Anda di halaman 1dari 22

MENJALANI HIDUP PENUH

MANFAAT DENGAN MENGHINDARI


BERFOYA-FOYA, RIYA-RIYA,
SUM’AH, TAKABBUR, DAN HASAD

 Agil Okta Mulyadito  Lily Arsinita Febriani


 Akhdan Nabil Hakim  Maia Dwi Prasetyowati
 Ahmad Khairul Arifin  Naysilla Salsabila Asmarani
 Cheryl Ariella Vachal  Rafli Aditya Saputra
 Devina Widi Novianti
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pernahkah kalian melakukan suatu-amal ibadah, kemudian menunjukkannya kepada
orang lain, baik melalui melalui media sosial ataupun secara langsung dengan
maksud agar mendapat pujian?. Atau pernahkah kalian bersedekah, kemudian
menghendaki diumumkan secara terbuka oleh panitia pembangunan masjid? Jika
kalian pernah melakukannya, maka berhati-hatilah karena bisa jadi amal tersebut sia-
sia, sebab ada sifat sumah di dalam hati. Kebanyakan manusia suka mendapat pujian,
hanya sedikit yang mampu beramal secara ikhlas. Padahal, Allah Swt. hanya
menerima amal yang dilakukan dengan ikhlas.
Di samping itu, berbagai sifat tercela seperti berfoya-foya, takabur (sombong), hasad
juga akan selalu dihembuskan setan ke dalam hati manusia dengan tujuan
menjerumuskannya ke dalam neraka. Oleh karena itu, agar terhindar dari bahaya sifat
tercela tersebut,
RUMUSAN MASALAH
 1.Bagaimana cara menghindari sifat hidup berfoya-foya?
 2.Bagaimana cara menghindari sifat riya dan sum’ah?
 3.Bagaimana cara menghindari sifat takabbur?
 4.Bagaimana cara menghindari sifat hasad?

TUJUAN DAN MANFAAT TULISAN


Tujuan pembuatan makalah ini yakni untuk memenuhi sebagai pelajar,
yakni membuat tugas yang di berikan oleh guru, akan kepenuhan itu
pula tidak lepas dari banyak nya manfaat yang bisa di dapatkan, yaitu
kita dapat mengetahui cara menghindari berfoya-foya, riya, sum’ah,
takabbur, dan hasad.
PEMBAHASAN
 Pengertian Sifat Hidup Berfoya-Foya (Tabdzir atau Isrof)
Sikap tabzir dan israf memiliki kemiripan perngertian dan makna. Tabzir
(boros) adalah perilaku membelanjakan harta tidak pada jalannya.
Dengan kata lain, yang dimaksud pemborosan yaitu mengeluarkan harta
tidak haq.
Apabila seseorang mengeluarkan harta sangat banyak tetapi untuk hal-
hal yang dibenarkan oleh Islam, maka bukan termasuk pemborosan.
Sebaliknya, jika seseorang mengeluarkan harta meskipun sedikit, tetapi
untuk hal-hal yang dilarang agama, maka ia termasuk pemboros.
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros” (Al-Isra ayat 26)
 Contoh Tabzir dan Israf dalam Makan dan Minum
Seseorang mengambil banyak makanan dan minuman pada suatu acara
tasyakuran. Ia takut tidak mendapat bagian, tanpa sama sekali tidak
mempertimbangkan daya tampung perut. Akhirnya ia tidak sanggup
menghabiskan makanan dan minuman tersebut.
 Contoh Tabzir dan Israf dalam Berbicara
Berkata-kata yang tidak penting dan tidak perlu, baik secara langsung
bertemu dengan lawan bicara ataupun melalui media elektronik,
termasuk media sosial. Contoh lain misalnya, menggunakan kuota
internet untuk searching dan chatting hal-hal yang tidak perlu.
 Contoh Tabzir dan Israf dalam Penampilan
Memakai perhiasan emas di kedua tangan, leher, jari jemari, dan kaki
pada saat pertemuan warga. Berpakaian mahal, mewah lengkap dengan
tas import dari luar negeri.
Dampak Negatif Sifat Hidup Berfoya-Foya (Tabdzir atau Isrof)
 Terlalu sibuk mengurusi kebahagiaan duniawi, melalaikan akhirat.
 Menimbulkan sifat iri, dengki, dan pamer.
 Dapat memicu frustasi apabila hartanya habis.
 Berpotensi menimbulkan sifat kikir.

Cara Menghindari Sifat Hidup Berfoya-Foya (Tabdzir atau Isrof)


 Membelanjakan harta sesuai dengan skala prioritas kebutuhan.
 Membiasakan bersedekah dan membantu orang lain.
 Bergaya hidup sederhana.
 Selalu bersyukur.
 Bertindak selektif dan terencana.
 Bersikap rendah hati.
 Riya merupakan salah satu perilaku tercela bila dilakukan oleh
manusia. Dalam Islam, perilaku riya ini sangat tidak disukai oleh
Allah SWT. Bukan hanya bisa menimbulkan banyak masalah, namun
perilaku riya ini juga bisa menjadi masalah untuk diri kita bila
melakukannya. Namun, apa sih arti riya itu?

 Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak


sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena ria
(pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari
akhir. Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di
atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, maka
tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak memperoleh sesuatu apa
pun dari apa yang mereka kerjakan. Dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang kafir
 Sum'ah adalah sikap atau sifat gemar menunjukkan amal perbuatan yang
telah dilakukan kepada orang lain. Harapannya untuk mendapat sanjungan
dan pujian.
 Sum’ah merupakan syirik kecil dan bagian dari penyakit riya, ujub dan
takabur. Muhammad Muhyidin dalam bukunya Menyingkap Mukjizat
Terlengkap Shadaqoh menjelaskan, sum’ah adalah pamer dalam wujud
perkataan.
 Dikutip dari buku Sosmed Addict Oleh Solihin, secara etimologi sum’ah
adalah sikap seorang Muslim yang membicarakan atau memberitahukan
amalan salehnya kepada manusia lain agar dirinya mendapat kedudukan,
penghargaan, atau pujian.
 Untuk pamer, seseorang tidak perlu berkata “aku ingin dan sedang pamer”,
melainkan cukup dilihat dari cara berbicara, sikap, dan perbuatan. Contoh
perbuatan sum'ah yaitu mengeraskan suara saat membaca Alquran agar
orang lain mendengarkannya, namun dengan harapan supaya dipuji bahwa
ia memiliki suara yang indah.
 QS. Al-Baqarah Ayat 264

 Artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu


merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang
menginfakkan hartanya karena ria (pamer) kepada manusia
dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.
Perumpamaannya (orang itu) seperti batu yang licin yang di
atasnya ada debu, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat,
maka tinggallah batu itu licin lagi. Mereka tidak
memperoleh sesuatu apa pun dari apa yang mereka kerjakan.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir
 
 Jenis Takabur
Dalam buku Be Smart Pendidikan Agama Islam (PAI) oleh Tuti
Yustiani, takabur secara umum terbagi menjadi dua:

A. Takabur Batin
Takabur batin adalah sifat dalam jiwa yang tidak terlihat dan
melehat dalam hati. Seperti sifat merasa besar dan lebih pandai.

B. Takabur Lahir
Takabur lahir adalah perbuatan dan tingkah laku yang dapat dilihat
seperti merendahkan atau menyepelekan orang lain. Takabur lahir
sebenarnya merupakan perwujudan dari takabur batin.
 Ciri-ciri Takabur
Ciri-ciri takabur adalah suka memuji diri sendiri, meremahkan orang lain, mencela, atau menghina
orang. Selain itu suka membesar-besarkan kesalahan orang lain meski hanya kesalahan sepele.
Takabur merupakan salah satu sikap tercela, terlarang, dan harus dihindari. Pelakunya akan rugi di
dunia dan akhirat.

Seseorang yang takabur tidak akan menyadari kekurangan yang dimilikinya. Hal itu dapat
merusak pergaulan dengan sesama. Selain itu takabur dapat menghalangi seseorang masuk surga.

Sebab takabur akan menghalangi seseorang dengan sifat orang-orang mukmin. Dia tidak sanggup
tawadhu, tidak meninggalkan dengki, iri, dan benci serta tidak mampu menahan amarah dan
menerima nasihat, tidak mau menghentikan penghinaan dan pelecehan terhadap orang lain.

Tidak ada makhluk yang hina melainkan memang dia akan mencari-cari kehinaan itu. Di antara
keburukan takabur adalah perasaan tidak mau mencari ilmu, tidak perlu menerima kebenaran dan
tidak perlu tunduk kepada kebenaran.
 Hal ini sesuai Firman Allah Surat An Naml ayat 14:

"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongannya, padahal hati mereka
meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat
kerusakan."
 Pengertian Hasad
 Hasad adalah bahasa arab yang berasal dari kata hasada- yahsidu- ihsid, yang
artinya adalah iri dan dengki.
 Imam Nawawi menjelaskan lebih lanjut mengenai hasad, yakni memiliki angan-
angan agar kenikmatan milik orang lain hilang dari dirinya. Kenikmatan tersebut
bisa berarti dalam hal apapun, termasuk urusan agama dan dunia.
 Jadi, dapat disimpulkan bahwa hasad adalah perasaan negatif yang muncul tanpa
alasan yang jelas, saat mengetahui orang lain mendapatkan hal yang baik. Hal
baik tersebut dapat berupa harta, jabatan, benda, serta prestasi.
 Sebagaimana pengertiannya, hasad adalah salah satu sifat tercela. Oleh karena itu,
sangat baik bagi kita untuk mengetahui dengan detail apa itu hasad, agar dapat
menyadari jika suatu waktu merasakan hal ini dan dapat dengan cepat mengatasi
hasad yang muncul tersebut.
 Bahaya Hasad
 Hasad menjadi sifat tercela tentu bukan tanpa alasan. Banyak
riwayat yang menjelaskan betapa berbahayanya sifat hasad. Mulai
dari al-Quran, hadis, bahkan pembahasan para ulama.
 Oleh sebab itu, Wakalahmu merangkumkan 4 riwayat yang
menggambarkan tentang betapa sifat hasad begitu mengancam:
 Sedikit sifat hasad mampu menghanguskan kebaikan yang telah
dilakukan dengan banyak usaha. Kebaikan yang banyak tersebut
dapat hilang tanpa sisa selayaknya kayu bakar yang menjadi abu
saat dibakar.
 Dosa Pertama di Langit dan di Muka Bumi

 Artinya: “Dosa yang pertama kali terjadi di langit adalah hasad


(hasadnya iblis kepada Adam). Demikian pula dosa yang pertama
kali terjadi di bumi adalah hasad (hasad yang mendorong salah
seorang anak Nabi Adam membunuh saudaranya).” (Tafsir al-
Qurthubi, 20/259)

 Oleh sebab itu, akan lebih baik jika kita memberi perhatian lebih
terhadap sifat hasad. Pasalnya, saking berbahaya dan sulit untuk
menyadarinya, hasad menjadi perbuatan melanggar yang dilakukan
baik oleh jin dan manusia.
 Hilang Kemuliaan dan Masuk Neraka Jahanam
 Artinya: “Aku lebih baik daripada dia, Engkau ciptakan aku dari api dan Engkau ciptakan
Adam dari tanah,” (QS. Al-Araf:12)
 Pada ayat ini, iblis hasad kepada Adam karena Allah menyuruhnya untuk bersujud pada
Adam. Oleh karena itu, iblis yang dulunya mulia dan termasuk jajaran malaikat harus
keluar dari surga dan ditakdirkan untuk masuk neraka jahanam.
 
 Melakukan Hal yang Sia-sia
 Artinya: “Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa,
niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.” (Ali Imran: 120)
 Melalui ayat di atas, dapat diketahui dengan pasti bahwa orang yang hasad terhadap orang
lain dengan mengharapkan keburukan terjadi pada orang tersebut, pada dasarnya
melakukan hal yang sia-sia.
 Karena harapan buruk tersebut tidak akan berpengaruh pada objek hasad mereka. Justru
sebaliknya, sifat hasad tersebut terus menimbulkan kekhawatiran dan kebencian terhadap
diri orang yang hasad itu tadi.
  
 Jenis Hasad
 Setelah membahas beberapa hal tentang hasad, muncul lagi
pertanyaan lain. Apakah semua bentuk ketidaksukaan saat orang lain
menerima hal yang baik adalah hasad dan perbuatan yang bisa
mendatangkan dosa?
 Untuk mengatasi kekhawatiran tersebut, Imam al-Ghazali
menjelaskan bahwa hasad terbagi menjadi 2 jenis, sebagai berikut:

 Hasad Hakiki
 Hasad inilah yang kita ketahui dengan merasakan emosi negatif saat
melihat orang lain mendapat hal baik serta menginginkan kebaikan
tersebut hilang dari diri orang itu.
 Perbuatan hasad jenis inilah yang akan mendatangkan beragam
kerugian lahir dan batin serta ancaman dosa.
 Ghibtoh/Hasad Majazi
 Ghibtoh adalah perasaan iri yang muncul saat melihat orang lain mendapatkan
kenikmatan dan hal-hal baik tanpa ingin orang tersebut kehilangan nikmat yang
dimilikinya. Ghibtoh juga terjadi saat muncul perasaan ingin turut memiliki
kenikmatan yang dimiliki orang lain.
 Hasad majazi atau ghibtoh inilah yang masih dapat diperbolehkan. Akan tetapi,
tidak serta merta semua hal bisa menjadi objek ghibtoh tanpa batasan. Hanya ada
2 hal yang diperbolehkan untuk menjadi objek ghibtoh, sebagaimana perkataan
Rasul dalam hadis berikut:
 Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
 Artinya: “Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang yang
Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan orang
yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhori dan Muslim)
 Penyebab Hasad
 Meski hasad bisa muncul tiba-tiba serta tanpa alasan yang jelas, ada beberapa hal yang juga dapat memicu
munculnya sifat hasad ini.
 Berikut 3 faktor penyebab hasad:

 Permusuhan
 Faktor pertama ialah permusuhan. Sudah menjadi hal yang wajar jika ingin melihat kondisi pihak yang
dimusuhi lebih buruk dan ada di bawah pihak lainnya. Oleh karena itu, hasad pasti akan muncul saat
seseorang bermusuhan dengan pihak lain.
 Menganggap Diri Terlalu Tinggi
 Poin pada faktor kedua ini tentu beda makna dengan percaya diri. Yang diperbolehkan adalah percaya diri.
Sementara menganggap diri selalu yang paling unggul dalam apapun akan mempersulit keadaan jika
menemukan pihak yang ternyata ada di tingkat yang lebih tinggi.Selalu ingat bahwa di atas langit masih
ada langit.

 Terlalu Mencintai Kekuasaan


 Faktor ketiga ini dapat membuat orang dengan mudah merasakan hasad. Bahkan, dalam beberapa kasus
tidak hanya berhenti di hasad.
 Terlalu mencintai kekuasaan dapat menjadi kunci dari pintu kesengsaraan dan kerugian, dan hasad
merupakan permulaannya.
 Ciri-ciri Orang Hasad
 Pada umumnya, orang jarang menyadari saat dirinya sedang memiliki sifat hasad. Akan
tetapi, ada beberapa ciri orang yang sedang merasakan hasad, seperti yang tergambar
dalam sikap di bawah ini:
 Kesal saat melihat orang mendapatkan rezeki lebih atau prestasi tertentu
 Memberitahukan kesalahan pihak tertentu di ruang publik
 Tidak terima jika pihak lain menerima pujian karena kinerjanya lebih baik
 Sering mencari-cari kesalahan orang lain
 Menuduh kenikmatan yang didapat orang lain didapat dengan cara yang tidak benar
 Usai sudah sekelumit bahasan tentang pengertian hasad, bahaya, jenis, penyebab, dan ciri-
ciri orang yang merasakan hasad.
 Semoga informasinya bermanfaat ya. Untuk kemudahan mendapatkan produk proteksi
syariah untuk sahabat, Wakalahmu sebagai marketplace asuransi khusus syariah pertama di
Indonesia hadir menawarkan beragam pilihan produk yang sesuai dengan kebutuhan
sahabat.
 Tidak hanya itu, tersedia juga kalkulator zakat untuk bantu Sahabat hitung jumlah zakat
yang harus dibayar.
 BAB 3
 KESIMPULAN
 Sikap berfoya foya, riya, sum'ah, takabbur, dan hasad
merupakan sikap yang tercela. Materi ini mengajarkan
cara menghindari sikap berfoya foya, riya, sum'ah,
takabbur, dan hasad. Materi yang di dapatkan ,
menyadarkan kita bahwa apakah kita mempunyai sikap
tercela? Dan juga kita mengetahui contoh- contoh orang
yang mempunyai sikap berfoya foya, riya, sum'ah,
takabbur, dan hasad.
 DAFTAR PUSTAKA

 Pengertian menghindari sikap berfoya foya https://wislah.com/menghindari-sifat-hidup-


berfoya-foya-pengertian-contoh-dampak-dan-cara-menghindari-tabdzir-atau-isrof-
rangkuman-materi-pai-smp-kelas-10-bab-iii-kurikulum-merdeka/

 Pengertian menghindari sikap riya https://m.kapanlagi.com/plus/arti-riya-pengertian-hukum-


dan-jenisnya-dalam-islam-d4f742.html

 Pengertian menghindari sikap sum'ah https://kumparan.com/berita-hari-ini/arti-sumah-


lengkap-dengan-hadist-dan-bahayanya-bagi-umat-muslim-1wXrFTLitfl
 
 Pengertian menghindari sikap takabbur
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5509543/takabur-adalah-contoh-sifat-yang-harus-
dihindari-ini-ciri-cirinya
 
 Pengertian menghindari sikap hasad
 https://wakalahmu.com/artikel/dunia-islam/pengertian-sifat-hasad-dan-cara-mendeteksinya

Anda mungkin juga menyukai