Mata adalah struktur sferis berisi cairan yang dibungkus tiga lapisan dari luar ke dalam yaitu
sclera/kornea, koroid/badan siliaris/iris dan retina. Mata menangkap pola iluminasi dalam
lingkungan sebagai suatu gambaran optik pada sebuah lapisan sel peka cahaya, yaitu retina,
seperti sebuah kamera menangkap bayangan pada film. Seperti film yang dapat dicuci-cetak
untuk menghasilkan gambar yang sesuai bayangan asli, demikian juga citra yang dikodekan
retina disalurkan dengan serangkaian pengolahan visual yang kompleks sampai akhirnya
secara sadar dipersepsikan sebagai gambar yang sesuai gambar asli. Mata terdiri dari
bermacam-macam struktur dan fungsinya. Struktur dari mata meliputi Sklera, Konjungtiva,
Kornea, pupil, iris, lensa, retina, saraf optikus, Humor aqueus, serta Humor vitreus yang
masing-masingnya memiliki fungsi atau kerjanya sendiri. Sebagai salah satu alat indera yang
penting, mata akan mengalami penurunan kemampuan penglihatannya seiring semakin
bertambahnya usia. Oleh karena itu, makalah ini dibuat dengan tujuan agar bisa menjadi
sarana pengetahuan mengenai struktur mata. Selain itu juga untuk memberitahukan tentang
fisiologi kerja mata, serta penyebab penurunan kemampuan mata dalam melihat. Diharapkan
makalah ini dapat memberitahu tentang hubungan antara usia dan penurunan kemampuan
mata.
Struktur mata
1. Lapisan terluar disebut tunika fibrosa yang terdiri dari :
a. Sklera berisi jaringan ikat fibrosa putih. Sklera memberi bentuk pada bola mata
dan memberikan tempat perlekatan unutk otot ekstrinsik.
b. Kornea merupakan perpanjangan anterior yang transparan pada sklera di bagian
depan mata. Bagian inimentransmisi cahaya dan memfokuskan berkas cahaya.
2. Lapisan tengah disebut tunika vaskular (uvea), yang tersusun dari:
a. Lapisan koroid bagian yang sangat terpigmentasi untuk mencegah refleksi internal
berkas cahaya. Bagian ini juga sangat tervaskularisasi untuk memberikam nutrisi
pada mata, dan elastik sehingga dapat menarik ligamen suspensori.
b. Badan siliaris penebalan di bagian anterior lapisan koroid, mengandung pembuluh
darah dan otot siliaris. Otot melekat pada ligamen suspensorik, tempat pelekatan
lensa. Otot ini penting dalam akomondasi penglihatan, atau kemampuan untuk
mengubah fokus dari objek berjarak jauh ke objek berjarak dekat di depan mata.
c. Iris perpanjangan sisi anterior koroid, merupakan bagian mata yang berwarna
bening. Bagian ini terdiri dari jaringan ikat dan otot radialis serta sirkularis, yang
berfungsi untuk mengendalikan diameter pupil.
d. Pupil ruangan terbuka yang bulat pada iris yang harus dilalui cahaya untuk dapat
masuk ki interior mata.
3. Lensa merupakan struktur bikonveks yang bening tepat dibelakang pupil. Elastisitasnya
sangat tinggi, suatusifat yang akan menurun seiring proses penuaan.
4. Rongga mata dibagi menjadi:
a. Rongga anterior terdiri dari 2 ruang yaitu ruang anterior (dibelakang kornea dan di
depan iris), dan ruang posterior (di depan lensa dan dibelakang iris). Ruangan
tersebut berisi aqueous humor (cairan bening yang diprokdusi prosesus siliaris untuk
mencukupi kebutuhan nutrisi lensa dan kornea), aqueous humor mengalir ke saluran
Schlemm dan masuk ke sirkulasi darah vena.
Dalam aqueous humor terdapat tekanan intraokular yang penting untuk
mempertahankan bentuk bola mata. Bila aliran aqueous humor terhambat, tekanan
akan meningkat dan mengakibatkan kerusakan penglihatan (glaukoma).
b. Rongga posterior terletak diantara lensa mata dan retina dan berisi vitreus humor.
Semacam gel transparan yang juga berperan untuk mempertahankan bentuk bola
mata dan mempertahankan posisi retina terhadap kornea.
5. Lapisan terdalam disebut retina merupakan lapisan tipis dan transparan, yang terdiri
dari:
a. Lapisan terpigmentasi luar berfungsi untuk menyerap cahaya berlebih dan
mencegah refleksi internal berkas cahaya yang melalui bola mata. Lapisan jaringan
Saraf optik terbentuk dari akson sel-sel ganglion yang keluar dari mata dan
yang berlawanan.
Setelah kiasma optik, serabut akson membentuk traktus optik, yang memanjang
untuk bersinapsis dengan neuron dalam nuklei genikulasi lateral talamus.
Gambar 1. Mata2
1. Kelenjar lakrimalis, yang terletak di atas mata pada sisi begian luar dan menyekresi
cairan lakrimasi ke dalam sakus konjungtiva.
2. Dua kanal halus, yang disebut kanalikuli lakrimalis, membentang dari sudut bagian
dalam kelopak mata sampai ke sakus lakrimalis.
3. Sakus lkrimalis, yang membentang di sudut bagian dalam kelopak mata pada lekukan
tulan lakrimalis.
4. Duktus nasolakrimalis, yang membentang dari sakus lakrimalis sampai ke arah bawah
hidung.
Muara ke dalam kanakuli dapat terlihat di sudaut bagian dalam kelopak mata dan
disebut pungtum. Cairan yang disekresi oleh kelenjar lakrimalis, mencuci bola mata secara
keseluruhan dan diusap oleh gerakan mengejap kelopak mata. 3 Otot-otot yang menyebabkan
kejapan menekan sakus lakrimalis dan mengontraksinya sehingga seiring dengan relaksasi
otot, sakus mengembang dan menghisap cairan dari tepi kelopak mata di sepanjang kanal
lunak ke dalam sakus, kemudian dengan bantuan gaya gravitasi cairan mengalir dalam
hidung. Dengan demikian, jendela yang memungkinkan cahaya masuk ke dalam mata secara
konstan diirigasi oleh aliran perlahan cairan, yang membuatnya tetap bersih dan sekaligus
membuang sel-sel benih (germs) dan substansi yang membahayakan. Cairan tersebut terdiri
dari air, garam-garaman, dan substansi antibakteri, yang disebut lisozim.4
2.
3.
4.
5.
oblik)
memungkinkan mata untuk bergerak bebas kea rah vertical, horizontal, dan menyilang
Alis mata melindungi mata dari keringat; kelopak mata (palperbra) atas dan bawah
melindungi mata dari kekeringan dan debu
Fissure palpebral atau ruang antara kelopak mata atas dan bawah, ukurannya
bervariasi di antara individu dan menentukan penampakan mata
Kantus medial terbentuk dari sambungan medial kelopak mata atas dan bawah; kantus
lateral terbentuk dari sambungan lateral kelopak mata atas dan bawah
6.
7.
8.
Karunkel adalah elevasi kecil pada sambungan medial. Bagian ini berisi kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat
Konjungtiva adalah lapisan pelindung tipis epithelium yang melapisi setiap kelopak
dan terlipat kembali di atas permukaan anterior bola mata
Lempeng tarsal pada setiap kelopak mata adalah bubungan jaringan ikat yang rapat.
Kelenjar meibomian, yang merupakan pembesaran kelenjar sebasea pada lempeng
tarsal. Mensekresi barier berminyak untuk mencegah air mata yang berlebihan pada
9.
Histologi Mata
Bola Mata (Bulbus Oculi)
- Epitel kornea terletak paling luar, berupa epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.
- Membran bowman, suatu lapisan homogen tipis tepat dibawah epitel, mirip membran basal
epitel, tetapi lebih tebal, terdiri atas serat-serat kolagen halus.
- Stroma/substansia propria, merupakan bagian kornea yang paling tebak, terdiri atas seratserat kolagen yang lebih jasar daripada di membran bowman. Diantara serat kolagen terdapat
fibrosit yang tampak tipis dengan inti jelas.
- Membran Descemet, tebalnya kurang lebih sama dengan membran bowman, juga terdiri
atas serat kolagen namun susunannya berbeda dari membran bowma ataupun stroma.
- Lapisan endotel kornea, merupakan lapisan kornea yang paling dalan terduru atas epitel
selapis gepeng atau kuboid. Lapisan ini membatasi ruang kamera okuli anterior.5
- Limbus kornea, tempat pertemuan antara tepian kornea dengan sklera, lebarnya sekitar 1,5
2mm. Di tempat ini terdapat lekukan atau sudut akibat perbedaan kelengkungan kornea dan
sklera. Pada bagian luar diliputi epitel konjungtiva bulbi berupa epitel berlapis slindris
dengan lamina propria dibawahnya. Stroma merupakan tepian sklera yang menyatu dengan
kornea, terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Stroma dibagian dalam membentuk sklera spur. Pada
sebagian sajian, dapat dilihat ruangan lebar dan panjang yaitu kanal schlemm. Lumen saluran
ini dibatasi oleh selapis sel endotel. Bagian posterior sklera spur merupakan tempat origo
mm. siliaris, yang merupakan jarinan otot polos. Mm siliaris terdiri atas pars meridionalis,
mulai dari suprakoroid dekat korpus siliaris dan berakhir pada sklera spur. Pars radiate
terletak disebelah dalam ars meridionalis, seratnya menyebar kebelakang untuk melekat pada
koroid. Pars siliaris, letaknya di tepi dalam korpus siliaris didekat pangkalnya, jalannya
melingkari bola mata. Batas antara ketiga bagian ini tidak jelas.
- Iris, pada permukaan yang menghadap kamera okuli anterior dilapisa sel stroma tidak
beraturan. Permukaan yang menghadap kamera okuli posterior dilapisi dua lapis sel epitel
berpigmen yang merupakan bagian dari retina pars itidika. Sel sel ini tidak jelas batasnya
karena tertutup pigmen. Bagian ujung dan pangkal iris susunannya lebih tipis daripada bagian
tengahnya. Di bagian depan stromanya tidak mengandung pembuluh darah, sedangkan di
bagian belakang terdapat pembuluh darah. Di bagian yang dekat pupil, terdapat berkas otot
polos yaitu sfingter papillae. Di pangkal iris terdapat berkas mm dilatators papillae.
- Korpus siliaris terdapat dipangkal iris, menonjol kedalam kamera okuli posterior. Disini
terdapat zonula siliaris Zinii, kumpulan serat penggantung lensa mata.
- Lensa mata, terletak dibelakang iris berupa bangunan oval warna merah. Susunan serat
lensa tidak jelas dalam sajian. Ruangan didepan lensa dibelakang iris disebut kamera okuli
posterior. Di belakang lensa terdapat ruang kosong yang semula terisi korpus vitreum (badan
kaca). Pada beberapa sajian dapat dilihat saluran yang menjulur dari papilla nervus optikus,
merupakan a. hialoidea.5
- Retina (selaput jala), berfungsi sebagai reseptor cahaya, letaknya diantara koroid dan korpus
vitreum. Perlu diingat bahwa yang dimaksud dengan lapisan luar retina adalah yang
berbatasan dengan korpus vitreum. Retina berturut-turut dari luar kedalam, terdiri atas:
Lapisan epitel pigmen retina merupakan lapisan yang paling luar, bentuk selnya tidak
jelas karena tertutup oleh pigmen.
Lapisan sel batang dan kerucut, kenali kedua jenis tersebut. Dalam lapisan ini terdapat
juga sel Muller yang fungsinya sebagai penyokong, namun agak sulit dikenali.
Lapisan inti luar, terdiri atas inti-inti sel batang dan kerucut bersama badan selnya.
Lapisan pleksiform luar, dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama dendrite
sel bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps.
Lapisan inti dalam, dibentuk oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal, sel
amakrin, dan sel Muller.
Lapisan pleksiform dalam, dibentuk oleh sinaps antara sel bipolar, sel amakrin dan sel
ganglion.
Lapisan serat n. optikus dibentuk oleh akson sel ganglion. Dalam lapisan ini kadang
tampak cabang arteri dan cabang vena sentralis retina.
Membran limitans interna, sebenarnya adalah membrane basalis sel Muller yang
memisahkan retina dari korpus vitreum.
Fovea sentralis atau binting kuning merupakan bagian retina yang tipis sehingga
membentuk cekungan, karena lapisan ini hanya terdiri atas sel kerucut saja. Cekungan
yang lain adalah papil n optikus yang merupakan tempat keluarnya n. optikus dari
bola mata. Cekungan yang terakhir ini disebut bintik buta.5
Saraf optik
Saraf optik dibentuk oleh akson-akson yang berasal dari lapisan sel ganglion retina, yang
membentuk lapisan serabut saraf, lapisan retina terdalam. Saraf optik berjalan keluar dari
mata melalui lempeng kribiformis sklera, suatu struktur yang menyerupai penyaring.
Di orbita, saraf optik dikelilingi oleh selubung yang dibentuk oleh dura, arachnoid, dan
piamater yang berlanjut dengan lapisan yang menglilingi otak. Saraf optik terendam dalam
cairan serebrospinal.
Arteri dan vena retina sentral memasuki mata di pusat optik.
Serabut saraf ekstraselular memiliki myelin; serabut yang berada dalam mata tidak
bermielin.6
Rusaknya sawar-sawar ini menyebabkan didapatkannya tanda-tanda pada retina yang terdapat
pada banyak penyakit vaskular.6
Palsi nuklear dan fasikular dari saraf ini jarang terjadi. Jika terjadi, berhubungan dengan
masalah neurologis lainnya sebagai contoh jika fasikulus saraf ketiga rusak ketika berjalan
melalui nukleus rubra akan terjadi tremor kontralateral dan palsi saraf ketiga ipsilateral.
Selain itu lesi nuklear,
Gambar 4. Diagram yang memperlihatkan nukleus dan perjalanan awal dari (a) saraf
kranialis ketiga dan (b) saraf kranialis keempat.6
Gambar 6. Otot-otot dan jaringan yang dipersarafi oleh saraf kranialis ketiga,
keempat, dan keenam6
saraf ketiga akan menyebabkan timbulnya palsi kontralateral rektus superior karena serabut
dari subnukleus yang mempersrafi otot ini bersilang.6
Perjalanan perifer
Saraf ketiga
Saraf ketiga meninggalkan otak tengah di ventral di antara pedunkulus serebri. Saraf ini
kemudian berjalan di antara arteri serebri posterior dan arteri serebelli superior dan kemudian
di alteral dari arteri komunikans posterior. Aneurisma pada arteri ini dapat menyebabkan palsi
saraf ketiga. Saraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateteral dan memasuki orbita
melalui fissura orbita superior.6
Saraf keempat
saraf ini mengalami persilangan (dekusasio) dan meninggalkan aspek dorsal otak tengah di
bawah kolikulus inferior. Awalnya saraf ini melengkung di sekitar otak tengah sebelum
berjalan seperti saraf ketiga di antara arteri serebri posterior dan serebeli superior untuk
memasuki aspek lateral sinus kavernosus inverior terhadap saraf ketiga. Saraf keempat
memasuki orbita melalui fissura orbita superior.6
Saraf keenam
Serabut berjalan dari batas inferior pons. Serabut ini memiliki perjalanan intrakranial yang
panjang, berjalan ke arah atas sepanjang pons dan membentuk sudut di anterior di atas os.
petrosa dan masuk ke sinus kavernosus dimana sarah ini terletak inferomedial terhadap saraf
keempat dan letaknya depat dengan arteri karotis interna. Saraf ini kemudian memasuki
orbita melalui fissura orbita superior. Perjalanannya yang panjang tenjadi penting karena
saraf ini dapat terlibat dalam berbagai patologi intrakranial termasuk fraktur basis kranii,
invasi oleh tumor nasofaring, dan peningkatan tekanan intrakranial.6
Jaras saraf
Akson sel ganglion menuju ke belakang dalam nervus optikus dan traktus optikus untuk
berakhir di korpus genikulatum lateralis, yaitu bagian thalamus. Serat-serat dari kedua
hemiretina nasalis menyilang di kiasma opticum. Di korpus genikulatum, serat-serat dari
bagian nasal retina dan temporal retina yang lain bersinaps di sel-sel yang aksonnya
membentuk traktus genikulokalkarina. Traktus ini menuju ke lobus oksipitalis korteks
serebrum.7
Daerah utama yang menerima rangsang penglihatan (area broadman 17), terutama terletak di
sisi-sisi fisura kalkarina. Sebagian akson sel ganglion di traktus optikus menuju ke area
pretektal otak tengah dan kolikulus superior, dan bersinaps untuk mengatur reflex pupil dan
gerakan bola mata. Akson-akson lainnya, dari kiasma optikum akan langsung menuju nucleus
suprakiasmatik di hipotalamus, untuk membentuk sinaps yang menyingkronkan berbagai
irama endokrin dan sirkadian yang berhubungan dengan siklus terang-gelap.7
Daerah-daerah otak yang digiatkan oleh rangsang penglihatan telah diteliti pada monyet dan
manusia dengan PET dan teknik pencitraan lainnya. Penggiatan tidak saja terjadi di lobus
oksipitalis tetapi juga di bagian-bagian korteks temporalis inferior, korteks parietalis
posteroinferior, bagian-bagian lobus frontalis, dan amigdala. Selain korpus genikulatum
lateral, struktur-struktur subkortikal yang digiatkan adalah kolikulus superior, pulvinar,
nucleus kaudatus, putamen, dan klaustrum.7
Fungsi Mata
Sinar yang masuk ke mata sebelum sampai di retina mengalami pembiasan lima kali yaitu
waktu melalui konjungtiva, kornea, aqueus humor, lensa, dan vitreous humor. Pembiasan
terbesar terjadi di kornea. Bagi mata normal, bayang-bayang benda akan jatuh pada bintik
kuning, yaitu bagian yang paling peka terhadap sinar.
Ada dua macam sel reseptor pada retina, yaitu sel kerucut (sel konus)dan sel batang (sel
basilus). Sel konus berisi pigmen lembayung dan sel batang berisi pigmen ungu. Kedua
macam pigmen akan terurai bila terkena sinar, terutama pigmen ungu yang terdapat pada sel
batang. Oleh karena itu, pigmen pada sel basilus berfungsi untuk situasi kurang terang,
sedangkan pigmen dari sel konus berfungsi lebih pada suasana terang yaitu untuk
membedakan warna, makin ke tengah maka jumlah sel batang makin berkurang sehingga di
daerah bintik kuning hanya ada sel konus saja.
Pigmen ungu yang terdapat pada sel basilus disebut rodopsin, yaitu suatu senyawa protein
dan vitamin A. Apabila terkena sinar, misalnya sinar matahari, maka rodopsin akan terurai
menjadi protein dan vitamin A. Pembentukan kembali pigmen terjadi dalam keadaan gelap.
Untuk pembentukan kembali memerlukan waktu yang disebut adaptasi gelap(disebut juga
adaptasi rodopsin). Pada waktu adaptasi, mata sulit untuk melihat.
Pigmen lembayung dari sel konus merupakan senyawa iodopsin yang merupakan gabungan
antara retinin dan opsin. Ada tiga macam sel konus, yaitu sel yang peka terhadap warna
merah, hijau, dan biru. Dengan ketiga macam sel konus tersebut mata dapat menangkap
spektrum warna. Kerusakan salah satu sel konus akan menyebabkan buta warna.
Jarak terdekat yang dapat dilihat dengan jelas disebut titik dekat (punctum proximum). Jarak
terjauh saat benda tampak jelas tanpa kontraksi disebut titik jauh (punctum remotum). Jika
kita sangat dekat dengan obyek maka cahaya yang masuk ke mata tampak seperti kerucut,
sedangkan jika kita sangat jauh dari obyek, maka sudut kerucut cahaya yang masuk sangat
kecil sehingga sinar tampak paralel. Baik sinar dari obyek yang jauh maupun yang dekat
harus direfraksikan (dibiaskan) untuk menghasilkan titik yang tajam pada retina agar obyek
terlihat jelas. Pembiasan cahaya untuk menghasilkan penglihatan yang jelas
disebut pemfokusan.
Cahaya dibiaskan jika melewati konjungtiva kornea. Cahaya dari obyek yang dekat
membutuhkan lebih banyak pembiasan untuk pemfokusan dibandingkan obyek yang jauh.
Mata mamalia mampu mengubah derajat pembiasan dengan cara mengubah bentuk lensa.
Cahaya dari obyek yang jauh difokuskan oleh lensa tipis panjang, sedangkan cahaya dari
obyek yang dekat difokuskan dengan lensa yang tebal dan pendek. Perubahan bentuk lensa
ini akibat kerja otot siliari.
Saat melihat dekat, otot siliari berkontraksi sehingga memendekkan apertura yang
mengelilingi lensa. Sebagai akibatnya lensa menebal dan pendek. Saat melihat jauh, otot
siliari relaksasi sehingga apertura yang mengelilingi lensa membesar dan tegangan ligamen
suspensor bertambah. Sebagai akibatnya ligamen suspensor mendorong lensa sehingga lensa
memanjang dan pipih. Proses pemfokusan obyek pada jarak yang berbeda-berda disebut daya
akomodasi. Cara kerja mata manusia pada dasarnya sama dengan cara kerja kamera, kecuali
cara mengubah fokus lensa.
Ketika partikel cahaya, juga disebut photon, melewati sel-sel pada retina, partikel-partikel ini
menghasilkan efek merambat seperti deretan domino yang disusun dengan sangat hati-hati
satu per satu. Bagian pertama domino dalam sel retina ini adalah molekul yang disebut 11cis-retina. Ketika sebuah photon cahaya berinteraksi dengannya, molekul ini berubah bentuk.
Hal ini mendorong perubahan bentuk dari protein lainnya, yakni rhodopsin, menjadi ikatan
kuat.
Sekarang, rhodopsin berubah bentuk sehingga ia dapat bergabung dengan protein lainnya,
disebut transducin, yang telah ada dalam sel tersebut, tetapi tidak dapat berinteraksi
sebelumnya karena bentuknya tidak sesuai. Setelah penggabungan ini, molekul lainnya
disebut GDP juga ikut bergabung dalam kelompok ini. Sekarang, dua protein - rhodopsin dan
transducin- dan molekul kimia bernama GDP telah berikatan.
Akan tetapi proses ini baru saja dimulai. Gugusan yang disebut GDP kini memiliki bentuk
yang sesuai untuk berikatan dengan protein lain yang disebut phosphodiesterase, yang selalu
berada di dalam sel. Setelah pengikatan ini, bentuk molekul yang dihasilkan akan
menyebabkan sebuah mekanisme yang mengawali serangkaian reaksi kimia dalam sel.
Mekanisme ini mengubah konsentrasi ion dalam sel dan menghasilkan energi listrik. Energi
ini memicu syaraf-syaraf yang terletak pada bagian belakang sel retina. Akibatnya, bayangan
yang datang pada mata sebagai photon cahaya mempersiapkan perjalanannya dalam bentuk
sinyal listrik. Sinyal ini mengandung informasi visual mengenai benda di luar.
Agar penglihatan bisa terjadi, sinyal listrik yang dihasilkan dalam sel retina harus
dirambatkan ke pusat penglihatan di otak. Akan tetapi, sel syaraf tidak secara langsung
berhubungan satu sama lain. Terdapat celah kecil di antara titik-titik ikatannya. Lalu
bagaimana pemicu listrik ini melanjutkan perjalanannya? Pada titik ini, susunan kerja yang
kompleks terbentuk. Energi listrik diubah menjadi energi kimia tanpa kehilangan sedikitpun
informasi yang sedang dibawa dan di sini informasi tersebut dipindahkan dari satu syaraf ke
syaraf berikutnya. Pengangkut kimiawi yang terletak di titik-titik hubung sel syaraf
mengantarkan informasi yang terkandung dalam stimulus yang berasal dari mata dari satu
Pembiasan/Refraksi Cahaya
Indeks Bias Substansi Transparan
Cahaya merambat melalui udara kira-kira engan kecepatan 300.000 km/detik, tetapi
perambatannya melalui benda padat dan cairan yang transparan jauh lebih lambat. Indeks
bias substansi transparan merupakan rasio dari kecepatan cahaya dalam udara dan kecepatan
dalam substansi tersebut. Indeks bias udara adalah 1. Sehingga bila cahaya menembus kaca
jenis tertentu dengan kecepatan 200.000 km/detik, maka indeks bias kaca itu sama dengan
300.000 dibagi 200.000 atau 1,5.9
Pembiasan Cahaya di Tempat Peralihan Dua Media yang Berbeda Indeks Bias
Bila suatu berkas cahaya menumbuk suatu permukaan yang letaknya tegak lusu
terhadap berkas tersebut maka berkas cahaya akan memasuki medium tersebut tanpa
mengalami pembelokan jalur. Akibatnya ialah penurunan kecepatan dan pemendekan
panjang gelombang.
Tetapi apabila cahaya menembus permukaan yang miring, maka berkas cahaya akan
dibelokkan bila indeks kedua media itu berbeda.
Pembelokan berkas cahaya pada bidang peralihan yang miring disebut sebagai pembiasan.
Derajat pembiasan akan meningkat sesuai dengan (1) rasio indeks bias dari kedua media
transparan dan
Prinsip optic
Berkas sinar akan dibiaskan (refraksi) bila melewati satu medium ke medium lain dengan
indeks bias yang berbeda, kecuali bila berkas tersebut jatuh tegak lurus terhadap permukaan.
Berkas sinar sejajar yang mengenai lensa bikonveks akan dibiaskan ke satu titik di belakang
lensa. Focus utama terletak di sebuah garis yang berjalan melewati titik pusat lengkung lensa,
sumbu utama. Jarak antara lensa dan focus utama disebut jarak focus utama. Untuk
memudahkan, berkas sinar yang datang dari suatu benda berjarak 6m atau lebih dari lensa
dianggap sejajar. Berkas sinar dari benda yang terletak lebih dekat dari 6m akan mengalami
divergensi sehingga difokuskan di sumbu utama lebih ke belakang daripada focus utama.
Lensa bikonkav menyebabkan berkas sinar mengalami divergensi.7
Semakin besar lengkung suatu lensa, semakin kuat daya biasnya. Daya bias suatu lensa
biasannya diukur dalam dioptri, dioptri adalah kebalikan dari jarak focus utama dalam meter.
Mata manusia memiliki daya bias sekitar 60 dioptri pada saat istirahat.7
Mata Sebagai Kamera
Mata mempunyai sistem lensa, sistem apertura yang dapat berubah-ubah (pupil), dan
retina yang dapat disamakan dengan film. Sistem lensa mata terdiri empat perbatasan refraksi
: (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2) perbatasan antara
permukaan posterior kornea dan humor aquosus, (3) perbatasan antara humor aquosus dan
permukaaan anterior lensa mata dan (4) perbatasan antara permukaan posterior lensa dan
humor vitreosus. Indeks internal udara adalah 1; kornea 1,38; humor aquosus 1,33; lensa
Akomodasi
Bila m. siliaris dalam keadaan istirahat, berkas sinar parallel yang jatuh di mata yang
optiknya normal akan difokuskan di retina. Selama relaksasi ini dipertahankan, maka berkas
sinar dari benda yang kurang dari 6m akan difokuskan di belakang retina, dan akibatnya
benda tersebut tampak kabur. Masalah yang timbul dalam membawa berkas divergen dari
benda dekat ke suatu focus di retina, dapat diatasi dengan meningkatkan jarak antara lensa
dan retina atau dengan meningkatkan kelengkungan atau daya bias lensa. Pada ikan
bertulang, masalah tersebut diatasi dengan meningkatkan panjang bola mata, keadaan yang
mirip dengan pemotretan suatu benda berjarak kurang dari 6m yang difokuskan di film
kamera dengan menjauhkan lensa dari film. Pada mamalia, masalah tersebut diatasi dengan
meningkatkan kelengkungan lensa.7
Proses meningkatnya kelengkungan lensa disebut akomodasi. Pada keadaan istirahat,
ketegangan lensa dipertahankan oleh tarikan ligamentum lensa. Karena bahan lensa mudah
dibentuk dan kelenturan kapsul lensa cukup tinggi, lensa dapat ditarik menjadi gepeng. Bila
pandangan diarahkan ke benda yang dekat, otot siliaris akan berkontraksi. Hal ini
mengurangi jarak antara tepi-tepi korpus siliaris dan melemaskan ligamentum lensa,
sehingga lensa mengerut membentuk benda yang lebih cembung. Pada orang berusia muda,
perubahan bentuk ini dapat meningkatkan daya bias mata hingga 12 dioptri. Lemasnya
ligamentum lensa akibat kontraksi otot siliaris sebagian disebabkan oleh serat otot sirkuler
korpus siliaris yang seperti sfingter dan sebagian oleh kontraksi serat otot longitudinal yang
melekat ke anterior, dekat batas kornea-sklera. Bila serat-serat ini berkontraksi, seluruh
korpus siliaris tertarik ke depan dan ke dalam. Gerakan ini menyebabkan tepi-tepi korpus
siliaris saling mendekat.7
Perubahan kelengkungan lensa selama akomodasi terutama mempengaruhi permukaan
anterior lensa. Hal ini dapat dibuktikan dengan percobaan sederhana yang telah dibuat
bertahun-tahun yang lalu. Bila seorang pengamat memegang suatu benda di depan mata
orang percobaan yang melihat jauh dapat terlihat 3 bayangan benda di matanya. Bayangan
tegak kecil dan jelas dipantulkan oleh kornea. Bayangan tegak besar yang lebih kabur
dipantulkan oleh permukaan anterior lensa; dan bayangan terbalik kecil dipantulkan oleh
permukaan posterior lensa. Bila orang percobaan kemudian mengubah pandangannya untuk
melihat dekat, bayangan tegak besar dan kabur akan menjadi lebih kecil dan bergerak menuju
bayangan tegak lain, sedangkan kedua bayangan lainnya tidak begitu berubah. Perubahan
ukuran bayangan disebabkan oleh peningkatan kelengkungan permukaan pantulan, yaitu
permukaan anterior lensa. Bayangan tegak kecil yang tidak berubah dan bayangan terbalik
kecil yang sedikit berubah membuktikan bahwa kelengkungan kornea tidak berubah
sedangkan kelengkungan permukaan lensa posterior hanya sedikit berubah pada waktu
akomodasi.7
Bayangan di retina
bayang-bayang jatuh tidak pada tempat yang sama. Untuk menolong orang yang cacat seperti
ini dibuat lensa silindris, yaitu yang mempunyai beberapa fokus.
Katarak adalah cacat mata, yaitu buramnya dan berkurang elastisitasnya lensa mata. Hal ini
terjadi karena adanya pengapuran pada lensa. Pada orang yang terkena katarak pandangan
menjadi kabur dan daya akomodasi berkurang.
Kelainan-kelainan mata yang lain adalah:
Dalam kondisi hyperopia, kekuatan kornea dan lensa mata kombinasi terlalu lemah jika otot
mata benar-benar rileks, sehingga citra sebuah objek yang jauh terbentuk di belakang
retina. Hal ini biasanya mungkin untuk membawa benda-benda yang jauh ke dalam fokus
yang jelas dengan menggunakan otot-otot mata untuk memperpendek panjang fokus lensamata, tetapi akomodasi ini biasanya tidak cukup untuk membawa benda-benda di dekatnya ke
dalam fokus yang jelas. Oleh karena itu orang dengan kondisi ini bisa fokus pada objek jauh
baik-baik saja, tapi tidak bisa fokus pada objek pada titik dekat konvensional. Orang dengan
kondisi ini mungkin tidak dapat fokus pada buku kecuali cukup jauh dari mata, dan mereka
biasanya tidak dapat thread jarum atau melakukan close-up lainnya bekerja.
Solusinya adalah kaca mata lensa ini adalah lensa positif yang memperkuat dan mata
lensa kornea cukup sehingga panjang fokus yang dihasilkan ketika otot-otot mata rileks
sesuai dengan jarak kembali ke retina. Karena mata lensa ini kaca lensa positif, mereka lebih
tebal di tengah daripada di pinggiran. Bertindak sendiri mereka bisa membentuk gambar
nyata dari sebuah objek yang jauh pada titik fokus mereka, sehingga mudah untuk
membedakan antara kacamata untuk miopia dan hyperopia, karena yang terakhir akan
membentuk gambar nyata dari sebuah objek yang jauh sementara mantan tidak akan.
Pembahasan Skenario
Pada skenario, diketahui bahwa pasien yang berumur 60 tahun merasa penglihatannya tidak
jelas. Sejak umur 45 tahun penglihatannya sudah berkurang dan disarankan untuk memakai
kacamata lensa positif. Dari kondisi ini, pasien mengalami gangguan umum pada mekanisme
pembentukan bayangan di retina, yaitu hipermetropi. Ada 2 kemungkinan, yaitu diameter
bola mata yang pendek, menyebabkan jarak antara lensa dan retina lebih kecil dari mata pada
orang normal umumnya. Sehingga bayangan benda yang seharusnya jatuh tepat di retina,
menjadi di belakang retina. Atau refraksi oleh kornea dan lensa tidak cukup untuk
memfokuskan bayangan pada retina. Keadaan ini dapat juga dikarenakan juga oleh faktor
usia. Pada orang tua elastisitas lensa mata akan berkurang sehingga kemampuan mata untuk
berakomodasi menyesuaikan bayangan benda menjadi menurun
Kesimpulan
Setelah mempelajari berbagai teori yang berkenaan dengan skenario, saya
menyimpulkan bahwa hipotesis nya dapat diterima bahwa penglihatan seseorang akan
semakin berkurang seiring dengan bertambahnya umur, itu disebabkan oleh kekurang
lenturan lensa yang disebabkan oleh denaturasi protein yang progresif.
Daftar Pustaka
1. Widyastuti P. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Trjh. Sloane E. Anatomy and
physiology: an easy learner. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004. Hal 1856
2. Fauzan. Mengenal dan merawat mata. Care and healed[internet], [2008; 20 April
2011]. Tersedia dari:
http://careandhealed.com/2010/03/mengenal-dan-merawat-
mata/
3. Sloane E. Anatomy and physiology: an easy learner. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 2004.p.184-188
4. Watson R. Anatommy and physiology for nurses. Trjh. Syabariyah S. Anatomi dan
fisiologi untuk perawat. Jakarta: ECG, 2002. Hal 111-6
5. Gunawijaya FA dan Kartawiguna E. Penuntun praktikum: kumpulan foto mikroskopik
histologi. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti; 2007
6. James B, Chew C, Bron A. Opthalmology, 9th Edition. UK: Blackweell, 2003
7. Ganong W F. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC; 2003.p.145-151
8. Fernald, Russell D. Brain, Behaviour and Evolution. New York: University Press,
2006, 50(4): 253259.
9. Guyton CA dan Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008.
10. Barton, H. Byrne, K. Introduction to Human Vision, Visual Defects & Eye Tests.
March 2007. p. 22.
Kelompok A3
Amelinda Vania Stefan 10.2010.001
William Wijaya 10.2010.009
Gandy 10.2010.017
Novalia Khoemalasari 10.2010.022
Yordi Rambu Walda Njudang 10.2010.030
Carlson 10.2010.038
Lius Gerald 10.2010.043
Verawaty 10.2010.051
Selly Yoshianne Anggie 10.2010.060
Kokila A/P Shungaran 10.2010.364