Anda di halaman 1dari 4

Nama : Wanda Putri Ardhani

Kelas : XII MIPA 1


No. : 32

RESENSI NOVEL FIKSI

A. Judul Buku

“HUJAN”

B. Identitas Buku :
1. Judul : Hujan
2. Jenis Buku : Fiksi
3. Pengarang : Tere Liye
4. Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
5. Kota Terbit : Jakarta
6. Tahun Terbit : 2016
7. Tebal Buku : 320 halaman ; 20 cm
C. Sinopsis
Cerita bermula ketika seorang gadis bernama Lail melakukan terapi untuk
menghilangkan ingatan miliknya. Elijah, sang terapis bertanya pada Lail tentang ingatan apa
yang ingin dia hapus. Lail menjawab bahwa ia ingin melupakan Hujan - karena hujanlah
yang akan memulai kisah panjang tentang Lail, apa yang dialaminya dan apa yang ingin
dilupakannya.
21 Mei 2042 bayi ke 10 miliar lahir ke dunia dan membawa sebuah pertanda kurang
baik: jumlah manusia sudah terlalu banyak dan pertambahan penduduk tidak bisa dibendung.
Krisis air memperparah keadaan. Para peneliti sedang susah payah mengatasi dan mencari
solusi untuk masalah ledakan jumblah penduduk yang bisa berujung pada peradaaban yang
tidak stabil.
Tak di sangka, alam punya caranya sendiri untuk mengatasi masalah ini. Kalau kita
mengingat tentang letusan gunung purba Toba, yang nyaris saja menghilangkan nyawa
seluruh umat manusia di bumi, maka di tahun 2042 itu pula terjadi letusan yang sama
dahsyatnya. Umat manusia hampir punah seluruhnya hanya dalam hitungan menit.
Lail yang masih sangat belia harus kehilangan ibunya di depan matanya sendiri.
Ayahnya? Jauh lebih menyedihkan karena ayahnya bekerja di dekat pusat letusan sehingga
bisa dipastikan bahwa Lail tidak akan bertemu lagi dengan ayahnya. Letusan itu telah
merenggut nyawa kedua orang tuanya. Setelah kejadian itu, hujan pertama pun turun di novel
ini. Hujan yang membawa Lail pada kesedihan. Setelah kejadian gunung meletus, Lail pun
bertemu dengan orang-orang baru. Ia bertemu dengan Esok, yang ketika itu berusia 15 tahun.
Lail sendiri berusia 13 tahun.
Esok sendiri nasibnya tak jauh beda dengan lail. Bencana alam itu menyebabkan ibunya
mengalami luka yang cukup parah, sehingga kakinya harus di amputasi. Ayah Esok sendiri
memang sudah tiada sejak lama, tapi yang menyedihkan adalah Esok harus kehilangan ke-4
kakaknya.
Esok berteman baik dengan Lail. Esok pun kemudian menjadi sosok yang sangat
berharga untuk Lail. Mereka berteman dan menjadi sangat dekat hingga ternyata -- Lail
punya perasaan. Datanglah sebuah kabar yang akirnya memisahkan Esok dan Lail. Esok akan
diadopsi oleh orang kaya sementara Lail akan masuk ke panti sosial. Nasib memisahkan
mereka berdua. Walaupun demikian, merekah masih tetap saling menghubungi, masih tetap
saling bertukar kabar.
Di panti sosial, Lail menemukan sahabat baru bernama Maryam, seorang anak yang
memiliki selera humor, berjiwa sosial, dan memiliki cita-cita yang kuat. Di panti sosial
mereka diasuh oleh seorang ibu yang tegas dan ketus. Di panti sosial inilah Lail dan Maryam
tumbuh dewasa dan mengejar angan mereka yang sempat mereka tepis jauh karena bencana
dahsyat itu. Maryam pun menjadi tempat baru bagi Lail untuk berbagi harinya, untuk berbagi
kisah hidupnya.
Singkat cerita, Maryam tahu bahwa Lail punya perasaan untuk Esok. Maryam sering
menggoda Lail tentang kedekatannya bersama Esok. Belakangan, Lail juga terlihat cemburu
ketika Maryam menyebut-nyebut nama Claudia - adik angkat Esok.
Semakin hari, Esok semakin sulit dihubungi karena kesibukannya berkuliah dan
mempersiapkan kelulusan. Suatu hari Esok memberitahu Lail bahwa dia sedang dalam
proyek pembuatan kapal yang bertujuan untuk membawa manusia keluar dari bumi karena
semenjak letusan gunung supervolcano itu, keadaan bumi semakin parah dan tidak layak lagi
menjadi tempat hidup untuk manusia.
Esok juga membocorkan rahasia bahwa tidak semua orang boleh naik ke kapal itu.
Esok memberitahu Lail bahwa dirinya hanya punya satu tiket karena Esok sendiri adalah
teknisi yang punya peranan penting dalam pembuatan kapal itu. Sisa tiketnya dipilih secara
acak oleh mesin. Hanya mereka yang punya gen terbaik yang boleh ikut. Selebihnya mau tak
mau harus tetap tinggal di bumi.
Suatu ketika, Lail bertemu dengan walikota. Walikota meminta Lail untuk memberikan
tiket miliknya kepada Claudia - adik angkat Esok. Mengapa walikota meminta demikian
padahal Lail tidak punya tiket apa-apa? Ternyata, walikota tahu bahwa Esok ternyata punya
dua tiket. Tambah lagi, Walikota juga sudah tahu bahwa Esok akan memberikan satu tiket
kepada orang yang dia cintai - Lail. Itulah mengapa walikota meminta Lail untuk
mengorbankan tiket miliknya.
Lail tidak menjawab apa-apa karena dia tidak tahu-menahu tentang dua tiket milik
Esok. Hanya Esok yang tahu tentang hal itu. Lagipula, sejauh ini belum ada kabar apa-apa
dari Esok karena dia tidak bisa dihubungi.
Sehari sebelum kapal berangkat walikota menemui Lail kembali untuk mengucapkan
terima kasih kepada Lail. Esok akhirnya mau memberikan tiketnya untuk Claudia. Padahal
Lail pernah membahas masalah tiket dengan Esok. Lail sendiri juga masih belum ada
menerima kabar dari Esok,. Apakah Esok memang lebih memilih Claudia?
Akhirnya Lail mengambil kesimpulannya sendiri bahwa sesungguhnya Esok memang
lebih mencintai Claudia daripada dirinya. Benar apa kata Maryam. Lail pun patah hati. Inilah
yang membuat Lail pergi untuk terapi. Ia ingin menghilangkan ingatannya tentang hujan -
tentang Esok.
Ternyata dugaan mereka salah! Esok tidak bisa dihubungi karena dia sedang sibuk
membuat kloning otaknya. Memang satu tiket itu diberikan untuk Claudia, karena Esok tidak
ikut naik ke kapal itu. Ia memilih untuk tinggal bersama Lail, orang yang dia cintai. Begitu
mendengar kabar tentang Lail ingin terapi menghilangkan ingatan, Esok langsung pergi
mengejarnya ke tempat terapi.
Novel ini memiliki beberapa keunggulan yaitu materi bahasa didalam novel ini cukup
ringan dan mudah dipahami. Meski halamannya cukup tebal Namun dalam novel ini segala
sesuatunya terasa pas. Alurnya tidak membosankan dan sudah sesuai dengan jalan cerita,
tidak terasa di panjang-panjangkan atau dilambat-lambatkan. Bahkan di beberapa bagian ada
yang dipercepat ceritanya. Jalan ceritanya sendiri tidak bisa ditebak sama sekali.
Banyak kejutan-kejutan yang terjadi dalam novel ini dan tidak pernah dibayangkan
sebelumnya. Belum lagi dengan kecanggihan teknologi yang bisa membuat anting-anting
sebagai pemandu online, sistem transportasi tanpa supir, alat komunikasi yang tertanam di
tangan dan sebagainya. Semuanya terasa nyata dan pasti bisa terjadi di masa depan. Tidak
adanya daftar isi dan sinopsis di sampul belakang juga menjadi daya tarik tersendiri dalam
novel ini. Hal ini akan membuat para pembacanya penasaran dan tidak ada pilihan lain selain
terus membaca hingga akhir.
Novel ini mempunyai kekurangan yaitu beberapa bagian terkesan seperti 'dipaksakan'.
Misalnya, setelah bencana yang demikian besar, ternyata masih ada fasilitas yang tidak rusak.
Menurut saya itu kurang pas dan tidak masuk akal. Bila memang bencananya sedemikian
besar hinga memusnahkan banyak manusia, seharusnya bumi memang harus hancur total dan
seluruh umat manusia harus memulai lagi dari nol.

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari novel ini, misalnya kehidupan tokoh-tokoh
dalam cerita sangat menarik dan menginspirasi. Novel ini juga layak dibaca oleh semua
kalangan umur, karena bahasa yang digunakan begitu mudah dipahami.

Anda mungkin juga menyukai