Anda di halaman 1dari 14

SEMESTER 1

BAB 1 SIFAT TERCELA

A. Hubbud-Dun-ya

Secara bahasa, Hubbud dun-ya maknanya adalah cinta dunia, yaitu menganggap bahwa dunia dan
segala kenikmatannya bersifat kekal dan mengekakalkan dirinya. Penyakit hubbud-dunya (gila dunia)
berawal dari penyakit hati, yang Berawal pada persepsi yang salah bahwa dunia ini adalah tujuan
akhir kehidupan, sehingga akhirat dilupakan. Akhirnya, jabatan dan harta dipandang sebagai tujuan,
bukan sebagai alat untuk meraih keridhaan Allah Swt.

B. Hasad

Iri hati atau dengki adalah perasaan benci atau tidak senang kepada seseorang yang memperoleh
keberuntungan atau kebahagiaan, serta mengharapkan agar keberuntungan/ kebahagiaan orang
tersebut segera lenyap. Seorang yang memiliki sifat ini hati atau dengki itu sebenarnya sangat
tersiksa, karena sebelum maksudnya tercapai, terlebih dulu ia telah membinasaken dirinya sendiri. la
tersiksa oleh perasaannya sendin. Betapa tidak, setiap kali ada orang lain memperoleh
keberuntungan, la pun merasa tidak senang dan benci, hatinya panas seperti api yang membakar
dadanya. Sifat iri hati atau dengki akan membuahkan berbagai sifat tercela lainnya, seperti: marah,
dendam, berdusta, menipu, adu domba, mencuri, bahkan membunuh. Contoh, Iblis dengki kepada
Nabi Adam AS, karena beliau mendapat kedudukan yang mulia di sisi Allah, sehingga iblis tidak mau
menghormati Nabi Adam, walaupun itu perintah Allah. Iblis didorong oleh sifat keirihatian dan
kedengkian sehingga ia melakukan kemaksiatan yang besar. Orang yang memiliki sifat iri hati tidak
akan memperoleh sesuatupun dari masyarakat, selain dari celaan dan pengucilan. Di dunia ia
tersiksa, karena tidak disenangi oleh masyarakat, sedangkan di akhirat pun ia menderita, karena
azab Allah.

C. Sombong (Takabur)

Takabur berarti "sombong" yaitu merasa diri lebih tinggi dari orang lain, baik keturunan, kekayaan,
kepandaian, kedudukan, kecantikan atau ketampanan dan sebagainya dan mengangggap orang lain
lebih rendah dari dirinya. Sombong merupakan akhlak tercela. Banyak ayat Al Qur'an maupun hadits
yang menjelaskan tentang betapa buruknya sifat dan sikap sombong itu. Sombong ada dua macam,
yaitu sombong lahir (takabur zahir) dan sombong batin (takabur batin) Sombong lahir yaitu
perbuatan-perbuatan kesombongan yang dilakukan oleh anggota badan dan jelas terlihat. Sombong
batin yaitu sifat kesombongan di dalam jiwa atau hati yang tidak terlihat.
D. Ujub

Secara kaidah kebahasaan, kata 'Ujub berasal dari kata "ajaba" yang maknanya kagum, terheran-
heran. takjub. Al fjabu bin Nafsi ( berarti kagum pada diri sendiri. Secara terminologi. Ujub dapat
didefinisikan sebagai suatu sikap membanggakan diri, dengan memberikan satu penghargaan yang
terlalu berlebihan kepada kemampuan diri. Sikap ini tercermin pada rasa tinggi din (superiority
complex) dalam bidang keilmuan, amal perbuatan ataupun kesempumaan bentuk fisik Dan disaat ia
menampakan kelebihanya pada orang lain dan merendahkan orang lain, maka ia telah terjangkit
penyakit Takabur. Oleh karena itu, sikap Ujub dan Takabbur memiliki keterkaitan satu sama lain. Dan
sikap takabbur adalah sifatnya Iblis. Allah Swt sangat melarang kaum muslimin memiliki sikap Ujub
yang dapat menjerumuskan kepada sikap Sombong. Allah Berfirman: Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi
dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang sombong lagi membanggakan
diri." (QS Luqman: 18)

E. Riya

Riya berasal dari bahasa arab Ri'aun atau Riya yang artinya memperlihatkan. Adapun menurut
istilah, Riya' adalah melakukan sesuatu karena ingin dilihat atau ingin dipuji orang lain. Apabila
seseorang melakukan sesuatu hanya karena ingin dipuji orang lain, maka berarti ia telah melakukan
syirik kecil. Perbuatan riya' inilah yang paling dikhawatirkan oleh Rasulullah akan terjadi pada
umatnya. Dalam sebuah kesimpulan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari abu Hurairah,
Rasulullah menggambarkan bahwa; "di akhirat nanti ada beberapa orang yang dicap oleh Allah
sebagai pendusta. Ada yang mengaku berjuang pada jalan Allah hingga mati syahid, padahal ia
berperang hanya ingin dikatakan orang sebagai seorang pemberani. Ada yang mengaku mempelajari
ilmu pengetahuan, mengajarkannya karena Allah, pada hal dia hanya ingin dikenal sebagai orang
'alim dan qori. Ada yang mengaku sebagai dermawan dan telah mendermakan hartanya untuk
mencari rida Allah, padahal dia hanya ingin disebut dermawan. Amalan semua orang itu ditolak Allah
dan mereka dimasukkan ke dalam neraka.
BAB 2 SIFAT-SIFAT WAJIB ALLAH

Sifat-sifat Allah swt. yaitu sifat yang wajib ada pada zat Allah swt. sebagai kesempurnaan bagi-Nya.

1. Sifat wajib Allah swt. berarti sifat yang harus dan pasti dimiliki oleh Allah swt., misalnya
qidam,wujud, baqo', dan wahdaniyyah.

2. Sifat mustahil Allah swt berarti sifat-sifat yang tidak mungkin (Imposible) ada pada Allah swt.,
misalnya fana, hudus, dan ta'addud 3. Sifat jaiz bagi Allah swt. artinya sifat yang boleh ada dan boleh
tidak ada pada zat

3. Sifat Jaiz bagi Allah swt. Artinya sifat yang boleh ada dan boleh tidak ada di dzat Allah swt. Sesuai
dengan keagungan dan kekuasanya-Nya sebagai pencipta semesta alam. Sifat jaiz Allah swt. hanya
satu, yaitu kebebasan bagi Allah atau boleh berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu sesuai
dengan kehendak dan kekuasaannya-Nya yang mutlak

4. Sifat wajib Allah swt dapat digolongkan menjadi empat macam, yakni sifat nafsiyah, salbiyah,
ma'am, dan ma'nawiyah.

5. Sifat nafsiyah yaitu sifat yang berhubungan dengan dzat Allah saja. Yang termasuk sifat nafsiyah
yaitu sifat wujud. Maksudnya ialah wujud Allah swt, mutlak atas din Nya sendiri, bukan merupakan
tambahan atau ramuan dari zat-Nya Sifat salbiyah ialah sifat-sifat yang tidak sesuai dan berlawanan
dengan zat Allah swt.

6. Sifat salbiyah yaitu sifat yang berlawanan dengan sifat qidam, baqo, mukhalafatu lil hawaditsi,
qiyamuhu binafsihi, dan wanddniyyah. Sifat-sifat dimaksud ialah hudust, qiyamuhu lighairihi,
mumatsalatu lil hawaditsi, ihtiyajun ila gairihi, dan ta'addud.

7. Sifat ma'ani yaitu sifat wajib Allah swt yang bisa digambarkan dan dicerna oleh akal pikiran
manusia dan dapat meyakinkan orang lain karena kebenarannya dapat dibuktikan melalui
pancaindra. Yang tergolong sifat ma'ani ialah 'ilmu qudrah, irddah, hayat, sama', basar, dan kalam.

8. Sifat ma'nawiyah yaitu sifat-sifat yang berkaitan dengan sifat ma'ani atau merupakan kelanjutan
dari sifat ma'ani. Yang termasuk ke dalam sifat ma'nawiyah ialah a'liman, qadiran, muridan, hayyan,
sami'an, basiran, dan mutakalliman.

9. Perbuatan terpuji yang sesuai dengan keimanan terhadap sifat-sifat Allah swt. misalnya menaati
hukum-hukum-Nya, tidak mempersekutukan-Nya dengan selain Dia, dan tidak sombong, riya', hasud
dalam hidup di dunia.
BAB 3 TAUBAT

1. Hakekat Taubat

Kata Tobat adalah terambil dari bahasa arab , kata tersebut berasal dari taubatun yang artinya
kembali, Orang yang tobat karena takut azab kata Allah disebut (isim fa'il dari taba). Orang bertobat
kepada Allah adalah orang yang kembali dari sesuatu menuju sesuatu; kembali dari sifat-sifat tercela
menuju sifat yang terpuji, kembali dari larangan Allah menuju perintah-Nya, kembali dari maksiat
menuju taat, kembali dari segala yang dibenci Allah menuju yang diridhai Nya, kembali dari saling
bertentangan menuju saling menjaga persatuan, kembali kepada Allah setelah meninggalkan-Nya
dan kembali taat setelah melanggar larangan-Nya.

2. Penggolongan Taubat

A). Tobat Awam (Tobat Manusia Umum]: Yaitu tobat manusia secara umum. Yang dimaksud ialah
bahwa hati seseorang tunduk dikarenakan dirinya telah melakukan perbuatan salah dan dosa. Dia
menyebut-nyebut dosa yang telah dilakukannya di hadapan Allah swt. Hatinya bergetar menyesali
yang telah lalu, dan dia tidak melakukannya kembali untuk kedua kalinya, serta dia berusaha
memperbaiki dirinya. Tobat yang seperti ini disebut tobat manusia umum.

B). Tobat Khawash [Tobat Orang-orang Khusus]: Tobat tingkat ini sebagai pertanda meningkatnya
makrifah manusia kepada Allah. Mereka merasa malu dikarenakan telah melakukan perbuatan-
perbuatan yang makruh. Hatinya tunduk dan khusyuk di hadapan Allah, Tobat semacam ini
sebagaimana yang dilakukan nabi Adam yang menangis dan menyesal karena telah melanggar
larangan Allah yaitu memakan buah khuldi. Nabi Yunus bertobat dan tunduk kepada Allah ketika
berada di dalam perut ikan paus. Dia melihat dirinya telah berbuat dzalim. Yaitu meninggalkan
kaumnya sebelum ada perintah dari Tuhan.

C).Tobat Al-khash al-Khawash: Tingkatan tobat yang paling tinggi ialah tobat al khash al-khawash.
Tobat Rasulullah manakala dia berkata, "Sesungguhnya ini adalah kebodohan pada hatiku, dan
sesungguhnya aku akan memohon ampun kepada Allah sebanyak tujuh puluh kali dalam sehari.
Dengan kata lain, untuk membersihkan hatinya dari menaruh perhatian kepada selain Allah,
Rasulullah beristighfar kepada Allah. Istighfar yang dilakukan benar-benar keluar dari lubuk hati,
bukan hanya ucapan lisan atau hiasan bibir tanpa penghayatan.

3. Jenis Dosa dan Cara Tobatnya

A). Dosa yang berkaitan dengan hak Allah; Seperti berkata dusta, meniggalkan shalat lima waktu,
berbuat syirik, meminum khamar, berjudi, main perempuan, menyaksikan film-film yang
mengundang syahwat semua di atas adalah termasuk dosa besar. Dosa-dosa yang seperti ini
termasuk dosa yang berkaitan dengan hak Allah. Bagaimana bertobat dari dosa yang semacam ini?
Untuk bertobat dari dosa yang semacam ini seseorang harus berhenti dari perbuatan dosa tersebut
dan menyesali perbuatan yang telah dilakukan, memperbaiki diri dan tidak melakukan dosa yang
sama untuk kedua kalinya. Jika dia benar-benar memperbaiki dirinya, maka pasti Allah
mengampuninya.

B). Dosa yang berkaitan dengan hak Allah namun hak Allah yang wajib ditutupi atau diqada, seperti
orang yang tidak mengerjakan puasa. Seorang manusia yang meninggalkan puasa dia berdosa besar.
Perbuatan meninggalkan puasa adalah dosa besar, sehingga apabila seseorang meninggalkan satu
hari puasa dengan sengaja, maka dia harus mengqadha' puasa yang ditinggalkannya. Adapun jika
seseorang tidak membayar zakat pada hakikatnya dia tengah memakan api neraka. Namun jika
mereka bertobat, dengan menyesali apa yang telah dilakukan, dan bertekad sejak saat itu hingga
seterusnya mereka akan mengqadha kewajiban puasa yang ditinggalkannya dan membayar zakat.

C). Dosa yang terkait dengan hak manusia yang tidak membutuhkan kepada pengganti. Dosa jenis ini
seperti perbuatan Ghibah, mengumpat, mencari can kesalahan orang atau menggunjing.
Mengumpat adalah perbuatan dosa besar. Pada hari kiamat orang-orang yang suka mengumpat dan
menuduh, akan diletakkan di atas darah dan nanah selama lima puluh ribu tahun, hingga semua
orang telah selesal dari menjalani hisab, kemudian setelah ini mereka dipindahkan ke dalam neraka
Jahanam, Namun, jika mereka bertobat dan tidak mengumpat lagi, serta menyesali apa yang telah
mereka lakukan dan memperbaiki dirinya, maka pasti Allah akan mengampuninya. Sehingga dia
kembali tidak ubahnya menjadi seperti seorang bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. Dan jika dia
bisa menghilangkan tuduhan yang telah dia alamatkan kepada orang lain, dan menjaga martabat
dan kehormatan mereka, serta pergi kepada setiap orang yang telah diumpatnya untuk meminta
keridaannya, hal yang demikian adalah perbuatan yang baik.

D). Dosa yang berkaitan dengan hak manusia, yang wajib dikembalikan kepada mereka. Kategori
dosa jenis ini diantaranya memakan harta orang lain, walaupun hanya sekadar satu karat, walaupun
hanya sebutir gandum. Setiap orang yang memakan harta orang lain dengan cara yang bathil, maka
pada hari kiamat dia akan datang dengan membawa harta itu di pundaknya. Dia di hadirkan pada
hari kiamat ke barisan di padang mahsyar dengan dipermalukan. Namun demikian, hak orang lain ini
sendiri ada tobatnya, yaitu mengembalikan harta orang lain yang telah dighashabnya kemudian
menyesali atas apa yang telah terjadi, dan tidak memakan harta haram lagi. Dia juga tidak boleh
menjadi seperti seekor lintah yang menghisap darah manusia. Apabila tidak mempunyai harta untuk
mengembalikan harta orang lain yang telah dighashabnya, maka dia harus bertekad untuk
mengembalikannya manakala dia telah mampu. Jika dia melakukan dengan konsisten. maka
tobatnya akan diterima oleh Allah.
BAB 4 ADAB KEPADA ORANGTUA DAN GURU

A. Adab Terhadap Orangtua

Bagaimana cara kita berbakti kepada orang tua? Berikut secara jelas dipaparkan bagaimana prinsip-
prinsip dasar berbakti kepada keduanya, yaitu:

1). Hendaklah kita selalu tunduk dan patuh kepada kedua orang tua dalam segala hal yang baik-baik.
Kecuali jika keduanya memerintahkan untuk keluar dari agama Islam, memerintahkan sesuatu
perbuatan syirik, ataupun memerintahkan untuk bermaksiat kepada Allah kita wajib tidak mengikuti
keduanya. Tetapi penolakan itu harus dengan cara halus. Agar tidak menyakiti keduanya. (QS.
Luqman: 14-15)

2). Jangan berkata kasar, berkata "ah" pun sudah dilarang, apalagi yang lebih dari itu, seperti
membentak, memaki, bahkan sampai memukul.

3). Pada saat kedua orang tua atau salah satunya mencapai usia lanjut kita harus berbuat baik
kepadanya, sebagaimana orang tua merawat kita pada saat kita masih kecil. (QS. Al-Isra'/17:240)

4). Tetap memperhatikan orang tua walau sudah mempunyai istri dan anak Sebagaiman kisah
seorang bani Israil yang terkunci di dalam gua bersama tiga temannya. Gua yang tertutup batu besar
dapat bergeser karena salah seorang dari mereka bertawashul dengan perantara amal baiknya, yaitu
berbakti kepada orang tua. Berikut do'a orang tersebut. "Ya Allah, saya memiliki kedua orang tua
yang sudah lanjut usia dan saya biasanya tidak memberi minuman kepada keluarga dan harta yang
saya miliki (seperti budak) sebelum keduanya. Suatu hari saya pernah pergi jauh untuk mencari
sesuatu sehingga saya tidak pulang kecuali setelah keduanya tidur, maka saya perahkan susu untuk
keduanya, namun saya mendapatkan keduanya telah tidur dan saya tidak suka memberi minum
sebelum keduanya baik itu keluarga maupun harta (yang aku miliki). Aku menunggu. sedangkan
gelas masih berada di tanganku karena menunggu keduanya banguri sehingga terbit fajar. Keduanya
pun bangun lalu meminum susu itu. Ya Allah, jika yang aku lakukan itu karena mengharapkan wajah-
Mu, maka hilangkanlah derita yang menimpa kami karena batu ini".

5). Berbuat baik kepada sahabat orang tua setelah orang tua telah wafat. Dari Abi Usaid Malik bin
Rabi'ah, ia berkata: Ketika kami berada di samping Rasulullah saw, tiba-tiba seorang laki-laki dari
Bani Salamah datang kepada beliau dan bertanya: Wahai Rasulullah, apakah masih tersisa sesuatu
untuk berbakti kepada kedua orang tuaku setelah keduanya meninggal? Beliaqu menjawab : Ya,
masih ada, yaitu: (1) berdoa untuk keduanya, (2) memintya ampun untuk keduanya, (3)
melaksanakan janji-janji keduanya setelah keduanya meninggal, (4) memuliakan teman-teman
keduanya (5) dan menyambung shilaturrahim yang tidak tersambung sebelumnya kecuali karena
keduanya. -(HR.Ibnu Majah: 3654, Sunan Ibnu Majah, Al-Maktabah AsySyamilah, bab shil man kaana
abuuka yashilu, juz: 11, hal. 56)

6). Tidak Mencaci maki kedua orang tua. Jangan mengungkit-ungkit kebaikan yang telah kita berikan
kepada kedua orang tua. karean hal itu dapat menyakiti hati mereka

B. Adab Terhadap Guru

Bentuk menghargai dan menghormati guru ialah sebagai berikut:

1). Ketika bertemu dengan guru ucapkanlah salam, menyalami dan mencium
2). Perhatikan ketika guru sedang memberi pelajaran, jika ingin bertanya, bertanyalah hal-hal yang
benar-benar kamu tidak mengetahuinya, bukan bertanya tapi niatnya untuk mengetes, dan jika ingin
membantah, bantahlah dengan bantahan yang baik.

3). Tunjukkan rasa rendah hati dan hormat serta sopan santun kepada mereka, tidak

merasa sok pintar, berkata kasar, dan lain sebagainya.

4). Senantiasa Mentaati perintahnya selama perintah itu tidak bertentangan dengan ajaran agama

5). Senantiasa menjaga nama baik guru, tidak menceritakan aib dan kesalahan guru kecuali untuk
tujuan yang dibenarkan syariat.

6). Menjenguk guru ketika sedang sakit atau ditimpa musibah.

7).Tetap Menganggap dan menghormatinya sebagai guru walaupun sudah tidak mengajar atau tidak
diajar lagi.
SEMESTER 2
BAB 1 ASMAUL HUSNA

Pemahaman yang disertai keimanan terhadap asmaul husna menjadikan kita memiliki sikap sebagai
berikut :

1. Mempunyai tingkah laku yang luhur (akhlak terpuji) sehingga ia akan hidup dalam derajat yang
mulia, baik di sisi Allah maupun manusia. Hal tersebut sebagai perwujudan dari pemahaman
terhadap asmaul-husna al-Karim.

2. Saling memberi rasa aman terhadap sesama manusia sehingga terciptalah suasana yang nyaman
dan tenang. Hal tersebut sebagai perwujudan dari pemahaman terhadap asmaul husna al-Mu'min.

3. Meyakini bahwa hanya Allah tempat menggantungkan diri dari segala persoalan. Sebab selain
Allah tiada yang dapat memenuhi segala kekurangan. Hal tersebut sebagal perwujudan dan
pemahaman terhadap asmaul-husna al-Wakil.

4. Meyakini bahwa memohon pertolongan hanya pada Allah swt saja, bukan meminta kepada selain-
Nya. Hal tersebut sebagai perwujudan dari pemahaman terhadap asmaul-husna al-matin.

5. Meyakini bahwa kita semua akanmati dan suatu saat akan dikumpulkan di padang makhsyar. Hal
tersebut sebagai perwujudan dari pemahaman terhadap asmaul-husna al Jami'.

6. Menjadi hamba yang bersyukur karena Allah Swt telah memelihara dan menjaga kita dalam segala
bentuk kehidupan. Hal tersebut sebagai perwujudan dari pemahaman terhadap asmaul-husna al-
Hafiz.

7. Sadar akan pentingnya menuntut ilmu karena Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat. Sebagai bentuk implementasi dan asma Allah
al-Rafil'.

8. Menjadi orang yang dermawan dan tak pernah bosan memohon karunia kepada Allah. karena
Allah Maha Pemberi karunia dan menyukai orang-orang yang suka memberi Sebagai implementasi
dari asma Allah al-Wahhab.

9. Berhati-hati dalam bertindak karena sadar bahwa Allah Maha Mengawasi segala perbuatan gerak
gerik manusia. Sebagai wujud meneladani asma Allah al-Rakiib

10. Bersemangat untuk memulai berbuat kebaikan, agar merubah keadaan menjadi lebih baik.
Sebagal implementasi dari asma Allah al-Mubdi'u.

11. Bersemangat untuk hidup dan menghidupkan syiar Islam, sebagai implementasi dari asma Allah
al-Muhyi (Maha Menghidupkan).

12. Sedar akan pentingnya makna hidup yang didasari keimanan, karena hidup manusia tu terbatas
dan hanya Allah lah Yang Maha Hidup kekal selamanya Inilah implementasi asma Allah al-Hayyu
(Yang Maha Hidup).
13. Hidup mandin, orang yang kuat adalah orang yang tidak mau menggantungkan hidupnya pada
orang lain, karena Allah menciptakan manusia sudah dilengkapi dengan potensi yang dimiliki untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini sebagi manifestasi dari asma Allah al-qayyum.

14. meyakinibahwa hanya Allah yang hidup kekal sementara hidup kita akan berakhir dengan
kamatian. Dengan demikiaan kita tidak akan lalai dan terlena. Hal tersebut sebagai perwujudan dari
pemahaman terhadap asmaul-husna al-Akhir.

15. Bersemangat untuk selalu memohon kepada Allah, karena Allah Maha mengabulkan
permohonan hamba-Nya dan berusaha mengabulkan permintaan orang lain selama dalam kebaikan,
sebagai implementasi meneladanı asma Allah al-Mujilb.

16. Slap menjadi manusia the best of the best yang paling balk, yang pertama dalany melaksanakan
amar ma'ruf nahi munkar, dengan tujuan khusnul-khotimah. Sebagai implementasi dari asma Allah
al-Awwal.
BAB 2 ISLAM RAHMATAN LIL ALAMIN

A. Islam Wasatiyah

Secara bahasa, kata wasathiyah berasal dari kata wasatha, sesuatu yang berada di pertengahan.
Raghib al-Ashfahani (w. 502 H) mengartikannya sebagai titik tengah, seimbang tidak terlalu ke kanan
dan tidak terlalu ke kiri, di dalamnya terkandung makna keadilan (al-'adl), kemulian, dan persamaan
(al-musawah). Ibnu 'Asyur memberi arti kata "wasath berarti sesuatu yang ukurannya sebanding.
Adapun menurut istilah wasathiyah (moderat) adalah nilai-nilai Islam yang dibangun atas dasar pola
pikir yang lurus dan pertengahan, tidak berlebihan dalam hal tertentu. Islam Washatiyah adalah
yakni Islam tengah diantara dua titik ekstrem yang saling berlawanan, yaitu antara tahqir
(meremehkan) dan ghuluw (berlebih-lebihan) atau antara liberalisme dan radikalisme. Islam
Wasatiyah berarti Islam jalan tengah. Tidak terlibat kekerasan, sampai pembunuhan, terbuka dan
berada di atas untuk semua golongan.

Adapun makna "ummatan wasathan" pada ayat di atas adalah ummat yang adil dan terpilih
Maksudnya umat Islam ini adalah ummat yang paling sempurna agamanya, paling baik akhlaknya,
paling utama amalnya. Wasath atau jalan tengah dalam beragama Islam dapat diklasifikasi ke dalam
empat lingkup yaitu:

1). Wasath dalam persoalan akidah. Dalam persoalan iman kepada yang ghaib. diproyeksikan dalam
bentuk keseimbangan pada batas-batas tertentu. Contohnya sebagai berikut.

a). Islam tidak seperti keimanan mistisisme yang cenderung berlebihan dalam mempercayai benda
ghaib.

b). Akidah Islam menentang dengan tegas sistem keyakinan kaum atheis yang menafikan wujud
Tuhan

c) Islam memberikan porsi berimbang antara fikir dan dzikir. Islam memosisikan wahyu sebagai
pembimbing nalar, menuju kemaslahatan dunia akhirat melalui syari'ahnya.

2). Wasath dalam persoalan ibadah. Dalam masalah ibadah menyeimbangkan antara hablum
minallah dan hablum minannas.

3). Wasath dalam persoalan perangai dan budi pekerti. Dalam persoalan perangai dan budi pekerti,
Islam memerintahkan manusia untuk bisa menahan dan mengarahkan hawa nafsunya agar tercipta
budi pekerti yang luhur (akhlakul karimah) dalam kehidupan sehari hari.

4). Wasath dalam persoalan tasyri (pembentukan syari'ah). Selalu tunduk dan patuh pada syari'at
Allah dan menjaga keseimbangan tasyri' dalam Islam yaitu penentuan halal dan haram yang selalu
mengacu pada alasan manfaat-madlarat, suci-najis, serta bersih kotor.

B. Radikalisme

Kata radikalişme sebagai turunan kata "radikal" bersifat netral dan tidak terkait dengan masalah
agama. Radikal merupakan sebuah kata yang sering digunakan dalam kajian filsafat Radikal berasal
dari bahasa Latin yaitu "radix yang berarti "akar Secara etimologi kata radikal mengandung arti
segala sesuatu yang sifatnya mendasar sampal ke akar-akarnya atau sampai pada prinsipnya. Sikap
radikal akan mendorong perilaku individu untuk membela secara mati-matian mengenai suatu
kepercayaan, keyakinan, agama atau ideologi yang dianutnya. Radikalisme dianggap baik karena
memiliki asosiasi/konotasi positif dengan progresif dan inovatif. Sedangkan radikalisme dianggap
buruk karena memiliki asosiasi/konotasi negatif dengan ekstrimisme.

Radikalisme dijadikan sebagai salah satu paham atau aliran yang menuntut perubahan dan
pembaharuan sistem sosial dan politik dengan cara kekerasan atau ekstrem. Paham radikalisme ini
sering kali dikaitkan dengan agama/ mengatasnamakan agama, padahal semua agama tidak
mengajarkan kekerasan. Namun agama yang sering menjadi target adalah agama Islam. Sehingga
muncul adanya orang Islam yang radikal, yaitu orang Islam yang mempunyai pikiran yang kaku dan
sempit dalam memahami Islam, serta eksklusif dalam memandang agama-agama lain.

Radikalisme atas nama agama ini tidak jarang kemudian menimbulkan konflik sampai pada
puncaknya, terjadinya terorisme dalam taraf membahayakan stabilitas dan keamananNegara. Dan
pada akhirnya, radikalisme ini, menjadi menyebabkan peperangan yang justru menimbulkan rasa
tidak aman. Pada taraf terendah radikalisme sampai mengganggu keharmonisan dan kerukunan
masyarakat. Klaim "sesat", "bida'ah" dan "kafir" bagi kalangan yang tidak sependapat dengannya.
Tapi perlu digaris bawahi hakikat Islam adalah agama yang cinta dan membawa kedamaian. Mereka
yang menerapkan kekerasan dengan mengatasnamakan Islam bukanlah orang Islam sesungguhnya.
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab adanya radikalisme diantaranya adalah:

1). Pengetahuan agama yang setengah-setengah melalui proses belajar yang doktriner.

2). Memahami Islam dari kulitnya saja tetapi minim wawasan tentang esensi agama.

3). Disibukkan oleh masalah sekunder sembari melupakan masalah-masalah primer.

4). Lemah dalam wawasan sejarah dan sosiologi sehingga fatwa-fatwa mereka sering bertentangan
dengan kemaslahatan umat, akal sehat, dan semangat zaman.
BAB 3 NAFSU SYAHWAT DAN GHODLOB

A. Nafsu Syahwat

Secara Istilah, nafsu adalah keinginan seseorang atau dorongan hati yang kuat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Syahwat secara lughawi artinya menyukai atau menyenangi. Yaitu kecintaan
terhadap sesuatu sehingga kecintaan itu menguasai hatinya. Kecintaan itu sering menyeret
seseorang untuk melanggar hukum Allah 'azza wa Jalla dengan tujuan untuk mendapatkan yang
lezat-lezat. Adapun secara istilah syari'at, nafsu syahwat adalah kecondongan jiwa terhadap sesuatu
yang disukainya sehingga keluar dari batas syari'at. Maka hakikat syahwat (keinginan) nafsu adalah
kecenderungan kepada sesuatu yang sesuai dengan tabi atnya (watak) dan menjauhi sesuatu yang
tidak disukai dan dicintai. Akan tetapi, sebenarnya keberadaan syahwat pada manusia itu tidak
tercela, karena terdapat faedah dan manfaat didalamnya. Celaan itu tertuju jika manusia melewati
batas dalam memenuhi syahwat. Misalnya, menuruti nafsu syahwat dengan melakukan kemaksiatan
mulai dari menonton film porno, berpacaran dan akhirnya sampai pada perizinaan. Dorongan nafsu
syahwat mengarah kepada tiga hal besar, yaitu:

1) Syahwat dan kesenangan terhadap harta benda, sehingga melahirkan kerakusan, perampokan.
pencurian, manipulasi, korupsi. bahkan kekerasan fisik, seperti pembunuhan dan penganiayaan.

2) Syahwat dari kesenangan terhadap seks, sehingga melahirkan kejahatan dan kekejian berupa
perzinaan, pemerkosaan dan penyimpangan seksualitas lainnya. bahkan hanya karena seks terjadi
pembunuhan dan penganiayaan fisik.

Syahwat dan kesenangan terhadap jabatan dan kedudukan, sehingga melahirkan para pejabat dan
pemimpin yang zalim, otoriter, bahkan diktator. Akhimya menindas siapa saja yang akan
menghalang-halangi.

B. Ghodlob

Lafal ghadab adalah lafal bahasa Arab, secara harfiah berarti marah atau pernarah, Marah dalam
pengertian ghadab bersifat negative/buruk. Ghadab atau marah yaitu merasa tidak senang dan
panas hati karena suatu peristiwa atau sebab-sebab tertentu. Marah secara umum menyebabkan
terganggunya aktualisasi diri di dalam kehidupan kita. Perilaku Marah pada diri manusia merupakan
salah satu satu fitrah yang muncul pada saat kebutuhan (needs) dan motif (motive) mereka
terhambat untuk dipenuhi. Imam Ghazali mengatakan bahwa penyakit marah (ghadab) disebabkan
oleh dominasi unsur api atau panas (al hararah), yang mana unsur tersebut melumpuhkan peran
unsur kelembaban atau basah (al ruthubah) dalam diri manusia. Hal ini telah disabdakan oleh
Rasulallah SAW. bahwa

"Sesungguhnya marah itu bara api yang dapat membakar lambung anak Adam. Ingatlah bahwa
sebaik-baik orang adalah orang yang melambatkan (menahan) amarah dan mempercepat keridhaan
dan sejelek-jelek orang adalah orang yang mempercepat amarah dan melambatkan ridha" (HR.
Ahmad dari Abu Sa'id al-Khudriy)
BAB 4 Hikmah Iffah Syaja'ah dan 'Adalah

A. Pengertian Hikmah

Dalam arti kebahasaan al-hikmah berarti: kebijaksanaan, pendapat atau pikiran yang bagus.
pengetahuan, filsafat, kenabian, keadilan, peribahasa (kata-kata bijak), dan al-Qur'anul karm.
Menurut Al-Maraghi dalam kitab Tafsirnya, mengungkapkan bahwa al-Hikmah sebagai perkataan
yang tepat lagi tegas yang diikuti dengan dalil-dalil yang dapat menyingkap kebenaran dan
melenyapkan keserupaan. Sedangkan menurut Toha Jahja Omar, hikmah artinya bijaksana, yang
artinya menempatkan sesuatu pada tempatnya, dan kitalah yang harus berpikir, berusaha.
menyusun, mengatur cara-cara dengan menyesuaikan kepada keadaan dan zaman, asal tidak
bertentangan dengan hal-hal yang dilarang oleh Allah sebagaimana dalam ketentuan
hujumnya .Dalam kata al-hikmah terkandung makna pencegahan. yan meliputi:

1) Adil akan mencegah pelakunya terjerumus kedalam kedzaliman.

2) Hilm akan mencegah pelakunya terjerumus kedalam kemarahan.

3) Ilmu akan mencegah pelakunya terjerumus kedalam kejahilan.

4) Nubuwwah, Seorang Nabi tidak lain diutus untuk mencegah manusia dari menyembah selain
Allah, dan terjerumus kedalam kemaksiatan serta perbuatan dosa. Al-Qur'an dan seluruh kitab
samawiyyah diturunkan oleh Allah agar manusia terhindar dari syirik. mungkar, dan perbuatan
buruk.

B. Pengertian Iffah

Dari segi kebahasaan, Iffah adalah bentuk masdar dari affa-ya'ffu-'iffah yang bermakna menjauhkan
diri dari hal-hal yang tidak baik. Dan juga berarti kesucian tubuh. Sedangkan dari segi istilah, iffah
adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang akan merendahkan, merusak dan
menjatuhkannya. Iffah (al-iffah) juga dapat Diartikan sebagai usaha untuk memelihara kesucian diri
(al-iffah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah, dan memelihara kehormatan.

C. Pengertian Syaja'ah

Secara Kaidah kebahasaan, kata al-syaja'ah berarti keberanian atau keperwiraan, antonim dari kata
al-jabn yang berarti pengecut. Kata ini digunakan untuk menggambarkan Keberanian di medan
perang, tidak lari dalam ketika perang sedan berkecamuk. Sisi positif dari sikap berani yaitu
mendorong seorang muslim untuk Berani menerima segala resiko demi menegakan kebenaran dan
keadilan, Berani untuk beramar ma'ruf nahi munkar. Tetapi sikapini bila tidak digunakan
sebagaimana mestinya menjerumuskan seorang muslim kepada kehinaan.

Syajaah secara istilah berarti suatu sikap yang tidak memiliki kekhawatiran dan ketakutan terhadap
mahluk Allah, demi menegakan ajaran Islam, menumpas segala bentuk kemaksiatan dan
ketidakadilan untuk mencari ridho Allah swt. Pada diri seorang pengecut sukar didapatkan sikap
sabar dan berani. Selain itu syajaah (berani) bukanlah semata-mata berani berkelahi dimedan laga,
melainkan suatu sikap mental seseorang, dapat menguasai jiwanya dan berbuat menurut
semestinya.

D. Pengertian 'Adalah

Kata Adil dalam Bahasa Arab berasal dari kata mempunyai arti antara lain menyamakan, meluruskan
atau menyeimbang. Dan orang yang berlaku adil disebut (je )( lihat Al-Munjid Fi Al-Lughah hal. 491,
cet. XXVI Th. 1960) Adil dalam pengertian menyamakan dapat dipahami sebagai membagi sama
banyak atau sedikit, atau memberikan sesuatu yang sama kepada orang-orang yang berhak atau
kelompok yang sama sesuai dengan kedudukan dan statusnya. Setiap warga negara sekalipun
mempunyai status sosial, ekonomi, politik dan jabatan yang berbeda-beda, namun harus
mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, adil dalam arti seimbang juga dapat diartikan
dengan memberikan hak seimbang sesuai dengan beban kewajiban, atau memberi seseorang sesuai
dengan kebutuhannya, atau dengan ungkapan yang singkat para Ulama mengemukakan dengan
bahasa artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya. Sebagai contoh seorang ayah telah dikatakan
berbuat adil apabila telah memberikan pakian delapan anaknya sesuai dengan ukurannya masing-
masing. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata adil diartikan; "Tidak berat sebelah, tidak
memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran; sepatutnya; tidak sewenang-
wenang". Beberapa pengertian di atas kalau dihubungkan dengan makna dalam kamus arab tetap
bermakna yang sama dan bahkan berangkat dari dua makna kata adil di atas. Dengan prinsip
persamaan orang yang berlaku adil tidak akan memihak kecuali kepada yang benar. Dengan azas
keseimbangan seorang yang adil berbuat atau memutuskan sesuatu dengan sepatutnya dan tidak
bertindak sewenang-wenang malaupun kepada anak, istri maupun keluarganya. Makna adil menurut
ilmu akhlak ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya atau menerima hak tanpa lebih memberikan
hak orang lain tanpa kurang atau memberikan hak setiap yang berhak secara lengkap, tanpa lebih
dan tanpa kurang antara sesama yang berhak, dalam keadaan yang sama, dan menghukum yang
jahat sesuai dengan kesalahan dan pelanggarannya. Menurut pengertian tersebut jelaslah bahwa
adil termasuk akhlakul karimah yang harus dimiliki oleh setiap muslim atau muslimah. Seseorang
hendaknya berlaku adil pada dirinya sendiri, kawan, lawan, kerabat, orang tua, bangsa dan
negaranya.

Anda mungkin juga menyukai