Anda di halaman 1dari 24

3

2
1
TUGAS SEJARAH INDONESIA
KELOMPOK 4

ANGGOTA KELOMPOK :
1. FOUELA DWI N (13)
2. RINA RESIANA D (25)
3. SITI NUARZILA (27)
4. VITRIYAH ARAFAH S (31)
5. WANDA PUTRI A (32)
6. ZAHRA PUTRI Z (35)
BAB 3

PERLAWANAN BANGSA
INDONESIA TERHADAP
PENJAJAHAN BANGSA BARAT
A. Perlawanan Bangsa Indonesia Sebelum abad 20
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis pada tahun 1511, para
pedagang memindahkan jalurnya ke Laut Jawa dan Selat Sunda
sebagai langkah protes dan perlawananya terhadap Portugis. Berikut
ini perlawanan-perlawanan bersenjata :
1. Perlawanan Fisik Melawan penjajah Portugis.
2. Perlawanan Fisik terhadap Belanda.
3. Perlawanan Fisik Abad ke-19 terhadap pemerintah Hindia
Belanda.
1. Perlawanan Fisik Melawan penjajah Portugis.

a) Perlawanan Sultan Baabullah dan Ternate.


Raja Ternate yang sangat gigih  melawan Portugis adalah Sultan Hairun  yang
bersifat sangat anti-Portugis. Beliau dengan tegas menentang usaha Portugis untuk
melakukan monopoli perdagangan di Ternate. Rakyat Ternate di bawah pimpinan
Sultan Hairun melakukan perlawanan. Rakyat menyerang dan membakar benteng-
benteng Portugis.
Dengan kekuatan yang lemah, tentu saja Portugis tidak mampu menghadapi
perlawanan.
Oleh karena itu, pada tahun 1570 dengan licik Portugis menawarkan tipu
perdamaian. Sehari setelah sumpah ditandatangani, de Mosquito mengundang Sultan
Hairun  untuk menghadiri  pesta perdamaian di benteng. Tanpa curiga Sultan Hairun 
hadir, dan kemudian dibunuh  oleh kaki tangan Portugis.
Peristiwa ini menimbulkan kemarahan besar bagi rakyat Maluku dan terutama
Sultan Baabullah, anak Sultan Hairun. Bersama rakyat, Sultan Baabullah bertekad
menggempur Portugis. Pasukan Sultan Baabullah memusatkan penyerangan untuk
mengepung benteng Portugis di Ternate. Lima tahun lamanya Portugis mampu 
bertahan di  dalam benteng yang akhirnya menyerah pada
tahun 1575 karena kehabisan bekal. Kemudian Portugis melarikan diri  ke Timor
Timur.
b) Perlawanan Adipati Unus dan Fatahillah dan Demak.
Jatuhnya Malaka ke pihak Portugis sangat merugikan jaringan
perdagangan para pedagang Islam dari Kepulauan Indonesia. Solidaritas
sesama pedagang Islam terbangun saat Malaka jatuh ke pihak Portugis.
Pada tahun 1513, Demak mengadakan penyerangan terhadap Portugis di
Malaka. Penyerangan tersebut dipimpin oleh Adipati Unus, putra Raden
Patah nanmun penyerangan ini belum berhasil.
Demak mengirim Fatahillah untuk menggagalkan rencana kerja sama
antara Portugis dan Pajajaran. Pada tahun 1527, Fatahillah mengadakan
penyerangan terhadap Portugis di Sunda Kelapa. Serangan tersebut
berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Selanjutnya pada tanggal 22
Juni 1527 nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta atau Jakarta yang
berarti kemenangan yang sempurna.
c) Perlawanan Iskandar Muda dan Aceh (1607-1636)
Perlawanan rakyat Aceh terhadap bangsa Portugis mencapai
puncaknya pada waktu Aceh dipimpin oleh kesultanan Aceh, Sultan
Iskandar Muda (1607- 1636). salah satu penyerangannya yaitu dengan cara
memblokade perdagangan. Kesultanan Aceh, Sultan Iskandar Muda,
merasa taktik pemblokadean perdagangan di wilayahnya sebagai cara
untuk melumpuhkan Portugis ternyata tidaklah sempurna hasilnya. Maka
Sultan Iskandar Muda pun menyerang kedudukan Portugis yang pada saat
itu masih berpusat di Malaka pada tahun 1629.
Adapun raja- raja Aceh yang memimpin masyarakat untuk melakukan
perlawanan kepada Portugis yaitu Sultan Ali Mughayat Syah , Sultan
Alaudin Riayat Syah, dan sultan Iskandar Muda. Raja- Raja tersebutlah
yang memberikan semangat juang kepada rakyatnya, agar tidak di jajah
atau dikuasai oleh pihak luar, termasuk Portugis.
2. Perlawanan Fisik terhadap Belanda.

a) Perlawanan Sultan Nuku


Perlawanan Sultan Nuku dan Kerajaan Tidore terhadap VOC disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain, VOC melakukan monopoli perdagangan dan
penangkapan Sultan Jamaluddintahun 1779. Pada tahun 1780, Sultan Nuku
memimpin rakyat Tidore melawan VOC. Ia berhasil mendamaikan Gubernur
Ambon dan Gubernur Ternate. Ia juga mengadakan hubungan hubungan
dengan Inggris yang saat itu sedang berselisih dengan Belanda. Mereka
melawan Belanda dan berhasil merebut kota Soa Siu dan Ternate dapat
dipersatukan.
b) Perlawanan Sultan Agung dan Mataram (1613-1645)
  Tindakan VOC yang terus memaksakan kehendak untuk melakukan
monopoli perdagangan membuat para pedagang Pribumi mengalami
kemunduran. Kebijakan monopoli VOC juga dapat membawa penderitaan
rakyat. Oleh karena itu, Sultan Agung merencanakan serangan ke Batavia
sebagai pusat VOC.
Pada tahun 1628 telah dipersiapkan pasukan dengan segenap persenjataan dan
perbekalan. Pada waktu itu yang menjadi gubernur jenderal VOC adalah J.P.
Coen. Sebagai pimpinan pasukan Mataram adalah Tumenggung Baureksa.
Pasukan Mataram berusaha mengepung Batavia dari berbagai tempat.
Terjadilah pertempuran sengit antara pasukan Mataram melawan tentara VOC
di berbagai tempat. Tetapi kekuatan tentara VOC dengan senjatanya jauh lebih
unggul, sehingga dapat memukul mundur semua lini kekuatan pasukan
Mataram. Dengan demikian serangan tentara Sultan Agung pada tahun 1628
itu belum berhasil.
Pada tahun 1645 Sultan Agung wafat, kemudian digantikan oleh Amangkurat
I. Ternyata Raja Amangkurat I merupakan raja yang lemah dan bahkan
bersahabat dengan VOC. Raja ini juga bersifat reaksioner dengan bersikap
sewenang-wenang kepada rakyat dan kejam terhadap para ulama. Oleh karena
itu, pada masa pemerintahan Amangkurat I itu timbul berbagai perlawanan
rakyat. Salah satu perlawanan itu dipimpin oleh Trunajaya
c) Perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa adalah raja Banten terbesar dalam perlawanan
terhadap belanda (VOC). Namun, putranya Sultan Haji (anak dan
selir)bersahabat dengan belanda, sehinga pihak belanda turut campur atas
tahta di Banten. Melihat hal itu, Sultan Ageng mengorbankan perang
melawan Belanda dengan tujuan agar Belanda tidak ikut campur atas Banten
dan menurunkan Sultan Haji dari tahtanya atas Banten. Pada tahun 1681,
Sultan Ageng Tirtayasa dikalahkan oleh Sultan Hji yang dibantu VOC. Pada
tahun 1683 Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap V0C dan dibawa ke Batavia.
Istana Banten diserahkan kepada Sultan Haji. VOC mendapat hak monopoli
di Banten.
d) Perlawanan Sultan Hasanudin
Sultan Hasanudin diberi julukan ayam jantan dari timur, karena
keberaniannya dalam melawan penjajah. Pada masa pemerintahan Sultan
Hasanudin Makasar menjadi pelabuhan transito untuk kawasan timur
nusantara sehingga sagat ramai dan menarik perhatian. Untuk kepentingan ini
Belanda melakukan politik adu domba yakni membantu Arupalaka raja Bone.
Akibatnya Sultan Hasanudin kalah dan harus menandatangani perjanjian
bongaya pada tahun 1667 yang isinya :
1. VOC menguasai monopoli perdagangan di Makasar.
2. Makasar harus melepas seluruh daerah bawahannya seperti,
sopeng,luwu,wajo dan bone
3. Arupalaka dikukuhkan sebagai raja Bone.
4. Makasar harus menyerahkan seluruh benteng-bentengnya.
5. Makasar harus membayar biaya perang dalam bentuk hasil bumi kepada
VOC setiap tahun.
6. Makasar melepaskan daerah Bugis dan Bima.
7. Orang-orang asing dilarang tinggal di Makasar.
3. Perlawanan Fisik Abad ke-19 terhadap Pemerintah Hindia Belanda
a) Perlawanan Rakyat Maluku di bawah Pimpinan Pattimura
berdasarkan Confention of London (1814)bdaerah Maluku diserahkan oleh
Inggris kepada Belanda. Kedatangan Belanda kembali di Maluku mendapat
perwalanan dan rakyat dibawah pimpinan Pattimura. Sebab-sebab terjadinya
perlawanan:
1. Penindasan dan pemerasan bangsa Belanda terhadap penduduk Maluku sejak jam
VOC.
2. Ketidakpuasan rakyat terhadap peraturan Gubernur yang mewajibkan rakyat
menyediakan prahu bagi pemerintah Belanda.
Sebab khusus, residen Vanden Breg menolak tuntutan rakyat untuk membayar harga
perahu yang dipesan sesuai harga.
perlawanan dimulai dengan menyerbu Banteng Duurstededi Saparua dan
berhasil. Resuden Vanden Breg beserta keluarganya terbunuh. Perlawanan meluas ke
Ambon dan Seram.
Belanda kesulitan merebut kembali benteng Duurstede, dengan politik Devide et
Impera beberapa raja diperalat sehingga Saparua dan benteng Duurstede dapat direbut
kembali pada 16 Desember 1817. empat pemimpin perang Maluku yaitu Pattimura,
Anthoni Rebok, Philip Latumahina, dan Said Parintah dihukum gantung di benteng
Vctoria di Ambon dan Ulupaha ditembak mati di Ambon. Dengan gugurnya para
pemimpin rakayat menghentikan perlawanan.
b) Perlawanan Kaum Padri
perang Padri terjadi di Sumatra. Barat. Semula adalah perang saudara antara suku
Minang. Pertikaian ini dimanfaatkan oleh Belanda untuk campur tangan. Terjadilah
perang suku Minang melawan Belanda dan disebut perang kolonial yang dikuasi oleh
Belanda dengan tujuan menguasi Sumatra Barat.
Sebab-sebab terjadinya perang:
1. Semula agama islam yang berkembang di Sumatra Barat adalah agama islam aliran
taswuf yang disiarkan Aceh. Sedangkan aliran Wahabi mengendaki ajaran islam
yang murni , akibatnya terjadilah pertentangan paham.
2. Adanya kebiasan adat yang tidak baik seperti menyambung ayam, minum, dan rikik.
3. Adanya perbedaan hukum adat dengan hukum islam, tentang kedudukan wanita dan
pewaris, yaitu hukum adat matrilineal sedang hukum islam mengenal patrillineal.
4. Terjadinya perebutan pengaruh antara kaum adat dengan kaum ulama.
5. Campur tangan bangsa barat yaitu Belanda yang menginginkan kekuasaan.
Sebab khusus, pertemuan antara kaum adat dan kaum ulama untuk mencari penyelesain
di kota tengah gagal. Perang padri berlangsung 3 periode:
6. Periode 1821-1825
Kaum Padri dengan gigih melawan kaum adat yang dibantu Belanda. Belanda
mendatangkan bantuan dari Batavia dibawah Letkol. Raff dan berhasil mendirikan
benteng di Batu Sangkar yang diberi nama Fort Vander Capellen.
2. Periode 1826-1838
Merupakan periode pertengahan dan bagi Bealnda untuk ambil nafas.
Namun serangan kaum Padri atas kedudukan Belanda di Padang Tarab masih
berlangsung juga. Sementara pertempuran antara kaum Adat dengan kaum Padri
juga masih berlangsung, belnda memperkuat kedudukannya di Bukit Tinggi
dengan membuat Benteng Fort de Kock. Dari laut belanda menembaki daerah
Pariaman karena rakyat menentang monopoli garam pemerintah Belanda.
3. Periode 1831-1836
setelah perang Diponegoro selesai, Belanda bertekad menyelesaikan perang
Padri. Tuanku Nan Cerdik menyerah, Imam Bonjol ditangkap dengan siasat
perundingan, di bawa ke Batavia, dibuang ke Ambon dan pindah lagi ke
Kampung Hutan Minahasa hingga wafat 6 November 1846.
Akhirnya seluruh Suamtra Barat jatuh ketangan Belanda.
Perang Padri mempunyai arti bahwa:
4. Pada periode terakhir kaum Adat dan kaum Ulama bersatu untuk melawan
Belanda mereka tidajk memperuncing perbedaan pahamnay.
5. Belanda menguasi produksi di daerah Sumatra Barat, ditemukan tambang
batu bara di daerah Sawh Lunto, untuk dibangun pelabuhan Teluk Bayur.
c) Perlawanan Suktan Baharudin di Palembang
Sebab-sebab terjadinya perlawanan Sultan Baharudin terhadap Belanda,
anatar lain menyerahkan kembali kekuasan Indonesia dan Portugis pada
Belanda. Penagkapan Sultan Najamudin yang dianggap menentang Belanda.
Pada tahun 1819 Sultan Baharudin melakukan perlawanan terhadap Belanda
melalui Sungai Musi, tetapi dapat digagalkan oleh Belanda.. Pada tahun 1825
perlawanan rakyat Palembang dapat diselesaikan Belanda dengan menghapus
status kesultanan Palembang.
d) Perlawanan Pangeran Diponegoro
Perlawanan Diponegoro terjadi d Jawa Tengah. Diponegoro adalah putra
Hamengkubowono III dan garwo selir. Ia memimpin perlawanan terhadap
Belanda disebabkan oleh:
Sebab umum:
1. Kekuasaan raja Mataram semakin merosot setelah dibagi menjadi 4 bagian.
2. Kaum bangsawan penghasilannya berkurang karena Belanda mengambil alih
tanah milik bangsawan
3. Beban rakyat bertambah berat seperti pajak, kerja rodi dan pungutan lain.
Sebab khusus adalah peristiwa Tegalrejo.
Belanda bermaksud membuat jalan melalui makam leluhur Pangeran
Diponegoro tanpa izin, sehingga dirasakan tantangan bagi pangeran Diponegoro.
tanggal 20 Juli 1825 Diponegoro mengangkat senjata walaupun Belanda telah
mengirim misi damai dipimpin Pangeran Mangkubumi. Diponegoro berhasil
meloloskan diri ke Selarong. Namun dalam mengahdapi Belanda Pangeran
Diponegoro da Kyai Mojo terdapat perselisihan paham. Menurut Kyai Mojo harus
dihadapi dengan perang jihad sedangakn menurut Pangeran Diponegoro Belanda
harus dihada[i dengan perang Grilya. Itulah sebab Pangeran Diponegoro
diangakat rakyat sebagai Sultan dengan gelar “ Sultan Abdul Hinid Herucokro
Amirul Mukminin Sayyidin Panatagam Khalifatullah Tanah Jawa.
Tahun 1825-1826 pasukan Diponegoro berahsil memukul mundur konvoi-konvoi
pasuakn Belanda dan memperoleh kemenagan. Namun sejak 1827-1830 pasukan
Diponegoro selalu mengalami kekalahan. Pangeran Diponegoro melanjutkan memimpin
perang sendiri dengan siasat perang Gerilya. Untuk menhadapi siasat Gerliya Pangeran
Diponegoro, Gubernur Jenderal De Kock melaksanakan siasat benteng Stelsel, sehingga
wilayah Gerilya Pangeran Diponegoro semakin sempit. Dalam keadaan terdesak Pangeran
Diponegoro menerima tawaran perundingan. Dalam perundingan, Diponegoro menuntut
sebuah negara merdeka dibawah seorang Sultan dan juga ingin menjadi Amirul Mukminin
di Tanah Jawa serta sebagai Kepala Negara bagi rakyat Islam.
e) Perlawanan Rakyat Sulawesi Selatan
Setelah Arupalaka meninggal, rakyat Sulawesi Selatan
mengadakan gerakan menentang Belanda yang di dukung oleh
Kerajaan Bone, Ternate, Wajo dan Supa. Pada 30 Agustus 1824
Belanda menyerang Suppa, namun dapat dipukul mundur. Pada
bulan Oktober 1824 pasukan Bone berhasil menghancurkan pos-pos
Belanda dan Wilayah Kerajaan Bone semakin luas.
Pada 5 Februari 1825 Belanda mendatangkan bantuan dari
Batavia dan mengadakan serangan serangan besar-besaran.
Perlawanan rakyat dipadamkan, namun perlawanan kecil masih
berkobar hingga awal abad ke-20.
f) Perlawanan Rakyat Bali (1849-1908)
Alasan utama Belanda untuk menguasai pulau Bali adalah diterapkannya
hukum adat yang disebut hak Tawan Karang. Belanda menganggap hukum itu
berbahaya bagi harta dan awak kapalnya. Tahun 1843 diadakan perjanjian agar
raja-raja Bali menghapus hukum tersebut dan Tahun 1846 terjadi perang Buleleng
yang dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelatik dan akhirnya jatuh ke tangan Belanda.
Dibawah pimpinan Jenderal Vander Wijck menyerbu Jagaraga karena
dilaksanakan hak tawan Karang tetapi usaha tersebut gagal. Tahun 1849 Belanda
mendatangkan paukan besar-besaran dipimpin oleh Jenderal Michiels. Raja
Karang Asem melakukan perang puputan tetapi Klungkung, Benteng Kasumba
dan Karang Asem dapat direbut Belanda dan raja-raja dipaksa mendatangani
perjanjian.
g) Perlawanan Rakyat Kalimantan Selatan (1859-1862)
Perang Banjar merupakan peperangan di Wilayah Kalimantan Selatan.
Sebab-sebab peperangan:
1) Rakyat tidak senang akan merajalelanya Belanda yang mengusahakan
perkebunan dan pertambangan batubara di Kalimantan Selatan.
2) Belanda bermaksud menguasai seluruh Kalimantan Selatan dalam rangka Pax
Neerlandica.
3) Belanda selalu mencampuri urusan tahta kerajaan.
Untuk dapat menguasai seluruh Kalimantan Selatan Belanda menggunakan
politik pecah belah pada Kesultanan Banjar. Belanda mengangkat pangeran
Tamji’dillah, tetapi Ia tidak disukai rakyat. Akhirnya rakyat dipimpin pangeran
Hidayatullah dan pangeran Antasari mengangkat senjata melawan Belanda.
Namun, pangeran Hidayatullah tertawan oleh Belanda pada tahun 1862 dan
dibuang ke Cianjur. Di tahun yang sama juga pangeran Antasari juga terluka yang
akhirnya meninggal. Dengan demikian, berakhirlah perlawanan rakyat, dan
seluruh Kalimantan dikuasai oleh Belanda.

Anda mungkin juga menyukai