Anda di halaman 1dari 18

BAB II

ASMAUL HUSNA

Nama Anggota :

1. Andini Putri Prasetyo ( 02 )


2. Wanda Putri Ardhani ( 35 )

SMA NEGERI 3 CILACAP

TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018


ASMAUL HUSNA

A. Pengertian Asmaul Husna

Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna (Arab: ‫نى‬$‫أسماء هللا الحس‬, asmāʾ allāh al-ḥusnā)
adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti yang
baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi
indah.

Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama ini,
karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan
sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya
akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau
menyebut nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan
menafsirkan suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99,
100, 200, bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting
adalah hakikat Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang
yang beriman seperti Nabi Muhammad.

Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar Allah yang baik dan
agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung dan mulia itu
merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan milik Allah.

Para ulama berpendapat bahwa kebenaran adalah konsistensi dengan kebenaran yang
lain. Dengan cara ini, umat Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena
tidak ada satu hal pun yang dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat
mengerti dengan hati dan keterangan Al-Qur'an tentang Allah ta'ala. Pembahasan berikut
hanyalah pendekatan yang disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini.
Semua kata yang ditujukan pada Allah harus dipahami keberbedaannya dengan
penggunaan wajar kata-kata itu. Allah itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan
segala sesuatu, seperti tercantum dalam surat Al-Ikhlas.

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan Dia". (Al-Ikhlas 112:1-4)
Para ulama menekankan bahwa Allah adalah sebuah nama kepada Dzat yang pasti ada
namanya. Semua nilai kebenaran mutlak hanya ada (dan bergantung) pada-Nya. Dengan
demikian, Allah Yang Memiliki Maha Tinggi. Tapi juga Allah Yang Memiliki Maha
Dekat. Allah Memiliki Maha Kuasa dan juga Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Sifat-sifat Allah dijelaskan dengan istilah Asmaaul Husna, yaitu nama-nama, sebutan atau
gelar yang baik.

B. Menerapkan Perilaku Mulia

Setelah mempelajari keimanan kepada Allah Swt. melalui sifat-sifatnya dalam al-
Asmā’u al-Husnā, sebagai orang yang beriman, kita wajib merealisaikannya agar
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Perilaku yang mencerminkan
sikap memahami al-Asmā’u al-Husnā, tergambar dalam aktivitas sebagai berikut:
1. Menjadi Orang yang Dermawan.
Sifat dermawan adalah sifat Allah Swt. al-Karim (Maha Pemurah) sehingga sebagai
wujud keimanan tersebut, kita harus menjadi orang yang pandai membagi kebahagiaan
kepada orang lain baik dalam bentuk harta atau bukan.
Wujud kedermawanan tersebut misalnya seperti berikut.
a. Selalu menyisihkan uang jajan untuk kotak amal setiap hari Jum’at yang diedarkan
oleh petugas Rohis.
b.Membantu teman yang sedang dalam kesulitan.
c. Menjamu tamu yang datang ke rumah sesuai dengan kemampuan.
2. Menjadi orang yang jujur dan dapat memberikan rasa aman.
Wujud dari meneladani sifat Allah Swt al-Mu’min adalah seperti berikut.
a. Menolong teman/orang lain yang sedang dalam bahaya atau ketakutan.
b. Menyingkirkan duri, paku, atau benda lain yang ada di jalan yang dapat
membahayakan pengguna jalan.
c. Membantu orang tua atau anak-anak yang akan menyeberangi jalan raya.
3. Senantiasa bertawakkal kepada Allah Swt.
Wujud dari meneladani sifat Allah Swt. al-Wakil dapat berupa hal-hal berikut.
a. Menjadi pribadi yang mandiri, melakukan pekerjaan tanpa harus merepotkan orang
lain.
b. Bekerja/belajar dengan sunguh-sungguh karena Allah Swt. tidak akan mengubah nasib
seseorang yang tidak mau berusaha.
4. Menjadi pribadi yang kuat dan teguh pendirian.
Perwujudan meneladani dari sifat Allah Swt. al-Matin dapat berupa hal-hal berikut.
a. Tidak mudah terpengaruh oleh rayuan atau ajakan orang lain untuk melakukan
perbuatan tercela. .
b. Kuat dan sabar dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan yang dihadapi
5. Berkarakter pemimpin.
Pewujudan meneladani sifat Allah Swt. al-Jāmi’ di antaranya seperti berikut.
a. Mempersatukan orang-orang yang sedang berselisih.
b. Rajin melaksanakan śalat bejama’ah.
c. Hidup bermasyarakat agar dapat memberikan manfaat kepada orang lain.
6. Berlaku adil.
Perwujudan meneladani sifat Allah Swt. al-‘Adl misalnya seperti berikut.
a. Tidak memihak atau membela orang yang bersalah, meskipun ia saudara atau teman
kita.
b. Menjaga diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar dari kezaliman.
7. Menjadi orang yang bertakwa.
Meneladani sifat Allah Swt. al-Ākhir adalah dengan cara seperti berikut.
a. Selalu melaksanakan perintah Allah Swt. seperti: śalat lima waktu, patuh dan hormat
kepada orang tua dan guru, puasa, dan kewajiban lainnya.
b. Meninggalkan dan menjauhi semua larangan Allah Swt. seperti: mencuri, minum-
minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, melawan orang tua, dan larangan lainnya.

Nama – Nama Allah ( ASMAUL HUSNA ) yaitu sebagai berikut :

1. Al – Bashir

Al-Bashir (ُ‫صير‬ ْ adalah salah satu Al-Asma`ul Husna. Allah Subhanahu wa Ta’ala
ِ َ‫)الب‬
menyebut nama-Nya ini dalam beberapa ayat, di antaranya dalam surat An-Nisa` ayat 58:

ِ َ‫إِ َّن هللاَ َكانَ َس ِم ْيعًا ب‬


‫ص ْيرًا‬

“Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”


Juga dalam Asy-Syura ayat 11:

ِ َ‫ْس َك ِم ْثلِ ِه َش ْي ٌء َوهُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْالب‬


‫ص ْي ُر‬ َ ‫لَي‬

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.”

Dengan demikian, maka kita mengimani bahwa salah satu Al-Asma`ul Husna adalah
Al-Bashir (‫صير‬
ِ َ‫)الب‬, artinya Yang Maha Melihat. Dan dengan demikian, berarti salah satu
sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah Al-Bashar (‫صر‬
َ َ‫ )الب‬yakni melihat.

Dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan:

‫ك‬ َ َّ‫د هللاَ َكأَن‬$َ ُ‫ أَ ْن تَ ْعب‬:‫ قَا َل‬.‫ فَأ َ ْخبِرْ نِي ع َْن ْا ِإلحْ َسا ِن‬:‫ال‬
َ ‫ فَإ ِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن تَ َراهُ فَإِنَّهُ يَ َرا‬،ُ‫ك تَ َراه‬ َ َ‫ق‬

“Malaikat Jibril mengatakan kepada Nabi: ‘Apakah ihsan itu?’ Beliau menjawab:
‘Yaitu engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau melihat-Nya, dan jika engkau
tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu’.” (Shahih, HR Al-Bukhari dan
Muslim)

Sifat ini juga disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata:

‫ إِ َّن هللاَ الَ يَ ْنظُ ُر إِلَى ص َُو ِر ُك ْم َوأَ ْم َوالِ ُك ْم َولَ ِك ْن يَ ْنظُ ُر‬:‫ال َرسُو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬
َ َ‫ق‬
‫إِلَى قُلُوبِ ُك ْم َوأَ ْع َمالِ ُك ْم‬

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak


melihat kepada rupa-rupa dan harta benda kalian, akan tetapi melihat kepada kalbu dan
amal kalian.” (Shahih, HR. Muslim)

Buah Mengimani Nama Al-Bashir

Tentu buah mengimani nama ini sangat jelas, yaitu akan menumbuhkan sikap
muraqabah pada diri orang yang mengimaninya. Yakni, dia senantiasa merasa diawasi
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga ia selalu mawas diri dan mempertimbangkan
segala langkah yang akan ia tempuh dalam gerak-geriknya.
2. Al – Kabir

Al-Kabir adalah Yang memiliki Kebesaran. Al-Kabir adalah sempurna Dzat-Nya dan
sempurna Wujud-Nya. Kesempurnaan wujud kembali kepada dua perkara:

Pertama: Keberadaan-Nya adzali dan abadi, yaitu keberadaannya sejak dahulu yang
tidak berawal dan selama-lamanya yang tidak berakhir. Setiap yang ada di alam ini pasti
terpotong dengan ketiadaan yang dahulu.

Oleh karena itu manusia yang panjang masa keberadaannya ia disebut kabir (orang
tua). Rasulullah saw. bersabda,

)ُ‫ف لِ َعالِ ِمنَا ( َحقَّه‬


ْ ‫ْر‬ َ ‫ْس ِم ْن أُ َّمتِى َم ْن لَ ْم يُ ِج َّل َكبِ ْي َرنَا َو يَرْ َح ْم‬
ِ ‫ص ِغ ْي َرنَا َو يَع‬ َ ‫لَي‬

“Bukan termasuk umatku, orang yang tidak menghormati orang yang lebih tua dari
kami, tidak menyayangi orang yang lebih muda dari kami dan tidak mengenal (hak)
orang yang berilmu dari kami,” [HR Ahmad: V/ 323, ath-Thabraniy dan al-Hakim: 429
dengan lafazh ‘Bukan termasuk golongan kami’. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: Hasan].

Manusia disebut kabir karena umurnya panjang dan lama masa keberadaannya. Kata-
kata kabir dan ‘azhim kadang-kadang mirip, tapi ‘azhim tidak dipakai untuk umur. Kata
kabir digunakan pada hal-hal yang tidak digunakan pada kata ‘azhim. Sehingga meski
manusia panjang umur tidak dikatakan ‘azhim, tapi menggunakan kabir karena umurnya
terbatas. Maka Allah yang ada sejak dahulu serta tidak ada yang mendahului, selama-
lamanya dan tidak ada akhirnya lebih utama dan lebih berhak disebut Al-Kabir (Maha
Besar).

Kedua: Semua keberadaan alam serta apa yang ada di dalamnya disebabkan adanya
keberadaan Allah, bila tidak ada Allah maka tidak akan ada alam dan isinya. Jadi makna
kabir itu ada dua sisi, sisi kabir yang bermakna tidak berawal dan tidak berakhir. Kabir
mutlak hanyalah Allah, sementara manusia bisa menggunakan kata kabir tapi tidak
mutlak karena akan berakhir.
Dalam sebuah hadits qudsi Allah mengatakan,

“Al-Kibriya (kesombongan, kebesaran, keadzalian dan keabadian) adalah pakaian-


Ku. Siapa yang merampasnya dari-Ku Aku akan memusuhinya,” (HR. Muslim).

Kabir bagi seorang hamba adalah orang yang memiliki kesempurnaan tidak sebatas
pada dirinya, tapi mengalir kepada orang lainnya baik itu ilmunya, kebaikannya,
hartanya dan lainnya. Selain bermanfaat bagi dirinya, ia juga dapat memberi manfaat
bagi orang lain. Tidaklah ia duduk bersama orang lain kecuali kesempurnaannya pada
dirinya mengalir kepada orang lain itu. Kesempurnaan hamba adalah pada ilmunya,
wara’nya (kehati-hatian) ia dalam menjalani hidup. Lebih baik ia terhindar dari hal-hal
yang mubah dari pada nanti terjerumus pada yang haram.

Kesimpulannya : Al-Kabirnya Allah jelas nampak dari dua sisi, sisi adzali serta
abadi dan sisi keberadaan Allah kemudian muncul keberadaan sesuatu. Sedangkan
manusia bisa dikatakan kabir juga bisa dilihat dari dua sisi, sisi karena umurnya lama dan
sisi karena ilmu dan hartanya dapat memberi manfaat kepada orang lain.

3. As – Sami

As-Sami’ artinya maha mendengar. Allah Swt. Maha Mendengar semua suara apa pun
yang ada di alam semesta ini. Pendengaran Allah Swt. tidak terbatas, tidak ada satu pun
suara yang lepas dari pendengaran-Nya, meskipun suara itu sangat pelan. Hal ini sesuai
dengan firman-Nya:

”... dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(Surah al-Baqarah/2:256)


.
Nama Allah, As Samii'u bermakna Yang dapat mendengar segala bunyi atau suara,
suara keras atau halus, dari jauh atau dekat. Allahlah yang mendengar semua yang
terucap, terlintas dalam pikiran dan akal, apa yang dirasakan dalam hati. Gemericiknya
air, gemerisiknya dedaunan kala ditiup angin, bahkan bunyi jejak langkah kaki semut
Allah mendengarnya dengan jelas. As-Samii’u Yang Maha Mendengar, adalah sifat
kesempurnaan karena lawan katanya tuli, sebagai sifat kekurangan

Perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Allah Swt. yang memiliki sifat Maha
Mendengar adalah kita harus mau mendengarkan orang lain yang sedang berbicara.
Terlebih lagi jika yang sedang berbicara adalah guru atau orang tua kita. Lalu,
bagaimana sikap kita jika tidak senang terhadap apa yang disampaikannya? Tentu kita
harus sampaikan hal itu kepada lawan bicara kita dengan sikap dan bahasa yang santun.

As-Sami’ juga bisa diteladani dengan cara menjadi orang yang peka terhadap
informasi. Sebagai generasi muslim kalian tidak boleh ketinggalan informasi. Di
samping itu kalian harus terus berlatih untuk dapat memilah informasi yang baik dan
yang buruk, yang hak dan yang batil.
Nama Allah, As Samii'u ( ‫ ) السميع‬dibaca As Samii' termasuk Al-Asma`ul Husna,
firman Allah : Maka barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya,
maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya.
Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah [2]: 181) 

4. Al – Karim
Secara bahasa, al-Karim mempunyai arti Yang Mahamulia, Yang Maha Dermawan
atau Yang Maha Pemurah. Secara istilah, al-Karim diartikan bahwa Allah Swt. Yang
Mahamulia lagi Maha Pemurah yang memberi anugerah atau rezeki kepada semua
makhluk-Nya. Dapat pula dimaknai sebagai Zat yang sangat banyak memiliki kebaikan,
Maha Pemurah, Pemberi Nikmat dan keutamaan, baik ketika diminta maupun tidak. Hal
tersebut sesuai dengan firman-Nya:
Artinya: “Hai manusia apakah yang telah memperdayakanmu terhadap Tuhan Yang
Maha Pemurah?” (Q.S. al-Infi¯ār:6)
Al-Karim dimaknai Maha Pemberi karena Allah Swt. senantiasa memberi, tidak
pernah terhenti pemberian-Nya. Manusia tidak boleh berputus asa dari kedermawanan
Allah Swt. jika miskin dalam harta, karena kedermawanan-Nya tidak hanya dari harta
yang dititipkan melainkan meliputi segala hal. Manusia yang berharta dan dermawan
hendaklah tidak sombong jika telah memiliki sifat dermawan karena Allah Swt. tidak
menyukai kesombongan. Dengan demikian, bagi orang yang diberikan harta melimpah
maupun tidak dianugerahi harta oleh Allah Swt., keduanya harus bersyukur kepada-Nya
karena orang yang miskin pun telah diberikan nikmat selain harta.

Al-Karim juga dimaknai Yang Maha Pemberi Maaf karena Allah Swt. memaafkan
dosa para hamba yang lalai dalam menunaikan kewajiban kepada Allah Swt., kemudian
hamba itu mau bertaubat kepada Allah Swt. Bagi hamba yang berdosa, Allah Swt. adalah
Yang Maha Pengampun. Dia akan mengampuni seberapa pun besar dosa hamba-Nya
selama ia tidak meragukan kasih sayang dan kemurahan-Nya.

Menurut imam al-Gazali, al-Karim adalah Dia yang apabila berjanji, menepati
janjinya, bila memberi, melampaui batas harapan, tidak peduli berapa dan kepada siapa
Dia memberi dan tidak rela bila ada kebutuhan dia memohon kepada selain-Nya,
meminta pada orang lain. Dia yang bila kecil hati menegur tanpa berlebih, tidak
mengabaikan siapa yang menuju dan berlindung kepada-Nya, dan tidak membutuhkan
sarana atau perantara.

5. Al- mu’min
Al-mu'min secara bahasa berasal dari kata amina yang berarti pembenaran,
ketenangan hati, dan aman. Allah SWT al-mu'min artinya Dia Maha Pemberi rasa aman
kepada semua makhluknya, terutama manusia. Keamanan dan rasa aman yang kita
peroleh tidak terlepas dari kekuasaan Allah. Ketenangan hati hanya didapat bila kita dekat
dengan Allah, rajin membaca Al - Qur'an, rajin sholat, dan lain - lain. Ketidak nyamanan
bukan hanya akibat ulah manusia tapi bisa juga karena binatang buas, bencana alam
seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor dan lain - lain.
Ada orang yang merasa tidak aman walaupun situasinya aman dan tentram.
Sebaliknya ada orang yang merasa, tenang, tidak gelisah walaupun situasi dan keadaan
genting dan kacau. Allah adalah al-mu’min yang muthlaq, karena hanya kepada-Nyalah
keamanan dapat diraih dan Dia adalah pencipta keamanan, baik didunia maupun di
akhirat. Allah juga Maha tepercayadalam  menepati janji-Nya.

Allah SWT bernama Al-Mu’min yang artinya Yang Maha Memberikan Keamanan
atau Yang maha Terpercaya karena dalam mencantumkan wa’dun/janji-janjinya pasti
tidak mungkin diingkari, pasti ditepati.

DALIL NAQLI : Al-An'am ayat 82


َ‫سوا إِي َمانَ ُه ْم بِظُ ْل ٍم أُولَئِ َك لَ ُه ُم اأْل َ ْمنُ َو ُه ْم ُم ْهتَدُون‬
ُ ِ‫الَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلب‬
Artinya : “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk.”

DALIL AQLI :
Dalam hidup ini kita pasti menginginkan rasa aman dari bencana alam ataupun dari
kejahatan manusia yang ada di dunia ini, dimana lagi kita meminta kecuali kepada Allah
atau Allah SWT pasti memiliki sifat maha terpercaya tidak mungkin Allah SWT bersifat
khianat.
PERILAKU YANG DAPAT DITELADANI :
Kita sebagai seorang muslim hendaknya selalu berusaha menjadi orang yang
dipercaya dengan selalu bersifat jujur, tidak berdusta, selalu menjaga amanah, tidak
berkhianat. Selain itu kita kita berusaha untuk memberikan rasa aman, membina
kehidupan yang tenang dengan tidak membuat onar, perkelahian, pertengkaran, tawuran,
dan segala bentuk perbuatan yang meresahkan masyarakat. ini merupakan
pengaplikasian dari sifat Allah Al-Mu’min.

6. Al – Quddus
Nama Allah, Al Quddusu bermakna Yang bersih dari segala sifat kekurangan. Al -
Quddus (‫ )القدوس‬sifatNya Dzat Allah Yang Memiliki Mutlak sifat Suci. Kata dasar dari Al
Quddus adalah Qaddasa yang artinya mensucikan dan Menjauhkan dari kejahatan, bisa
pula diartikan membesarkan dan mengagungkan. Kesucian-Nya Allah ta'ala sangat bersih
dari perasaan keji, jahat, negatif dan yang lainnya. Bentuk pengamalan akan asma Allah
adalah dengan mengucapkan Subhanallaah atau Taqaddasallah atau Ta'alallah.

Kesucian-Nya bersifat mutlak Maha Suci dari Segala Kekurangan, Kata Quddus
memiliki akar kata yang sama dengan kata qadasa yang berarti "suci". Asma Al-Quddus
bermakna "mutlak tidak memiliki kekurangan, ketidaksempurnaan, kekurangan, maupun
kelemahan". Seluruh kesempurnaan dan kemutlakan yang mungkin ada. Dia melebihinya
dan Dialah puncaknya.

Nama Allah, Al Quddusu ( ‫ ) القدوس‬dibaca Al Quddus termasuk Al-Asma`ul Husna,


firman Allah : 

 Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja yang Maha suci, yang Maha sejahtera,
yang Maha mengaruniakan keamanan, yang Maha memelihara, yang Maha perkasa,
yang maha kuasa, yang memiliki segala keagungan, maha suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan.( Al-Hasyr [59]: 23)
 Senantiasa bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Raja, yang maha suci,yang maha perkasa lagi maha bijaksana.(Al-jumu’ah [62]: 1)

7. Al – Wakil
Kata Al-wakil mengandung arti Maha Mewakili atau Pemelihara. Al-Wakil yaitu
Allah SWT yang memelihara dan mengurusi segala kebutuhan makhluk-Nya, baik itu
dalam urusan dunia maupun urusan akhirat.
Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Az-Zumar ayat 62 :

ُ ِ‫هَّللا ُ َخال‬
‫ق ُك ِّل ش َْي ٍء ۖ َو ُه َو َعلَ ٰى ُك ِّل ش َْي ٍء َو ِكي ٌل‬

Artinya : “Allah SWT pencipta segala sesuatu dan Dia Maha Pemelihara atas segala
sesuatu.”
Hamba Al-Wakil adalah yang bertawakkal kepada Allah SWT. Menyerahkan segala
urusan kepada Allah SWT melahirkan sikap Tawakal. Tawakal bukan berarti
mengabaikan sebab-sebab dari suatu kejadian. Berdiam diri dan tidak peduli terhadap
sebab itu dan akibatnya adalah sikap malas. Ketawakkalan dapat diibaratkan dengan
menyadari sebab-akibat. Orang harus berusaha untuk mendapatkan apa yang
diinginkanya. Rosululloh SAW bersabda “Ikatlah untamu dan bertawakkalah kepada
Allah SWT.”
Manusia harus menyadari bahwa semua usahanya adalah doa yang aktih dan harapan
akan adanya pertolongan-Nya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 102 :
  ُ ِ‫ َذلِ ُك ُم هَّللا ُ َربُّ ُك ْم ال إِلَهَ إِال ُه َو َخال‬ 
‫ق ُك ِّل ش َْي ٍء فَا ْعبُدُوهُ َو ُه َو َعلَى ُك ِّل ش َْي ٍء َو ِكي ٌل‬

Artinya : “(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah SWT Tuhan
kamu; tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka
sembahlah Dia dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu.

Contoh perilaku yang dapat diteladani dari Sifat Al-Wakiil adalah kita harus berusaha
keras dalam mengerjakan sesuatu. Setelah itu kita tawakal (menyerahkan hasilnya
kepada Allah). Niscaya Allah akan memberikan hasil yang baik.

Manfaat jika kita meneladani Asmaul Husna Al-Wakil ialah :

1. Kita menjadi takut untuk melakukan perbuatan buruk.


2. Kita menjadi orang yang selalu ingin berbuat baik.
3. Dan kita selalu ingin beribadah kepada allah swt.

8. Al – Matin

Makna “al-Matîin” adalah Yang Maha sangat kuat. Dia Maha Mampu
memberlakukan perintah dan ketentuan-Nya kepada semua makhluk-Nya (tanpa ada
satupun yang mampu menghalangi). Dia mampu memuliakan siapapun yang
dikehendaki-Nya dan mampu menjadikan hina siapapun yang dikehendaki-Nya. Allâh
Azza wa Jalla mampu menolong siapa yang dikehendaki-Nya serta tidak menolong siapa
yang dikehendaki-Nya. Allah SWT adalah Maha sempurna dalam kekuatan dan
kekukuhan-Nya. Kekukuhan dalam prinsip sifat-sifatnya. Oleh karena itu, sifat Al-Matin
adalah kehebatan perbuatan yang sangat kokoh dari kekuatan yang tidak ada taranya.
Dengan begitu, kekukuhan Allah SWT yang memiliki rahmat dan adzab terbukti ketika
Allah SWT memberikan rahmat kepada hamba-hambanya. Kekuatan dan kekukuhanya
tidak terhingga dan tidak terbayangkan oleh manusia yang lemah dan tidak memiliki
daya upaya. Jadi karena kekukuhanya, Allah SWT tidak terkalahkan dan tidak
tergoyahkan.

Allah SWT berfirman dalam surat Az-Zariyat ayat 58 :

ُ‫ق ُذو ا ْلقُ َّو ِة ا ْل َمتِين‬


ُ ‫إِنَّ هَّللا َ ُه َو ال َّر َّزا‬
Artinya : “Sungguh Allah SWT, dialah pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi
sangat kukuh.”

Hamba Al-Matin adalah hamba yang dikaruniai dan diberikan oleh Allah mengetahui
rahasia sifat kekuatan dan kekukuhan Allah yang meliputi segala kekuatan. Hal tersebut
membuatnya berpegang teguh pada tali agamanya. Dan tidak ada sesuatupun yang dapat
membuatnya berpaling. Tidak ada kesuliatan yang melelahkannya, dan tidak ada yang
dapat memisahkannya dari Yang Maha Benar. Dan, dalam membela kebenaran tidak ada
seorangpun yang dapat mengancam atau membuatnya diam.
Akhlak kita terhadap sifat Al-Matin adalah :
1. Beristiqamah (meneguhkan pendirian).
2. Beribadah dengan kesungguhan hati, tidak tergoyahkan oleh bisikan menyesatkan.
3. Terus berusaha dan tidak putus asa, serta bekerjasama dengan orang lain sehingga
menjadi lebih kuat.
4. kuat pendirian dan keteguhan hati, tidak mudah diberikan tipu daya.

9. Al – Jami’

Jami’ berasal dari kata jama’ah yang artinya mengumpulkan, lebih dari satu atau
banyak :
Al jami’ secara bahasa artinya Yang Maha Mengumpulkan atau Menghimpun,
maksudnya bahwa Allah Maha Mengumpulkan segala sesuatu yang tersebar atau
terserak.
Menurut istilah, Al Jami’ yaitu mengumpulkan berbagai hakikat yang telah bercerai
dan juga mengumpulkan seluruh umat manusia pada hari pembalasan.
Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imron/3:9
‫ْب فِي ِه إِ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُْخلِفُ ْٱل ِمي َعا َد‬
َ ‫اس لِيَوْ ٍم اَّل َري‬
ِ َّ‫َربَّنَٓا ِإنَّكَ َجا ِم ُع ٱلن‬
Artinya: “Ya Tuhan Kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk
(menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya”. Sesungguhnya Allah
Swt. Tidak menyalahi janji.” (Q.S. Ali Imron/3:9)

Perilaku yang berkaitan dengan Al-jami’:

a. Menghargai pendapat orang lain.


b. Menjunjung tinggi hasil keputusan musnyawarah.
c. Mendamaikan orang yang bertikai.
d. Membina persatuan dan kesatuan.
e. Menyatukan keberagaman suku dan adat.
Contoh perilaku sehari-hari :
a. Mengajak orang untuk sholat berjamah.
b. Melerai teman/orang lain yang sedang bertengkar.
c. Ketika sedang musnyawarah dan memberikan pendapat, kita harus menghargai
pendapat orang lain walaupun tidak bersependapat dengan kita.
d. Menjaga pergaulan dengan baik.
e. Melakukan kerja sama dengan orang lain.

10. Al – ‘Adl

Al-'Adl artinya Maha Adil. Al-‘Adl bearasal dari kata ‘adala yang berarti lurus dan
sama. Keadillan Allah SWT bersifat mutlak, tidak dipengaruhi oleh apapun dan oleh
siapapun. Keadilan Allah SWT juga didasari dengan ilmu Allah SWT yang Maha Luas.
Sehingga tidak mungkin keputusan-Nya itu salah. Alloh adalah Pencipta segala
keindahan dan keburukan, kebaikan, dan kejahatan. Allah SWT bersifat adil pada ciptaan-
Nya, dalam hal ini ada rahasia yang sulit dimengerti. Tetapi setidak-tidaknya, kita
memahami bahwa seringkali orang harus mengenal lawan kata dari sesuatu untuk
memahaminya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-An’am ayat 115 :

ِ ‫َوتَ َّمتْ َكلِ َمةُ َربِّ َك‬


َّ ‫ص ْدقًا َو َعدْال ال ُمبَ ِّد َل لِ َكلِ َماتِ ِه َو ُه َو ال‬
‫س ِمي ُع ا ْل َعلِي ُم‬
Artinya : “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur'an, sebagai kalimat yang
benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah
yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Allah Swt. Mahaadil. Dia menempatkan semua manusia pada posisi yang sama dan
sederajat. Tidak ada yang ditinggikan hanya karena keturunan, kekayaan, atau karena
jabatan. Dekat jauhnya posisi seseorang dengan Allah Swt. hanya diukur dari seberapa
besar mereka berusaha meningkatkan takwanya. Makin tinggi takwa seseorang, makin
tinggi pula posisinya, makin mulia dan dimuliakan oleh Allah Swt., begitupun
sebaliknya.  Sebagian dari keadilan-Nya, Dia hanya menghukum dan memberi sanksi
kepada mereka yang terlibat langsung dalam perbuatan maksiat atau dosa. Istilah dosa
turunan,  hukum karma, dan lain semisalnya tidak dikenal dalam syari’at Islam.
Semua manusia di hadapan Allah Swt. akan mempertanggungjawabkan dirinya
sendiri.  Lebih dari itu, keadilan Allah Swt.  selalu disertai dengan sifat kasih sayang. Dia
memberi pahala sejak seseorang berniat berbuat baik dan melipatgandakan pahalanya
jika kemudian direalisasikan dalam amal perbuatan. Sebaliknya, Dia tidak langsung
memberi catatan dosa selagi masih berupa niat berbuat jahat. Sebuah dosa baru dicatat
apabila seseorang telah benar-benar berlaku jahat.

11. Al - Akhir
Al Akhir artinya yang maha akhir yang tidak ada sesuatupun setelah Allah SWT. Dia
Maha Kekal tatkala semua makhluk hancur, maha kekal dengan kekekalan-Nya.

Nama ini disebutkan di dalam firman-Nya Q.S AL-Hadid ayat 3 :

‫َوالظَّا ِه ُر َوا ْلبَا ِطنُ ۖ َو ُه َو بِ ُك ِّل ش َْي ٍء َعلِي ٌم‬

Artinya : “Dialah Yang Awal dan Akhir Yang Zahir dan Yang Batin, dan Dia Maha
Mengetahui segala seuatu.”

Orang yang mengaku kalau Allah yaitu Al-Akhir bakal membuat Allah sebagai hanya
satu maksud hidup yang tidak ada maksud hidup selain-Nya, tak ada keinginan pada
selain-Nya, serta semua kesudahan tertuju cuma kepada-Nya. Oleh karenanya, jadikanlah
akhir kesudahan kita cuma pada Allah SWT. Lantaran sebenarnya akhir kesudahan cuma
pada Rabb kita, semua sebab serta maksud jalan bakal berbuntut pada Allah semata.

Contoh Al – Akhiir :

Sebagai Dzat Yang Maha Akhir, Allah SWT bakal tetaplah kekal serta abadi.
Keabadian serta kekekalan Allah SWT itu tunjukkan kalau Dialah hanya satu tempat
tergantung atas semua masalah kita, baik masalah didunia ataupun sebagian masalah
yang bakal kita bawa hingga ke akhirat nantinya. Aplikasi dari Asma Al-Aakhir dalam
pebelajaran yaitu berdoa sebelumnya serta selepas evaluasi di kelas. Siswa tunjukkan
penyerahan diri pada Allah SWT kalau mereka bakal belajar dengan sungguh-sungguh
serta menginginkan satu keringanan dalam menyerap pengetahuan dari evaluasi pada
Allah SWT. Senantiasa mengu-capkan basmallah juga tunjukkan kalau siswa-siswa
menggantungkan doa supaya kesibukan mereka senantiasa ada dalam lindungan Allah
SWT serta mengharapkan supaya memperoleh safaat serta faedah dari aktivitasnya.

12. Al – Latif
Kata Al Lathif  berasal dari akar kata la-tha-fa, yang bermakna lembut, halus, atau
kecil. Az-Zajjaj, pakar bahasa Arab dalam tafsir Asma’ul Husna mengartikan Al-Lathif
sebagai ul Husna mengartikan Al-Lathif sebagai “yang mencapai tujuannya dengan cara
yang sangat tersembunyi atau tak terduga.”
Ada tiga alasan mengapa Dia disebut Al Lathif :
Pertama, Dia melimpahkan karunia kepada hamba-hambaNya secara tersembunyi dan
rahasia, tanpa diketahui oleh mereka.
Kedua, Dia menghamparkan alam raya ini untuk makhlukNya. Allah memberi kepada
semua makhlukNya melebihi yang diminta.
Ketiga, Dia berkeinginan agar semua makhlukNya mendapatkan kemaslahatan dan
kemudahan.
Allah melengkapi makhlukNya dengan berbagai indera, selain naluri yang bersifat
alamiah. Khusus untuk manusia, Allah mengaruniakan akal pikiran dan hati nurani.
13. Ar – Rahiim
Ar Rahim, Allah Yang Maha Penyayang, sebuah kata indah yang ditujukan kepada
Allah dengan bukti-bukti kesayangan-Nya kepada hamba-Nya, ujud sayang Allah kepada
hamba tidak melulu yang berujud materi saja, tapi pemberian hidayah dan taufiq lebih
dari segala-galanya dalam rangka menjaga iman hingga akhir hayat.
Salah satu bertambahnya rezeki, agar nikmat selalu mengalir kepada hamba yang
dikasihi Allah dengan cara silaturahim dan sedekah. Silaturahim menjalin persaudaraan
tanpa membeda-bedakan orang lain, sedangkan tindaklanjut dari silaturahim adalah
sedekah yang akan melembutkan hati bagi orang yang mempunyai kelebihan nikmat:
"Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa saja di antara
hamba-hamba-Nya yang dikehendaki. Dan, apa saja yang kamu infakkan, Allah akan
menggantinya. Dialah Pemberi rezeki yang terbaik." (QS Saba 34: 39).

14. Ar – Rahman
Ar Rahman (bahasa Arab: ‫ )الرحمن‬asma Dzat Allah yang memiliki mutlak nikmat
panjang dari dunia dan akhirat.

Berdasarkan pengertian ini siapa yang diterapkan ilmu dan akal mengandung iman
dan Islam maka disebut nikmat panjang. Nikmat ini langgeng dari dunia hingga akhirat.

Jadi siapapun orangnya apabila ilmu dan akal dipergunakan untuk menjalankan dan
melaksanakan Iman dan Islam maka ia dapat dikatakan memperoleh nikmat besar dari
dunia dan akhirat, walaupun orangnya itu jelek rupanya dan miskin.

Dalam asma Ar Rahmaan ada 4 hal yang menjadi indikator bahwa sesuatu dapat
digolongkan menteladani Ar Rahmaan atau tidak yaitu :

 Ilmu
 Akal
 Iman
 Islam

15. Al – Aziz
Nama Allah, Al 'Aziizu berasal dari ‘azza ya’uzzu yang berarti mengalahkan. Namun
juga dapat berasal dari kata ‘azza ya’izzu yang bermakna tidak ada duanya, sangat susah
diraih, atau dapat juga berasal dari ‘azza ya’azzu yang berarti menguatkan sehingga tidak
terbendung. Kata Al Aziz sendiri sering diberi makna yang Maha Perkasa atau yang
Maha Mulia. Sedang kata izzat sering dimaknai kemuliaan, keperkasaan atau kekuatan.

Dari kata ‫ ّز‬$$‫يَ َع‬-‫ َّز‬$$َ‫ ع‬artinya kuat.(Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin
mengatakan:
“Sifat ‘izzah menunjukkan kesempurnaan sifat-sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
bahwa tiada yang menyerupainya dalam hal kuat/mulia kedudukan-Nya.”
Karena keperkasaan atau kemuliaan itu milik Allah semuanya maka bagi siapa saja
yang menghendaki keperkasaan atau kemuliaan tidak ada jalan lain kecuali memohonnya
kepada Allah. Dia harus meyandarkan segala upaya untuk mencapai keperkasaan atau
kemuliaan tersebut kepada Allah.

16. Al – Hafizh
Nama Allah, Al Hafizhu bermakna Yang memelihara atau melindungi segala
makhlukNya dari segala bahaya atau kerusakan. Nama Allah, Al HafizhU ‫) ) الحفيظ‬
dibaca Al Hafizh termasuk Al-Asma`ul Husna, firman Allah :
Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa
(amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. Dan Tuhanku akan
mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat
mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha pemelihara
segala sesuatu. (Huud [11]: 57) 
Dan tidak adalah kekuasaan iblis terhadap mereka, melainkan hanyalah agar kami
dapat membedakan siapa yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat dari siapa yang
ragu-ragu tentang itu. Dan Tuhanmu Maha memelihara segala sesuatu. (Saba’ [34]: 21)

17. Al – Wahhab
Al Wahhab adalah salah satu sifat Allah yang memiliki Arti Maha Pemberi Karunia.
Karunia merupakan hadiah yang bebas dari imbalan dan kepentingan.
Al-Qur’an menyebut al-Wahhab semua menunjuk kepada sifat Allah. Keagungan dan
kebesaran-Nya tak berkurang sedikitpun juga jika sekiranya semua manusia ingkar
kepada-Nya. Demikian juga sebaliknya, kewibawaan dan kemuliaan-Nya tak bertambah
sedikitpun juga jika sekirinya semua manusia tunduk patuh kepada-Nya. Dia tak
membutuhkan ucapan terima kasih, tak juga tepuk tangan atas semua kebaikan-Nya.

Anda mungkin juga menyukai