Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH STUDI ISLAM

“Aspek – aspek ajaran islam tentang aqidah”

Dosen Mata Kuliah Studi islam 2 :


M. Sururi SHI., M. Kom

Disusun oleh:
Windy fajriah fitri 11180930000129
SISTEM INFORMASI 2.E

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
SISTEM INFORMASI
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya,sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
kuliah Studi Islam.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasannya mengenaiaspek ajaran islam
tentang aqidah, yang saya sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber Informasi,
referensi, dan berita. Dan dengan bantuan dari dosen pembimbing yaitu bapak M. Sururi
SHI.M.Kom terutama Allah SWT. Alhamdulillah makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Dengan ini saya meminta maaf jika Makalah ini mungkin memiliki banyak kesalahan
kesalahan yang disengaja maupun tidak. Untuk itu kritik dan saran merupakan masukan saya
agar dapat membuat makalah yang lebih bagus lagi kelak.

Tangerang Selatan, Maret 2019

Windy fajriah
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Secara umum ajaran islam meliputi semua realitas yang terdapat di alam semesta, di dalam
kehidupan umat manusia, serta apa yang akan terjadi pada masa depan (akhirat). Namun
demikian, secara sederhana ajaran islam dapat dikelompokkan kedalam empat aspek, yaitu :
1. Akidah, yaitu aspek ajaran yang berkenaan dengan keyakinan, yaitu: yakin
tentang adanya Allah, para malaikat, kitab-kitab Allah, para rasul, hari akhir, dan takdir.
2. Ibadah, yaitu aspek ajaran yang berkenaan dengan ritual penyambahan, , yaitu:
shalat, puasa, dan haji. Ada juga yang mengelompokkan zakat ke dalam kategori ini.
3. Muamalah, yaitu aspek ajaran yang berkenaan dengan tatacara hubungan antar
sesama, seperti adab bertentangga, jual-beli, tolong-menolong, berbakti kepada orang tua,
menyantuni anak yatim dan fakir miskin, dan lain-lain.
4. Akhlak, yaitu aspek hubungan yang berkenaan dengan moralitas, etika, sopan
santun, sikap diri dan lain-lain seperti adab hubungan antar lawan jenis, sabar, syukur,
tawakal, dan lain-lain.
Keempat aspek ajaran islam ini merupakan komponen penting yang mengatur seluruh aspek
kehidupan umat islam, baik di dunia sini maupun kehidupan di akhirat kelak. Kecuali itu ajaran
ini juga merupakan formula penting untuk membentuk pribadi seseorang menjadi manusia yang
mempunyai keseimbangan jiwa dan raga, manusia yang hidupnya penuh visi dan kedamaian
jiwa. Berbeda dengan manusia modern yang sekular dan kehilangan keseimbangan jiwa dan
hidupnya senatiasa diliputi kecemasan, keresahan, dan keserakahan.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Aspek-aspek aqidah dalam ajaran islam

Islam merupakan agama yang sangat di ridhoi oleh Allah SWT. Para ulama membagi
Islam ke dalam tiga kerangka pokok yaitu aqidah, Syariah dan akhlak. Semuanya merupakan
satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.

Aspek aqidah berperan sebagai landasan serta motivasi dari semua perbuatan lahir, baik
perbuatan hukum maupun akhlak. Sementara perbuatan-perbuatan tersebut, merupakan
rangkaian amaliyah yang akan diperhitungkan pahalanya kelak dihari perhitungan, untuk
menentukan posisi seseorang apakah disurga atau di neraka.[1]

Dengan demikian, objek keyakinan hati atau keimanan tersebut pada umumnya adalah
suatu yang gaib, yakni suatu yang ada namun kebenarannya tidak dapat dijangkau dan
didefinisikan oleh panca indra dan imajinasi manusia, kecuali unsur-unsur yang nampak, tapi
pada segi nsikap untuk menerima segala fungsi dan peranannya untuk kehidupan manusia.

Oleh sebab itu, semua infomasi tentang ajaran aqidah Islam, baik tentang wujud Allah
beserta segala atribut-Nya, tentang kerasulan, para malaikat dan fungsi-fungsinya, kitab suci,
kehidupan akhirat berupa surga dan neraka berikut prosedur hisabnya, dan tentang qadla dan
qadar, di sanpaikan lewat wahyu, karena tanpa informasih seta penegasan dari Allah SWT.
Umat manusia tidak akan mengetahui apa-apa tentang ajarannya itu, serta tidak akan
menerimanya Dengan suatu keyakinan dan kebenaran semua itu.

Seiring dengan informasi-informasi gaib tersebut, Allah menegaskan perintah-Nya agar


orang beriman benar-benar mempercayai Allah dan rasul-nya itu beserta kitab yang di
bawahnya, sebagaimana terungkap dalam surah An-Nisa ayat: 136

[1] Muhammad Al-Ghazali, Aqidah Muslim, terj. Mahyudin Syaf (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet. Kelima
1994), h. 11.
Sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.[2]

Sesuai Dengan ayat diatas, makna semuah orang beriman yakni yang telah menyatakan
identitas keberagamaannya sebagai mukmin pengikut ajaran Rasulullah saw, wajib untuk
meyakini akan adanya Allah serta semua atribut yang diperkenalkan-Nya dalam Al-Qur’an,
meyakini dan menerima kerasulan Muhammad saw. besrta kitab suci yang dibawanya, yang
memuat semuah ajaran Islam, termasuk ajaran tentang aqidah.

Menyangkut aspek akidah, hal pertama yang diyakini seorang muslim adalah tentang
eksistensi Allah, kekuasaan, dan keesaanya. Konsep ini sering disebut dengan tauhid.
Kemudian dalam pembahasan ini, kaitannya dengan modernisme, tauhid dibagi menjadi dua:
tauhid normatif dan tauhid sosial.

a) Tauhid Normatif

Secara sederhana dapat didefinisikan bahwa yang dimaksud dengan tauhid normatif
adalah kepercayaan seorang muslim akan kesaan Allah SWT baik eksistensi, sifat-sifat, dan
kekuasaannya serta hal-hal matafisis (gaib) yang dikabarkannya. Mengawali semuanya, seorang
yang akan masuk agama islam harus mengucapkan kalimat syahadat ( kalimat persaksian) yaitu:
asyahadu alla illaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan rasulullah (saya bersaksi bahwa
tiada tuhan selain Allah, dan saya bersaksi bahwa muhammad adalah utusan Allah). Kalimat
pertama disebut dengan syahadat tauhid.

Dari segi bahasa, kata tauhid dalam bahasa arab, berasal dari kata wahhada, yuwahhidu,
tauhidan, yang berarti mengesakan dan menyatukan. Tauhid bisa dimaknai dengan keyakinan
dan kesaksian bahwa “tidak ada tuhan selain Allah”.
Mengesakan Allah adalah bagian palin fundamental dari ajaran agama islam dan inti
sejatinya merupakan pesan utama dari seluruh ajaran Allah SWT yang dibawa oleh para
utusannya sejak Nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
[2] Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Gema Risalah Press Bandung, 1992) h. 102
Inti dari konsep tauhid secara sederhana diformulasikan dalam kalimat “la ilaha illallah”
(tiada Tuhan selain Allah). Kalimat ini menggambarkan secara tepat dan mendalam tentang
keimanan umat islam. Kalimat tauhid mengantarkan umat islam pada dua kesadaran dan
keyakinan: pertama keyakinan untuk mengingkari tuhan –tuhan yang palsu, dan yang kedua
memusatkan kepercayaan hanya kepada Allah SWT.

Dalam ilmu kalam, konsepsi tauhid ini kemudian dikembangan dalam tiga aspek
ketauhidan; tauhid rububiyyah, tauhid mulkiyyah dan tauhid uluhiyyah.
a. Tauhid rububiyyah
Tauhid rububiyah yang berkenaan dengan kesadaran dan keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan
yang menciptakan dan memelihara seluruh makhluk di alam jagad raya.
b. Tauhid mulkiyyah
Tauhid mulkiyyah adalah kesadaran dan keyakinan bahwa Allah saja yang berdaulat secara
absolut atas seluruh alam semesta, menguasai manusia, dan Dia-lah penguasa Hari Kiamat.
c. Tauhid uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah adalah konsekuensi yang logis dari tauhid rububiyyah. Keyakinan bahwa
Allah saja yang menciptakan semua yang ada merupakan dasar peribadatan dalam ajaran islam.
Tauhid uluhiyyah mengandung makna :
1. Lâ hubban illa lillâh, (tiada yang berhak dicintai kecuali hanya Allah SWT)

2. Lâ khasyyatan illa lillâh, (tiada yang berhak ditakuti kecuali hanya Allah SWT)

3. Lâ thâ’atan illa lillâh, (tiada yang berhak ditaati Allah SWT)

4. Lâ ibadatan illa lillâh, (tiada yang berhak disembah kecuali hanya menyembah
kepada Allah SWT)

Konsep akidah islam, kaitannya dengan tauhid normatif ini, pada umumnya dijabarkan
kedalam enam hal yang disebut “Rukun Iman“. Jadi rukun iman inilah hal asasi yang harus
diyakini oleh seorang muslim.
Ancaman-ancaman tauhid

Tauhid kepada Allah adalah sebuah perjuangan yang terus menerus secara konsisten. Setiap
saat bisa muncul ujian terhadap ketauhidan ini. sebagai contoh kecil, beberapa ancaman tauhid
itu antara lain :

Pertama, hawa nafsu. Ancaman serius terhadap ketauhidan sebetulnya bermula dari diri
manusia itu sendiri, yaitu berupa hawa nafsu. Orang yang terbius hawa nafsu menjadi cenderung
eksklusif, menolak kebenaran, sombong, dan menolak diri terhadap kebenaran dari luar.
Disamping potensi berpaling dari tuhan itu terdapat dalam diri manusia sendiri (hawa nafsu),
Allah juga menggambarkan bahwa ada makhluk ghaib yang membangkang kepada Allah sejak
Adam diciptakan dulu, yaitu setan/iblis. Setan akan membujuk manusia untuk menuruti hawa
nafsunya.

Kedua, lingkungan sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tentu tidak dapat melepaskan diri
dari lingkungannya. Manusia dapaat mempengaruhi lingkungannya, dan juga sebaliknya ia juga
dapat dipengaruhi oleh lingkungannya. Keyakinan yang kuat kepada Allah SWT juga harus
diletakkan dalam konsep kesejarahan manusia yang terus-menerus berinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar yang tidak kondusif juga dapat menjadi ancaman tauhid.
Alam sekitar yang seharusnya dipahami sebagai ciptaan tuhan terkadang dipandang dan
diagungkan karena diyakinimempunyai kekuatan magis. Kemajuan sains dan teknologi disatu
sisi memang memudahkan kehidupan manusia. Namun disis lain juga dapat menjadi ancaman
tauhid. Karena terpukau dengan kemajuan teknologi, manusia dapat mengabaikan tuhan. Padahal
dalam konsep islam, segala sesuatu selalu berada dibawah kekuasaan dan kehendak tuhan.

Ketiga, sekularisme dan materialisme. Budaya modern memeng banyak menawarkan


kemudahan bagi kehidupan manusia. Tetapi dibalik itu budaya modern juga menyiapkan
belenggu-belenggu kemanusiaan yang baru. Salah satunya adalah dengan adanya pahan
sekularisme dan paham materialisme. Dalam paham sekularisme, manusia modern dituntun
untuk hanya memposisikan ajaran tuhan pada ranah kehidupan privat atau wilayah kehidupan
pribadi saja. Ajaran tuhan tidak mendapat tempat dalam kehidupan publik. Agam tidak boleh
dibawa-bawa dalam proses publik, ekonomi, sosial, dan budaya. Sedangkan materialisme
menanamkan pemahaman bahwa motif dan kepentingan utama manusia lebih terkait dengan
segala sesuatu yang bersifat materi. Materi menjadi ukuran kehidupan. Nilai-nilai ketuhanan
tidak dapt tempat dalam paham materialisme.

b) Tauhid Sosial

Tauhid sosial adalah pengaruh sosial keberimanan seseorang muslim. Jika tauhid normatif
berhubungan dengan sesuatu yang metafisis (ghaib), yang trasendental dan memfokuskan
perhatiannya pada bagaimana meyakini dan beribadah kepada Allah (theosentris), maka tauhid
sosial berhubungan dengan realitas keduniaan yang kasat mata dan memfokuskan perhartiannya
pada kehidupan manusia (antrophosentris). Dengan demikian bagi seorang muslim, beriman
kepada Allah dan beribadah kepada-Nya saja belumlah cukup. Keimanan itu harus berdampak
nyata pada kehidupan sosial.
Pengertian tauhid sosial menurut beberapa ahli :

 Menurut M. Amin Abdullah : tauhid sosial adalah aksentuasi dan aplikasi iman pada
wilayah praksis sosial, atau a faith in action. Keimanan kepada Allah menjadi sumber kekuatan
untuk mengentaskan dan membebaskan manusia dari berbagai penderitaan dan penindasan
sosial.
 Menurut Ismail al-Faruqi : dalam bukunya yang berjudul tauhid, setelah manusia
menerima tuhan sebagai satu-satunya yang dipertuhankan, setelah menyerahkan dirinya, hidup
dan seluruh energinya untuk mengabdi kepada-Nya, dan setelah mengakui kehendak Sang
Penguasa sebagai kehendak yang harus diaktualisasikan dalam ruang dan waktu, dia mesti terjun
dalam hiruk pikuk dunia dan sejarah dan menciptakan perubahan yang dikehendaki. Bagi Faruqi,
tauhid terkait dengan historitas manusia.

 Menurut Hassan Hanafi : dalam bukunya “Dari Aqidah ke Revolusi” menegasakan


bahwa kalimat syahadat bukan hanya sekedar pernyataan verbal tentang ketuhanan dan kenabian.
Bagi Hanafi, kalimat syahadat merupakan kesaksian yang bersifat teoritis sekaligus kesaksian
praksis tentang problematika manusia dalam kesejarahannya.
Tauhid merupakan kekuatan pembebasan terhadap seluruh bentuk ketidakadilan yang
diciptakan oleh manusia dalam sejarahnya. Tauhid sosial, memiliki makna kesatuan dalam lima
hal dibwah ini :

1. Unity of Godbead, bahwa Tuhan itu Esa, tidak ada Tuhan kecuali Allah.

2.Unity of creation, keyakinan terhadap keesaan Tuhan ini memiliki konsekuensi logis pada
persoalan penciptaan, yaitu kesatuan penciptaan. Apa saja yang ada dilangit dan dibumi,
semuanya adalah ciptaan Allah, tanpa kecuali.

3. Unity of mankind. Karena manusia merupakan bagian dari ciptaan Allah melalui kesatuan
penciptaannya, maka ketauhidan juga meyakini akan adanya unity of mankind,kesatuan manusia.
Manusia dimana dan kapan pun hidupnya, terlepas dari ras, warna kulit, suku bangsa dan bahasa
yang berbeda-beda, pada dasarnya adalah sama, sama-sama makhluk Allah. Tidak ada
diskriminasi atas dasar apapun terhadap sesama manusia.

4. Unity of Guidance. Kesatuan kemanusiaan dalam keanekaragaman ekspresimembutuhkan


kesatuan pedoman hidup. Karena manusia diciptakan Allah, tente pedoman tertinggi yang
mengatur tentang tujuan hidupnya dan bagaimana manusia harus hidup untuk meraih
kebahagiaan di dunia dan akhirat, memerlukan adanya unity of guidance,kesatuan pedoman,
yaitu wahyu Allah SWT.

5. Unity of the Purpose of Life.kesatuan pedoman hidup, menunjukan adanya kesatuan tujuan
akhir dari hidup. bahwa tujuan hidup yang sesungguhnya bukan hanya kebahagiaan didunia,
tetapi juga kebahagiaan diakhirat.

Konsep tauhid sosial berakar dari pemahaman kalimah syahadah “La ilaha illallah,
muhammadurrasulullah.” Bagin Amien Rais, kalimah syahadat ini memiliki lima makna dalam
hidup seorang mukmin, yaitu :
1. Ketauhidan kepada Allah membuat seorang mukmin memiliki keberanian untuk
menolak, melawan dan mengatakan “tidak” kepada kebatilan dan
ketidakadilan. Semangat tauhid yang terkandung pada kalimat “Lailaha,” merupakan
semangat menolak semua bentuk manifestasi “thoghut,” semua bentuk berhala dalam
kehidupan manusia.
2. Pada kalimah “Illallah”mengandung arti bahwa kebenaran hanya datang dari
Allah.
3. Kalimah syahadah mengandung makna bahwa manusia muslim memiliki
proclamation atau declaration of life, sebuah pernyataan sikap hidup yang tegas.
4. Kalimah syahadah mengandung makna tentang tanggung jawab setiap orang
beriman untuk menerjemahkan keyakinannya ke dalam isi konkrit, amal saleh dan
membudayakan kebaikan dalam kehidupan bersama secara terus menerus.
5. Kalimah syahadah adalah ikrar seorang muslim untuk mematuhi tuntunan Allah
dalam Al-Qur’an dan sunnah.

Dalam konteks Indonesia, jauh sebelum Amien Rais, pendiri Muhammadiyah K.H. Ahmad
Dahlan (1868-1923 M) sebenaarnya telah memperkenalkan dimensi praksis sosial dari ajaran
tauhid. Dalam pemikiran Dahlan, tauhid tidak hanya berkaitan dengan iman kepada Allah saja,
tetapi terkait dengan hubungan antar manusia. Tauhid sosial dalam pemikiran dahlan menurut
Mohammad Damami, minimal dipahami dalam dua hal, yaitu :

1. Pertama, persaudaraan berdasarkan ketunggalan akidah dan syari’ah. Perbedaan


paham dalam aspek akidah dan syari’ah harus tetap diletakkan dalam satu keyakinan
bahwa Allah itu Esa.
2. Kedua, persaudaraan kemanusiaan. Keyakinan pada Allah harus ditunjukkan
untuk membangun kehidupan bersama yang berkesejahteraan, tidak hanya dalam
kehidupan berbangsa tetapi jugadalam makna kemanusiaan yang universal.
Dapat disimpulkan bahwa tauhid sosial merupakan gagasan yang ingin mengaitkan aspek
keyakinan dalam islam dengan konteks persoalan dan problematika manusia. Artinya keyakinan
tidak bergerak dalam ruang hampa kemanusiaan.

Oleh karena itu, pengabdian terhadap tauhid sosial, menurut Amien Rais, akan membuat
umat islam berhadapan dengan resiko serius , antara lain :
1. Islam akan semakin kehilangan relevansi. Agama yang diwahyukan Allah kepada
nabi Muhammad ini tidak lagi akan dijadikan rujukan dalam hidup manakala keyakinan
tidak diperhadapkan dengan berbagai persoalan kemanusiaan.
2. Jika islam kehilangan relevansi maka umat islam terutama generasi muda akan
mencari pegangan dan pedoman ideologi hidup yang non-islami.
3. Generasi muda mudah tergiur dengan ideologi sekularisme , mejadikannya
sebagai pegangan hidup, terlepass dari keyakinan islam, dan tercabut dari ajaran tauhid.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Secara umum ajaran islam meliputi: Akidah, Ibadah, Muamalah, dan Akhlak. Menyangkut
aspek akidah, hal pertama yang diyakini seorang muslim adalah tentang eksistensi Allah,
kekuasaan, dan keesaanya. Konsep ini sering disebut dengan tauhid. Tuhid dibagi menjadi dua
macam yaitu tauhid normatif dan tauhid sosial. Tauhid normatif berhubungan dengan sesuatu
yang metafisis (ghaib), yang trasendental dan memfokuskan perhatiannya pada bagaimana
meyakini dan beribadah kepada Allah (theosentris), sedangkan tauhid sosial berhubungan
dengan realitas keduniaan yang kasat mata dan memfokuskan perhartiannya pada kehidupan
manusia (antrophosentris).

semua infomasi tentang ajaran aqidah Islam, baik tentang wujud Allah beserta segala
atribut-Nya, tentang kerasulan, para malaikat dan fungsi-fungsinya, kitab suci, kehidupan
akhirat berupa surga dan neraka berikut prosedur hisabnya, dan tentang qadla dan qadar, di
sanpaikan lewat wahyu, karena tanpa informasih seta penegasan dari Allah SWT. Umat
manusia tidak akan mengetahui apa-apa tentang ajarannya itu, serta tidak akan menerimanya
Dengan suatu keyakinan dan kebenaran semua itu.
DAFTAR PUSTAKA

https://dewasastra.wordpress.com/2012/03/25/ajaran-islam-tentang-aqidah/

http://aspekaqidah.blogspot.com/2016/03/makalah-aspek-akidah.html

Anda mungkin juga menyukai