Cara Pemeriksaan :
1. REFLEKS CAHAYA
Pada percobaan ini satu mata kita sinari dengan lampu baterai dari arah
samping mata, maka akan terjadi pengecilan celah pupil segera setelah sinar
masuk ke dalam mata dan mengenai retina. Setelah cahaya kita singkirkan,
maka pupil akan melebar lagi secara perlahan-lahan.
2. REFLEKS KONSENSUAL
Dengan kedua mata probandus terbuka, berilah batas antara kedua mata,
misalnya dengan telapak tangan. Satu mata disinari dengan lampu baterai dan
seorang teman mengawasi mata yang lain. Dari percobaan ini didapatkan hasil
bahwa ternyata mata yang tidak disinari juga akan mengalami pengecilan pupil.
B. PEMERIKSAAN VISUS
Ketajaman penglihatan (visus) merupakan faal mata terpenting, sebab mata
memang adalah sebagai indera penglihatan. Pemeriksaannya menggunakan alat
Optotype dari Snellen yang pertama kali disusun oleh Snellen pada tahun 1826.
Kontruksinya merupakan beberapa deret huruf atau angka-angka atau gambar-
ganbar yang dibuat demikian rupa sehingga bagian masing-masing huruf besarnya 1
menit (sudut penglihatan minimum).
Optotype Snellen yang terdiri dari gambar-gambar dipergunakan untuk memeriksa
visus orang-orang yang buta huruf atau kanak-kanak.
1
Praktikum Fisiologi Alat Indra
3
Praktikum Fisiologi Alat Indra
CARA PEMERIKSAAN :
Cara Percobaan :
- Mula-mula probandus melihat dengan dua mata melalui alat Hering. Kemudian
dijatuhkan kelereng- kelereng didepan atau di belakang kawat penunjuk pada
alat Hering. Orang normal akan dapat mengatakan dengan cepat dan tepat
apakah kelereng dijatuhkan didepan atau di belakang kawat penunjuk. Kemudian
dengan satu mata ditutup, probandus kembali diminta untuk melihat dengan alat
Hering, apakah bisa menyebut dengan tepat kelereng dijatuhkan di belakang
atau di depan kawat penunjuk. Dalam hal ini dipergunakan 20 kelereng. Catat
berapa persen kesalahannya.
- Dengan alat yang sama kita tukar kelereng jatuh itu dengan lidi atau batang kayu
kecil dan orang percobaan disuruh menentukan letak lidi itu. Bandingkan bila
dipergunakan satu mata dan dua mata.
-
5
Praktikum Fisiologi Alat Indra
Cara Pemeriksaan :
Gambaran-gambaran pseudo-isochromatis itu diletakkan pada jarak kurang lebih 1
meter dan dilihat satu per satu.
- Gambar no. 1 : Baik orang normal maupun buta warna membaca angka 12.
- Gambar no. 2 : Orang normal membaca 3.
Buta warna merah hijau membaca 5.
Buta warna total tak dapat membaca.
- Gambar no. 3 : Orang normal membaca 15.
Buta warna merah hijau 17.
Total buta warna tak dapat membaca
- Gambar no. 4 : Normal 74
Buta warna merah hijau 21
Total buta warna tak dapat membaca
- Gambar no. 5 : Normal membaca 45
Buta warna tak dapat membaca
- Gambar no. 6 : Normal membaca 97
Buta warna tak dapat membaca
- Gambar no. 7 : Normal membaca 16
FK Unwahas
F. LAPANGAN PENGLIHATAN
Lapangan penglihatan adalah ruangan yang masih dapat dilihat oleh satu mata
tanpa menggerakkan mata tersebut.
Lapangan penglihatan ini untuk daerah temporal, dorsal, atas dan bawah tidak sama
luasnya, sebab terhalang oleh bangunan-bangunan anatomik di sekitar mata.
7
Praktikum Fisiologi Alat Indra
Cara Pemeriksaan :
1. KAMPIMETER.
Dagu orang percobaan diletakkan pada tempat dagu, satu mata difiksasi pada
titik kampimeter, sedang mata yang lain ditutup.
Sebuah benda kecil digerakkan sepanjang sumbu mendatar, tegak dan miring
dari tepi ke tengah. Pada saat benda itu terlihat, titik itu diberi tanda. Bila titik-titik
ini dihubungkan, kita akan mendapatkan lapangan pandang (Campus visi).
Gantilah benda - benda kecil itu dengan warna putih, merah, biru dan hijau.
Bandingkan lapangan penglihatan untuk masing - masing warna tersebut.
2. PERIMETER
Cara percobaan sama dengan memakai kampimeter, hanya saja sebagai ganti
papan tulis dipakai 1/2 lingkaran yang dapat diputar 360 derajat.
Mula-mula meridian perimeter diletakkan mendatar dan dicari lapangan
penglihatan untuk daerah nasal dan temporal. Kemudian kita putar tiap 15 atau
30 derajat untuk menentukan lapangan penglihatan, juga pada saat meridian
dalam keadaan tegak (vertikal ).
Hasil yang didapat dicatat dengan diberi gambar lingkaran pada sumbu - sumbu
yang dipergunakan.
Gambar 6. Kampimeter
Cara Pemeriksaan :
Dengan benda kecil putih kita cari proyeksi bintik buta pada daerah temporal
lapangan penglihatan. tentukan ukuran proyeksi bintik buta ini dalam milimeter
untuk menentukan besar papilla nervus optikus yang sesungguhnya.
Cara Pemeriksaan :
1. Jika probandus menggunakan kacamata, lepas kacamata pada saat melakukan
pemeriksaan ini.
2. Letakkan alat Amsler Grid pada jarak baca normal, sekitar 12 - 14 inci dari wajah.
3. Lakukan pemeriksaan dengan satu mata (mata lainnya ditutup), kemudian lihat
titik di tengah grid. Pastikan bahwa Anda dapat melihat seluruh grid.
Jika salah satu baris dalam grid terlihat terdistorsi, kabur, atau hilang, tuliskan
apa yang Anda lihat.
4. Ulangi langkah-langkah ini dengan mata yang satunya.
9
Praktikum Fisiologi Alat Indra
LAPORAN PRAKTIKUM :
11
Praktikum Fisiologi Alat Indra
PEMERIKSAAN PENDENGARAN.
Pemeriksaan fungsi pendengaran hanya dapat dilakukan di ruangan yang tenang.
Pada praktikum ini dilakukan test fungsi pendengaran dengan cara :
A. Voice Test
B. Instrumental test dengan garpu tala
2} TES WEBER
1. Getarkanlah garpu tala ( frek. 512 ) dengan cara seperti diatas.
2. Tekankanlah gagang penala pada dahi probandus di garis median.
3. Tanyakanlah kepada probandus apakah probandus mendengar
dengungan suara penala sama kuatnya di kedua telinga. Bila
dengungan didengar sama kuat di kedua telinga, disebut tak terdapat
lateralisasi. Bila dengungan didengar lebih kuat di salah satu telinga
disebut lateralisasi ke arah telinga yang mendengar lebih keras.
4. Bila pada probandus tak terdapat lateralisasi, maka untuk
menimbulkan lateralisasi buatan, tutuplah salah satu telinga dengan
kapas atau jari dan ulangilah pemeriksaannya.
3) TES BING
1. Getarkanlah penala (frekuensi 256 atau 512) dengan cara seperti di atas.
2. Tekankanlah gagang penala yang bergetar pada Processus Mastoideus
orang percobaan.
3. Tanyakan telinga mana yang mendengar dengungan paling keras.
4. Tutuplah liang telinga yang lain dengan jari.
Tanyakanlah lagi telinga mana yang mendengar dengungan paling
keras.
FK Unwahas
4) TES SCHWABACH
1. Getarkanlah penala (frekuensi 128) dengan cara seperti di atas.
2. Tekanlah gagang penala yang bergetar itu pada Processus Mastoideus.
3. Suruhlah orang percobaan mengacungkan tangannya pada saat
dengungan suara menghilang.
4. Pada saat itu dengan segera si pemeriksa memindahkan penala dari
Processus Mastoideus orang percobaan ke processus mastoideusnya
sendiri. Pada pemeriksaan ini telinga pemeriksa dianggap normal.
5. Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh orang percobaan
masih dengar
6. pemeriksa, maka disebut : SCHWABACH MEMENDEK.
7. Bila si pemeriksa tak mendengar, ulanngi percobaan sbb : Letakkanlah
garpu tala yang sudah digetarkan pada Processus Mastoideus sendiri.
Setelah pemeriksa tak mendengar lagi dipindahkan ke Processus
Mastoideus orang percobaan. Bila orang percobaan masih mendengar,
maka dikatakan: SCHWABACH MEMANJANG.
Dalam praktikum ini digunakan kursi yang dapat berputar bebas untuk merangsang
canalis semicircularis. Hal ini dapat dilakukan dengan memutar probandus di Kursi
Barany, dengan mata tertutup dan kepala dipertahankan dalam suatu sikap yang
tertentu, sehingga hanya satu pasang reseptor-reseptor canalis saja terangsang
maximal.
Tiga macam respon yang akan terlihat :
- nistagmus.
- vertigo
- gerakan - gerakan otot tubuh untuk mempertahankan sikap
15
Praktikum Fisiologi Alat Indra
a. NYSTAGMUS
Nystagmus ialah gerakan mata involunter, yang terdiri atas 2 bagian:
1. Komponen lambat yaitu gerakan perlahan yang searah dengan pemutaran
untuk mempertahankan lapangan penglihatan
2. Komponen cepat yang berlawanan dengan arah pemutaran yang bertujuan
mengembalikan kedudukan matanya ke posisi semula, seperti cara
mengembalikan bagian atas mesin tik yang bergerak ke letak semula.
b. VERTIGO.
Vertigo ialah rasa seperti diputar, pusing.
FK Unwahas
c. POST POINTING
Jawaban reflex yang ketiga terhadap pemutaran dinyatakan dengan perubahan-
perubahan tonus otot dan kesalahan-kesalahan tertentu dalam gerakan kasar
dengan kemauan.
Kejadian ini dapat diperlihatkan dengan baik dengan cara ‘’post pointing’’
(menunjuk lewat), yang dapat dilihat pada waktu orang coba disuruh menunjuk
suatu benda yang diam, sesaat sesudah diputar. Kompensasi berlebihan
menyebabkan tonus otot yang berlebihan pula sehingga timbul deviasi lengan ke
jurusan asal putaran yang sebenarnya atau yang semula.
17
Praktikum Fisiologi Alat Indra
gerakan otot dapat menimbulkan suatu akibat yang berbahaya. Probandus harus
dijaga dan ditahan dengan kuat setelah dia diputar dengan sikap kepala 90
derajat ke samping 120 derajat ke depan.
- Dalam posisi-posisi tersebut probandus dapat terlempar ke luar kursi bila
pemutaran terlalu cepat.
- Pilih seorang anggota kelompok untuk menjadi probandus untuk bagian pertama
dan gunakan orang coba lain untuk percobaan-percobaan berikutnya sehingga
semua anggota kelompok dapat mengamati reaksi yang terjadi.
- Putar Kursi Barany dahulu tanpa ada orang yang duduk didalamnya untuk
melatih menimbulkan putaran-putaran tetap dengan frekuensi yang tertentu ( 10
putaran dalam 20 detik ).
- Putarlah sekarang orang coba dengan posisi menundukkan kepalanya 30 derajat
ke dapan – ke kanan (ke jurusan pergerakan jurusan jarum jam) 10 kali dan
hentikan dengan putaran itu dengan cepat.
Percobaan ini dapat diulang beberapa kali agar dapat melihat semua respon yang
terjadi.
Putarlah sekarang orang coba berlawanan arah dengan jarum jam dan perhatikan
reaksi yang terjadi.
Pilih anggota lain dan diputar sesuai arah jarum jam dengan kepala ditundukkan 120
derajat ke depan.
FK Unwahas
LAPORAN PRAKTIKUM :
19
Praktikum Fisiologi Alat Indra