Anda di halaman 1dari 5

Menyeimbangkan Antara Khauf (Rasa

Takut) dan Raja’ (Berharap)


dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK 2 April 2018 3 Comments

 Share on Facebook
 Share on Twitter

Pelajaran TAUHID mengenai hal ini cukup penting diketahui, bahwa dalam
kehidupan hamba di dunia ini perlu menggabungkan
antara mahabbah (cinta), khauf (rasa takut) dan raja’ (berharap).

Dalil Mahabbah dalam ibadah yaitu firman Allah:


ِ ‫ِين آ َم ُنوا أَ َش ُّد ُح ًّبا هَّلِل‬ ِ ‫ون هَّللا ِ أَ ْن َدا ًدا ُي‬
Dَ ‫حبُّو َن ُه ْم َك ُحبِّ هَّللا ِ َوالَّذ‬ Dِ ‫اس َمنْ َي َّتخ ُِذ مِنْ ُد‬
ِ ‫ِن ال َّن‬Dَ ‫َوم‬
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-
tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah”
(QS. Al Baqarah: 165).

Dalil Khauf (rasa takut) dalam Ibadah yaitu firman Allah:

َ ‫ك َك‬
‫ان‬ َ ‫ون َع َذا َب ُه إِنَّ َع َذ‬
َ ‫اب َر ِّب‬ َ ‫ َرب ِِّه ُم ْال َوسِ يلَ َة أَ ُّي ُه ْم أَ ْق َربُ َو َيرْ ج‬D‫ون إِلَى‬
َ ُ‫ُون َرحْ َم َت ُه َو َي َخاف‬ Dَ ‫ُون َي ْب َت ُغ‬ Dَ ‫ك الَّذ‬
Dَ ‫ِين َي ْدع‬ َ ِ‫أُولَئ‬
‫َمحْ ُذورً ا‬

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada
Tuhan mereka, siapakah di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan
mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya. Sesungguhnya azab
Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.” (QS. Al-Isra’: 57)

Dalil Raja’ (berharap) dalam Ibadah yaitu firman Allah,

‫صالِحً ا َواَل ُي ْش ِركْ ِب ِع َبا َد ِة َر ِّب ِه أَ َح ًدا‬


َ ‫ل َع َماًل‬Dْ ‫ان َيرْ جُو لِ َقا َء َر ِّب ِه َف ْل َيعْ َم‬
Dَ ‫َف َمنْ َك‬

“Untuk itu, barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka


hendaklah ia mengerjakan amal shaleh dan janganlah mempersekutukan
dengan apapun dalam beribadah kepada Rabbnya” (QS. Al-Kahfi: 110).

Dalam setiap perbuatan dan ibadah seorang hamba harus ada ketiga hal ini.
Sebagaimana seseorang dalam urusan dunianya, ada tiga hal ini. Misalnya
seorang mahasiswa yang mengikuti ujian, maka ada:

1. Rasa takut: tidak lulus ujian dan DO


2. Berharap: lulus ujian dengan nilai baik
3. Cinta: Cinta dengan jurusan yang ia tempuh dan ilmu yang ia pelajari
karena merupakan pilihannya

Seorang hamba harus menyeimbangkan antara khauf dan raja’ sebagaimana


dalam ayat berikut yang menjelaskan seorang hamba berdoa dengan harap
dan cemas. Allah berfirman,

‫ِين‬ ِ ‫ ْال َخي َْرا‬D‫ُون فِي‬


َ ‫ت َو َي ْدعُو َن َنا َر َغبًا َو َر َهبًا َو َكا ُنوا لَ َنا َخاشِ ع‬ ِ ‫م َكا ُنوا ُي َس‬Dْ ‫إِ َّن ُه‬
Dَ ‫ارع‬

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam


(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada
Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu
kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 90)
Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa takut (khauf), maka akan
terjerumus dalam akidah khawarij yang putus asa dari rahmat Allah padahal
Allah Maha Pengasih.

Apabila terlalu besar dan mendominasi rasa raja’ (berharap), maka akan


terjerumus dalam akidah murji’ah yang menghilangkan rasa takut kepada Allah,
hanya menonjolkan ampunan dan rasa harap padahal Allah juga “syadidul iqab”
yaitu keras azabnya.

Karenanya dua hal ini dimisalkan seperti sayap burung, tidak boleh ada yang
lebih berat atau rusak sebelah. Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata,

‫ يخاف هللا ويرجوه‬،‫والعبد يسير إلى هللا بين الرجاء والخوف كالجناحين للطائر‬

“Seorang hamba harus beribadah kepada Allah di


antara raja’ dan khauf sebagaimana dua sayap burung.”[1]

Ada beberapa keadaan di mana salah satu dari khauf dan raja’ ini perlu sedikit


mendominasi. Misalnya:

Ketika sakit yang akan mengantarkan kematiannya, maka perbanyak


rasa raja’ (berharap) kepada Allah akan pahala ibadah-ibadah yang dulu
pernah dilakukan. Apalagi ibadah tersebut adalah ibadah yang disembunyikan,
hanya Allah dan ia yang tahu serta benar-benar hanya mengharap wajah Allah
saja.

Hal ini sebagaimana hadis Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam yang mengajarkan


kita agar meninggal dalam keadaan berhusnuzhan kepada Allah. Beliau
bersabda,
َّ ُ‫اَل َيمُو َتنَّ أَ َح ُد ُك ْم إِاَّل َوه َُو يُحْ سِ ن‬
‫الظنَّ ِباهَّلل ِ َع َّز َو َج َّل‬

“Jangan salah seorang diantara kamu meninggal dunia kecuali dia


berprasangka baik kepada Allah Azza Wa jalla.”[2]

Berikut penjelasan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin mengenai rincian


hal  berikut,

‫اختلف العلماء هل يُقدم اإلنسان الرجاء أو يقدم الخوف على أقوال‬:

‫ قال‬،”‫ فال يغلب الخوف وال يغلب الرجاء‬،ً‫ خوفه ورجاؤه واحدا‬D‫ أن يكون‬D‫ “ينبغي‬:‫فقال اإلمام أحمد رحمه هللا‬
‫ وإن غلب‬D،‫ مكر هللا‬D‫ في األمن من‬D‫ غلب الرجاء وقع اإلنسان‬D‫ ألنه إن‬D،”‫ “فأيهما غلب هلك صاحبه‬:‫رحمه هللا‬
‫ وتغليب الخوف‬D،‫ تغليب الرجاء عند فعل الطاعة‬D‫ “ينبغي‬:‫ وقال بعض العلماء‬.‫الخوف وقع في القنوط من رحمة هللا‬
‫ وإذا‬D،‫ القبول‬D‫ أن يغلب الرجاء وهو‬D‫ فينبغي‬D،‫ الظن‬D‫ بموجب حسن‬D‫ ألنه إذا فعل الطاعة فقد أتى‬،”‫عند إرادة المعصية‬
D،‫ للصحيح أن يغلب جانب الخوف‬D‫ ينبغي‬D:‫ وقال آخرون‬.‫هم بالمعصية أن يغلب الخوف لئال يقع في المعصية‬
‫ والمريض إذا غلب‬D،‫ إذا غلب جانب الخوف تجنب المعصية‬D‫ الصحيح‬D‫ ألن‬D،‫وللمريض أن يغلب جانب الرجاء‬
‫ وأنه‬،‫ والذي عندي في هذه المسألة أن هذا يختلف باختالف األحوال‬.‫جانب الرجاء لقي هللا وهو يحسن الظن به‬
‫ وإذا خاف‬،‫ رحمة هللا وجب عليه أن يرد ويقابل ذلك بجانب الرجاء‬D‫ يقنط من‬D‫إذا خاف إذا غلب جانب الخوف أن‬
D،‫ قلبه ح ًّيا‬D‫ في الحقيقة طبيب نفسه إذا كان‬D‫ واإلنسان‬،‫ مكر هللا فليرد ويغلب جانب الخوف‬D‫ يأمن‬D‫إذا غلب الرجاء أن‬
‫أما صاحب القلب الميت الذي ال يعالج قلبه وال ينظر أحوال قلبه فهذا ال يهمه األمر‬.

Para ulama berbeda pendapat mengenai manakah yang lebih


didahulukan/didominasikan, apakah rasa harap atau rasa takut kepada Allah,
ada beberapa pendapat:

Imam Ahmad rahimahullah berkata:

“Hendaknya khauf (rasa takut) dan raja‘ (berharap) itu sama,  tidak boleh


mendominasi rasa takut dan tidak boleh mendominsasi rasa berharap

Beliau juga berkata:

“Apabila salah satu dari keduanya mendominasi, orang tersebut akan binasa”

Karena ketika rasa berharap kepada Allah lebih besar, seseorang akan merasa
aman dari makar (azab) Allah, dan jika rasa takut lebih besar maka ia akan
putus asa dari rahmat Allah

Sebagian ulama mengatakan:

“Hendaknya rasa berharap lebih mendominasi ketika melakukan ketaatan dan


rasa takut lebih mendominasi ketika ingin melakukan maksiat”

Karena ketika melakukan ketaatan akan menuntut adanya husnuzhan kepada


Allah, sehingga hendaknya rasa harap lebih besar yaitu ia mengharapkan
amalannya diterima. Adapun dalam maksiat, hendaknya rasa takut lebih besar
agar ia tidak terjerumus dalam maksiat

Sebagian ulama yang lain mengatakan:

“Hendaknya orang yang sehat lebih dominasi rasa takut, sedangkan orang
yang sakit lebih dominasi rasa harap”

Karena orang yang sehat ketika ia mengedepankan rasa takut maka ia akan
terhindar dari maksiat, sedangkan orang yang sakit ketika ia mengedepankan
rasa harap maka ia akan bertemu Allah dalam keadaan berprasangka baik
kepada Allah.
Menurutku yang tepat dalam masalah ini adalah jawabannya berbeda
tergantung keadaannya:

 Apabila seseorang khawatir ketika rasa takut kepada Allah mendominasi


sampai membuat ia putus asa dari rahmat Allah, maka wajib baginya
untuk menyeimbangkan rasa takut itu dengan rasa harap kepada Allah
 Apabila seseorang khawatir ketika rasa berharap kepada Allah
mendominasi sampai membuat ia merasa aman dari makar Allah, maka
wajib baginya untuk menyeimbangkan rasa harap itu dengan rasa takut
kepada Allah

Seseorang itu pada hakikatnya adalah dokter bagi dirinya sendiri, apabila
hatinya sehat. Adapun orang yang hatinya mati, maka ia tidak akan berusaha
mengobati hatinya, tidak akan menimbang-nimbang hatinya ada pada kondisi
apa sekarang, dan ia tidak akan memperhatikan perkara ini. [3]

@Gemawang, Yogyakarta Tercinta

Penyusun: Raehanul Bahraen

Artikel www.muslim.or.id

Catatan kaki:

[1] Sumber: https://www.binbaz.org.sa/noor/11704

[2] HR. Muslim, 2877.

[3] Majmu’ Fatawa war Rasail Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, 1/100-
101

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/38052-menyeimbangkan-


antara-khauf-rasa-takut-dan-raja-berharap.html
https://muslim.or.id/38052-menyeimbangkan-antara-khauf-rasa-takut-dan-raja-berharap.html Tarikh
akses 13 Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai