Anda di halaman 1dari 4

1.

Hakikat Mencintai Allah SWT


Cinta adalah perasaan yang suci dan lembut berupa rasa kasih sayang.
Perasaan cinta ditandai dengan rasa rindu kepada yang dicintai.
Tingkatan cinta tertinggi dan hakiki adalah cinta kepada Allah Swt.
Cinta kepada Allah Swt. (mahabbatullah) berarti menempatkan Allah
Swt. dalam hati sanubari. Cinta merupakan unsur terpenting dalam
ibadah, di samping khauf (takut) dan raja’ (berharap). Ketiganya
menjadi perasaan hati yang harus dimiliki setiap mukmin dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah Swt.

Cinta seseorang kepada Allah tumbuh dari pengaruh akal dan jiwa yang
kuat akibat berpikir mendalam terhadap kekuasaan-Nya di langit dan
bumi. Cinta ini akan semakin menggelora dengan merenungkan ayat-
ayat Al-Qur’an dan membiasakan diri berzikir dengan nama dan sifat-
sifat Allah Swt.

Seseorang tidak akan memperoleh kesempurnaan iman tanpa


mengenal keagungan Allah Swt., merasakan kebaikan dan ketulusan
Allah, dan mengakui nikmat-nikmat-Nya. Allah Swt. telah menetapkan
cinta kepada orang-orang beriman sebagaimana firman-Nya dalam Q.S.
al-Baqarah/2: 165 berikut ini:

َ‫اس َم ْن يَّتَّ ِخ ُذ ِم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ اَ ْندَادًا ي ُِّحبُّوْ نَهُ ْم َكحُبِّ هّٰللا ِ ۗ َوالَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ َش ُّد ُحبًّا هّٰلِّل ِ َۙولَوْ يَ َرى الَّ ِذ ْين‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰلِل‬
ِ ‫اب اَ َّن ْالقُ َّوةَ ِ َج ِم ْيعًا ۙ َّواَ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال َع َذا‬
‫ب‬ َ ۙ ‫ظَلَ ُم ْٓوا اِ ْذ َي َروْ نَ ْال َع َذ‬
Artinya:

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah
sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun
orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.
Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka
melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik
Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka
menyesal)”. (Q.S. al-Baqarah/2: 165)
Ketika cinta seseorang kepada Allah Swt. mengakar kuat dalam
jiwanya, maka akan berpengaruh terhadap seluruh kehidupannya.
Segala sesuatu akan terasa indah karena adanya rasa cinta kepada
Allah Swt. Seseorang yang cinta kepada Allah Swt. akan merasakan
manisnya iman, sebagaimana hadis berikut ini.

َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬


ٌ ‫ال ثَاَل‬
َ‫ث َم ْن ُك َّن فِي ِه َو َج َد َحاَل َوة‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬
ِ ‫ك َر‬ ِ ‫ع َْن َأن‬
ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬

‫ان َأ ْن يَ ُكونَ هَّللا ُ َو َرسُولُهُ َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم َّما ِس َواهُ َما َوَأ ْن يُ ِحبَّ ْال َمرْ َء اَل ي ُِحبُّهُ ِإاَّل هَّلِل ِ َوَأ ْن يَ ْك َرهَ َأ ْن‬
ِ ‫اِإْل ي َم‬

ِ َّ‫َيعُو َد فِي ْال ُك ْف ِر َك َما َي ْك َرهُ َأ ْن يُ ْق َذفَ فِي الن‬


‫ار‬

Artinya:

“Dari Anas r.a. dari Nabi Saw., beliau bersabda: ‘Ada tiga hal di mana
orang yang memilikinya akan merasakan manisnya iman yaitu:
mencintai Allah dan rasul-Nya melebihi segala-galanya, mencintai
seseorang karena Allah, dan enggan untuk kembali kafir setelah
diselamatkan oleh Allah daripadanya sebagaimana enggannya kalau
dilemparkan ke dalam api.” (H.R.
Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Saw. telah menyalakan api cinta pada hati para sahabatnya
hingga mereka lebih mencintai Allah Swt. daripada mencintai diri
sendiri dan keluarganya. Para sahabat Nabi rela mengorbankan jiwa
demi cintanya kepada Allah Swt. Cinta kepada Allahlah yang
menjadikan para sahabat meninggalkan kenikmatan duniawi demi
meraih kebahagiaan di akhirat.

2.KHAUF, RAJA’ DAN MAHABBAH


Wajib memiliki rasa takut. Tapi takut ini wajib disertai dengan dua sifat lain.
Kalau tidak disertai dengan dua sifat ini maka berbahaya. Apakah dua sifat
lain yang harus disertakan selain takut? Yaitu raja’ (berharap)
dan mahabbah (cinta).
Jadi tiga hal ini harus dimiliki secara bersamaan ketika beribadah kepada
Allah. Khaufnya ada, mahabbahnya ada, raja’nya juga ada. Kumpulkan,
padukan ketiga rasa itu ketika kita beribadah. Apapun ibadahnya.
Shalat umpamanya, khaufnya ada. Takut shalat kita ini ditolak oleh Allah,
takut shalat ini tidak diterima, takut shalat ini malah mengundang adzab
karena ada kekeliruan, kesalahan. Karena ada orang yang shalat tapi
diancam dengan adzab.

َ ‫﴾ الَّ ِذ‬٥﴿ ‫ون‬


‫ين‬ َ ُ‫صاَل تِ ِه ْم َساه‬ َ ‫﴾ الَّ ِذ‬٤﴿ ‫ين‬
َ ‫ين هُ ْم َعن‬ َ ‫فَ َو ْي ٌل لِّ ْل ُم‬
َ ِّ‫صل‬
﴾٦﴿ ‫ون‬ َ ‫هُ ْم يُ َرا ُء‬
“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,  (yaitu) orang-orang
yang lalai dari shalatnya,  orang-orang yang berbuat riya,” (QS. Al-Ma’un[107]:
6)
Khawatir riya’ itu ada ketika kita shalat.

Raja’ (harapannya) ada. Berharap ampunan Allah dengan shalat ini. Berharap
pahala dari Allah, keridhaan dari Allah. Cintanya juga ada, sehingga kita
merasakan betah ketika dialog dengan Allah dalam shalat kita. Tiga-tiganya
ini harus ada. Karena kalau hanya khauf tanpa raja’, dihawatirkan dia
terjerumus kedalam sifat putus asa dari rahmat Allah, putus asa dari
ampunan Allah, putus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadi wajib
disertai adanya raja’.

Anda mungkin juga menyukai