Anda di halaman 1dari 28

Daftar Isi

Daftar isi.................................................................................................................................1
Bab I
Pendahuluan......................................................................................................................2
BAB II : Landasan Teori
A...Hernia.........................................................................................................................3
B...Segi sejarah................................................................................................................3
C...Embriologi.................................................................................................................4
D...Anatomi......................................................................................................................6
I.Dinding anterior abdomen.......................................................................................6
II.Canalis inguinalis...................................................................................................9
III.Funiculu spermatikus............................................................................................11
IV.Trigonum Hesselbach............................................................................................12
E.. .Etiologi....................................................................................................................... 13
F....Bagian dan jenis hernia.............................................................................................. 14
G...Patofisiologi............................................................................................................... 15
H...Manifestasi Klinis...................................................................................................... 18
I....Pemeriksaan fisik....................................................................................................... 19
J....Penatalaksanaan......................................................................................................... 22
K...Komplikasi................................................................................................................. 25
Bab III
Penutup.............................................................................................................................. 27
Daftar pustaka.........................................................................................................................28

BAB 1
1

Pendahuluan
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui
defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas
cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang
potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen
yang berulang atau berkelanjutan. 1 Menurut sifatnya, hernia disebut hernia reponibel bila isi
hernia dapat keluar-masuk. Usus keluar saat berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bila didorong masuk perut. Selama hernia masih reponibel, tidak ada keluhan
nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut, hernia disebut hernia ireponibel. Hernia tetap merupakan problem kesehatan
yang tidak bisa lepas dari problem sosial, banyak orang dengan tonjolan di lipat paha ke
dukun sebelum dibawa ke rumah sakit atau dokter; adapula sebahagian masyarakat yang
merasa malu bila penyakitnya diketahui orang lain sakit demikian, sehingga hal-hal inilah
yang kadangkala memperlambat penanganan penyakit dan khususnya hernia. Problem
kedokteran yang penting adalah bagaimana mengurangi frekuensi timbulnya hernia
inguinalis.

1,2,3

Salah satu penanganan yang dilakukan pada klien Hernia adalah herniotomi

atau herniorafi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada pasien yang dilakukan herniorafi
diantaranya nyeri, aktivitas intoleran dan resiko terjadinya infeksi.1,2

BAB 2
Landasan teori
2

A.Hernia
Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjlan suatu kantong peritoneum, suatu organ
atau lemak praperitoneum melalui cacat kongenital atau akuisita dalam parietes
muskuloaponerutik. Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter,
sehingga pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksanaan
hernia penting.
Sementara dalam tahun-tahun lampau hernia diterapi dengan terapi peninjang, namun
pada saat ini hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan, kecuali apabila ada
kontraindikasi bermakna. Hernia timbul sekitar 1,5% populasi umum Amerika Serikat, dan
537.000 hernia diperbaiki dengan pembedahan pada tahun 1980. Sebagian besar hernia
timbul dalam regio onguinalis sekitar 50% dari ini merupakan hernia inguinalis indirek dan
25% hernia inguinalis direk. Hernia insisional (termasuk hernia ventralis) merupakan sekitar
10% dari semua hernia, hernia femoralis sekitar 5% dan hernia umbilikalis 3%. Jika pada
masa lalu kekambuhan pasca bedah merupakan masalah, sekarang hal ini sudah jarang
terjadi, dengan perkecualian hernia berulang atau hernia besar yang memerlukan penggunaan
materi prostesis. 2
B.Segi Sejarah
Hernia inguinalis digambarkan dalam catatan peradaaban kuno. Tetapi terlewatkan
beberapa abad sebelum pemahaman secara jelas tentang anatomi hernia diberikan. Walaupun
ada kemajuan dan gambaran anatomi manusia pada tahun 1800-an, namun penatalaksanaan
hernia pada waktu itu terutama dengan observasi atau terapi penunjang, karena hasil dari
terapi bedah sangat buruk. Sebagai contoh, pada tahun 1891 Bull melaporkan hasil terapi
hernia di Amerika Serikat terjadi kekambuhan 30 sampai 40% selama 1 tahun dan 100%
selama 4 tahun. Pada tahun `1889, Bassini pertama melaporkan hasil yang terus menerus
berhasil dengan perbaikan bedah pada hernia inguinalis. Basini menggunakan prosedur
cermat dengan ligasi tingi kantong hernia dan pendekatan anatomi cermat bagi conjoined
fascia dari muskulus oblikus internus dan transversus abdominis ke ligamentum inguinale.
Angka kekambuhan di antara 251 pasien pertama hanya 3%.

Halsted, yang tak menyadari penemuan Bassini sejak dipublikasi dalam jurnal Italia
yang tak terkenal, secara bebas menggambarkan tindakan serupa pada tahun 1889. Tindakan
Halsted juga terdiri dari penjahitan fasia oblikus internus dan transversus abdominis ke
ligamentum inguinale. Dalam tindakan pertamanya, halsted mentransplantasi funikulus
spermatikus di atas pemutupan fasia oblikus eksternus (Halsted I). Kemudian Halsted
melakukan tindakan yang sama, tetapi memungkinkan funikulus spermatikus tetap dalam
posisi normalnya di bawah fasia oblikus eksternus (Halsted II). Tindakan Bassini dan Halsted
menampilkan kemajuan besar dan zaman penatalaksanaan bedah yang luas dari hernia
inguinalis dimulai.
Sejak karya peloporan ini, sejumlah variasi teknik telah dipekernalkan bersama
konsep baru, dalam usaha menurunkan angka kekambuhan yang telah rendah. McVay
mempopularisasikan teknik perapatan conjoined tendon muskulus oblikus internus dan rektus
abdominis ke ligamentum Cooper, suatu operasi yang pada mulanya digambarkan oleh
Lotheissen pada tahun 1898. Shouldice mengenalkan konsep membuka lantai inguinalis dan
mengimbrikasi fasia transversalis dengan teknik jahitan kontinyu. Saat ini operasi yang
diuraikan oleh pelopor ini terutama digunakan dalam mengoreksi hernia. 2
C.Embriologi
Pada pria, ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior
gonad ke permukaan interna skrotum. Gubernaculum akan melewati dinding abdomen yang
mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis. Processus vaginalis adalah
evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk bagian ventral gubernaculums bilateral.
Testis awalnya retroperitoneal dan dengan processus vaginalis testis akan turun melewati
canalis inguinalis ke scrotum dikarenakan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri
terjadi penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis angka
kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang sebelah kanan.3
Testis turun melalui anulus inguinalis dan melintasi tepi atas os pubikum ke dalam
tonjolan skrotum pada saat lahir. Testis kemudian dibungkus oleh suatu lipatan refleksi
prosesus vaginalis. Lapisan peritoneum yang membungkus testis dikenal sebagai tunika
vaginalis testis lamina viseralis, bagian lain kantong peritoneum membentuk tunika vaginalis
testis lamina parietalis. Saluran sempit yang menghubungkan lumen prosesus vaginalis
dengan rongga peritoneum, menutup pada saat lahir atauu segera sesudahnya. Disamping
4

dibungkus oleh lapisan-lapisan peritoneum yang berasal dari prosesus vaginalis, testis juga
terbungkus di dalam lapisan-lapisan yang berasal dari dinding abdomen anterior yang
dilewatinya.4
Lapisan prosesus vaginalis secara normal berfusi bersama dan berobliterasi
masuk kedalam saluran inguinal disekitar cincin interna. Kegagalan obliterasi processus
vaginalis oleh tunika vaginalis mengakibatkan berbagai anomaly inguinal. Pada wanita
ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior menjadi ligamentum rotundum
yang mana melewati cincin interna ke labia majus. Processus vaginalis normalnya menutup,
menghapuskan perluasan rongga peritoneal yang melewati cincin interna.

D.Anatomi
I.Dinding anterior abdomen
Lapisan-lapisan dinding abdomen terdiri dari (luar ke dalam):
1.

Kulit.

2.

Fascia superficialis, terdiri dari fascia camperi dan fascia scarpae.

3.

Otot dinding anterior abdomen, antara lain: muskulus obliquus externus


abdominis, muskulus obliquus internus abdominis, muskulus transversus
abdominis.

4.

Fascia transversalis.

5.

Lemak extraperitoneal.

6.

Peritoneum parietale. 5

Gambar 1. Lapisan-lapisan dinding abdomen


1. Kulit
Garis-garis lipatan kulit alami berjalan konstan dan hampir horizontal di sekitar
tubuh. Secara klinis hal ini penting karena insisi sepanjang garis lipatan ini akan
sembuh dengan sedikit jaringan parut sedangkan insisi yang menyilang garis-garis
ini akan sembuh dengan jaringan parut yang menonjol
2. Fascia superficialis:
a. Lapisan luar, Panniculus adiposus (fascia camperi): berhubungan dengan
lemak superficial yang meliputi bagian tubuh lain dan mungkin sangat tebal (3
inci [8cm] atau lebih pada pasien obesitas)
b. Lapisan dalam, Stratum membranosum (fascia scarpae): stratum
membranosum tipis dan menghilang di sisi lateral dan atas. Di bagian inferior,
stratum membranosum berjalan di depan paha dan di sini bersatu dengan
fascia profunda pada satu jari di bawah ligamentum inguinale.
3. Otot dinding anterior abdomen:
a. Musculus obliquus externus abdominis
6

Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis, dibentuk oleh dua lapisan:
superfisial dan profunda menjadi aponeurosis obliquus externus. Bersama
dengan aponeurosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rektus dan akhirnya linea alba. Aponeurosis obliqus
eksternus menjadi batas superfisial dari kanalis inguinalis. Ligamentum
inguinal terletak dari spina iliaca anterior superior ke tuberculum pubicum.
Ligamentum inguinale (Poupart) merupakan penebalan bagian bawah
aponeurosis muskulus obliqus eksternus. Terletak mulai dari SIAS sampai ke
ramus superior tulang pubis. Lakunare (Gimbernati) merupakan paling bawah
dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari serabut tendon obliqus eksternus
yang berasal dari daerah Sias.6
b. Muskulus obliquus internus abdominis
Merupakan lembaran otot yang lebar dan tipis yang terletak di profunda
muskulus obliquus externus abdominis. Serabut tendon yang terbawah
bergabung dengan serabut-serabut yang sama dari muskulus transversus
abdominis membentuk conjoined tendon.5
c. Muskulus transversus abdominis
Merupakan lembaran otot yang tipis dan terletak di profunda muskulus
obliquus internus abdominis dan serabut-serabutnya berjalan horizontal ke
depan. Serabut tendo yang terbawah bersatu dengan serabut tendo yang sama
dari muskulus obliquus internus abdominis membentuk conjoined tendon.6
4. Fascia transversalis
Merupakan lapisan fascia tipis yang membatasi muskulus transversus abdominis.
Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan:Fascia
transversalis dapat dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit sebelum yang
lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar dari tendon otot
transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke linea
semulunaris. Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum Cooper adalah titik fiksasi
yang penting dalam metode perbaika laparoscopic sebagaimana pada titik McVay.5
7

5. Lemak extraperitoneal
Merupakan selapis tipis jaringan ikat yang mengandung lemak dalam jumlah yang
bervariasi dan terletak diantara fascia transversalis dan peritoneum parietale.6
6. Peritoneum parietale
Merupakan membrana serosa tipis (pelapis dinding abdomen) dan melanjutkan
diri ke bawah dengan peritoneum parietale yang melapisi rongga pelvis.6
Saraf-saraf dinding anterior abdomen:6

Rami anteriores enam nervi thoracici bagian bawah. Berjalan di dalam celah
antara muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis. Saraf tersebut menyarafi kulit dinding anterior abdomen, otot-otot
(termasuk muskulus rectus abdominis dan muskulus pyramidalis), dan
peritoneum parietale. Saraf-saraf ini berakhir dengan menembus dinding
anterior vagina muskuli recti abdominis.

Nervus lumbalis 1. Punya perjalanan yang sama namun tidak masuk ke vagina
muskuli recti abdominis. Saraf ini berbentuk sebagai nervus iliohypogastricus
yang menembus aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis di atas
anulus inguinalis superficialis dan nervus ilioinguinalis yang keluar dari
anulus ini. Saraf-saraf ini berakhir dengan menyarafi kulit tepat di atas
ligamentum inguinale dan symphisis pubica

Arteriae dinding anterior abdomen:6

Arteri epigastrika superior: merupakan salah satu cabang terminal arteri


thoracica interna. Mendarahi bagian tengah atas dinding anterior abdomen dan
beranastomosis dengan arteria epigastrika inferior

Arteri epigastrika inferior: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat diatas
ligamentum inguinale. Mendarahi bagian tengah bawah dinding abdomen
anterior dan beranastomosis dengan arteria epigastika superior.

Arteri circumflexa profunda: merupakan cabang arteria iliaca externa tepat


diatas ligamentum inguinale. Mendarahi bagian lateral bawah dinding
abdomen.

Dua arteri intercostales posterior bagian bawah merupakan cabang aorta


descendens dan empat arteri lumbales yang berasal dari aorta abdominalis.
Mendarahi bagian lateral dinding abdomen.

Vena dinding anterior abdomen:6

Vena epigastrika superior

Vena epigastrika inferior

mengalirkan darah ke vena thoracica

Vena circumflexa ilium profunda

interna dan vena iliaca externa

Vena intercostales posterior mengalirkan darah ke vena azygos

Vena lumbales mengalirkan darah ke vena cava inferior

II.Canalis inguinalis
Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang mnembus bagian bawah
dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada laki-laki,
saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang berjalan dari testis ke
abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, saluran ini dilalui oleh ligamentum teres
uteri (rotundum) yang berjalan dari uterus ke labium majus pudendi. Selain itu,
saluran ini dilewati oleh nevus ilioinguinalis baik laki-laki maupun perempuan.
Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4cm) pada orang dewasa dan
terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk oval terletak sekitar
1.3cm diatas ligamentum inguinale pada pertengahan antara sias dan symphisis
pubica) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah dan medial sampai anulus
inguinalis superficialis (lubang berbentuk segitiga) pada aponeurosis obliquus
externus abdominis. Canalis inguinalis terletak sejajar dan tepat diatas ligamentum
inguinale.
9

Gambar 2. Canalis inguinalis


Dinding canalis inguinalis, terdapat dinding anterior, dinding posterior,
dinding inferior/dasar, dan dinding superior/atap. Dinding anterior canalis inguinalis
dibentuk oleh aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis. Dinding posterior
canalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis. Dinding inferior canalis
inguinalis dibentuk oleh lipatan pinggir bawah aponeurosis muskulus obliquus
externus abdominis yang disebut ligamentum inguinale dan ujung medialnya disebut
ligamentum lacunare. Dinding superior canalis inguinalis dibentuk oleh serabutserabut terbawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus
abdominis yang melengkung.
Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan struktur-struktur
yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke testis menuju
abdomen dan sebaliknya. Pada perempuan, canalis inguinalis yang lebih kecil
memungkinkan ligamentum teres uteri berjalan dari uterus menuju ke labium majus.
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior abdomen pada
laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah. Tataletak canalis inguinalis
untuk mengatasi kelemahan ini:
10

1. Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut


muskulus obliquus internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis
profundus
2. Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat
di belakang anulus inguinalis superficialis
3. Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabutserabut paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus
transversus abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang
melengkung menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin
menekan isi canalis inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis
inguinalis menutup.
4. Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus,
secara alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae
fleksi, dan permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior
dinding abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior
abdomen dilindungi oleh tungkai atas.
III.Funikulus Spermatikus
Funikulus spermatikus berawal pada anulus inguinalis profundus yang terletak
lateral terhadap arteria epigastrica inferior dan berakhir di testis. Struktur-struktur
pada funikulus spermatikus adalah sebagai berikut: 1. Vas deferens, 2. Arteria
testikularis, 3. Vena testikularis, 4. Pembuluh limfatik testis, 5. Saraf-saraf otonom, 6.
Prosessus vaginalis (sisa), 7. Arteria cremasterica, 8. Arteria ductus deferentis, dan 9.
Ramus genitalis nervus genitofemoralis yang menyarafi muskulus cremaster.

11

Gambar 3. Funikulus spermatikus


IV.Trigonum Hesselbach
Trigonum Hesselbach merupakan daerah dengan batas:

Inferior: Ligamentum Inguinale.

Lateral: Vasa epigastrika inferior.

Medial: Tepi m. rectus abdominis.

Dasarnya

dibentuk

oleh

fascia

transversalis

yang

diperkuat

serat

aponeurosis m.transversus abdominis. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach


disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum ini
adalah hernia indirek.

12

Gambar 4. Trigonum hesselbach


E.Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat. Hernia dapat
dijumpai pada segala usia, dan lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan. Berbagai
faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang
cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan pula
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1
Faktor yang dipandang berperan dalam terjadinya hernia ingunalis antara lain:1,5,7
1.Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.

Mengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badan
Sering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran

kencing
Batuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergi
Partus

2. Kelemahan otot dinding perut karena usia.


3. Prosesus vaginalis yang terbuka

F.Bagian dan Jenis Hernia


13

Hernia terdiri atas tiga bagian:6


a. Kantong hernia, merupakan kantong (divertikulum) peritonei dan mempunyai leher
dan badan (corpus)
b. Isi hernia dapat terdiri atas setiap struktur yang ditemukan di dalam cavitas
abdominalis dan dapat bervariasi dari sebagian kecil omentum sampai organ besar
seperti ren
c. Pelapis hernia dibentuk dari lapisan-lapisan dinding abdomen yang dilalui oleh
kantong hernia

Gambar 5. Bagian-bagian Hernia


Klasifikasi Hernia:
1. Menurut waktu
a. Hernia kongenital
b. Hernia akuisita/didapat
2. Menurut lokasi/letaknya
a. Hernia inguinalis
b. Hernia femoralis
c. Hernia umbilikalis
3. Secara klinis
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Keluar saat berdiri atau
mengedan, masuk ketika berbaring atau bila didorong masuk perut
b. Hernia ireponibilis: bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam
rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi kantong kepada
peritoneum kantong hernia.
c. Hernia strangulasi: hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi
14

d. Hernia inkarserata: hernia ireponibel yang disertai gangguan pasasse


G.Patofisiologi
1. Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada bulan
ke 8 dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum melalui kanal
tersebut. Penurunan testis itu akan menarik peritoneum ke daerah
scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum yang disebut dengan
prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir umumnya prosesus ini telah
mengalami obliterasi, sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui
kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal sering belum menutup,
karena testis yang kiri turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan
normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.

1,2

Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila


kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka akan timbul
hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia pada orang dewasa
ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur tua otot dinding rongga
perut melemah. Sejalan dengan bertambahnya umur, organ dan jaringan
tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut
telah menutup. Namun karena daerah ini merupakan locus minoris
resistance,

maka

pada

keadaan

yang

menyebabkan

tekanan

intraabdominal meningkat seperti batuk batuk kronik, bersin yang kuat


dan mengangkat barang barang berat, mengejan. Kanal yang sudah
tertutup dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis
karena terdorongnya sesuatu jaringan tubuh dan keluar melalui defek
tersebut. Akhirnya menekan dinding rongga yang telah melemas akibat
trauma, hipertropi protat, asites, kehamilan, obesitas, dan kelainan
kongenital dan dapat terjadi pada semua.

2,3,4

Pria lebih banyak dari wanita, karena adanya perbedaan proses


perkembangan alat reproduksi pria dan wanita semasa janin. Potensial
komplikasi terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Terjadi
15

penekanan terhadap cincin hernia, akibat semakin banyaknya usus yang


masuk, cincin hernia menjadi sempit dan menimbulkan gangguan
penyaluran isi usus. Timbulnya edema bila terjadi obtruksi usus yang
kemudian menekan pembuluh darah dan kemudian terjadi nekrosis. Bila
terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah, konstipasi. Bila inkarserata dibiarkan, maka lama kelamaan akan
timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi
nekrosis.

3,4,5

Juga dapat terjadi bukan karena terjepit melainkan ususnya


terputar. Bila isi perut terjepit dapat terjadi shock, demam, asidosis
metabolik, abses. Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang
dialami oleh isi hernia. Antara lain obstruksi usus sederhana hingga
perforasi (lubangnya) usus yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal,
fistel atau peritonitis.

1,2,3

A. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)


Hernia ini merupakan jenis henia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh
faktor peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot
dinding di trigonum Hesselbach*. Jalannya langsung (direct) ke ventral
melalui annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama sekali tidak
berhubungan dengan pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral,
khususnya pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak
pernah, mengalami inkarserasi dan strangulasi.

4,5,6

Gambar 6. Hernia Inguinalis Direct


16

B. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)


Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua
pintu dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan
hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong. Dapat terjadi
secara kongenital atau akuisita:

5,6

Hernia inguinalis indirekta congenital.


Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama
sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan
dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan demikian isi perut
dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut.
Hernia inguinalis indirekta akuisita.
Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu
bagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari
processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan.
Sewaktu-waktu kentung peritonei ini dapat terisi dalaman perut, tetapi isi
hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis.

Gambar 7. Hernia inguinalis indirect


17

2. Hernia femoralis
Pada umumnya dijumpai pada perempuan tua, kejadian pada wanita
kira-kira 4 kali lelaki. Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat paha.
Sering penderita datang ke dokter atau rumah sakit dengan hernia
strangulata. Pada pemeriksaan fisik ditemukan benjolan di lipat paha di
bawah ligamentum inguinale, di medial vena femoralis dan lateral
tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas adalah tanda
sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak ditemukan, karena
kecilnya atau karena penderita gemuk. Hernia ini masuk melalui annulus
femoralis ke dalam kanalis femoralis dan keluar pada fosa ovalis di lipat
paha.

2,3,6

Kanalis femoralis terletak medial dari v.femoralis di dalam lakuna vasorum


dorsal dari ligamentum inguinale, tempat v.safena magna bermuara di dalam
v.femoralis. Foramen ini sempit dan dibatasi oleh pinggir keras dan tajam. Batas
kranioventral dibentuk oleh lig. Inguinale, kaudodorsal oleh pinggir os. Pubis
yang terdiri dari lig. Iliopektineale (lig. Cooper), sebelah lateral oleh (sarung)
v.femoralis, dan di sebelah medial oleh lig. Lakunare Gimbernati. Hernia
femoralis keluar melalui lakuna vasorum kaudal dari lig. Inguinale. Keadaan
anatomi ini sering mengakibatkan inkarserasi hernia femoralis

H.Manifestasi klinis
Sebagian besar hernia adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan pada pemeriksaan
fisik rutin dengan palpasi benjolan pada annulus inguinalis superfisial atau suatu kantong
setinggi annulus inguinalis profundus. Yang terakhir dibuat terasa lebih menonjol bila pasien
terbatuk. Salah satu tanda pertama hernia adalah adanya massa dalam daerah inguinalis
manapun atau bagian atas skrotum. Dengan berlalunya waktu, sejumlah hernia turun ke
dalam skrotum sehingga skrotum membesar. Pasein hernia sering mengeluh tidak nyaman
dan pegal pada daerah ini, yang dapat dihilangkan dengan reposisi manual hernia ke dalam
kavitas peritonealis. Tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka biasanya
hernia muncul lagi.

18

Hernia inguinalis lateralis


Terdapat benjolan dilipat paha yang timbul pada waktu mengedan, batuk, bersin,
berdiri, mengangkat berat dan hilang setelah berbaring (apabila masih reponibel)
Nyeri atau rasa tidak enak di daerah epigastrium atau para umbilical sewaktu segmen
usus halus masuk ke kantong hernia
Mual, muntah, kolik bila terjadi inkaserasi ataupun strangulasi
Hernia inguinalis medialis

Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan
hernia ingunalis lateralis

I.Pemeriksaan fisik
Daerah inguinalis pertama-tama diperiksa dengan inspeksi. Sering benjolan muncul dalam
lipat paha dan terlihat cukup jelas. Kemudian jari telunjuk ditempatkan pada sisi lateral kulit
skrotum dan dimasukkan sepanjang funikulus spermatikus sampai ujung jari tengah mencapai
annulus inguinalis profundus. Suatu kantong yang diperjelas oleh batuk biasanya dapat diraba
pada titik ini. Jika jari tangan tak dapat melewati annulus inguinalis profundusn karena
adanya massa, maka umumnya diindikasikan adanya hernia. Hernia juga diindikasikan, bila
seseorang meraba jaringan yang bergerak turun ke dalam kanalis inguinalis sepanjang jari
tangan pemeriksa selama batuk.
Walaupun terdapat tanda-tanda yang menunjukkan apakah hernia iktu indirek atau direk,
namun umumnya hanya sedikit kegunaannya, karena keduanya biasanya memerlukan
penatalaksanaan bedah, dan diagnosis anatomi yang tepat hanya dapat dibuat pada waktu
operasi. Gambaran yang menyokong adanya hernia indirek mencakup turunnya ke dalam
skrotum, yang sering ditemukan dalam hernia indirek, tetapi tak lazim dalam bentuk hernia
direk. Hernia direk lebih cenderung timbul sebagai massa yang terletak pada annulus
inguinalis superfisial dan massa ini biasanya dapat direposisi ke dalam kavitas peritonealis,
terutama jika pasien dalam posisi terbaring. Pada umumnya dengan jari tangan pemeriksa di
dalam kanalis inguinalis, maka hernia inguinalis indirek maju menuruni kanalis pada samping
19

jari tangan, sedangkan penonjolan yang langsung ke ujung jari tangan adalah khas dari hernia
direk.
Diagnosis banding hernia inguinalis mencakup massa lain dalam lipat paha seperti
limfadenopati, varikokel, testis yang tidak turun, lipoma dan hematoma.
Pemeriksaan Finger Test :
1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.
2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:

Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar 8. Finger Test


Pemeriksaan Zieman Test :
1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.


20

jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.

jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 9. Zieman Test


Pemeriksaan Thumb Test :

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

21

Gambar 10. Thumb Test


J.Penatalaksanaan
Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Karena
potensinya menimbulkan komplikasi inkarserasii atau strangulasi lebih
berat dibandingkan resiko yang minimal dari operasi hernia (khususnya
bila menggunakan anastesi local). Khusus pada hernia femoralis, tepi
kanalis femoralis yang kaku meningkatkan resiko terjadinya inkarserasi.
Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi
mungkin kemudian dipotong. Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan herniotomi. Adapun teknikteknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu
1.

Bassini : dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara


conjoint tendon didekatkan dengan ligamentum Pouparts dan spermatic cord
diposisikan seanatomis mungkin di bawah aponeurosis muskulus oblikuus

2.

3.

4.

eksterna. Menjait conjoint tendon dengan ligamentum inguinale.


Shouldice : seperti bassini ditambah jahitan fascia
transversa

dengan

ligamentum Cooper.
Lichtenstein : menggunakan propilene (bahan sintetik) menutup segitiga
Hasselbach dan mempersempit anulus internus.
Halsted, menempatkan muskulus oblikuus

eksterna

diantara

cord

kebalikannya cara Bassini. seperti Bassini tetapi funikulus spermatikus berada


5.

diluar Apponeurosis M.O.E.


Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint
tendon lebih posterior dan inferior terhadap ligamentum Cooper2,7

Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat dikelompokkan dalam 4


kategori utama :
a. Kelompok 1 : Open Anterior Repair
Kel. 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan
aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dan membebaskan funnikulus spermatikus.

22

Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan
indirect. Kantung hernia diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.

Teknik Bassini
Komponen utama dari teknik ini adalah :
Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis inguinalis hingga ke

cincin eksternal.
Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect sekaligus

menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.


Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia transversalis)
Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot transversalis
abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.
-

Gambar 11.Bassini technique

23

Gambar 12. McVay open anterior repair


Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekonstruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan
memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang terjadi
akibat jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi nekrosis otot yang
akan menyebabkan jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan. 2,7
b. Kelompok 2 : Open Posterior Repair
Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah lapisan
dinding abdomen superior hingga ke cincinluar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi
kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini
dan teknik open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair
sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari
operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi
umum. 2,7
c. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan pendekatan awal
yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk
memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap.
Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di
sekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan
kurang dari 1 persen. Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan
implant prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalaman
yang luas dengan mesh telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer.
Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.
24

Gambar 13. Open mesh repair


d. Kelompok 4 : Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga
menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal diatas peritoneum. Teknik ini
ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus
terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies dilakukan
menggunakan salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total
extraperitoneal (TEP). Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik
dalam cavum abdomen dan memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh
diletakkan dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah
prosedur laparokopik langsung yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk
diseksi. Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bisa cedera selama operasi.
K.Komplikasi.
Komplikasi setelah operasi herniorraphy biasanya ringan dan dapat
sembuh sendiri, hematom dan infeksi luka adalah masalah yang paling
sering terjadi. Komplikasi yang lebih serius seperti perdarahan, osteitis
atau atropy testis terjadi kurang dari 1 persen pada pasien yang menjalani
herriorraphy. Perbandingan komplikasi berat dan ringan dari teknik open
dan laparoscopic herniorrhaphies.

2,7

25

Tabel 1. Komplikasi dari Open dan Laparoscopic Hernia Repair

BAB 3
26

Penutup
Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi
oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. Hernia inguinalis dibagi dua
jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis directa/hernia inguinalis horisontal dan
hernia ingunalis lateralis/ hernia indirecta/hernia obliqua. Yang tersering hernia inguinalis
lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan. Etiologi dari hernia inguinalis antara lain prosesus vaginalis persisten, tekanan
intra abdominal yang meninggi, kelemahan otot-otot abdomen. Komplikasi yang terjadi yaitu
inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi strangulasi penanganan segera adalah dengan
operasi. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Pada herniotomi
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi
mungkin kemudian dipotong. Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih
penting artinya dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan herniotomi.

Daftar Pustaka

27

1. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2010; hal. 619-29
2. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17th Edition.
Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-217.
3. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
4. Sadler, T.W. Embriologi Kedokteran Langman. Alih bahasa: Joko Suyono. Edisi ke-7.
Jakarta: EGC, 2000; hal. 304-9
5. Snell, Richard S. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran; alih bahasa: Liliana
Sugiharto, edisi ke-6. Jakarta:EGC, 2006, hal. 148-65, 189-90
6. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York.
WB Saunders Company. 795-801
7. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-94.

28

Anda mungkin juga menyukai