Anda di halaman 1dari 3

AQIDAH DAN KONSEP KETUHANAN MENURUT ISLAM

A. Aqidah Islamiyah
Sesungguhnya pandangan manusia terhadap kehidupan dan alam semesta,
pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya berkenaan dengan berbagai bidang dan
bahkan naluri dan perasaan-perasaannya, semua itu bersumber dari aqidah yang
diyakininya. Di samping itu, aqidah tersebut juga memiliki peranan penting dalam
membina dan membangun pemikiran, etika dan tata cara hidup sosialnya, serta dalam
mengarahkan kemampuan-kemampuannya ke arah membangun dan perubahan.
Dengan berlandaskan kepada fitrah suci – sebagai anugerah Allah SWT Sang
Maha Pencipta – yang senantiasa menuntun manusia menuju cahaya aqidah Islam yang
dapat menerangi segala yang berada di sekitarnya, kasih sayang-Nya adalah dengan
memeberikan petunjuk kepada manusia demi memahami akar dan dasar-dasar aqidah
sebagai landasan utama bagi pengetahuan manusia akan hakekat wujud ini.
Ketika manusia mau menggunakan akalnya, ia akan memahami bahwa aqidah
Islam meliputi undang-undang yang sempurna bagi setiap sisi dan dimensi
kehidupannya, menunjukkan jalan bagi manusia demi berkreasi dalam kehidupan
tersebut, sejalan dengan fitrah setiap insan dan dapat menjamin terpenuhinya
kebutuhan-kebutuhan rohani dan materi setiap individu secara seimbang dan cermat.
Di samping tu, aqidah tersebut juga dapat menjamin terjaganya kehormatan dan
kepribadiannya.
Dalam sisi pemikiran, aqidah Islam telah berhasil mengeluarkan manusia dari
alasan takhayul dan kebodohan dengan menganjurkan manusia untuk mengerahkan
segala kemampuan yang dimiliki, demi merenungkan tanda-tanda keagungan Allah
SWT sehingga manusia mampu mencapai kehidupan yang terhiasi dengan cahaya
ilmu.
Dalam sisi kehidupan sosial, aqidah Islam telah berhasil merubah corak
kehidupan masyarakat yang sebelumnya dilandasi oleh fanatisme suku warna kulit dan
harta benda dengan corak baru yang dilandasi oleh tolok ukur spiritual (ma’nawiyah),
yang teraktualkan dalam konsep takwa, fadhilah dan persaudaraan insani.
Dalam sisi etika dan akhlak, aqidah Islam telah berhasil menumbuhkan
kesadaran diri yang mempercayai bahwa Sang pencipta Yang Maha Agung yakni Allah
SWT selalu memperhatikan segala tingkah laku manusia, dan setiap sepak terjangnya
pasti memiliki nilai pahala dan dosa.
1. Definisi dan Perkembangan Aqidah
Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Pada kayakinan
manusia adalah suatu kayakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan.
Aqidah menurut terminologi syara’ (agama) yaitu keimanan kepada Allah SWT,
Malaikat-malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akhirat, dan keimanan kepada
Takdir Allah SWT baik maupun buruknya, yang disebut atau dikenal dengan
Rukun Iman.
Dalam syariat Islam terdiri dua pangkal utama; pertama: Aqidah yaitu
keyakinan pada rukun iman itu, letaknya di hati dan tidak ada kaitannya dengan
cara-cara perbuatan (ibadah).
Pada masa Rasulullah SAW, aqidah bukan merupakan disiplin ilmu
tersendiri karena masalahnya sangat jelas dan tidak jadi perbedaan-perbedaan
faham, kalauun terjadilangsung diterangkan oleh beliau. Sebagaimana didapatkan
keterangan para sahabat yang artinya berbunyi : ”Kita diberikan keimanan sebelum
Al-Quran”.
Pada masa pemerintahan khalifah Ali bin Abi Thalib timbul pemahaman-
pemahaman baru seperti kelompok Khawarij yang mengkafirkan Ali dan
Mu’awiyah karena melakukan tahkim lewat tulisan masing-masing yaitu Abu Musa
Al-Asy’ari dan Amru bin ’Ash. Lahir pula kelompok Syi’ah yang mendukung dan
mengistimewakan khalifah Ali bin Abi Thalib dan kemudian timbul pula
kelompokm dari Irak yang menolak takdir diplopori oleh Ma’bad Al-Juhani.

2. Bahaya Penyimpangan Aqidah


Penyimpangan aqidah yang dialami oleh seseorang berakibat fatal dalam
seluruh kahidupannya, bukan saja di duni tetapi berlanjut hingga kesengsaraan
yang tidak berkesudahan di akhirat kelak. Biasanya penyimpangan itu disebabkan
oleh sejumlah faktor, diantaranya :
a. Tidak menguasai pemahaman aqidah yang benar karena kurangnya pngertian
dan perhatian.
b. Fanatik kepada peninggalan adat dan keturunan. Karena itu dia menolak aqidah
yang benar.
c. Taqlid buta kepada perkataan tokoh-tokoh yang dihormatitanpa melalui seleksi
yang tepat sesuai dengan argumen Al-Quran dan Sunnah.
d. Berlebihan (ekstrim) dalam mencintai dan mengangkat para wali dan orang
shaleh yang sudah meninggal dunia, sehingga menempatkan mereka setara
dengan Tuhan, atau dapat berbuat seperti perbuatan Tuhan.
e. Lengah dan acuh tak acuh dalam mengkaji ajaran Islam disebabkan silau
terhadap peradaban Barat yang materialistik.
f. Pendidikan di dalam rumah tangga, banyak yang tidak berdasar ajaran Islam,
sehingga anak tumbuuh tidak mengenal aqidah Islam
g. Peranan pendidikan resmi tidak memberikan porsi yang cukup dalam
pembinaan keagamaan seseorang.

3. Faedah Mempelajari Aqidah Islamiyah


Karena aqidah Islamiyah bersumber dari Allah WT yang mutlak, maka
kesempurnaannya tidak diragukan lagi. Faedah yang akan diperoleh orang yang
menguasai dan benar aqidah islamiyahnya adalah
a. Membebaskan dirinya dari ubudiyah/penghambaan kepada selain Allah, baik
bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun lainnya.
b. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu ingat kepada Allah baik dalam
keadan suka maupun duka.
c. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas. Takut kepada
kurang rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin dan seluruh manusia termasuk
takut mati.
d. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa, sekokoh gunung. Dia hanya
berharap kepada Allah dan ridho terhadap segala ketentuan Allah.
e. Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan/ukhuwah dan persamaan. Tidak
beda antara miskin dan kaya, antara pintar dan bodoh, antara pejabat dan rakyat
jelata, antara kulit putih dan kulit hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali
takwanya disisi Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai