AKHLAK TERCELA
“HASAD”
Disusun oleh :
Kelompok 1
Nama Kelompok :
Ghina Fadhilah Ambryani
Gismi Herni Firsty
Qanyta Athirah Putri
Nayla Farras Shabira
Salwa Almagvira
AKHLAK TERCELA
Akhlak adalah suatu kebiasaan sikap dan perbuatan spontan dalam kehidu-
pan sehari-hari yang telah tertanam dalam jiwa seseorang. Secara umum,
akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhlak terpuji dan akhlak tercela. Akhlak ter-
puji adalah akhlak yang baik dan disukai oleh Allah Swt., sedangkan akhlak ter-
cela adalah akhlak yang buruk yang dibenci oleh Allah Swt. sehingga harus di-
hindari. Salah satu jenis akhlak tercela yaitu hasad, berikut ini adalah penje-
lasan tentang hasad.
HASAD
1. Pengertian Hasad
Hasad berasal dari bahasa Arab yang berarti iri, cemburu, dengki. Hasad
adalah perasaan tidak senang apabila melihat orang lain senang atau menda-
pat nikmat dan mengharapkan agar nikmat itu hilang atau pindah kepadanya.
Hasad salah satu sifat tercela yang harus dihindari karena selain dibenci Allah
Swt., sifat hasad juga menimbulkan ketidaknyamanan kepada orang lain. Allah
Swt. memerintahkan umat-nya untuk menjauhkan diri dari sikap tercela, ter-
masuk perilaku hasad. Larangan bersifat hasad terdapat dalam Q.S An-Nisa’
ayat 32 berikut.
Sifat hasad timbul dikarenakan merasa dirinya paling hebat dan tidak suka
jika ada orang yang menyaingi kehebatannya. Hasad berawal dari sikap tidak
menerima nikmat yang diberikan Allah Swt. kepadanya, karena ia melihat
orang lain diberi nikmat yang dianggap lebih besar. Hasad pun bisa timbul bila
seseorang menganggap dirinya lebih berhak mendapatkan nikmat dibanding
orang lain. Diantaranya yaitu:
5. Kesimpulan
Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh penyakit hasad ini sangat berdampak
negatif yang dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain; berdampak bagi
keimanan, bagi psikologis dan juga berdampak pada kesehatan si pelaku
maupun si korban. Oleh karena sifat hasad ini sebuah penyakit rohaniah yang
dikategorikan sebagai unsur-unsur tercela (mazmumah) dan akan menghapus
amalan kebaikan yang secara tidak langsung akan menutup qalbunya dari nur
ilahi, untuk itu perlu kiranya dilakukan upaya preventif (pencegahan). Namun
jika hal tersebut telah terjadi, maka harus dilakukan penanganan. Jika tidak,
pada diri seseorang telah dikuasai oleh penyakit hasad tersebut, maka ia akan
bertindak dengan cara yang salah dan di luar batasan kemanusiaan, sampai
tega melakukan pembunuhan serta perkara-perkara keji lainnya asalkan ia da-
pat memuaskan tuntutan hawa nafsunya.