Anda di halaman 1dari 11

BAB 7:

Malu

KELOMPOK 5
Nama Anggota

-Chesya Ramadhani Putri Widodo


-Kalea Widyadhana
-Zahra Khairunissa
-Pandu Dwilangga
-Teuku Muhammad Rayhan
Pengertian
Malu dalam bahasa Arab disebut kata al-haya, yang artinya menahan diri dari melakukan sesuatu
dengan alasan takut akan celaan dari orang lain. Sedangkan secara istilah malu adalah salah satu
akhlak terpuji yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan yang jelek dan menahan
dirinya dari merampas hak orang lain. Malu disebutkan oleh Nabi Saw sebagai cabang dari iman
karena dengan sifat malu seseorang dapat tergerak melakukan kebaikan dan menghindari keburukan.

Rasa malu tidak dapat dipisahkan dari iman yang keduanya merupakan pasangan satu sama lain.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Al Hakim, beliau berkata:

‫َأ‬
‫ َف ِإَذ ا ُرِف َع َحُدُه َم ا ُرِف َع ْاَال َخُر‬، ‫َاْلـَحَي اُء َو ْاِإلْيَم اُن ُق ِرَنا َجِم ـْي ًع ا‬

Artinya: “Iman dan malu merupakan pasangan dalam segala situasi dan ini kondisi. Apabila rasa
malu sudah tidak ada, maka iman pun sirna.” (HR. Al Hakim).
jenis Malu
Menurut Ibnu Hajar penulis kitab Fath al-Bari, malu dibagi menjadi dua, yaitu

Malu yang dicari/dilatih


Malu Naluri (ghazirah)
(muktasab)

Malu naluri (gharizah) yakni sifat malu Sifat malu ini adakalanya bagian dari iman,
yang Allah ciptakan pada diri hamba seperti rasa malu sebagai hamba di hadapan
sehingga mengantarkan hamba tersebut Allah pada hari kiamat, sehingga
melakukan kebaikan dan menghindari menjadikannya mempersiapkan bekal untuk
keburukan serta memotivasi untuk menemui Allah di akhirat nanti.
berbuat yang indah.
Bentuk-Bentuk
sifat malu
l u kepada Allah u n tuk diri sen
M a lu d iri
Ma
Artinya seseorang yang memiliki rasa malu Malu kepada diri sendiri berarti malu ketika
kepada Allah , maka ia akan berusaha untuk ingin melakukan kesalahan tatkala sendiri.
meninggalkan segala sesuatu yang dibenci oleh Sehingga ketika memiliki niat untuk berbuat
Allah SWT dan mengerjakan segala sesuatu dosa tatkala sendiri, malu karena menahan diri
yang dicintai oleh Allah. k e pada orang l untuk melakukannya
lu a in
Ma
Artinya tidak hanya malu kepada Allah dan
diri sendiri, kita harus memiliki malu kepada
orang lain. Orang yang memiliki rasa malu
kepada orang lain, maka ia tidak akan berani
melakukan kesalahan atau kesalahan di
hadapan orang lain.
Dalil Naqli
Allah Subhanahu
Al-Baqarah [2]: 26 Wa Ta'ala berfirman:

‫َو َلـَق ْد َذ َرْأَنا ِلَجـَه َّنَم َك ِث ْي ًرا ِّم َن اْلِج ِّن َو ا ِإِاْلَّن ْنِسَهَّللاۖ  َلاَلُه ْمَيْسُقُلَتْوْحٌبِي ياَّل َأَيْنْف َقَيُهْض ْو ِرَنَبِبَه َماۖ  َثَواًلَلُهَمْم ا َاْعَبُعُيوٌنَض اَّل ًة ُيْبَفِصَم اُرْوَف ْوَنَق َه ا‬
‫ٰٓل‬ ‫ٰٓل‬
‫ِبَه اۖ  َو َلُه ْم ٰا َذ ا ٌن اَّل َيْس َم ُع ْو َن ِبَه اۗ  ُاو ِئَك َك ا َاْل ْنَع ا ِم َبْل ُه ْم َاَض ُّل ۗ  ُاو ِئَك ُه ُم اْلٰغ ِف ُلْو َن‬
Sesungguhnya Allah tidak malu (untuk menunjukkan keagungan-Nya) dengan
mengambil perumpamaan berupa nyamuk, maka (tentu lebih tidak malu lagi jika
"Dan sungguh, akan Kami isi Neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan
contohnya) lebih besar dari (nyamuk) itu.
manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga
(tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka
seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang
lengah." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 179)
Tajwid

Tajwid Q.S Al-A'raf ayat 179:

Qalqalah Surga
Qalqalah Kubra
Ghunnah
Ikfa
Idgham Bigunnah
Idgham Bilagunnah
‫‪Dalil Naqli‬‬
‫‪Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:‬‬
‫‪Q.S Al-Ahzabb 33: ayat 53‬‬

‫ٰۤيَا ُّيَه ا اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْد ُخُلْو ا ُبُيْو َت الَّنِبِّي ِاۤاَّل َاْن ُّيْؤ َذ َن َلـُكْم ِاىٰل َط َع ا ٍم‬
‫َغ ْي َر ٰن ِظ ِرْيَن ِاٰن ٮُه َو ٰل ـِكْن ِاَذ ا ُدِع ْي ُتْم َف ا ْد ُخُلْو ا َف ِا َذ ا َط ِع ْم ُتْم َف ا ْنَت ِش ُرْو ا‬
‫َت‬ ‫َف‬ ‫َّن‬‫ال‬ ‫ِذى‬ ‫ْؤ‬‫ُي‬ ‫َن‬ ‫ا‬ ‫َك‬ ‫ْم‬‫ُك‬‫ِل‬ ‫ٰذ‬ ‫َّن‬‫ِا‬ ‫ٍث‬ ‫ْي‬ ‫ـِد‬ ‫ِل‬ ‫َن‬ ‫ِنِس‬‫ْأ‬ ‫َت‬ ‫اَل‬
‫ِبَّي َي ْس ْحٖي‬ ‫ۗ ‬ ‫َح‬ ‫ْي‬ ‫َو ُم ْس‬
‫ِم ْن ُكْم ۖ  َو ا لّٰلُه اَل َيْس َت ْحٖي ِم َن اْلَحـِّق ۗ  َو ِا َذ ا َس َا ْلُتُم ْو ُه َّن َم َت ا ًع ا‬
‫َف ْس َئـــُلْو ُه َّن ِم ْن َّو َرٓاِء ِح َجا ٍب ۗ  ٰذ ِلُكْم َاْط َه ُر ِلُق ُلْو ِبُكْم َو ُقُلْو ِبِه َّن ۗ  َو َم ا َك ا‬
‫ْۢن‬
‫َن َلـُكْم َاْن ُتْؤ ُذ ْو ا َرُس ْو َل ِهّٰللا َو ۤاَل َاْن َتـْن ِكُحْۤو ا َاْز َو ا َجٗه ِم َبْع ِدٖۤه َبًداۗ ‬
‫َا‬
‫ِاَّن ٰذ ِلُكْم َك ا َن ِع ْن َد ِهّٰللا َع ِظ ْي ًم ا‬
Dalil Naqli
Artinya :

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah-rumah Nabi


kecuali jika kamu diizinkan untuk makan tanpa menunggu waktu masak (makanannya),
tetapi jika kamu dipanggil maka masuklah dan apabila kamu selesai makan, keluarlah
kamu tanpa memperpanjang percakapan. Sesungguhnya yang demikian itu adalah
mengganggu Nabi sehingga dia (Nabi) malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar),
dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar. Apabila kamu meminta sesuatu
(keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir.
(Cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka. Dan tidak boleh
kamu menyakiti (hati) Rasulullah dan tidak boleh (pula) menikahi istri-istrinya selama-
lamanya setelahnya (Nabi wafat). Sungguh, yang demikian itu sangat besar (dosanya)
di sisi Allah." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 53)
Tajwid

Tajwid Q.S Al-Ahzab ayat 53 :

Qalqalah Surga Idgham Bigunnah


Qalqalah Kubra Ikfa
Ghunnah Iqlab
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai