai hanya separuh
optotip pada satu baris yang teridentifikasi dengan benar.
4. Lihat berapa tajam penglihatan pada baris tersebut. 5. Catat jumlah
optotip yang salah diidentifikasi
6. Ulangi langkah 1-5 untuk mata kiri.
7. Ulangi dengan menggunakan kedua mata dan catat sebagai tajam
penglihatan dua mata
6. Bila bertambah jelas, tambahkan lensa sferis positif hingga pasien dapat
membaca sampai besar huruf 20/30
7. Ulangi langkah yang sama pada mata kiri 8. Ulangi pemeriksaan dengan
kedua mata.
Pada mata ini daya bias mata adalah normal, dimana sinar jauh difokuskan
sempurna di daerah makula lutea tanpa bantuan akomodasi.
Mata emetropia akan mempunyai penglihatan normal atau 6/6 atau 100%. Bila
media penglihatan seperti kornea, lensa, dan badan kaca keruh, maka sinar tidak dapat
diteruskan ke macula lutea. Pada keadaan media penglihatan keruh maka penglihatan
tidak akan 100% atau 6/6
B.MIOPIA
DEFINISI
Miopia atau penglihatan dekat (nearsighted) adalah suatu kelainan refraksi
dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga, oleh mata dalam keadaan
istirahat atau tanpa akomodasi, difokuskan didepan retina. Pada miopia didapatkan
bayangan kabur pada penglihatan jauh sedangkan penglihatan dekat lebih jelas dan
penderita menjadi melihat terlalu dekat.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kelainan refraksi miopia dapat dibagi menjadi 2 yaitu yang
disebabkan oleh sistem optik yang terlalu kuat (miopia refraktif) dan yang disebabkan
oleh jarak anterior posterior bola mata terlalu panjang (miopia aksial).
Jarak anterior posterior bola mata terlalu panjang, dapat merupakan kelainan
kongenital maupun didapat, juga ada faktor herediter. Sebab-sebab aksis lebih panjang
karena konvergensi berlebihan menyebabkan polus posterior mata memanjang.
Kelainan sistem optik penyebabnya dapat terletak pada kornea yang terlalu
cembung, misalnya pada kelainan kongenital (keratokonus dan keratoglobus) maupun
didapat (keratektasia akibat menderita keratitis sehingga kornea menjadi lemah,
dimana tekanan intraokuler menyebabkan kornea menonjol di depan).Lensa yang
terlalu cembung akibat terlepas dari zunula zinii, pada luksasi lensa atau subluksasi
lensa, oleh kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih cembung. Cairan mata, dimana
pada seseorang yang menderita diabetes melitus yang tidak terkontrol dengan baik
menyebabkan tingginya kadar gula dalam humor aqueous, akibatnya indeks bias cairan
meninggi pula.
KLASIFIKASI
Miopi diklasifikasikan berdasarkan pada tingkat dioptri dan secara klinis.
10
11
B.HIPERMETROPIA
DEFINISI
Hipermetropia adalah suatu keadaan kelainan refraksi dimana tanpa akomodasi,
sinar-sinar sejajar yang jatuh di kornea akan difokuskan di belakang retina. Untuk
sinar-sinar yang berjarak kurang dari 5 m, akan difokuskan lebih jauh di belakang
retina.
Hipermetrop aksial
Hipermetrop disebabkan sumbu mata terlalu pendek. Hal ini dapat bersifat
congenital seperti mikrotafmi, ataupun akuisita akibat retinitis sentralis ataupun ablasio
retina yang mengakibatkan jarak lensa ke retina terlalu pendek
2. Hipermetrop pembiasan
Hipermetrop disebabkan daya bias yang kurang. Penyebabnya antara lain pada:
12
KLASIFIKASI
Klasifikasi hipermetropi berdasarkan klinis :
a. Hipermetropia laten, adalah hipermetropia yang hanya dapat terdeteksi dengan
pemberian siklopegik, karena dapat diimbangi seluruhnya dengan akomodasi.
Makin muda seseorang, makin besar komponen hipermetropia laten. Makin tua
seseorang, akan terjadi kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten
menjadi hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia
absolut.
b.
Penglihatan dekat kabur, kecuali pada hipermetrop tinggi atau pada usia tua,
penglihatan jauh juga terganggu
13
KOMPLIKASI
Penyulit yang dapat ditemukan antara lain adalah glaukoma sudut tertutup
karena sudut bilik mata depan dangkal dan strabismus konvergen akibat akomodasi
terus menerus
TERAPI
Terapi dilakukan dengan koreksi menggunakan lensa spheris positif terbesar
yang memberikan visus terbaik dan dapat melihat dekat tanpa kelelahan. Secara umum
tidak diperlukan lensa spheris positif pada hipermetropi ringan, tidak ada astenopia
akomodatif, dan tidak ada strabismus.
C.ASTIGMATISMA
DEFINISI
Astigmatisma
merupakan
suatu
kelainan
refraksi
dimana
didapatkan
14
ETIOLOGI
Penyebab astigmatisma secara garis besar :
1.
Kelainan kornea
Kelainan lensa
pembiasan sinar pada mata tidak sama pada semua bidang atau meridian
keadaan dimana mata lebih rabun jauh pada salah satu sumbu (misal 90 derajat)
dibanding sumbu lainnya (180 derajat)
umumnya akibat kornea berbentuk lonjong (oval) seperti telur, makin lonjong
bentuk kornea makin tingggi astigmatisma mata
15
KLASIFIKASI
Berdasarkan keteraturan meridiannya, astigmatisma terbagi atas:
1.
Astigmatisma reguler
Suatu astigmatisme yang memperlihatkan kekuatan pembiasan bertambah atau
2.
Astigmatisma irreguler
Suatu astigmatisma yang tidak memiliki 2 meridian yang saling tegak lurus.
16
Astigmatisma mixtus
Satu meridian berupa miopia sedangkan meridian yang lain hipermetropia
Contoh : S+2.00 C-5.00 X 180
Ast. M.Simplex
Ast. H. Simplex
Simplex
Ast. M Compositium
Ast. H Compositium
Ast. Mixtus
Astigmatisma oblik
17
DIAGNOSIS
1. Anamnesa gejala-gejala dan tanda-tanda astigmatisme 2. Pemeriksaan Oftalmologi
a. Visus tergantung usia dan proses akomodasi dengan menggunakan Snellen Chart
b. Refraksi Periksa mata satu per satu, mulai dengan mata kanan. Pasien diminta
untuk memperhatikan kartu tes astigmatisme dan menentukan garis yang mana yang
tampak lebih gelap dari yang lain. Contohnya, pasien yang miopia pada meridian
vertikal dan emmetropia pada meridian horizontal akan melihat garis-garis vertikal
tampak distorsi, sedangkan garis-garis horizontal tetap tajam dan tidak berubah.
Sebelum pemeriksaan subjektif ini, disarankan menjadikan penglihatan pasien miopia
untuk menghindari bayangan difokuskan lebih jauh ke belakang retina. Selain itu,
untuk
pemeriksaan
objektif,
bisa
digunakan
keratometer,
keratoskop,
dan
videokeratoskop
c. Motilitas okular, penglihatan binokular, dan akomodasi termasuk pemeriksaan
duksi dan versi, tes tutup dan tes tutup-buka, tes Hirschberg, amplitud dan fasilitas
akomodasi, dan steoreopsis
d. Penilaian kesehatan okular dan skrining kesehatan umum untuk mendiagnosa
penyakit-penyakit yang bisa menyebabkan astigmatisme. Pemeriksaan ini termasuk
reflek cahaya pupil, tes konfrontasi penglihatan warna, tekanan intraokular, dan
pemeriksaan menyeluruh tentang kesehatan segmen anterior dan posterior dari
18
\
Gambar 15. Kartu untuk tes Astigmatisme
PENATALAKSANAAN ASTIGMATISME
1.Astigmatisme bisa dikoreksi dengan menggunakan lensa silinder tergantung gejala
dan jumlah astigmatismenya
2.Untuk astigmatisme yang kecil, tidak perlu dikoreksi dengan silinder
3.Untuk astigmatisme yang gejalanya timbul, pemakaian lensa silender bertujuan untuk
mengurangkan gejalanya walaupun kadang-kadang tidak memperbaiki tajam
penglihatan
4.Aturan koreksi dengan lensa silinder adalah dengan meletakkannya pada aksis 90o
dari garis tergelap yang dilihat pasien pada kartu tes astigmatisme. Untuk
astigmatisme miopia, digunakan silinder negatif, untuk astigmatisme hiperopia,
digunakan silinder positif
5.Untuk astigmatisme irregular, lensa kontak bisa digunakan untuk meneutralisasi
permukaan kornea yang tidak rata.
6.Selain itu, astigmatisme juga bisa dikoreksi dengan pembedahan LASIK,
keratektomi fotorefraktif dan LASEK.
19
D.PRESBIOPIA
DEFINISI
Presbiopia merupakan kelainan refraksi pada mata yang menyebabkan punctum
proksimum mata menjadi jauh. Hal ini disebabkan karena telah terjadi gangguan
akomodasi yang terjadi pada usia lanjut. Presbiopia merupakan suatu keadaan yang
fisiologis, bukan suatu penyakit dan terjadi pada setiap mata.
ETIOLOGI
Gangguan daya akomodasi akibat kelelahan otot akomodasi yaitu menurunnya
daya kontraksi dari otot siliaris sehingga zonulla zinii tidak dapat mengendur secara
sempurna. Gangguan akomodasi juga terjadi karena lensa mata elastisitasnya
berkurang pada usia lanjut akibat proses sklerosis yang terjadi pada lensa mata.
GEJALA KLINIK
Gejala yang timbul akibat gangguan akomodasi pada pasien berusia di atas 40
tahun ini adalah keluhan saat membaca atau melihat dekat menjadi kabur dan
membaca harus dibantu dengan penerangan yang lebih kuat (pupil mengecil), serta
mata menjadi cepat lelah.
Keadaan ini bila tidak dikoreksi akan menimbulkan gejala astenopia yaitu mata
lekas lelah, berair, pusing, cepat mengantuk. Pemeriksaan presbiopia mempergunakan
tes dari Jaeger.
TERAPI
Penatalaksanaan pada penderita presbiopia adalah dengan menggunakan
kacamata sferis positif (S+), yang kekuatannya sesuai dengan umur pasien. Pada
kacamata baca diperlukan koreksi atau penambahan sesuai dengan bertambahnya usia
pasien biasanya adalah :
20
Penambahan kekuatan lensa untuk membaca juga disesuaikan dengan kebutuhan jarak
kerja pasien pada waktu membaca sehingga angka angka di atas tidak merupakan
angka yang tetap. Penambahan maksimal kekuatan lensa yang diberikan pada pasien
presbiopia adalah +3.0, hal ini karena pada keadaan ini mata tidak melakukan
akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dilihat terletak pada
titik api lensa +3.0 dioptri sehingga sinar yang keluar akan sejajar dan bayangan akan
difokuskan tepat pada retina.
IV. KESIMPULAN
Kelainan refraksi adalah salat satu gangguan mata yang dapat mengganggu dalam
kegiatan sehari-hari dan menjadi masalah serius dalam keluhan padqa mata. Kelainan
refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina, dimana terjadi
ketidakseimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan bayangan
yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di
belakang retina dan/ atau tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat
diakibatkan terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias,
dan kelainan panjang sumbu bola mata.
Dalam hal diagnosis dan penatalaksanaan, kelainan refraksi tidak mudah untuk
dideteksi, butuh pembelajaran terus menerus agar dapat memahami dan mengevaluasi
kelainan refraksi. Oleh karena itu, kelainan refraksi harus segera ditanggulangi agar
tidak menjadi lebih berat atau mengganggu aktifitas sehari-hari.
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Montgomery TM. Anatomy, Physiology & Pathology of the Human Eye.
2006. Available at http://www.tedmontgomery.com/the_eye/index.html
2. Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta. Balai Penerbit
FKUI.1999.
3. Vaughan D.G, Asbury T, Eva P.R. Oftalmologi Umum.Edisi 14. Jakarta.
Arcan-Hipokrates.1996.
4. Suhardjo. Ilmu Kesehartan Mata. Edisi 1. Yogyakarta. Bagian Ilmu Penyakit
Mata FKUGM. 2007.
5. Koreksi Pada Mata Miopi. Diuduh dari : http://www.eyecenter.com.ph/
22