Anda di halaman 1dari 8

NAMA : Muslim Hi M Karim

NIM : 041445917
TUGAS 1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BUKU MATERI POKOK (MKDU4221)

Jawaban 1 :
a) Berikut ayat dan terjemahan QS. Al-Baqarah (2):165
‫وا‬5ْٓ 5ُ‫دَادًا يُّ ِحبُّوْ نَهُ ْم َكحُبِّ هّٰللا ِ ۗ َوالَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬5‫ ُذ ِم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ اَ ْن‬5‫اس َم ْن يَّتَّ ِخ‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
‫اب اَ َّن ْالقُ َّوةَ هّٰلِل ِ َج ِم ْيعًا ۙ َّواَ َّن‬ ‫هّٰلِّل‬
َ ۙ ‫اَ َش ُّد ُحبًّا ِ ۙ َولَوْ يَ َرى الَّ ِذ ْينَ ظَلَ ُم ْٓوا اِ ْذ يَ َروْ نَ ْال َع َذ‬
‫هّٰللا‬
ِ ‫َ َش ِد ْي ُد ْال َع َذا‬
‫ب‬
Terjemahan:
Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain
Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.
Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka
melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik
Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka menyesal).

b) Berdasarkan redaksi ayat tersebut, iman identik dengan asyaddu hubban


lillah. Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata
superlatif asyadiid (sangat). Asyaddu hubban berarti sikap yang
menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa. Lillah artinya kepada
atau terhadap Allah. Dari ayat tersebut tergambar bahwa iman adalah
sikap (attitude), yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan
atau keinginan luar biasa terhadap Allah.
c) Orang-orang yang beriman kepada Allah berarti orang yang rela
mengorbankan jiwa dan raganya untuk mewujudkan harapan atau
kemauan yang di tuntut oleh Allah kepadanya.
Ibnu majah dalam sunannya meriwayatkan bahwa nabi pernah bersabda
sebagai berikut. “Iman adalah keterkaitan antara kalbu, ucapan dan
perilaku”. (Menurut al-sakaway dalam, al-maqasid, al-hasanah, hlm 140,
kesahian hadits tersebut dapat dipertanggung jawabkan).
d) Ayat dan terjemahan QS Al-A’raaf (7):179.

ِ ‫ا َولَهُ ْم َأ ْعي ٌُن اَل يُب‬5َ‫ونَ بِه‬5ُ‫وبٌ اَل يَ ْفقَه‬5ُ‫س ۖ لَهُ ْم قُل‬ ‫ْأ‬
‫ا َولَهُ ْم‬5َ‫رُونَ بِه‬5‫ْص‬ ِ ‫يرًا ِمنَ ْال ِجنِّ َواِإْل ْن‬5ِ‫ا لِ َجهَنَّ َم َكث‬5َ‫َولَقَ ْد َذ َر ن‬
١٧٩ ﴿ َ‫ضلُّ ۚ ُأو ٰلَِئكَ هُ ُم ْالغَافِلُون‬ َ ‫ان اَل يَ ْس َمعُونَ بِهَا ۚ ُأو ٰلَِئ‬
َ ‫ك َكاَأْل ْن َع ِام بَلْ هُ ْم َأ‬ ٌ ‫﴾آ َذ‬

[7:179] Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam)


kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak
dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai
binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-
orang yang lalai.
e) Berdasarkan tafsiran tersebut diketahui, bahwa rukun ( struktur) iman ada
tiga aspek yaitu; kalbu, lisan, dan perbuatan. Tepatlah jika iman
didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan
perilaku. Jika pengertian ini diterima, maka istilah iman identik dengan
kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang konsisten . Orang
yang beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan dan
keterampilan.
f) Iman merupakan asas yang menentukan ragam kepribadian manusia.
Selama ini orang memahami bahwa iman artinya kepercayaan atau sikap
batin, yaitu mempercayai adanya Allah, malaikat, rasul, kitab, hari akhir
(kiamat), takdir baik dan buruk. Pengertian tersebut jika digandengkan
dengan hadits nabi yaitu aqdun bil qalbi wa iqraarun bil lisaanin wa
amalun bil arkanin maka pengertiannya akan lebih oprasional.
Jika didefinisikan bahwa iman adalah kepribadian yang
mencerminkan suatu keterpaduan antara kalbu, ucapan dan perilaku
menurut ketentuan Allah, yang disampaikan oleh Malaikat kepada Nabi
Muhammad. Ketentuan Allah tersebut dibukukan dalam bentuk Kitab
yaitu kumpulan wahyu, yang di konkretkan dalam Al-quran guna
mencapai tujuan yang hakiki yaitu bahagia dalam hidup, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
Ada tiga aspek iman yaitu pengetahuan, kemauan dan kemampuan.
Orang yang beriman kepada Allah adalah yang memiliki pengetahuan,
kemauan dan kemampuan untuk hidup dengan ajaran Al-quran seperti
yang dicontohkan oleh rasulullah. Oleh karena itu, persyaratan untuk
mencapai iman adalah memahami kandungan Al-quran. Dengan demikian
strategi untuk menumbuhkembangkan keimanan kepada Allah adalah
menumbuhkembangkan kegiatan, belajar dan mengajarkan Al-quran
secara akademik.

Jawaban 2 :
a) - Berikut terjemahan dari QS Ali-imran (3):190-191.
Artinya : “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta selesi
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal”(190). (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri dan
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ya tuhan kami, tiadalah engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa neraka”(191).
- Penjelasan : 190 (Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi) dan
keajaiban-keajaiban yang terdapat pada keduanya (serta pergantian malam
dan siang) dengan dating dan pergi serta bertambah dan berkurang (menjadi
tanda-tanda) atau bukti-bukti atas kekuasaan Allah SWT. (Bagi orang-orang
yang berakal) artinya yang mempergunakan pikiran mereka.
Penjelasan : 191 (Yakni orang-orang yang) ‘na at’ atau badal bagi yang
sebelumnya (mengingat Allah diwaktu berdiri dan duduk dan ketika
berbaring) artinya dalam keadaan bagaimanapun juga sedang menurut ibnu
abbas mengerjakan salat dalam keadaan tersebut sesuai dengan kemampuan
(dan mereka memikirkan tentang kejadian langit dan bumi) untuk
menyimpulkan dalil melalui keduanya akan kuasa Allah, kata mereka:
(“wahai tuhan kami! Tidaklah engkau menciptakan ini) maksudnya makhluk
yang kami saksikan ini (dengan sia-sia) menjadi hal sebaliknya semua ini
menjadi bukti atas kesempurnaan kekuasaan-mu (maha suci engkau) artinya
tidak mungkin engkau akan berbuat sia-sia ( maka lindungilah kami dari
siksa neraka).
b) – Berikut terjemahan dari QS Qaaf (50):16.
Artinya : “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya
daripada urat lehernya” (16).

-Penjelasan : (Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia sedangkan


kami mengetahui) lafal Na’lamu ini berkedudukan menjadi hal atau kata
keterangan keadaan dan sebelumnya dipikirkan adanya lafal Nahnu (apa) huruf
Maa disini adalah mashdariyah (yang di bisikkan) dibicarakan (oleh dia) yakni
oleh manusia, huruf ba disini adalah zaidah, atau untuk Ta’diyah (dalam
hatinya, dan kami lebih dekat kepadanya) maksudnya ilmu kami (daripada urat
lehernya) Idhafah disini mengandung makna Bayan atau untuk menjelaskan,
dan pengertian yang dimaksud dalam lafal Al-wariid adalah dua urat vital yang
terdapat pada bagian belakang leher .
c) Zat yang bersifat lahiriah dan gaib itu menentukan postur manusia sebagai
makhluk yang paling sempurnah. Manusia mempunyai anggota badan,
khusunya otak dan jantung yang berfungsi sebgai mekanisme biologi yaitu
seperangkat subsistem didalam sistem tubuh manusia untuk menunjukkan
keberadaan (eksistensinya).
Susunan anggota badan manusia (fisik) sebenarnya sangat kompleks, tidak
hanya terdiri dari otak dan jantung saja, yang masing-masing anggota badan
satu sama lain dihubungkan melalui susunan saraf yang sangat kompleks pula.
Keadaan itupun masih menggambarkan manusia yang kurang lengkap, karena
kelengkapan manusia tidak hanya dari wujud fisiknya saja, akan tetapi juga dari
kenyataan nonfisik yang justru tidak dimiliki oleh mahluk lain. Seperti ruh dan
jiwa yang memerankan adanya proses berpikir, merasa, bersikap dan berserah
diri serta mengabdi yang merupkan mekanisme, kewajiban manusia sebagai
makhluk Allah.
Kedua mekanisme yang terdapat pada manusia, yaitu mekanisme biologi
yang berpusat pada jantung (sebagai pusat hidup) dan mekanisme kewajiban
yang berpusat pada otak (otak sebagai lembaga pikiran, rasa, dan sikap sebagai
pusat kehidupan).

Jawaban 3 :
a) Masyarakat adalah sejumlah individu yang hidup bersama dalam suatu wilayah
tertentu, bergaul dalam jangka waktu yang lama sehingga menimbulkan
kesadaran pada diri setiap anggotanya sebagai satu kesatuan. Asal usul
pembentukkan masyarakat bermula dari fitrah manusia sebagai makhluk sosial
yang senantiasa membutuhkan orang lain. Dari fitrah ini kemudian mereka
berinteraksi satu sama lain dalam jangka waktu yang lama sehingga
menimbulkan hubungan sosial yang pada gilirannya menimbulkan kesadaran
akan kesatuan. Untuk menjaga ketertiban daripada hubungan sosial itu, maka
dibuatlah sebuah peraturan.
Dalam perkembangan berikutnya, sering dengan berjumlahnya individu
yang menjadi anggota tersebut dan perkembangan kebudayaan, masyarakat
berkembang menjadi suatu yang kompleks. Maka muncullah lembaga sosial,
kelompok sosial, kaidah-kaidah sosial sebgai struktur masyarakat dan proses
sosial dan perhubungan sosial sebagai dinamika masyarakat. Atas dasar itu, para
ahli sosiologi menjelaskan masyarakat dari dua sudut: struktur dan dinamika.
b) Dalam Al-quran terdapat banyak ayat Al-quran yang menunjukkan fitrah
manusia sebagai makhluk sosial dan dari fitrah tersebut kemudian melahirkan
masyarakat. Ayat-ayat tersebut antara lain :
- QS. Al-hujuraat: (13).
yang artinya: “hai manusia, sesungguhnya kami menjadikan kamu dari
laki-laki dan perempuan (bapak dan ibu), dan kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu berkenal-kenalan. Sesungguhnya
orang yang paling mulia disisi Allah adalah yang paling takwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha amat mengetahui.”
- Dalam ayat lain yakni QS. Az-Zukhruf: (32).
Yang artinya : “adakah mereka sebagai rahmat tuhanmu? Kami membagi
penghidupan mereka diantara mereka itu pada hidup didunia dan kami
tinggikan setengah mereka diatas yang lain beberapa derajat, supaya mereka
mengambil yang lain jadi pembantu. Dan rahmat tuhanmu lebih baik dari
harta yang mereka kumpulkan.”
c) Masyarakat madani yang dideklarasikan oleh Nabi adalah masyarakat yang adil,
terbuka dan demokratis, dengan landasan takwah kepada Allah dan taat kepada
ajarannya. Takwah kepada Allah adalah semangat ketuhanan yang diwujudkan
dengan membangun hubungan yang baik dengan Allah dan manusia.
Hubungan itu tentu saja harus dilandasi dengan budi luhur dan akhlak
mulia. Dalam konteks ini menjadi jelas masyarakat madani adalah masyarakat
berbudi luhur mengacu kepada kehidupan masyarakat berkualitas dan beradab.
Berdasarkan uraian diatas, meskipun memiliki makna yang berbeda dari
pemaknaannya antara civil society dan masyarakat madani, tetapi pada intinya
kedua istilah memiliki semangat yang sama, yakni suatu masyarakat yang adil,
terbuka, demokratis, dan sejaterah dengan kualitas keadaban warganya.

d) Berikut ini adalah prinsip-prinsip umum masyarakat yang beradab dan


sejahtera!
1) Keadilan.
Berbicara tentang keadilan secara horizontal berarti berbicara
kesejahteraan umum. Menegakkan keadilan merupakan kemestian yang
bersifat fitrah yang harus ditegakkan oleh setiap individu sebagai
pengejawantahan dari perjanjian primoridial dimana manusia mengakui
Allah sebagai tuhannya.
2) Supremasi Hukum.
Keadilan seperti disebutkan diatas harus dipraktikkan dalam semua
aspek kehidupan. Dimulai dari menegakkan hokum. Menegakkan
hokum yang adil merupakan amanah yang diperintahkan untuk
dilaksanakan kepada yang berhak. Dalam surat An-Nissa’ ayat 58
ditegaskan:
Yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk
menunaikan amanah kepada yang berhaknya dan apabila kamu
menghukumi diantara manusia, maka hendaklah kamu hokum dengan
adil, sesungguhnya Allah sebaik-baik mengajar kepadamu.
Sesungguhnya Allah maha mendengar lagi maha melihat.”
3) Egalitarianisme (persamaan).
Egalitarianisme artinya adalah persamaan, tidak mengenal sistem
dinasti geneologis. Artinya adalah bahwa masyarakat madaniah tidak
melihat keutamaan atas dasar keturunan, ras, etnis, dll. Melainkan atas
prestasi. Bukan prestise tetapi prestasi.
4) Prualisme.
Prualisme adalah sikap dimana kemajemukkan merupakan suatu
yang harus diterima sebagai bagian dari realitas obyektif. Prualisme
yang dimaksud tidak sebatas mengakui bahwa masyarakat itu plular
melainkan juga harus disertai dengan sikap yang tulus bahwa
keberagaman merupakan bagian dari karunia Allah dan rahmat-Nya
karena akan memperkaya budaya melalui interaksi dinamis dengan
pertukaran budaya yang beranekaragam itu.
5) Pengawasan Sosial.
Yang disebut dengan amal saleh pada dasarnya adalah suatu
kegiatan demi kebaikan bersama. Prinsip-prinsip diatas sebagai dasar
pembentukkan masyarakat madania merupakan suatu usaha dan
landasan bagi terwujudnya kebaikan bersama. Kegiatan manusia apapun
merupakan suatu konsekuensi logis dari adanya keterbukaan dimana
setiap warga memiliki kebersamaan untuk melakukan tindakan.
Keterbukaan itu sebagai konsekuensi logis dari pandangan positif dan
optimis terhadap manusia, bahwa manusia pada dasarnya adalah baik.
Dalam QS. Al-A’raaf: 172: yang artinya: “Ketika tuhanmu
menjadikan keturunan anak adam daripada tulang punggung mereka, dia
mempersaksiakan dengan diri mereka sendiri. Allah berfirman:
Bukankah Aku Tuhanmu? Sahutnya: Ya, kami menjadi saksi, supaya
kamu jangan mengatakan pada hari kiamat: sesungguhnya kami lengah
terhadap hal ini.”

SUMBER REFERENSI : BUKU MATERI POKOK (MKDU4221)

Anda mungkin juga menyukai