Anda di halaman 1dari 11

Perlu diketahui, Khutbah Jumat singkat yang bagus ini dibuat oleh KH. Dn. Kholid Mas'ud.

‫ َوحْ َدهُ اَل‬،‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَل ِإل ٰـه ِإاَّل هللا‬،‫ت ْاللِّ َسا ِن‬
ِ ‫ َو َح َّذرهُ ِم ْن آفَا‬،‫ َعلَّ َمهُ ْالبَيَان‬، َ‫ق اِإْل ْن َسان‬ َ َ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ خَ ل‬
ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُمح َّمدًا َع ْب ُده‬،‫ْواب النِّيِ َران‬َ ‫ق َع ْنهُ َأب‬ ُ ِ‫ َوتُ ْغل‬،‫ْواب ْال ِجنَان‬
َ ‫ َشهَا َدةً تَ ْفتَ ُح لِقَاِئلهَا َأب‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫َش ِري‬
،‫ان‬ ْ ‫ َأ ْه َل ْالبِ ِّر َواِإْل ي َم‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه و َعلَ ٰى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه‬
َ ،‫ت َوالبُرهَان‬ ِ ‫ْجزَا‬ ِ ‫ ْال ُمؤيَّ ُد بِ ْال ُمع‬،ُ‫َو َرسُولُه‬
‫ َو َسلَّ َم تَ ْسلِ ًما َكثِيرا‬.

ُ‫ قا َل هللا‬.‫ب كال ِمكم‬ ِ ‫ واحْ ذروا ِمن عواق‬،‫تعالى تحفَّظوا ِمن ألسنتكم‬ ٰ ‫ َأيُّها النَّاس؛ اتَّقوا هللا‬:‫َأ َّما بَ ْع ُد‬
‫ُسب َْحانَهُ َوتَ َعالَ ٰى﴿يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا* يُصْ لِحْ لَ ُك ْم َأ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغفِرْ لَ ُك ْم‬
‫ فاتَّقوا هللا؛ عباد هللا‬.)71-70 ‫ـ‬:‫ (األحزاب‬.﴾ ‫َظي ًما‬ ِ ‫ُذنُوبَ ُك ْم َو َمن ي ُِط ْع هَّللا َ َو َرسُولَهُ فَقَ ْد فَازَ فَوْ ًزا ع‬
ُ‫﴿ َما يَ ْلفِظ‬. ‫ ويكتبُ فِي صحائفكم‬،‫صى عليكم‬ ٰ ْ‫فإن الكالم يُح‬ َّ ،‫وزنُوا كالمكم‬ ِ ،‫وتحفظوا ِمن ألسنتكم‬ ُّ
)18 :‫ِمن قَوْ ٍل ِإاَّل لَ َد ْي ِه َرقِيبٌ َعتِي ٌد﴾ ( ق‬
Kaum muslimin Rahimakumullah

Marilah kita selalu meningkatkan kadar ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Dengan berusaha
sekuat tenaga untuk mengerjakan apa yang telah diperintahkan Allah SWT. dan mencurahkan
sekuat tenaga meninggalkan segala apa yang dilarang Allah SWT.

Kaum muslimin Rahimakumullah

Salah satu bentuk perintah Allah yang harus kita laksanakan sebagai konsekwensi dari
ketaqwaan kita kepada Allah yaitu menjaga lisan dari segala hal yang menyebabkan kita
terjerumus kepada kekufuran dan kemusyrikan hingga mengakibatkan kita masuk neraka. Dalam
surat Qaf: 18 Allah berfirman:

‫َما يَ ْلفِظُ ِمن قَ ْو ٍل ِإاَّل لَ َد ْي ِه َرقِيبٌ َعتِي ٌد‬


Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang
selalu hadir. (Qaf: 18)

Penggunaan lafadz “ladaih” menunjukkan betapa dekatnya kedua malaikat yang mencatat amal
manusia yaitu Raqib dan Atit sehingga setiap perkataan yang keluar dari lisan manusia tidak
akan bisa lepas dari catatan keduanya (al-Nasafi: Madarik al-Tanzil wa Haqaiq al-Ta’wil: III,
365)

Kaum muslimin Rahimakumullah

Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang amat besar dan salah satu ciptaan Allah yang
menakjubkan, bentuknya kecil namun mempunyai peran yang sangat besar dalam ketaatan dan
kemaksiatan seseorang, bahkan kekufuran dan keimanan seseorang tidak akan bisa diketahui
dengan jelas kecuali dengan persaksian lisannya, dari lisannya seseorang akan diketahui seberapa
besar kwalitas keimanannya, dan dari lisannya pula seseorang akan diketahui identitas
kekufurannya.

Selain merupakan nikmat Allah, lisan juga merupakan salah satu ayat-ayat Allah yang
kepadanya Allah menunjukkan 2 jalan yaitu jalan kebaikan dan kejelekan, kebenaran dan jalan
kesesatan. Dalam surat al-Balad: 9-10 Allah berfirman:

‫َولِ َسانا ً َو َشفَتَي ِْن َوهَ َد ْينَاهُ النَّجْ َد ْي ِن‬


Lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Al-Balad: 9-10)

Lisan adalah raja atas semua anggota tubuh. Semua tunduk dan patuh kepadanya. Jika ia lurus,
niscaya semua anggota tubuh ikut lurus. Namun jika ia bengkok, maka bengkoklah semua
anggota tubuh. Nabi SAW bersabda:
ِ َّ‫ اِت‬:ُ‫ان فَتَقُ ْول‬
َ ِ‫ق هللاَ فِ ْينَا فَِإنَّ َمانَحْ ُن ب‬
‫ك فَِإ ِن‬ َ ‫ِإ َذاَأصْ بَ َح اب ُْن آ َد َم فَِإ َّن اَأْل ْع‬
َ ‫ضا َء ُكلَّهَا تُ َكفِّ ُر اللِّ َس‬
‫ت ا ْستَقَ ْمنَا َوِإ ِن ا ْع َو َججْ تَ اِ ْع َو َججْ نَا‬ َ ‫ا ْستَقَ ْم‬.
“Apabila anak cucu Adam masuk di waktu pagi hari, maka seluruh anggota badan tunduk kepada
lisan, seraya berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dalam menjaga hak-hak kami, karena kami
mengikuti-mu, apabila kamu lurus, maka kami pun lurus, dan apabila kamu bengkok, maka kami
pun bengkok’.” (HR. al-Tirmidzi dan Ahmad)

Seorang manusia bisa masuk surga disebabkan lisannya. Apabila benar lisannya, maka dia akan
mendapatkan pahala, dan sebaliknya bila salah maka dia mendapatkan dosa. Lisan manusia bisa
mewujudkan dzikir, tasbih, dan tahlil, atau membaca al-Qur`an, atau ucapan amar ma’ruf nahi
munkar, berbuat baik kepada manusia, dan mengajak mereka kepada kebaikan. Lisan adalah
salah satu nikmat Allah jika dipergunakan oleh hamba untuk kebaikan, petunjuk dan keshahihan.

Kaum muslimin Rahimakumullah

Lisan senang mengembara ke tempat yang tak bertujuan, lahannya sangat luas tidak terbatas dan
bertepi. Ia memiliki peran yang sangat besar di lahan kebajikan dan lahan keburukan. Maka
barangsiapa yang mengumbar lisannya dengan bebas dan tidak mau mengendalikannya, maka
setan akan menggiringnya ke dalam segala sesuatu yang dia ucapkan.Lalu menyeretnya ke
jurang kehancuran, dan selanjutnya jatuh ke dalam kebinasaan.

Tidak ada seorang pun yang dapat selamat dari tergelincirnya lisan kecuali orang-orang yang
mau mengendalikannya dengan tali kekang syariat, sehingga lisannya tidak mengucapkan
kecuali sesuatu yang memberi manfaat di dunia dan di akhirat. Imam Abi Dawud meriwayatkan
bahwa suatu ketika Aisyah mengatakan tentang shafiyah kepada Rasulullah:

‫ت بِ َما ِء ْالبَحْ ِر‬ ِ ‫ لَقَ ْد قُ ْل‬:‫ال‬


ْ ‫ت َكلِ َمةً لَ ْو ُم ِز َج‬ ِ َ‫ تَ ْعنِ ْي ق‬،‫صفِيَّةَ َك َذا َو َك َذا‬
َ َ‫ فَق‬،ً‫صي َْرة‬ َ ‫ك ِم ْن‬
َ ُ‫َح ْسب‬
ُ‫لَ َم َز َج ْته‬.
“Cukuplah bagi baginda bahwa Shafiyah itu orangnya begini, begini. ”Maksudnya tubuhnya
pendek. Maka Nabi bersabda kepadanya, “Engkau telah mengucapkan suatu perkataan yang bila
dicampur dengan air laut niscaya dia akan merubahnya.” (HR. Abu Dawud)

Terkait dengan keharusan menjaga lisan ini Imam an-Nawawi menyatakan: “Ketahuilah bahwa
setiap mukallaf harus menjaga lisannya dari semua perkataan kecuali perkataan yang di
dalamnya terdapat kemaslahatan yang jelas. Dan ketika perkataan itu mubah, sedangkan dalam
meninggalkannya terdapat maslahat maka disunahkan untuk menahan diri darinya. Karena
terkadang perkataan yang mubah akan menyeret manusia menuju keharaman atau kemakruhan,
bahkan ini menjadi hal yang umum di dalam adat kebiasaan, sedangkan keselamatan maka tidak
ada sesuatu pun yang menyamainya.” Rasulullah saw bersabda

ْ ‫ان يُْؤ ِم ُن ِباهلل َو ْاليَ ْو ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليَقُلْ َخ ْيرًا َأ ْولِيَصْ ُم‬


‫ت‬ َ ‫ َم ْن َك‬.
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hen-daklah dia berkata baik atau
diam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Hadits yang disepakati keshahihannya ini merupakan nash yang sharih, bahwasanya tidak
seharusnya seseorang berbicara melainkan apabila perkataan tersebut baik, yaitu yang tampak
jelas maslahatnya, dan ketika ragu tentang kejelasan maslahatnya, maka janganlah berbicara.

Al-Imam asy-Syafii berkata, “Apabila seseorang ingin berbicara, maka hendaklah dia berpikir
terlebih dahulu sebelum berbicara, apabila telah jelas maslahatnya, maka dia berbicara, dan
apabila ragu-ragu, maka dia tidak berbicara sampai jelas maslahatnya”.Imam asy-Syafii juga
pernah berpesan kepada muridnya ar-Rabi, “Wahai ar-Rabi, janganlah kamu berbicara tentang
perkara yang tidak penting bagimu, karena apabila kamu berbicara satu kata, maka ia akan
memilikimu, sedangkan kamu tidak dapat memilikinya.

Kaum muslimin Rahimakumullah


Ketahuilah bahwa ghibah termasuk perbuatan yang paling buruk dan paling tersebar di antara
manusia, sehingga mereka tidak selamat darinya melainkan hanya segelintir orang saja. Batasan
ghibah yaitu engkau memperbincangkan saudaramu dengan sesuatu yang jika hal itu didengar
atau sampai ke telinganya, maka dia merasa tidak senang, baik itu mengenai badan, nasab,
perilaku, perbuatan, ucapan atau dalam urusan agamanya, bahkan sampai pakaian yang dia
kenakan, rumah tinggal, dan kendaraannya. Di dalam Shahih Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan
at-Tirmidzi dan Sunan an-Nasa`i: dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ْت‬َ ‫ َأفَ َرَأي‬:‫ قِ ْي َل‬.ُ‫ك بِ َما يَ ْك َره‬َ ‫ُك َأ َخا‬ َ ‫ ِذ ْكر‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫ هللاَ َو َرس ُْولُهُ َأ ْعلَ ُم‬:‫َأتَ ْدر ُْو َن َما ْال ِغ ْيبَةُ ؟ قَالُ ْوا‬
‫ان فِ ْي ِه َما تَقُ ْو ُل فَقَ ِد ا ْغتَ ْبتَهُ َوِإ ْن لَ ْم يَ ُك ْن فِ ْي ِه َما تَقُ ْو ُل‬
َ ‫ ِإ ْن َك‬:‫ال‬ َ َ‫ان فِي َأ ِخ ْي َماَأقُ ْو ُل ؟ ق‬ َ ‫ِإ ْن َك‬
ُ‫فَقَ ْد بَهَتَّه‬.
Apakah kalian mengetahui, apakah ghibah itu?”Mereka menjawab, “Allah dan RasulNya lebih
mengetahui.”Beliau bersabda, “Kamu menyebutkan tentang saudaramu dengan sesuatu yang
tidak dise-nanginya. Dikatakan kepada beliau, “Bagaimana pendapatmu bila pada saudaraku
memang benar ada yang aku ucapkan? ”Beliau ber-sabda, “Jika pada dirinya benar ada yang
kamu ucapkan, maka kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, dan jika pada dirinya tidak
terdapat sesuatu yang kamu ucapkan, maka kamu telah melakukan tuduhan dusta terhadapnya.”
(HR. Muslim)

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

:‫ت‬ ُ ‫ورهُ ْم فَقُ ْل‬


َ ‫ص ُد‬
ُ ‫ون ُوجُوهَهُ ْم َو‬َ ‫س يَ ْخ ِم ُش‬
ٍ ‫ظفَا ٌر ِم ْن نُ َحا‬ ْ ‫ت بِقَ ْو ٍم لَهُ ْم َأ‬
ُ ْ‫لَ َّما ُع ِر َجبِي َم َرر‬
‫ض ِه ْم‬ِ ‫ُون فِي َأ ْع َرا‬ َ ُ‫ين يَْأ ُكل‬
ِ َّ‫ون لُحُو َم الن‬
َ ‫اس َويَقَع‬ َ ‫ هَُؤ ال ِء الَّ ِذ‬:‫ال‬ َ َ‫َم ْن هَُؤ ال ِء يَا ِجب ِْري ُل ؟ ق‬
Ketika saya diangkat (pada peristiwa isra’ mi’raj), maka saya melewati kaum yang memiliki
kuku dari tembaga.Mereka mencakar wajah dan dada mere-ka.Saya bertanya, ‘Siapakah mereka
wahai Jibril?’Jibril menjawab, ‘Mereka adalah kaum yang memakan daging manusia
(maksudnya melakukan ghibah), dan merusak kehormatan mereka’.”(HR. Abu Dawud)

Dalam hadits ini digambarkan dengan jelas bahwa Allah akan menghukum orang yang
melakukan ghibah. Mereka digambarkan sebagai orang yang memakan daging manusia. Di
akhirat nanti, mereka mencakar wajah dan dada mereka.

Kaum muslimin Rahimakumullah

Sebuah kritikan yang tajam, namun dibungkus dengan tutur kata yang halus lebih bisa diterima
oleh orang yang dikritik. Dan sebaliknya, penyampaian dakwah kebenaran secara vulgar dan
kasar kepada umat manusia terkadang akan berakibat sebaliknya. Metode tersebut tidak hanya
kurang efektif, bahkan bisa memunculkan sikap antipati dari objek dakwah. Allah memberikan
dalam kelembutan, sesuatu yang tidak diberikanNya dalam kekerasan.

Inti dakwah Islam adalah saling nasihat menasihati, nasihat bagi Allah, Rasulullah, para
pemimpin, dan kaum muslimin. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tolonglah saudaramu yang
zhalim dan dizhalimi.” Dan cara menolong saudara yang zhalim adalah menasihatinya agar tidak
melakukan kezhaliman dan kemungkaran. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ُ‫ع ِم ْن َش ْي ٍء ِإاَّل َشانَه‬ َ ‫ِإ َّن الرِّ ْف‬.


ُ ‫ق اَل يَ ُك ْو ُن فِي َش ْي ٍء ِإاَّل َزانَهُ َواَل يُ ْن َز‬
Sesungguhnya kelembutan, tidaklah terdapat pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya, dan
tidaklah ia terlepas dari sesuatu melainkan ia akan menodainya (HR. Muslim)

‫ت َأقُ ْو ُل قَ ْولِي هَذا َأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ِإنّهُ هُ َو ْال َغفُ ْو ُر ال ّر ِحي ِْم‬
ِ ‫وا ْال َخي َْرا‬
ْ ُ‫فَا ْستَبِق‬
Khutbah Jum'at: BAHAYA LISAN
 

‫ّن الْ َح ْمدَ هَّلِل ِ حَن ْ َمدُ ُه َون َ ْس َت ِع ْي ُن ُه َون َ ْس َت ْغ ِف ُر ُه َون َ ُع ْو ُذ اِب ِهلل ِم ْن رُش ُ ْو ِر‬
َ‫هللا فَ َال ُم ِض ّل هَل ُ َو َم ْن يُ ْض ِل ْل فَال‬ ِ ِ ِ َ ‫مْع‬ ِ ِ ُ ‫ِإ‬
ُ ‫َأنْفسنَا َو َسيَّئات َأ النَا َم ْن هَي ْده‬
ُ ‫هللا َوَأ ْشهَدُ َأ ّن ُم َح ّمدً ا َع ْبدُ ُه َو َر ُس ْوهُل‬ ُ ‫َها ِد َي هَل ُ َأ ْشهَدُ َأ ْن َال َهل ّال‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
ِ ِ
‫ ُم ْس ِل ُم ْو َن‬Aْ ‫هللا َح ّق تُ َقاته َو َال تَ ُم ْوتُ ّن ّال َوَأنْمُت‬ َ ‫اَي َأهّي َا اذّل َ ْي َن آ َمنُ ْوا ات ّ ُقوا‬
‫ِإ‬
‫اَي َأهّي َا النَ ُاس ات ّ ُق ْوا َربّمُك ُ اذّل ِ ي َخلَ َقمُك ْ ِم ْن ن َ ْف ٍس َوا ِحدَ ة َو َخل َق مهْن َا‬
ِ َ ٍ
‫هللا اذَل ِ ي ت َ َس َاءلُ ْو َن‬ َ ‫َز ْوهَج َ ا َوب َ ّث ِمهْن ُ َما ِر َجا ًال َك ِثرْي ً ا َو ِن َس ًاء َوات ّ ُقوا‬
َ ‫ِب ِه َو ْاَأل ْر َحا َم ّن‬
‫ َر ِق ْي ًبا‬Aْ ‫هللا اَك َن عَلَ ْيمُك‬
‫هللا َوقُ ْولُ ْوا قَ ْو ًال َس ِديْدً ا يُ ْص ِل ْح لَمُك ْ َأمْع َ الَ ْمُك‬ ‫ِإ‬
َ ‫اَي َأهّي َا اذّل ِ ْي َن آ َمنُ ْوا ات ّ ُقوا‬
A،‫هللا َو َر ُس ْوهَل ُ فَ َق ْد فَ َاز فَ ْو ًزا َع ِظ ْي ًما‬ َ ِ ‫َوي َ ْغ ِف ْرلَمُك ْ ُذن ُْوبَمُك ْ َو َم ْن يُ ِطع‬
… ُ‫َأ ّما ب َ ْعد‬
Kaum muslimin Rahimakumullah

            Marilah kita selalu meningkatkan kadar


ketaqwaan  kita kepada Allah SWT. Dengan berusaha
sekuat tenaga untuk mengerjakan apa yang telah
diperintahkan Allah SWT. dan mencurahkan sekuat tenaga
meninggalkan segala apa yang dilarang Allah SWT. 

Kaum muslimin Rahimakumullah

Salah satu bentuk perintah Allah yang harus kita


laksanakan sebagai konsekwensi dari ketaqwaan kita
kepada Allah yaitu menjaga lisan dari segala hal yang
menyebabkan kita terjerumus kepada kekufuran dan
kemusyrikan hingga mengakibatkan kita masuk neraka.
Dalam surat Qaf: 18 Allah berfirman: 

‫يب َعتِي ٌد‬ِ‫ظ ِمن َقو ٍل ِإاَّل لَ َدي ِه رق‬


ُ ِ ‫ما ي ْل‬
‫ف‬
ٌ َ ْ ْ َ َ
Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada
di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir. (Qaf: 18)

Penggunaan lafadz “ladaih” menunjukkan betapa dekatnya


kedua malaikat yang mencatat amal manusia yaitu Raqib
dan Atit sehingga setiap perkataan yang keluar dari lisan
manusia tidak akan bisa lepas dari catatan keduanya (al-
Nasafi: Madarik al-Tanzil wa Haqaiq al-Ta’wil: III, 365)

Kaum muslimin Rahimakumullah

Lisan merupakan salah satu nikmat Allah yang amat besar


dan salah satu ciptaan Allah yang menakjubkan,
bentuknya kecil namun mempunyai peran yang sangat
besar dalam ketaatan dan kemaksiatan seseorang, bahkan
kekufuran dan keimanan seseorang tidak akan bisa
diketahui dengan jelas kecuali dengan persaksian
lisannya, dari lisannya seseorang akan diketahui seberapa
besar kwalitas keimanannya, dan dari lisannya pula
seseorang akan diketahui identitas kekufurannya.

            Selain merupakan nikmat Allah, lisan juga


merupakan salah satu ayat-ayat Allah yang kepadanya
Allah menunjukkan 2 jalan yaitu jalan kebaikan dan
kejelekan, kebenaran dan jalan kesesatan. Dalam surat al-
Balad: 9-10 Allah berfirman: 

‫َو ِل َسا ًان َو َش َفتَنْي ِ َو َهدَ يْنَا ُه النَّ ْجدَ ْي ِن‬


Lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan
kepadanya dua jalan.” (Al-Balad: 9-10)

Lisan adalah raja atas semua anggota tubuh. Semua


tunduk dan patuh kepadanya. Jika ia lurus, niscaya
semua anggota tubuh ikut lurus. Namun jika ia bengkok,
maka bengkoklah semua anggota tubuh. Nabi SAW
bersabda:

َ ‫ ِات َِّق‬:‫َذاَأ ْص َب َح ا ْب ُن آ َد َم فَ َّن اَأْلعْضَ َاء لُك َّهَا تُ َك ِفّ ُر ال ِل ّ َس َان فَتَ ُق ْو ُل‬
‫هللا ِف ْينَا‬
ِ ‫ِإ‬ ‫حَن‬ ‫ِإ‬
.‫فَ ن َّ َما ْ ُن ب َِك فَ ِن ْاس َت َق ْم َت ا ْس َت َق ْمنَا َو ِن اع َْو َج ْج َت اع َْو َج ْجنَا‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Apabila anak cucu Adam masuk di waktu pagi hari, maka
seluruh anggota badan tunduk kepada lisan, seraya
berkata, ‘Bertakwalah kepada Allah dalam menjaga hak-
hak kami, karena kami mengikuti-mu, apabila kamu lurus,
maka kami pun lurus, dan apabila kamu bengkok, maka
kami pun bengkok’.” (HR. al-Tirmidzi dan Ahmad)

Seorang manusia bisa masuk surga disebabkan lisannya.


Apabila benar lisannya, maka dia akan mendapatkan
pahala, dan sebaliknya bila salah maka dia mendapatkan
dosa. Lisan manusia bisa mewujudkan dzikir, tasbih, dan
tahlil, atau membaca al-Qur`an, atau ucapan amar ma’ruf
nahi munkar, berbuat baik kepada manusia, dan
mengajak mereka kepada kebaikan. Lisan adalah salah
satu nikmat Allah jika dipergunakan oleh hamba untuk
kebaikan, petunjuk dan keshahihan.

Kaum muslimin Rahimakumullah

Lisan senang mengembara ke tempat yang tak bertujuan,


lahannya sangat luas tidak terbatas dan bertepi. Ia
memiliki peran yang sangat besar di lahan kebajikan dan
lahan  keburukan. Maka barangsiapa yang mengumbar
lisannya dengan bebas dan tidak mau mengendalikannya,
maka setan akan menggiringnya ke dalam segala sesuatu
yang dia ucapkan.Lalu menyeretnya ke jurang
kehancuran, dan selanjutnya jatuh ke dalam kebinasaan.

Tidak ada seorang pun yang dapat selamat dari


tergelincirnya lisan kecuali orang-orang yang mau
mengendalikannya dengan tali kekang syariat, sehingga
lisannya tidak mengucapkan kecuali sesuatu yang
memberi manfaat di dunia dan di akhirat. Imam Abi
Dawud meriwayatkan bahwa suatu ketika Aisyah
mengatakan tentang shafiyah kepada Rasulullah:

ِ ‫ لََق ْد ُق ْل‬:‫ال‬
‫ت‬ ِ َ‫ َتعيِن ق‬،‫ك ِمن ص ِفيَّةَ َك َذا و َك َذا‬
َ ‫ َف َق‬،‫صْيَر ًة‬ َ ‫ب‬ ‫س‬ ‫ح‬
ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ
.ُ‫ت مِب َ ِاء الْبَ ْح ِر لَ َمَز َجْته‬ ِ
ْ َ ُ ْ ً َ ‫َكل‬
‫ج‬‫ز‬ ‫م‬ ‫و‬‫ل‬
َ ‫ة‬‫م‬ ِ
“Cukuplah bagi baginda bahwa Shafiyah itu orangnya
begini, begini. ”Maksudnya tubuhnya pendek. Maka Nabi
bersabda kepadanya, “Engkau telah mengucapkan suatu
perkataan yang bila dicampur dengan air laut niscaya dia
akan merubahnya.” (HR. Abu Dawud)

Terkait dengan keharusan menjaga lisan ini Imam an-


Nawawi menyatakan: “Ketahuilah bahwa setiap mukallaf
harus menjaga lisannya dari semua perkataan kecuali
perkataan yang di dalamnya terdapat kemaslahatan yang
jelas. Dan ketika perkataan itu mubah, sedangkan dalam
meninggalkannya terdapat maslahat maka disunahkan
untuk menahan diri darinya. Karena terkadang perkataan
yang mubah akan menyeret manusia menuju keharaman
atau kemakruhan, bahkan ini menjadi hal yang umum di
dalam adat kebiasaan, sedangkan keselamatan maka tidak
ada sesuatu pun yang menyamainya.” Rasulullah saw
bersabda

.‫َم ْن اَك َن يُْؤ ِم ُن اِب هلل َوالْ َي ْو ِم اآْل ِخ ِر فَلْ َي ُق ْل َخرْي ً ا َأ ْو ِل َي ْص ُم ْت‬
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,
maka hen-daklah dia berkata baik atau diam.” (HR. al-
Bukhari dan Muslim)

Hadits yang disepakati keshahihannya ini merupakan


nash yang sharih, bahwasanya tidak seharusnya
seseorang berbicara melainkan apabila perkataan tersebut
baik, yaitu yang tampak jelas maslahatnya, dan ketika
ragu tentang kejelasan maslahatnya, maka janganlah
berbicara.

Al-Imam asy-Syafii berkata, “Apabila seseorang ingin


berbicara, maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu
sebelum berbicara, apabila telah jelas maslahatnya, maka
dia berbicara, dan apabila ragu-ragu, maka dia tidak
berbicara sampai jelas maslahatnya”.Imam asy-Syafii juga
pernah berpesan kepada muridnya ar-Rabi, “Wahai ar-
Rabi, janganlah kamu berbicara tentang perkara yang tidak
penting bagimu, karena apabila kamu berbicara satu kata,
maka ia akan memilikimu, sedangkan kamu tidak dapat
memilikinya.

Kaum muslimin Rahimakumullah

Ketahuilah bahwa ghibah termasuk perbuatan yang paling


buruk dan paling tersebar di antara manusia, sehingga
mereka tidak selamat darinya melainkan hanya segelintir
orang saja. Batasan ghibah yaitu engkau
memperbincangkan saudaramu dengan sesuatu yang jika
hal itu didengar atau sampai ke telinganya, maka dia
merasa tidak senang, baik itu mengenai badan, nasab,
perilaku, perbuatan, ucapan atau dalam urusan
agamanya, bahkan sampai pakaian yang dia kenakan,
rumah tinggal, dan kendaraannya. Di dalam Shahih
Muslim, Sunan Abi Dawud, Sunan at-Tirmidzi dan Sunan
an-Nasa`i: dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫ ِذ ْكُر َك‬:‫ال‬ َ َ‫ ق‬،‫َأعلَ ُم‬ ْ ُ‫ اهللَ َو َر ُس ْولُه‬:‫َأتَ ْد ُر ْو َن َما الْغِْيبَةُ ؟ قَالُْوا‬


َ َ‫َأخ ْي َماَأُق ْو ُل ؟ ق‬
:‫ال‬ ِ ‫ َأَفرَأيت ِإ ْن َكا َن يِف‬:‫ قِيل‬.‫اك مِب َا ي ْكره‬
َ ْ َ َ ْ ُ َ َ َ ‫َأخ‬ َ
‫ِإ ْن َكا َن فِْي ِه َما َت ُق ْو ُل َف َق ِد ا ْغتَْبتَهُ َوِإ ْن مَلْ يَ ُك ْن فِْي ِه َما َت ُق ْو ُل‬
.ُ‫َف َق ْد َب َهتَّه‬
Apakah kalian mengetahui, apakah ghibah itu?”Mereka
menjawab, “Allah dan RasulNya lebih mengetahui.”Beliau
bersabda, “Kamu menyebutkan tentang saudaramu dengan
sesuatu yang tidak dise-nanginya. Dikatakan kepada
beliau, “Bagaimana pendapatmu bila pada saudaraku
memang benar ada yang aku ucapkan? ”Beliau ber-sabda,
“Jika pada dirinya benar ada yang kamu ucapkan, maka
kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, dan jika pada
dirinya tidak terdapat sesuatu yang kamu ucapkan, maka
kamu telah melakukan tuduhan dusta terhadapnya.” (HR.
Muslim)

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ٍ َ‫ت بَِق ْوٍم هَلُ ْم َأظْ َف ٌار ِم ْن حُن‬


‫اس خَيْ ِم ُشو َن‬ ُ ‫لَ َّما عُ ِر َجيِب َمَر ْر‬
:‫ال‬
َ َ‫يل ؟ ق‬ ِ ‫الء ي‬
ِ‫اجرْب‬ ِ ‫ من ه‬:‫ َف ُق ْلت‬ ‫ وصدورهم‬ ‫وجوههم‬
ُ َ ‫ُ َ ْ َ ُؤ‬ ْ ُ َ ُُ َ ْ َُ ُ ُ
ِ ‫َأعر‬
‫اض ِه ْم‬ ‫يِف‬ ‫ن‬‫و‬‫ع‬ ‫ق‬ ‫ي‬ ‫و‬ ِ
‫َّاس‬ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫وم‬ ‫ن‬ ‫و‬ ‫ل‬ ‫ك‬‫ْأ‬ ‫ي‬ ‫ين‬‫ذ‬ِ َّ
‫ل‬ ‫ا‬ ِ
‫الء‬
َْ َ ُ ََ َ ‫حُل‬
َُ َ ََُ ُ ‫َهُؤ‬
Ketika saya diangkat (pada peristiwa isra’ mi’raj), maka
saya melewati kaum yang memiliki kuku dari
tembaga.Mereka mencakar wajah dan dada mere-ka.Saya
bertanya, ‘Siapakah mereka wahai Jibril?’Jibril menjawab,
‘Mereka adalah kaum yang memakan daging manusia
(maksudnya melakukan ghibah), dan merusak kehormatan
mereka’.”(HR. Abu Dawud)

Dalam hadits ini digambarkan dengan jelas bahwa Allah


akan menghukum orang yang melakukan ghibah. Mereka
digambarkan sebagai orang yang memakan daging
manusia. Di akhirat nanti, mereka mencakar wajah dan
dada mereka.

Kaum muslimin Rahimakumullah

Sebuah kritikan yang tajam, namun dibungkus dengan


tutur kata yang halus lebih bisa diterima oleh orang yang
dikritik. Dan sebaliknya, penyampaian dakwah kebenaran
secara vulgar dan kasar kepada umat manusia terkadang
akan berakibat sebaliknya. Metode tersebut tidak hanya
kurang efektif, bahkan bisa memunculkan sikap antipati
dari objek dakwah. Allah memberikan dalam kelembutan,
sesuatu yang tidak diberikanNya dalam kekerasan.

Inti dakwah Islam adalah saling nasihat menasihati,


nasihat bagi Allah, Rasulullah, para pemimpin, dan kaum
muslimin. Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tolonglah
saudaramu yang zhalim dan dizhalimi.” Dan cara menolong
saudara yang zhalim adalah menasihatinya agar tidak
melakukan kezhaliman dan kemungkaran. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

‫ ِم ْن َشي ٍء ِإاَّل‬ ُ‫ َواَل يُْنَزع‬ ُ‫ ِإاَّل َزانَه‬ ‫الرفْ َق اَل يَ ُك ْو ُن يِف َشي ٍء‬
ِّ ‫ن‬َّ ‫ِإ‬
ْ ْ
.ُ‫َشانَه‬
Sesungguhnya kelembutan, tidaklah terdapat pada sesuatu
melainkan ia akan menghiasinya, dan tidaklah ia terlepas
dari sesuatu melainkan ia akan menodainya (HR. Muslim)

‫هللا يِل َولَمُك ْ يِف ال ُق ْرأ ِن ال َع ِظمْي ِ َون َ َف َعيِن َو ِااَّي مُك ْ ِب َما ِف ْي ِه ِم َن‬ ُ ‫اَب َر َك‬
‫هللا ِميِّن َو ِمنْمُك ْ ِتاَل َوتَ ُه ِان َّ ُه ه َُو‬ ُ ‫ا َالاَي ِت َو ِذ ْك ِراحل َ ِكمْي ِ َو تَ َقبَّ َل‬
ِ ‫ال َّس ِم ْي ُع ال َع ِلمْي‬
‫ ِان َّ ُه ه َُو ال َغ ُف ْو ُر‬, ْ ‫هللا ال َع ِظمْي يِل َولَمُك‬ َ ‫هذا َوا ْس َت ْغ ِف ُر‬ َ ‫َاقُ ْو ُل قَ ْويِل‬
ِ ‫َّالر ِحمْي‬
Khutbah Kedua:

،ُ‫ي لَ ْواَل َأ ْن َه َدانَا اهلل‬ ِ ‫هلل الَّ ِذي ه َدانَا هِل َذا وما ُكنَّا لِنهت‬
‫د‬ ِ ‫احْلَ ْم ُد‬
َ َْ َ ََ َ ْ
َّ ‫ك احْلَ ُّق الْ ُمبِنْي ُ َوَأ ْش َه ُد‬
‫َأن حُمَ َّم ًدا َعْب ُد ُه‬ ِ‫َأ ْشه ُد َأ ْن اَل ِإله ِإاَّل اهلل الْمل‬
ُ َ ُ َ َ
‫َأص َحابِِه َو َم ْن‬ ‫و‬ ِِ‫ اللّه َّم فَص ِّل علَى حُم َّم ٍد وآل‬، ‫اَأْلم‬
‫ه‬ ِ ‫ص ِاد ُق الْو ْع ِد‬
ْ َ َ َ َ َ ُ ُ ‫نْي‬ َ َ
ِ ‫ فَُأو ِصييِن وِإيَّا ُكم بَِت ْقوى‬،‫ ََّأما بع ُد‬،‫تَبِعه ِإىَل يوِم الدِّي ِن‬
‫اهلل َح َّق‬ َ ْ َ ْ ْ َْ ْ َْ ُ َ
‫ ُت َقاتِِه لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْرمَحُْو َن‬،
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Melalui khutbah kedua ini, marilah sejenak menengadah


kehadirat Allah dengan khusyuk. Semoga dalam menjalani
roda kehidupan, selalu dalam naungan dan perkenan
Allah SWT.

Ya Allah, berikanlah kekuatan iman dan Islam kepada


kami. Tuntunlah setiap langkah kami di jalan kasih-Mu.
Curahkanlah segala rahmat dan karunia-Mu kepada
keluarga dan anak-anak kami.

Duhai Tuhan yang Maha menetap, yang Maha agung, dan


Maha perkasa, Engkaulah yang Maha tahu, ampunilah
kesalahan kelam kami selama ini, tutupi seburuk apapun
aib-aib kami, bukakan lembaran-lembaran baru nan
bersih yang dapat membasuh lembaran hitam di masa lalu
kami. Amin.

‫ت َعلَى ِإْبَر ِاهْي َم‬ ‫ي‬


َ َْ ََّ
‫ل‬ ‫ص‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ك‬َ ٍ ‫اَللَّه َّم صل علَى حُم َّم ٍد وعلَى ِآل حُم َّم‬
‫د‬ َ َ َ َ َ ِّ َ ُ
‫ت‬ ‫ك‬
ْ ‫ار‬ ‫ب‬ ‫ا‬ ‫م‬‫ك‬َ ٍ ‫ وبا ِر ْك علَى حُم َّم ٍد وعلَى ِآل حُم َّم‬.‫وعلَى ِآل ِإبر ِاهيم‬
‫د‬
َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َْ ََ
‫ك مَحِ ْي ٌد جَمِ ْي ٌد‬ َّ
‫ن‬ ‫ِإ‬ ، ‫م‬‫ي‬ ِ ‫علَى ِإبر ِاهيم وعلَى ِآل ِإبر‬.
‫اه‬
َ َ ْ َْ َ َ َ ْ َْ َ
‫َأصلِ ْح لَنَا ُد ْنيَانَا‬ ‫و‬ ،‫ا‬
ْ َ ْ َ ْ َُ َْ‫ن‬ ِ
‫ر‬ ‫َأم‬ ‫ة‬
ُ ‫م‬ ‫ص‬ ِ ‫اَللَّه َّم َأصلِح لَنَا ِديَننَا الَّ ِذي هو‬
‫ع‬ ْ ْ ْ ُ
‫ِإ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اج َع ِل‬‫الَّيِت ْ فْ َ َ َ ُ َ َ ْ ْ َ َ ََ ْ ْ َ َ َ ُ َ َ ْ‬
‫و‬ ‫ا‪،‬‬ ‫ن‬ ‫اد‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬‫َ‬‫ل‬ ‫َّ‬
‫يِت‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ت‬ ‫ر‬ ‫آخ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ل‬
‫َ‬ ‫ح‬ ‫ل‬ ‫َأص‬ ‫و‬ ‫ا‪،‬‬ ‫ن‬ ‫اش‬ ‫ع‬ ‫م‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬
‫احةً لَنَا ِم ْن ُك ِّل‬ ‫ت َر َ‬ ‫اج َع ِل الْ َم ْو َ‬ ‫احْلَيَا َة ِزيَ َاد ًة لَنَا يِف ْ ُك ِّل َخرْيٍ ‪َ ،‬و ْ‬
‫ان َوالَجَتْ َعل ْيِف‬ ‫َشٍّر‪ .‬ربَّنَا ا ْغ ِفر لَنَا وِإل خوانِنَا الَّ ِذين سب ُقونَا بِاِْإل مْيَ ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ َ ََ ْ‬ ‫ْ َ َْ‬ ‫َ‬
‫ف َّر ِحْي ٌم‬ ‫ِ‬
‫ك َرءُ ْو ٌ‬ ‫‪ُ .‬قلُ ْوبِنَا ِغالًّ لِّلَّذيْ َن ءَ َامُن ْوا َربَّنَا ِإنَّ َ‬
‫اب النَّا ِر‪.‬‬ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫اآلخر ِة حسنةً و قِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫يف‬ ‫و‬ ‫ة‬ ‫ن‬ ‫س‬ ‫ح‬ ‫ا‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ُّ‬
‫الد‬ ‫ِ‬
‫يف‬ ‫ا‬ ‫ِ‬
‫َ‬
‫َ َ ََ َ َ َ َ‬ ‫َ َ ًََ َ‬ ‫ْ‬ ‫َربَّنَا آتَ‬
‫ن‬
‫ت‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫َأ‬ ‫ك‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ِإ‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫ي‬‫َ‬‫ل‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ُ‬‫ت‬ ‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫م‬ ‫ي‬‫الس ِميع العلِ‬ ‫َّ‬ ‫ت‬ ‫ن‬
‫ْ‬ ‫َأ‬ ‫ك‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ِإ‬ ‫َّا‬
‫ن‬ ‫ربَّنَا َت َقبَّل ِ‬
‫م‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُْ َ ُْ َ ْ َ ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫ص ُف ْو َن َو َسالٌَم‬ ‫ب العَِّز ِة ع َّما ي ِ‬ ‫ر‬ ‫ِ‬
‫َ َ‬ ‫ِّ‬ ‫الر ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ‬
‫ك‬ ‫ب‬
‫ِّ‬ ‫ر‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫ا‬‫ح‬ ‫ب‬ ‫س‬ ‫‪،‬‬ ‫م‬ ‫ي‬ ‫ح‬ ‫اب َّ‬ ‫الت ََّّو ُ‬
‫ب العالَ ِ‬
‫م‬ ‫ِّ‬ ‫ر‬ ‫علَى املرسلِ ‪ ،‬و احلم ُد لِ ِ‬
‫له‬
‫َ َ نْي َ‬ ‫َ ُْ َ نْي َ َ َ ْ‬

Anda mungkin juga menyukai