Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketika seorang hamba atau umat muslim yang ingin mendekatkan diri
kepada ALLAH SWT, hendaklah suci dari dosa-dosa. Jadi seorang hamba
haruslah mengosongkan diri dari akhlak tercela atau sifat tidak baik dan
mengisinya dengan akhlak terpuji. Sesungguhnya ALLAH adalah Dzat Yang
Maha Suci, dan hanya umat atau hambaNYA yang bersih yang akan dekat
denganNYA.

Ada tiga tahap dalam mendekatkan diri kepada ALLAH yakni, pertama,
mengosongkan diri dari akhlak tercela, kedua, mengisi diri dengan sifat terpuji
atau akhlak terpuji, dan yang terakhir menyerahkan diri kepada ALLAH SWT.

Di pembahasan makalah ini akan lebih dijelaskan mengenai sifat-sifat


yang harus dihindari agar diri dan hati kita selalu bersih dan dapat mendekatkan
diri pada ALLAH yakni akhlak tercela, diantaranya takabbur, riya’, ujub dan
sum’ah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Akhlak Tercela?
2. Apa yang dimaksud Takabbur, Riya’, Ujub dan Sum’ah?
3. Bagaimana penjelasan mengenai Takabbur, Riya’, Ujub dan Sum’ah?

C. Tujuan Penulisan
1. Dapat memahami apa itu akhlak tercela.
2. Dapat memahami dan menghindari sifat tercela (takabbur, riya’, ujub
dan sum’ah).

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak Tercela

Akhlak tercela adalah segala macam bentuk perbuatan dan ucapan yang dapat
merusak iman seseorang. Sifat tercela dapat pula diartikan sebagai perilaku atau
sikap yang dilarang oleh ALLAH atau tidak sesuai dengan syariat yang diajarkan
oleh Rasulullah SAW. Maka dari itu sikap atau perilaku semacam itu harus
ditinggalkan dan diisi dengan akhlak terpuji. Akhlak tercela biasa juga disebut
Akhlak As-Sayyiah yang berarti sifat yang buruk.

Menurut Imam Al- Ghazali, akhlak yang tercela ini dikenal dengan sifat-sifat
muhlikat, yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada
kebinasaan dan kehancuran diri yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya
untuk selalu mengarah kepada kebaikan.

Al-Ghazali menerangkan akal yang mendorong anusia melakukan perbuatan


tercela, diantaranya:

1) Dunia dan isinya, yaitu berbagai hal yang bersifat material (harta,
kedudukan) yang ingin dimiliki manusia sebagai kebutuhan dalam
melangsungkan hidupnya agar bahagia.
2) Manusia, selain mendatangkan kebaikan, manusia dapat mengakibatkan
keburukan, seperti istri, anak, karena cintanya kepada mereka misalnya,
sampai bisa melalaikan manusia dari kewajibannya kepada ALLAH SWT
dan terhadap sesama.
3) Setan, adalah musuh manusia yang paling nyata ia menggoda manusia
melalui batinnya untuk berbuat jahat dan menjauhi Tuhan.
4) Nafsu, adakalanya baik dan adakalanya buruk, akan tetapi nafsu cenderung
mengarah kepada keburukan.1

1
Asmaran As., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1994), h. 131-

2
Dari poin kedua yang telah dijelaskan bahwa manusia dapat mendatangkan
atau mengakibatkan keburukan bisa melalui sifat-sifat tercela atau akhlak
madzmumah seperti takabbur, riya’, ujub dan sum’ah.

Cara menghindari akhlak tercela :

- Menghindari makanan-minuman yang syubhat dan haram.


- Memilih teman pergaulan yang baik.
- Melakukan riyadhah, seperti muhasabah, mujahadah dan dzikir.
- Menjaga solidaritas islam.

B. Takabbur
1. Pengertian Takabbur

Takabur menurut bahasa artinya sombong atau membanggakan diri.


Sedangkan menurut istilah, Takabbur yaitu suatu sikap yang menyombongkan diri
atau membanggakan diri sehingga tidak mau mengakui kekuasaan ALLAH di
alam ini, termasuk mengingkari nikmat ALLAH yang apa adanya.2

Takabbur juga berarti merasa atau mengakui dirinya besar, tinggi atau mulia
melebihi orang lain.3 Perbuatan takabbur atau menjunjung diri akan membawa
akibat yang sangat merugikan. Mengurangi kedudukan dan martabat di mata umat
manusia, serta menjadi penyebab mendapat murka ALLAH SWT.4

ALLAH SWT berfirman dalam surat Al-Isra’ ayat 37-38 yang artinya : Dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu
tidak akan sampai setinggi gunung. Semua kejahatannya itu amat dibenci di sisi
Rabbmu. 

2
Mahjuddin, Kuliah Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Kalam Mulia, 1991), h. 15.
3
Humaidi Tatapangarsa, Akhlak Yang Mulia, (Surabaya : Bina Ilmu, tt), h. 158.
4
A. Mudjab Mahalli, Pembinaan Moral Di Mata al-Ghazali, (Yogyakarta : BPFE, 1984), h. 54.

3
2. Golongan Takabbur

Takabbur digolongkan menjadi dua golongan, diantaranya :

a. Takabbur Batin
Takabbur batin adalah sifat dalam jiwa yang tidak terlihat dan melekat
dalam hati. Contohnya seperti, sifat merasa besar dan merasa lebih pandai.
b. Takabbur Lahir
Takabur lahir adalah perbuatan dan tingkah laku yangdapat dilihat seperti
merendahkan dan menyepelekanorang lain. Takabur lahir ini sebenarnya
merupakanperwujudan sikap dari takabur batin.

3. Macam-Macam Takabbur

Takabbur terbagi menjadi 3 macam, antara lain :

a. Takabbur kepada ALLAH : Takabur kepada Allah dapat berupa sikap


tidak mau memedulikan ajaran-ajaran Allah, memandang enteng ancaman
Allah, dan lain sebagainya. Maka dia akan mendapatkan murka ALLAH di
dunia dan akhirat. Dan ini merupakan kesombongan yang paling jelek.
b. Takabbur kepada Rasulullah : seperti yang dilakukan orang-orang quraisy
dan bani isra’il yang akhirnya mendapat celaka dan hinaan di dunia dan
akhirat. berupa keengganan mengikuti ajaran-ajaran Rasulullah dan
mengabaikan pesan-pesan dari hadits-hadits Nabi. Takabur kepada
Rasulullah sama hukumnya dengan takabur kepada Allah.
a. Takabbur kepada sesama manusia : membesarkan kedudukannya dan
menghina orang lain atau merendahkan orang lain. Dan adapun ciri-cirinya
:
- Suka memuji diri sendiri
- Merendahkan dan meremehkan orang lain
- Mencela dan membesar-besarkan kesalahanorang lain
- Merasa puas akan kelebihan dirinya
- Cenderung menutupi dan menghindarikekurangan dirinya sendiri

4
- Tidak bisa menghargai orang lain.

4. Dampak buruk akibat Takabbur


- Seseorang yang takabbur kepada ALLAH sudah jelas akan masuk
kedalam neraka jahanam. Dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’min (40) ayat 60
yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dengan hina dina”.
(QS. al-Mu’min (40): 60).
- Takabur membuat seseorang menjadi rendah dalam pandangan Allah dan
makhluk-Nya.
- Orang yang merasa dirinya lebih tinggi dari orang lain (sombong), maka
akan sulit mencapai derajat dalam bidang keilmuan dan kearifan.
Sebaliknya dia akan tersungkur dalam kebodohan yang berlipat-lipat,
sebab dia sulit berkonsultasi dengan orang lain.
- Takabur juga akan merusak pergaulan manusia serta merenggangkan tali
silaturrahim dan tolong-menolong.

5. Cara menghindari sifat Takabbur


- Seseorang harus berfikir siapakah dia sebenarnya.
- Banyak membaca Al-Qur’an.
- Selalu mengingat akibat dari sifat Takabbur dan mendekatkan diri kepada
ALLAH.
- Selalu merendah diri kepada siapapun.5

Sifat sombong atau Takabbur ini sangatlah berbahaya dan harus dihindari.
Haruslah diingat manusia diciptakan dari tanah dan akan meninggal pada saatnya,
jadi tidak ada hal yang dibanggakan di dunia yang dibawa ke akhirat kecuali
amalan baik manusia.

5
Dr.Marzuki, M,Ag, Pendidikan Agama Islam Kelas 9.

5
C. Riya’
1. Pengertian Riya’
Kata riya’ berasal dari bahasa Arab Arriyaa’u yang berarti memperlihatkan
atau pamer, yaitu memperlihatkan sesuatu kepada orang lain, baik barang maupun
perbuatan baik yang dilakukan, dengan maksud agar orang lain dapat melihatnya
dan akhirnya memujinya.
Riya’ adalah melakukan amal bukan karena mengharap ridha Allah, tetapi
mencari pujian dan memasyhurkan dimata manusia. Riya’ merupakan bentuk
syirik kecil yang dapat merusak dan membuat ibadah serta kebaikan yang
dilakukan tidak bernilai dihadapan Allah. Sikap ini muncul karena orang tak
paham tujuan ibadah dan amal yang dilakukan. Dalam Islam, setiap ibadah, amal,
dan aktifitas lainnya harus dilakukan demi mencari ridha Allah SWT.
Oleh karenanya bisa disimpulkan bahwa riya’ termasuk dosa besar dan haram
hukumnya. Sifat riya’ harus ditinggalkan karena bahaya bagi diri manusia.
Riya’ muncul akibat kurang iman kepada Allah dan hari akhirat serta ketidak
jujuran menjalankan agama. Ia beribadah kerana ingin dipandang sebagai orang
taat dan saleh. Sikap riya sangat merugikan karena kebaikan dan ketaatan yang
dilakukan tidak bernilai di sisi Allah.6

2. Macam-macam Riya’
- Riya dalam niat : Maksudnya adalah berniat sebelum melakukan pekerjaan
agar pekerjaan tersebut dipuji oleh orang lain. Padahal niat sangat
menentukan nilai suatu pekerjaan. Jika pekerjaan baik dengan niat karena
Allah, maka perbuatan itu mempunyai nilai di sisi Allah, dan jika
perbuatan itu dilakukan karena hal lain seperti ingin mendapat pujian,
maka perbuatan itu tidak memperoleh pahala dari ALLAH SWT.
- Riya’ perbuatan : Contoh perbuatan ini seperti ketika akan mengerjakan
shalat, seseorang akan tampak memperlihatkan kesungguhan dan
kerajinan, namun alasannya takut dinilai rendah dihadapan guru dan orang
lain. Dia melaksanakan shalat dengan khusuk dan tekun disertai harapan

6
Arif Supriono, Seratus Cinta Tentang Akhlaq, (Jakarta: Replubika, 2004), hlm. 17.

6
dan mendapat perhatian, sanjungan, dan pujian dari orang lain. Orang
yang riya dalam shalat akan celaka. Firman ALLAH SWT dalam surat Al-
Nisa ayat 142, yang artinya : “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu
menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila
mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka
bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah
mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”. (Q.S. Al-Nisa’ 142.)

3. Tingkatan Riya’
Riya’ dibagi menjadi dua tingkatan :
a. Riya’ khalis, yakni niat seseorang dalam melaksanakan ibadah semata-
mata untuk memperoleh pujian, kedudukan, dan lain sebagainya dari
manusia, serta tidak bertujuan untuk dekat dengan ALLAH SWT.
b. Riya’ syirik, yakni niat seseorang dalam melaksanakan ibadah karena
terdorong untuk memenuhi permintaan ALLAH serta terdorong pula untuk
memperoleh pujian dan kedudukan dari manusia. Dengan kata lain,
niatnya bercampur antara niat karena ALLAH dan niat karena manusia.7

Kedua tingatan riya’ tersebut adalah dosa besar, akan tetapi bisa dilihat riya’
syirik lebih ringan dari pada riya’ khalis karena masih ada niat karena ALLAH
dalam hatinya untuk beribadah walaupun telah bercampur dengan niat lainnya,
akan tetap kedua tingatan tersebut tetaplah dosa besar dan harus dihindar.

4. Ciri-ciri Riya’
a. Tidak akan melakukan perbuatan baik seperti bersedekah bila tidak dilihat
orang.
b. Beribadah hanya sekadar ikut- ikutan. Hal itu pun dilakukan jika berada di
tengah- tengah orang banyak. Sebaliknya, ia akan malas beribadah bila
sedang sendirian.

7
Nur Hidayat, M. Ag, Akhlak Tasawuf, (Yoyakarta : Penerbit Ombak, 2013).

7
c. Terlihat tekun dan bertambah motivasinya dalam beribadah jika mendapat
pujian Sebaliknya, mudah menyerah jika dicela orang.
d. Senantiasa berupaya menampakkan segala perbuatan baiknya agar
diketahui orang banyak.

5. Hukum Riya’
Riya’ terdiri dari dua jenis hukum yaitu :
- Riya’ Akbar.
Hal ini terjadi ketika seseorang melakukan seluruh amalnya agar dilihat
manusia, dan tidak sedikitpun mengharapkan wajah ALLAH SWT, dia
bermaksud bisa bebas hidup bersama kaum muslimin, menjaga darah dan
hartanya. Inilah riya’ yang dimiliki orang munafik.
- Riya’ Asgar.
Riya’ ini muncul terkadang dalam sebagian amal. Seseorang beramal
karena ALLAH dan juga diniatkan untuk selain ALLAH. Inilah riya’ yang
terkadang menimpa orang yang beriman.8

D. Ujub
1. Pengertian Ujub

Ujub dalam islam diartikan sebagai perilaku atau sifat mengagumi diri sendiri
dan senantiasa membanggakan dirinya sendiri. Sifat ujub juga dijelaskan oleh
beberapa ulama diantaranya pendapat dari Ibnul Mubarok dan Imam Al Ghazali
berikut ini:

 Ibnul Mubarok berkata, perasaan ‘ujub adalah ketika seseorang merasa


bahwa dirinya mempunyai suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang
lain.
 Imam Al Ghozali menyebutkan bahwa perasaan ‘ujub adalah kecintaan
seseorang akan suatu karunia yang ada pada dirinya dan merasa

8
Nur Hidayat, M. Ag, Akhlak Tasawuf, (Yoyakarta : Penerbit Ombak, 2013).

8
memilikinya sendiri serta tidak menyadari bahwa karunia tersebut adalah
pemberian Allah SWT.

2. Hukum Ujub

Sebagaimana disebutkan bahwa ujub adalah salah satu perilaku atau sifat
tercela dimana haram bagi umat islam untuk memiliki sifat ini.

Selain itu, ujub bisa mendatangkan banyak bahaya dan mudharat bagi
manusia sehingga Allah dan Rasul melarang adanya sifat ini dalam hati seorang
muslim. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits mengenai ujub berikut ini:

‫ع َوهَ ًوى ُمتَّبَ ٌع َوإِ ْع َجابُ ْال َمرْ ِء بِنَ ْف ِس ِه‬


ٌ ‫ ُش ٌّح ُمطَا‬: ‫ات‬ ٌ ‫ثَاَل‬
ٌ ‫ث ُم ْهلِ َك‬

“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2)
mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub
pada diri sendiri).” (H.R. Abdur Razaq, hadist hasan)

E. Sum’ah

Pengertian sum’ah Secara bahasa Kata sum’ah ( ‫ ) السمعة‬berasal dari kata ‫س ّمع‬
samma’a (memperdengarkan) Kalimat samma’an naasa bi‘amalihi digunakan jika
seseorang menampakkan amalnya kepada manusia yang semula tidak
mengetahuinya.

Sedangkan secara istilah/terminologi sum’ah adalah sikap seorang muslim


yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya yang sebelumnya tidak
diketahui oleh orang lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan/atau
penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.

9
Faktor-faktor penyebab timbulnya sifat ujub dan sum’ah

1. Sering dipuji orang

Pujian seseorang kepada orang lain, dapat menimbulkan perasaan ‘ujub dan
egois pada diri orang yang dipujinya. Karena orang yang mempercayai pujian itu
akan selalu merasa bangga dan dirinya punya kelebihan, sehingga menjadikannya
malas untuk berbuat kebaikan.

2. Banyak meraih kesuksesan

Seseorang yang selalu sukses dalam usahanya akan mudah dirasuki perasaan
ujub dalam hatinya, karena ia merasa lebih unggul dari orang lain sehingga dia
tidak menyadari bahwa segala sesuatu yang diraihnya adalah atas kehendak Allah
yang Maha Kuasa.

3. Tersohor di kalangan orang banyak

Semakin banyak ketenaran yang dia dapat, maka dia semakin kagum terhadap
dirinya sendiri. Kemudian itu akan memicu timbulnya perasaan ujub pada hati
seseorang.

4. Mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang tinggi

Orang yang mempunyai intelektualitas dan kecerdasan yang tinggi biasanya


merasa bangga dengan dirinya sendiri, karena dia merasa mampu menyelesaikan
segala permasalahan kehidupannya tanpa bantuan orang lain.

5. Memiliki kesempurnaan fisik

Orang yang memiliki kesempurnaan fisik seperti wajah cantic atau tampan,
suara yang bagus, postur tubuh yang ideal, dan sebagainya, dan kemudian dia
akan memandang kepada kelebihan dirinya dan melupakan bahwa semua itu
adalah nikmat Allah yang bisa lenyap kapan saja, berarti orang tersebut telah
kemasukan sifat ujub.

10
Cara menanggulangi sifat ujub dan sum’ah

1. Selalu mengingat akan hakikat diri

Orang yang kagum pada diri sendiri hendaknya sadar bahwa nyawa yang ada
dalam tubuhnya semata-mata anugerah Allah. Dia harus sadar bahwa tubuhnya
dibuat dari tanah yang diinjak=injak manusia dan binatang, kemudian dari air
mani yang hina, yang setiap orang merasa jijik melihat nya, lalu kembali lagi ke
tanah dan menjadi bangkai yang berbau busuk dan setiap orang tidak suka
mencium baunya.

2. Selalu sadar akan hakikat dunia dan akhirat

Hendaklah seseorang selalu sadar bahwa dunia adalah tempat mencari bekal
untuk hidup di akhirat. Dia harus sadar bahwa sekalipun umurnya panjang, namun
dia tetap akan mati, kemudian hidup di sebuah alam yang abadi yaitu akhirat.

3. Selalu mengingat nikmat Allah

Dengan kesadaran seperti ini, seseorang akan merasa lemah dan merasa
membutuhkan Allah, sehingga dia akan membersihkan diri dari penyakit kagum
diri dan berusaha untuk menghindarinya.

4. Selalu ingat tentang kematian dan kehidupan

Kesadaran seperti ini akan mendorong seseorang untuk meninggalkan


perasaan kagum diri karena takut akan berbagai kesengsaraan setelah kematian.

5. Selalu bermuhasabah (introspeksi diri)

Dengan introspeksi diri, gejala awal dari segala bentuk penyakit hati akan
mudah dideteksi, terutama penyakit kagum diri. Dengan demikian, penyakit
tersebut akan mudah untuk diobati.

11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akhlak tercela atau biasa disebut akhlak madzmumah merupakan perbuatan
atau tingkah laku yang buruk dan tadak terpuji. Sifat tercela ini memang sudah
ada saat manusia dilahirkan dan tertanam dalam jiwa manusia. Jadi, sifat ini bisa
diatasi jika kita berusaha mengingat ALLAH dan menghindari sifat tercela
tersebut, lalu isi hati dan jiwa dengan akhlak yang terpuji atau sifat baik.
Adapun macam-macam akhlak tercela, diantaranya : Takabbur, Riya’, Ujub
dan Sum’ah. Takabbur adalah menanggap dirinya besar dan mulia atau bisa
disebut sombong, yang disebabkan adanya kelebihan yang ada pada dirinya (ilmu)
dan banyaknya harta yang dimilikinya. Riya’ adalah memperlihatkan amal
kebajikan kepada orang lain. Ujub dalam islam diartikan sebagai perilaku atau
sifat mengagumi diri sendiri dan senantiasa membanggakan dirinya sendiri.
Sum’ah adalah sikap seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan
amal shalihnya yang sebelumnya tidak diketahui oleh orang lain agar dirinya
mendapatkan kedudukan dan/atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan
keuntungan materi.
Semua sifat tidak terpuji atau akhlak tercela (akhlak madzmumah) dapat
merusak diri dan jiwa manusia, haram hukumnya dan harus ditinggalkan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Asmaran As., 1994, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta : RajaGrafindo Persada

Mahjuddin, 1991, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta : Kalam Mulia

Tatapangarsa Humaidi, Akhlak Yang Mulia, Surabaya : Bina Ilmu, tt

A. Mudjab Mahalli,1984 Pembinaan Moral Di Mata al-Ghazali, Yogyakarta:


BPFE

Dr.Marzuki, M,Ag, Pendidikan Agama Islam Kelas 9.

Supriono Arif, 2004, Seratus Cinta Tentang Akhlaq, Jakarta: Replubika

Hidayat Nur, M. Ag, 2013, Akhlak Tasawuf, Yoyakarta : Penerbit Ombak

Zaini, Syahminan. Penyakit Rohani Dan Pengobatannya. Surabaya: Al Ikhlas

Al-Baqir, Muhammad (Penerjemah). 1994. Mengobati Penyakit Hati Membentuk

Akhlak Mulia. Bandung: Penerbit Karisma.

http://www.masuk-islam.com/riya-sumah-ujub-dan-takabur-adalah-4-paket-sifat-

tercela-yang-harus-di-hindari.html

13

Anda mungkin juga menyukai