Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jumat Akhir Ramadhan 1443 H

Merdeka dan Mulia Dengan Keimanan


Oleh: Umarulfaruq Abubakar, Lc. M.HI.

‫السالم عليكم ورمحة هللا وبركاته‬


‫ضل َعلَحي نَا هِبح هإل ححس ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫هه‬
ُ ‫ أَ حش َه ُد أَ حن الَ ِٰإلهَ إالَّ هللاُ َو حح َدهُ الَ َش هريح َك لَهُ احملُتَ َف‬,‫اَ حْلَ حم ُد لِل احل َك هرحهْي احملَنَّان‬
‫ َوأَ حش َه ُد‬، ‫ان‬ ‫ه ه‬
َ
‫صطََفى َوالر ُس حو هل احملُ حجتَ ََب‬ ‫صلهي َونُ َسله ُم َعلَى النه ه‬
‫َّب احملُ ح‬ َ ُ‫ َون‬. ‫ان‬ ‫ضو ه‬
َ ‫ىل ال هر ح‬
‫ه‬
َ ‫َن ُُمَ َّم ًدا َع حب ُدهُ َوَر ُس حولُهُ الدَّاعى إ‬ َّ ‫أ‬
‫ُّهى واحل هعرفَ ه‬ ‫ و َعلَى آله هه و ه‬،‫َد َع حد ََن َن‬
‫سيهد ول ه‬
.‫ان‬ ‫ص ححبهه أ حُوهِل الن َ َ ح‬
َ َ َ َ َ
.ُ‫ َوَم حن تَ َوَّك َل َعلَحي هه َك َفاه‬،ُ‫هللا فَهإ َّن َم هن اتَّ َقى هللاَ َوقَاه‬‫صي ُكم وإه ََّّيي بهت حقوى ه‬ ‫ه‬
َ َ َ ‫أ ََّما بَ حع ُد فَأ حُو ح ح‬
‫الِلَ َح َّق تُ َقاتههه َوَال ََتُوتُ َّن إهَّال َوأَنح تُ حم ُم حسله ُمو َن‬
َّ ‫آمنُوا اتَّ ُقوا‬ ‫ه‬
َ ‫ ََّي أَيُّ َها الَّذ‬:‫قال هللا تعاىل‬
َ ‫ين‬

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia

Beberapa hari lagi kita harus berpisah dengan Bulan Ramadhan. Kita tidak tahu, apakah pada
Ramadhan mendatang, kita masih ada di dunia ini atau sudah pergi menghadap ilahi. Sebab
jatah usia kita sangat terbatas. Saat berada di alam kubur barulah kita menyadari betapa
berartinya satu menit di bulan Ramadhan yang selama ini kita sia-siakan. Barulah kita
menyesal dengan sangat dalam seperti penyesalan para penghuni kubur yang banyak
diceritakan dalam Al Quran.

Namun haruskah hari-hari Ramadan berlalu tanpa bekas? Haruskah detik-detik zikir dan
nikmatnya ibadah sirna dengan berakhirnya rangkaian ibadah Ramadan? Akankah
kegembiraan Idul Fitri menghapus segala nilai yang diajarkan madrasah Ramadan?
Jawabannya tentu tidak. Dengan segala kemuliannya, Ramadan adalah sarana untuk
menggapai ridha ilahi. Ridha Allah tetap mutlak menjadi target utama, di mana dan kapan pun
kita berada. Karena Allah tetap dan selalu ada walau sejuta Ramadan silih berganti
meninggalkan kita.

Ramadhan boleh berlalu, tapi rasa cinta kita kepada Allah dan amal-amal kebaikan jangan
sampai berkurang. Kebiasaan puasa dan qiyamullail terus kita jaga dan lestarikan. Kontrol diri
menghindari perbuatan-perbuatan tak terpuji terus kita pertahankan. Sehingga kapan pun ajal
datang menjemput, kita dalam keadaan siap.

Jamaah Jumat yang berbahagia

Dengan ibadah puasa, Allah melatih kita untuk menjadi pribadi yang merdeka, terbebas dari
gurita nafsu. Belasan jam lamanya selama sebulan penuh, sejak terbit fajar sampai terbenam
matahari, kita menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkan puasa.
Walau fisik kita terasa penat dan lelah, walau tawaran untuk makan datang dari sana-sini,
walau kesempatan terbuka dengan lebar, walau nafsu dan keinginan mendorong kita dengan

1
kuat, kita tidak peduli. Kita bertahan dalam ketaataan hingga waktu berbuka itupun tiba. Kita
setia dengan ketentuan yang sudah Allah gariskan.

Kita-kita benar-benar menjadi orang yang merdeka. Tidak lagi menjadi budak keinginan
perut dan nafsu syahwat. Kita mempunya kendali diri yang sangat kuat, semua kita
laksanakan karena diperintah Allah. Menjadi hamba Allah adalah pilihan yang sangat mulia,
yang membuat diri kita terbebas dari rasa cemas tentang masa depan dan rasa rendah diri di
depan harta dunia. Sebab hati kita tertaut kepada Allah dalam jalinan Tawakkal, Ridha, dan
Takut kepada-Nya.

Ada kekuatan besar dalam hati yang membuat kita sangat bersemangat dan teguh dalam
pendirian, itulah kekuatan iman.

Kekuatan iman inilah yang mengubah orang-orang biasa tiba-tiba menjadi pemimpin dunia,
menyebar dari timur ke barat, membangun peradaban teragung yang pernah dikenal oleh
umat manusia. Kekuatan ini yang dibawa oleh Rasulullah dan beliau tanamkan melalui
beragam kegiatan ibadah dan penghambaan kepada Allah Swt. Kekuatan iman adalah sumber
kemuliaan terbesar dari dulu hingga hari kiamat.

َ‫َو ََل ت َ ِهنُواْ َو ََل ت َۡحزَ نُواْ َوأَنت ُ ُم ۡٱۡل َ ۡعلَ ۡونَ ِإن ُكنتُم ُّم ۡؤ ِمنِين‬
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman” (QS. Ali Imran: 139)

Iman adalah kekuatan yang tidak dapat ditandingi oleh kekuatan apapun. Iman adalah
kemuliaan yang tiada tara. Iman adalah kekayaan yang tak terhingga. Selama keimanan itu
masih kokoh di dalam dada, tidak ada satupun kekuatan manusia yang dapat mengalahkan
kita. Maka musuh-musuh islam, dengan beragam cara berusaha melemahkan kita dengan
mencabut keimanan itu dari dalam sanubari kaum muslimin. Mereka sangat ingin
memisahkan kita dengan keimanan yang menjadi kekuatan maha dahsyat ini.

‫ٲح َد ً۬ ۚة‬ ً۬
َ َ‫ع ۡن أ َ ۡس ِل َح ِت ُك ۡم َوأَمۡ ِت َع ِت ُك ۡم فَ َي ِميلُون‬
ِ ‫علَ ۡيڪُم َّم ۡيلَة َو‬ َ َ‫َو َّد ٱلَّذِينَ َكفَ ُرواْ لَ ۡو ت َۡغفُلُون‬
“Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu
mereka menyerbu kamu dengan sekaligus” (QS. An-Nisa: 102)

Mereka ingin kita lalai dari senjata kita, sehingga mereka pun dapat menyerang dengan serta
merta dan tiba-tiba. Senjata kita yang paling utama adalah keimanan, senjata kita adalah
persatuan, senjata kita adalah jihad fi sabillillah.

Begitu mudahnya nilai-nilai mulia dijungkirbalikkan dengan kata-kata yang beracun yang
kosong dan tidak berarti apa apa.

2
Akibatnya adalah kita mengalami rasa malu dan rendah diri sebagai muslim, menganggap
bahwa kemuliaan kita dengan meninggalkan nilai-nilai keislaman, dan mengikuti gaya hidup
barat atau korea serta menjadikan mereka sebagai panutan. Jumlah kita banyak dan
mayoritas, tetapi dengan mudah dihempaskan begitu saja. Iman kita tergadai. Harga diri kita
tercampakkan. Kita merasa tidak berdaya di hadapan kekuatan kafir dan akhirnya mengaggap
bahwa satu-satunya jalan hidup mulia adalah dengan mengikuti mereka.

Padahal Allah sudah menegaskan:

ِ َّ ِ َ ‫أ َ َي ۡبتَغُونَ ِعن َد ُه ُم ۡٱل ِع َّزة َ فَإِ َّن ۡٱل ِع َّزة‬


ً۬ ‫ّلِل َج ِم‬
‫يعا‬
“Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua
kekuatan kepunyaan Allah.” (QS. An-Nisa: 139)

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia

Ramadhan mengajak kita untuk kembali kepada hakikat diri kita yang sejati sebagai hamba
Allah. Ramadhan berusaha mengembalikan inti kekuatan kita yaitu keimanan dan persatuan
antara sesama kaum muslimin. Iman mengantarkan kita kepada kemuliaan, persatuan
membawa kita kepada kebersamaan. Keimanan yang kuat kepada Allah dapat
mengumpulkan urusan urusan yang berserakan dan menyatukan hati-hati yang bermusuhan.
Sementara persatuan menjadikan kita kokoh menebar kebaikan di seluruh dunia.

Maka keimanan itu harus kita rawat dengan senantiasa mendekat kepada sumber kemuliaan
dan kebahagiaan, yaitu Al Qur’an. Inilah surat cinta dari Ilahi Rabbi kepada umat manusia
agar mereka tidak menyimpang dari jalan kebenaran

ٌ ْ ُ َ َ ْ ُ َ ‫َ ُّ ْ َ َّ ه‬ ٰ
ُ ُّ َ ْ ُ َ ْ ُ ٰ َ ٰ ٰ ْ َ ٰ َ ُ َ ُ ْ َّ َ ُ
‫ت ب ِين ٍت ِليخ ِرجكم ِمن الظلم ِت ِالى النو ِرِۗ واِ ن اّٰلل ِبكم لرءوف‬
ٍۢ ٍ ‫هو ال ِذي ين ِزل على عب ِدهٖٓ اي‬

‫َّر ِح ْي ٌم‬

“Dialah yang menurunkan ayat-ayat yang terang (Al-Qur’an) kepada hamba-Nya (Nabi
Muhammad) untuk mengeluarkanmu dari kegelapan kepada cahaya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang kepadamu” (QS. Al Hadid: 9)

Ayat ini memberikan penjelasan yang gamblang tentang tujuan diturunkannya Al Quran;
untuk mengeluarkanmu dari kegelapan kepada cahaya.

Yaitu gelapnya kebodohan menuju terangnya keilmuan, dari gelapnya ketidaktahuan menuju
kekayaan pengetahuan, dari gelapnya kesyirikan menuju cahaya keimanan.

Semua ilmu dan pengetahuan (seharusnya) bermuara pada keimanan kepada Allah. Semakin
bertambah kuatnya keyakinan kepada Sang Pencipta.

3
Kita dapat memupuk dan meningkatkan keyakinan tauhid diri sendiri, keluarga, anak murid,
dan juga masyarakat melalui jalur ilmu astronomi, ilmu geologi, ilmu arkeologi, ilmu
geografi, ilmu pertanian dan tumbuh-tumbuhan, ilmu kesehatan makanan, ilmu kedokteran,
ilmu pengobatan jiwa, ilmu sosiologi, ilmu ekonomi: untuk menguatkan keyakinan tentang
sifat rubûbiyah Allah dalam mengelola alam semesta.

Inspirasi hidayah dan petunjuk itulah yang berusaha kita temukan dari setiap kata yang kita
eja, dan dalam setiap kalimat yang kita baca dari Kalamullah ini. Itulah nikmatnya ketika kita
mampu memahami bahasa Al Quran. Namun bila tidak, kesempatan itu masih terbuka
dengan membaca terjemahannya dan mendengarkan kajian dari para ilmuan dan
cendekiawan.

Hadirin Jamaah Jumat yang berbahagia

Kitab Al Quran ini hadir benar-benar bersebab oleh cinta.

“Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang kepadamu”

Kata Ra’ûf secara bahasa, kata para mufassir, berarti sangat-sangat berbelaskasih kepada
hamba-Nya dan tidak ingin ada kesusahan sedikit pun menimpa mereka. Sementara Rahîm,
berarti sangat sangat penyayang dan selalu menginginkan kebaikan untuk hamba-hambaNya

Maka kitab suci mulia ini sesungguhnya adalah wujud kasih sayang Sang Mahakuasa kepada
kita, yang memberi kita petunjuk ke mana kita harus melangkah.

Saat kita membuka mushaf Al Quran itu, sungguh kita sedang membentangkan satu kitab
menakjubkan sepanjang sejarah kehidupan, berisi inspirasi kebaikan yang cemerlang, berada
dalam dekap rahmat, cinta, dan kasih ilahi yang Maha Penyayang.

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita istiqamah dalam keimanan dan selalu dekat dengan Al
Quran. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.

‫الذ حك هر ا حْلَ هك حي هم َوتَ َقبَّ َل هم هِن‬


‫ت هو ه‬ ‫آن اح َلع هظ حي هم َونَ َف َع هِن َوإه ََّّي ُك حم هِبَا فه حي هه هم َن اح ه‬
‫آلَّي ه‬ ‫ِبر َك هللا هِل ولَ ُكم هِف احل ُقر ه‬
‫ح‬ ‫ََ ُ َ ح‬
.‫ي‬ ‫الر هه‬
َ ‫امح ح‬ َ ‫ب ا حغ هف حر َو حار َح حم َو أَنح‬
َّ ‫ت أ حَر َح ُم‬ َّ ‫َوهم حن ُك حم تهَال َوتَهُ إهنَّهُ ُه َو‬
‫ َوقُ حل َر ه‬.‫الس هم حي ُع اح َلعله حيم‬
ُ

Anda mungkin juga menyukai