Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Pertama:

َ‫ َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللاُ َوحْ َدهُ ال‬.‫ َوَأ ْم ُرهُ ْم بِتَ ْو ِح ْي ِد ِه َوطَا َعتِ ِه‬،‫ق لِ ِعبَا َدتِ ِه‬ َ ‫الخ ْل‬
َ ‫ق‬ َ َ‫ال َح ْم ُد هللِ الّ ِذي َخل‬
.ُ‫ َوَأ ْعظَ َمهُ ْم طَا َعةً لَه‬،ِ‫ق ُعبُو ِديَّةً هلل‬ ِ ‫الخ ْل‬
َ ‫ َأ ْك َم ُل‬،ُ‫ك لَهُ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬ َ ‫َش ِر ْي‬
َّ ‫ اِتَّقُ ْوا هللاَ َح‬،‫ فَيَااَيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن‬،‫ اَ َّما بَ ْع ُد‬.‫صلِّ َو َسلِّ ْم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحاِب ِه‬
‫ق‬ َ ‫اَللَّهُ َّم‬
‫هللا َج ِميعًا‬ِ ‫ص ُموا بِ َح ْب ِل‬ ِ َ‫ َوا ْعت‬:‫الى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‬ َ ‫تُقَاتِه َوالَتَ ُم ْوتُ َّن ِإالَّ َوَأنـْتُ ْم ُم ْسلِ ُم ْو َن فَقَ ْد قَا َل هللاُ تَ َع‬
‫ف بَي َْن قُلُوبِ ُك ْم فََأصْ بَحْ تُم ِبنِ ْع َمتِ ِه ِإ ْخ َوانًا‬ َ َّ‫ت هللاِ َعلَ ْي ُك ْم ِإ ْذ ُكنتُ ْم َأ ْع َدآ ًء فََأل‬
َ ‫َوالَ تَفَ َّرقُوا َو ْاذ ُكرُوا نِ ْع َم‬

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah


Waktu akan terus bergulir tanpa dapat dihentikan, meski hanya
sepersekian detik. Dan perlahan namun pasti, kita akan dibawa dalam
pergerakan waktu sampai maut yang memisahkan. Karenanya, pada
kesempatan hari Jumat ini mari kita manfaatkan dengan baik yakni
menjalankan perintah dan menjauhi yang dilarang.
Hal itulah yang disebut dengan takwa. Dengan demikian, takwa
menjadi bagian yang harus terus ditingkatkan dari waktu ke watu, dan
kesempatan hadir di majlis Jumat ini marilah kita gunakan untuk
introspeksi diri.

Jamaah Jumat yang Berbahagia


Kita masih berada di bulan Syawal. Dan di antara kalimat yang paling
mencolok dan berkumandang di mana-mana begitu Ramadhan
berakhir adalah takbir. Takbir secara bahasa berasal dari kata kabbara-
yukabbiru yang berarti membesarkan atau mengagungkan. Siapa yang
diagungkan? Tentu saja Dzat Yang Mahabesar, Allah Subhanallah Wa
Ta’ala (SWT).
Tentunya kita masih ingat bahwa takbir betul-betul mewarnai
peralihan masa dari Ramadhan menuju Syawal. Umat Islam di berbagai
tempat menghidupkan malam hari raya dengan takbir. Sejak malam
hingga pagi hari, sejumlah masjid dan mushala memnuhi kegiatan
dengan takbir.
Dalam shalat id pun kita dianjurkan menambah takbir 7 kali usai
takbiratul ihram dan 5 kali saat memasuki rakaat kedua. Para khatib
Idul Fitri disunahkan memulai khutbah pertama dengan takbir 9 kali
dan 7 kali pada khutbah kedua. Sementara dzikir yang paling
dianjurkan bagi jamaah dalam momen-momen tersebut adalah
melafalkan takbir.

Jamaah yang Dirahmati Allah


Takbir tentu lebih dari sekadar ucapan dan kata-kata. Di balik anjuran
menggemakan takbir ada perintah untuk menganggap setara, kecil,
rendah apa pun yang ada di alam fana ini karena yang Mahabesar
hanya Allah. Dialah penguasa jagat raya ini.
Tak ada satu urusan atau keberadaan pun yang luput dari genggaman-
Nya. Ini pula makna dari rabbul ‘alamin. Allah bukan saja Tuhan bagi
manusia melainkan Tuhan bagi seluruh eksistensi selain diri-Nya,
termasuk hewan, tumbuhan, jin, malaikat, planet-planet, atmosfer,
bumi, langit, surga, neraka, dan lain sebagainya.
Konsekuensi dari keyakinan semacam itu adalah timbulnya sikap
rendah hati. Mengecilkan segalanya, tak terkecuali kekayaan dan
jabatan, untuk semata-mata mengagungkan-Nya. Sikap ini sangat sulit
dilakukan karena musuh terberatnya bukan saja setan, melainkan juga
nafsu diri sendiri.
Orang mungkin saja terbebas dari keraguan mengimani keberadaan
Allah seyakin-yakinnya tapi belum tentu ia berhasil membesarkan-Nya
seagung-agungnya. Orang bisa saja sangat alim, rajin ibadah,
mengklaim membela agama, namun apakah ia sudah benar-benar
bersih dari menganggap lebih rendah orang lain, menganggap diri
sendiri lebih selamat dari yang lain?

Hadirin Rahimakumullah
Kita tahu, iblis terjerumus bukan karena ia ingkar atas keberadaan
Allah. Iblis tidak ateis. Mungkin soal ini keimanan, iblis melebihi
manusia biasa. Iblis terhempas ke neraka dan menjadi makhluk
terkutuk selamanya sebab menolak menghormati Nabi Adam lantaran
takabur. Hal ini sebagaimana terekam dalam surat Al-Baqarah ayat 34
sebagai berikut:

َ ‫ان ِم َن ْال َكافِ ِر‬


‫ين‬ َ ‫يس َأبَ ٰى َوا ْستَ ْكبَ َر َو َك‬
َ ِ‫َوِإ ْذ قُ ْلنَا لِ ْل َماَل ِئ َك ِة ا ْس ُج ُدوا آِل َد َم فَ َس َج ُدوا ِإاَّل ِإ ْبل‬

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat:


‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia
enggan dan takabur/sombong dan adalah ia termasuk golongan
makhluk yang kafir.
Takabur atau kesombongan telah menggelapkan iblis untuk mengakui
Adam sebagai makhluk Allah yang juga harus dihormati. Ketika Allah
mengeluarkan perintah sujud penghormatan tersebut lalu iblis
menyambutnya dengan penolakan, maka saat itulah iblis sedang
mengingkari kebesaran Allah.
Iblis membesarkan diri di hadapan Dzat Yang Mahabesar. Ia hanya
melihat kepada siapa ia hormat tapi tidak mempertimbangkan dari
siapa perintah hormat itu keluar.

Jamaah Rahimakumullah
Apa yang diperbuat iblis, bisa juga menimpa kita meski dalam skala dan
konteks yang berbeda. Allah, misalnya, telah memerintahkan kita
memuliakan manusia (QS Al-Isra: 70) dan tidak merusak lingkungan (QS
Al-A’raf: 56). Saat kita berperilaku sebaliknya, maka sejatinya kita
sedang meneladani jejak iblis yang durhaka.
Kita hanya percaya akan keberadaan Allah tapi “tidak percaya” akan
kebesaran dan kekuasan-Nya. Atau mungkin percaya namun berhenti
di mulut atau dalam kadar angan-angan belaka. Buah dari takbir adalah
mengecilkan diri sendiri untuk semata membesarkan Allah. Dampak
lazim dari suasana batin ini adalah tidak menganggap remeh hal-hal di
luar dirinya karena menyadari bahwa semua ini tak lain adalah hamba
Allah rabbul ‘alamin.

Jamaah yang Dimuliakan Allah


Rasulullah pernah menegur sahabat yang mempermainkan anak
burung hingga induknya merasa terganggu. Sikap mengasihi binatang
seperti ini hanya bisa dilakukan ketika seseorang tak lagi sibuk
membandingkan dirinya dengan binatang, tapi memandang lebih
dalam: siapa yang menciptakan binatang. Itu pula yang menjadi alasan
mengapa Nabi begitu pemaaf dan murah hati terhadap orang-orang
kafir yang pernah memusuhi, bahkan berupaya membunuh beliau; dan
kisah-kisah teladan lainnya.

Jamaah yang Berbahagia


Takbir Idul Fitri yang pernah dikumandangkan di awal Syawal
seyogianya mengantarkan kita pada introspeksi diri tentang sejauh
mana membesarkan Allah, sejauh mana pula mengenal Dia. Sebuah
takbir yang melunakkan hati kita untuk senantiasa berbuat baik kepada
siapa saja atau apa saja.

Dengan demikian, semoga takbir kita tidak hanya menggaung ke


angkasa tapi juga membumi dalam wujud cinta kepada sesama.
Wallahu a’lam.
‫ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل ِمنِّي‬
ِ ‫آن ْال َك ِري ِْم َونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِم َن ْاآليَا‬
ِ ْ‫ك هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُر‬ َ ‫ار‬ َ َ‫ب‬
‫ َوَأقُ ْو ُل قَ ْولِي هَ َذا فَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ال َع ِظ ْي َم ِإنَّهُ هُ َو ال َغفُ ْو ُر ال َّر ِحيْم‬،‫َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ ِإنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم‬

Baca Juga: Luapan Sungai Citanduy Rendam 517 Ha Sawah Warga,


Wagub Jabar : Perlu Ada Kolaborasi Selesaikan Masalah

Anda mungkin juga menyukai