Anda di halaman 1dari 4

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : AKIDAH AKHLAK


B. Kegiatan Belajar : KB 1
C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Peta Konsep (Beberapa 1. Pengertian Al-Asmā Al-Husnā. Kata asmā
istilah dan definisi) di merupakan bentuk jamak ism yang berarti nama diri,
modul bidang studi sedangkan al-husnā berarti yang paling bagus, baik,
cantik. Secara bahasa al-Asmā' al- Ḥusnā berarti
nama-nama yang terbaik. Al-Asmā' al-Ḥusnā
berjumlah 99 (sembilanpuluh Sembilan). Melalui al-
Asmā' al-Ḥusnā, umat Islam bisa mengetahui
keagungan Allah dan menyeru dengan nama-nama
tersebut ketika berdo’a atau mengharap kepada-
Nya. Al-Asmā' al-Ḥusnā menunjukkan sifat-sifat
yang amat sempurna dan tidak sedikitpun tercemar
dengan kekurangan.
2. Konsep Al-Asmā' Al-Husnā Tentang Allah.
Sebagian ulama Islam berpendapat bahwa kata
Allah berasal dari kata al-Ilāh. Kata al-Ilāh berarti
menyembah, ilāhun artinya sama dengan ma’budun,
‘yang diabdi’. Lawannya adalah ‘abdun, ‘yang
mengabdi’, atau hamba atau budak. Dalam al-Quran
kata ilāhun juga dipakai untuk menyebut berhala,
hawa nafsu, ataupun dewa-dewa. Orang-orang
Arab sebelum Islam, memahami makna kata ilāhun
sebagai dewa atau berhala, dan mereka gunakan
dalam percakapan sehari-hari. Konsep ketuhanan
dalam teologi Islam dikenal dengan tiga istilah, yaitu:
Rab (Pemelihara), Malik (Raja), dan Ilāh
(Sesembahan). Kesemua sebutan tersebut untuk
menyebut Tuhan Yang Maha Esa, yaitu Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Konsep Tuhan dalam Islam
otentik dan final, berdasarkan atas wahyu Al-Qur’an
yang juga bersifat otentik dan final, lafdhan wa
ma’nan dari Allah Yang Maha Esa, Shalih fi kulli
zaman wa makan, dan tidak ada keraguan di
dalamnya. Konsep Tuhan dalam Islam bersifat
“haq”. Bukan Tuhan hasil personifikasi,
sebagaimana agama lain melakukannya sebagai
juru penyelamat dengan beragam manifestasi
namanya, maupun sebagai penebus dosa, Tuhan
Bapa, Tuhan Anak, Ruh Qudus dan sebagainya.
Bukan pula seperti Tuhan dalam konsepsi Aristotle,
yaitu Tuhan filsafat, yang sering diistilahkan dengan
penggerak yang tidak bergerak, Tuhan yang ada
dalam pikiran manusia. Makna relasional kata Allah
dikalangan orang-orang Arab pra-Islam dengan tiga
kasus. Pertama, adalah konsep Pagan tentang
Allah, Kedua, orang-orang Yahudi dan Kristen
zaman pra-Islam. Ketiga, Orang-orang Arab pagan,
Arab jahiliyah murni non-kristen dan non-Yahudi
yang mengambil konsep Tuhan Injil, “Allah”.
Menurut al-Qur’an, sebutan yang benar bagi Tuhan
adalah sebutan “Allah”, dan kemahaesaan Allah
tidak melalui teori evolusi melainkan melalui wahyu
yang datang dari Allah.
3. Konsep Al-Asmā' Al-Husnā Tentang Al-Rahmān
dan Al-Rahīm, Dalam bahasa Inggris, seringkali
kata yang digunakan untuk menerjemahkan al-
Rahmān adalah merciful atau benefactory. Namun
ada yang perlu kita pahami, bahwa kedua kata
tersebut tidak bisa untuk secara sempurna
menggantikan makna kata al-Rahmān. Mercy itu
maknanya kasih yang diberikan ketika seseorang
melakukan suatu kesalahan, padahal al-Rahmān itu
tidak hanya diberikan setelah seseorang melakukan
kesalahan. Lalu kata benefactory sendiri, hampir
tidak pernah dipakai di keseharian, padahal
seharusnya terjemahan membuat kita lebih paham.
Al-Rahmān salah satunya berasal dari akar kata al-
Rahm, saat seorang perempuan hamil, tempat janin
bayinya disebut dengan rahim. Disebut rahim karena
janin tersebut dirawat, dilindungi, disayangi dalam
berbagai hal. Kerabat juga dinamai rahim, karena
kasih sayang yang terjalin diantara anggota-
anggotanya. Rahmat lahir dan nampak dipermukaan
bila ada sesuatu yang dirahmati dan setiap yang
dirahmati pastilah sesuatu yang butuh, karena itu
yang butuh tidak dapat dinamai rahim.
4. Konsep Al-Asmā' Al-Husnā Tentang Al-Malik, al-
Malik secara umum diartikan raja atau penguasa,
yaitu penguasaan terhadap sesuatu disebabkan oleh
kekuatan pengendalian dan keshahihannya. Kata
"Malik" yang biasa diterjemahkan raja adalah yang
menguasai dan menangani perintah dan larangan,
anugerah dan pencabutan. Kerajaan terarah kepada
manusia, tidak kepada barang. Kata Malik pada
mulanya berarti ikatan dan penguatan.
5. Konsep Tentang Mukjizat, t istilah mu’jiz atau
mu’jizat lazim diartikan dengan al’ajib maksudnya
sesuatu yang ajaib (menakjubkan atau
mengherankan) karena orang atau pihak lain tidak
ada yang sanggup menanding atau menyamai
sesuatu itu. Ada tiga unsur pokok mukjizat yaitu: 1.
harus menyalahi tradisi atau adat kebiasaan
(khariqun lil ‘adah). 2. mukjizat harus dibarengi
dengan perlawanan. harus diuji dengan melalui
pertandingan atau perlawanan sebagaimana
layaknya sebuah pertandingan. 3. Mukjizat itu tak
terkalahkan
6. Konsep Tentang Karomah, Karomah adalah
pemberian dari Allah Swt. dalam bentuk
pertolongan-Nya yang diberikan kepada seseorang
yang membela agama Allah. Sifat Karomah adalah
kejadian di luar batas kemampuan manusia pada
umumnnya atau keluar dari kebiasaan pada
umumnnya. Karomah merupakan bagian dari
Mawahib (anugerah) Allah yang didapat tanpa
melalui proses usaha juga terjadi hanya sesekali
saja. Menurut ulama sufi, karamah berarti keadaan
luar biasa yang diberikan Allah SWT kepada para
wali-Nya. Wali ialah orang yang beriman, bertakwa,
dan beramal shaleh kepada Allah SWT. Ulama’ sufi
meyakini bahwa para wali mempunyai
keistimewaan, misalnya kemampuan melihat hal-hal
ghaib yang tidak dimiliki oleh manusia umumnya.
Allah SWT dapat memberi karamah kepada orang
beriman, takwa, dan beramal shaleh menurut
kehendaknya . bagian ciri-ciri seorang hamba yang
memiliki karomah diantaranya yaitu: (1) tidak
memiliki doa-doa khusus sebagai suatu bacaan; (2)
karomah hanya terjadi pada seorang yang sholeh;
(3) seseorang yang memiliki karomah tidak pernah
secara sengaja mengaku-ngaku bahwa dirinya
memiliki karomah. Maksud atau tujuan dari
pemberian karomah tersebut kepada para wali ialah:
(1) dapat lebih meningkatkan keimanan kepada
Allah; (2) masyarakat menjadi lebih percaya kepada
seorang wali Allah, yang senantiasa meneruskan
perjuangan nabi Muhammad SAW; dan (3) karomah
merupakan bukti nyata meninggikan derajat seorang
wali agar dirinya selalu tetap istiqomah di jalan Allah.
7. Konsepsi Tentang Sihir, secara bahasa bermakna
segala sesuatu yang sebabnya nampak samar.
Sebagian ulama mengatakan bahwa sihir adalah
benar-benar terjadi ‘riil’, dan memiliki hakikat.
Artinya, sihir memiliki pengaruh yang benar-benar
terjadi dan dirasakan oleh orang yang terkena sihir.
Dasar pokok sihir adalah memalingkan sesuatu dari
hakikat yang sebenarnya kepada yang lainnya. Sihir
ini mempunyai hakikat, diantaranya ada yang bisa
mematikan, membuat sakit, membuat seorang
suami tidak dapat mencampuri istrinya atau
memisahkan pasangan suami istri, atau membuat
salah satu pihak membenci lainnya atau membuat
kedua belah pihak saling mencintainya. Sihir adalah
kesepakatan antara tukang sihir dan syaitan dengan
ketentuan bahwa tukang sihir akan melakukan
berbagai keharaman atau kesyirikan dengan
imbalan pemberian pertolongan syaitan kepadanya
dan ketaatan untuk melakukan apa saja yang
dimintanya.

Tuhan yang dipercayai manusia saat ini meliputi


“Tuhan kepercayaan” (ilāh al-mu’taqad), “Tuhan
yang dipercayai” (al-ilāh al-mu’taqad), “Tuhan dalam
Daftar materi bidang
kepercayaan” (al- ilāh fī al-i’tiqad) “Tuhan
2 studi yang sulit dipahami
Kepercayaan” (alhaqq al-i’tiqad), Tuhan yang dalam
pada modul
kepercayaan” (al-haqq al-ladzī fī al-mu’taqad) dan
“Tuhan yang diciptakan dalam kepercayaan” (al-
haqq a-Makhlūq fī al-i’tiqad).

Al-Thabathabai dalam tafsirnya AlMīzān menyatakan


bahwa jumlah al-Asmā' al-Ḥusnā itu ada sebanyak
127 nama. Ibnu Barjam al-Andalusi dalam karyanya
Daftar materi yang sering Syarh al-Asmā' Al-Husnā sebanyak 132 nama. Al-
3 mengalami miskonsepsi Qurthubi dalam tafsirnya Al-Kitab al-Asna fī Syarh al-
dalam pembelajaran Asmā' al-Husnā, mencapai lebih dari dua ratus
nama, baik yang sudah disepakati, maupun yang
masih diperselisihkan dan yang bersumber dari
ulama-ulama sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai