A. Takabur Batin
Takabur batin adalah sifat dalam jiwa yang tidak terlihat dan
melehat dalam hati. Seperti sifat merasa besar dan lebih pandai.
B. Takabur Lahir
Takabur lahir adalah perbuatan dan tingkah laku yang dapat dilihat
seperti merendahkan atau menyepelekan orang lain. Takabur lahir
sebenarnya merupakan perwujudan dari takabur batin.
Ciri-ciri Takabur
Ciri-ciri takabur adalah suka memuji diri sendiri, meremahkan orang lain, mencela, atau menghina
orang. Selain itu suka membesar-besarkan kesalahan orang lain meski hanya kesalahan sepele.
Takabur merupakan salah satu sikap tercela, terlarang, dan harus dihindari. Pelakunya akan rugi di
dunia dan akhirat.
Seseorang yang takabur tidak akan menyadari kekurangan yang dimilikinya. Hal itu dapat
merusak pergaulan dengan sesama. Selain itu takabur dapat menghalangi seseorang masuk surga.
Sebab takabur akan menghalangi seseorang dengan sifat orang-orang mukmin. Dia tidak sanggup
tawadhu, tidak meninggalkan dengki, iri, dan benci serta tidak mampu menahan amarah dan
menerima nasihat, tidak mau menghentikan penghinaan dan pelecehan terhadap orang lain.
Tidak ada makhluk yang hina melainkan memang dia akan mencari-cari kehinaan itu. Di antara
keburukan takabur adalah perasaan tidak mau mencari ilmu, tidak perlu menerima kebenaran dan
tidak perlu tunduk kepada kebenaran.
Hal ini sesuai Firman Allah Surat An Naml ayat 14:
"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka
meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat
kerusakan."
Pengertian Hasad
Hasad adalah bahasa arab yang berasal dari kata hasada- yahsidu- ihsid, yang
artinya adalah iri dan dengki.
Imam Nawawi menjelaskan lebih lanjut mengenai hasad, yakni memiliki angan-
angan agar kenikmatan milik orang lain hilang dari dirinya. Kenikmatan tersebut
bisa berarti dalam hal apapun, termasuk urusan agama dan dunia.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasad adalah perasaan negatif yang muncul tanpa
alasan yang jelas, saat mengetahui orang lain mendapatkan hal yang baik. Hal
baik tersebut dapat berupa harta, jabatan, benda, serta prestasi.
Sebagaimana pengertiannya, hasad adalah salah satu sifat tercela. Oleh karena itu,
sangat baik bagi kita untuk mengetahui dengan detail apa itu hasad, agar dapat
menyadari jika suatu waktu merasakan hal ini dan dapat dengan cepat mengatasi
hasad yang muncul tersebut.
Bahaya Hasad
Hasad menjadi sifat tercela tentu bukan tanpa alasan. Banyak
riwayat yang menjelaskan betapa berbahayanya sifat hasad. Mulai
dari al-Quran, hadis, bahkan pembahasan para ulama.
Oleh sebab itu, Wakalahmu merangkumkan 4 riwayat yang
menggambarkan tentang betapa sifat hasad begitu mengancam:
Sedikit sifat hasad mampu menghanguskan kebaikan yang telah
dilakukan dengan banyak usaha. Kebaikan yang banyak tersebut
dapat hilang tanpa sisa selayaknya kayu bakar yang menjadi abu
saat dibakar.
Dosa Pertama di Langit dan di Muka Bumi
Oleh sebab itu, akan lebih baik jika kita memberi perhatian lebih
terhadap sifat hasad. Pasalnya, saking berbahaya dan sulit untuk
menyadarinya, hasad menjadi perbuatan melanggar yang dilakukan
baik oleh jin dan manusia.
Hilang Kemuliaan dan Masuk Neraka Jahanam
Artinya: “Aku lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan
Adam dari tanah,” (QS. Al-Araf:12)
Pada ayat ini, iblis hasad kepada Adam karena Allah menyuruhnya untuk bersujud pada
Adam. Oleh karena itu, iblis yang dulunya mulia dan termasuk jajaran malaikat harus
keluar dari surga dan ditakdirkan untuk masuk neraka jahanam.
Melakukan Hal yang Sia-sia
Artinya: “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Ali Imran: 120)
Melalui ayat di atas, dapat diketahui dengan pasti bahwa orang yang hasad terhadap orang
lain dengan mengharapkan keburukan terjadi pada orang tersebut, pada dasarnya
melakukan hal yang sia-sia.
Karena harapan buruk tersebut tidak akan berpengaruh pada objek hasad mereka. Justru
sebaliknya, sifat hasad tersebut terus menimbulkan kekhawatiran dan kebencian terhadap
diri orang yang hasad itu tadi.
Jenis Hasad
Setelah membahas beberapa hal tentang hasad, muncul lagi
pertanyaan lain. Apakah semua bentuk ketidaksukaan saat orang lain
menerima hal yang baik adalah hasad dan perbuatan yang bisa
mendatangkan dosa?
Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, Imam al-Ghazali
menjelaskan bahwa hasad terbagi menjadi 2 jenis, sebagai berikut:
Hasad Hakiki
Hasad inilah yang kita ketahui dengan merasakan emosi negatif saat
melihat orang lain mendapat hal baik serta menginginkan kebaikan
tersebut hilang dari diri orang itu.
Perbuatan hasad jenis inilah yang akan mendatangkan beragam
kerugian lahir dan batin serta ancaman dosa.
Ghibtoh/Hasad Majazi
Ghibtoh adalah perasaan iri yang muncul saat melihat orang lain mendapatkan
kenikmatan dan hal-hal baik tanpa ingin orang tersebut kehilangan nikmat yang
dimilikinya. Ghibtoh juga terjadi saat muncul perasaan ingin turut memiliki
kenikmatan yang dimiliki orang lain.
Hasad majazi atau ghibtoh inilah yang masih dapat diperbolehkan. Akan tetapi,
tidak serta merta semua hal bisa menjadi objek ghibtoh tanpa batasan. Hanya ada
2 hal yang diperbolehkan untuk menjadi objek ghibtoh, sebagaimana perkataan
Rasul dalam hadis berikut:
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Artinya: “Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang
Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang
yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Penyebab Hasad
Meski hasad bisa muncul tiba-tiba serta tanpa alasan yang jelas, ada beberapa hal yang juga dapat memicu
munculnya sifat hasad ini.
Berikut 3 faktor penyebab hasad:
Permusuhan
Faktor pertama ialah permusuhan. Sudah menjadi hal yang wajar jika ingin melihat kondisi pihak yang
dimusuhi lebih buruk dan ada di bawah pihak lainnya. Oleh karena itu, hasad pasti akan muncul saat
seseorang bermusuhan dengan pihak lain.
Menganggap Diri Terlalu Tinggi
Poin pada faktor kedua ini tentu beda makna dengan percaya diri. Yang diperbolehkan adalah percaya diri.
Sementara menganggap diri selalu yang paling unggul dalam apapun akan mempersulit keadaan jika
menemukan pihak yang ternyata ada di tingkat yang lebih tinggi.Selalu ingat bahwa di atas langit masih
ada langit.