Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap agama mempunyai karakteristik dan prinsip yang membedakannya dari agama-
agama yang lain. Istilah karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa,
kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Jadi karakter
ajaran Islam adalah sifat-sifat khas Islam itu sendiri yang menjadi pembedanya dengan agama
lain dalam meyakinkan pemeluk-pemeluknya. Berbicara karakter, maka kita harus tahu
bagaimana sifat pribadinya, dengan mengenal sedekat mungkin, jangan lihat dari luarnya saja.
Begitu juga dengan Islam. Islam tidak bisa dinilai hanya dari luarnya saja, Islam mempunyai
kekhasan tersendiri dengan ajaran-ajaran nya, apabila dibandingkan dengan kepercayaan lain
maka disanalah akan tampak keunggulan dan keunikkan ajaran Ilahi Rabbi ini. Maka dari itu,
mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami dengan baik untuk mengenal karakteristik dan
prinsip ajaran Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Karaktristik dan Prinsip Ajaran Agama?
2. Apa saja macam-macam karakteristik ajaran islam?
3. Apa saja macam-macam prinsip ajaran islam?
4. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan dengan agama yang lain?

C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH


1. Untuk mengetahui karakteristik dan prinsip ajaran islam
2. Untuk mengetahui macam-macam karakteristik ajaran islam
3. Untuk mengetahui prinsip ajaran islam
4. Untuk mengetahui Persamaan dan Perbedaan dengan agama yang lain

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakteristik

Karakteristik berasal dari Bahasa Inggris “character”,yang berarti watak, karakter, dan
sifat. Selanjutnya, kata ini menjadi “Characteristic” yang berarti sifat yang khas, yang
membadakan satu dengan yang lainnya dalam Bahasa Indonesia Karakter berarti sifat yaitu
Rupa atau keadaan yang tampak pada suatu benda atau kata yang menyatakan keadaan sesuatu
seperti Panjang, Keras, dan Besar.
Islam sebagai sebuah bangunan atau sistem yang sofisticated dan berbasis pada ajaran
utama Al-Quran dan Al-Sunah diyakini memiliki karakter yang dengannya dapat diidentifikasi
atau dikenali secara seksama yang selanjutnya dapat dibedakan dengan ajaran agama lainnya.
Status, kepedudukan, dan respons yang diberikan seseorang pada sesuatu itu. Jika sifat dan
karakternya mengagumkan dan memberikan manfaat yang besar bagi kemanusiaan, maka
sesuatu itu biasanya dihormati dan dimuliakan. Dengan menggunakan berbagai pendekatan baik
secara normatif, psikologis, historis, filosofis, sosiologis, politik, ekonomis, dan berbagai disiplin
ilmu lainnya, karakteristik ajaran Islam dapat diketahui sebagai berikut:

B. Macam-macam Karakteristik Dalam Ajaran Islam

Jadi, pengertian karakteristik ajaran Islam adalah sifat, watak, dan keadaanyang melekat
pada ajaran Islam tersebut yang sekaligus dapat dikenali dan dirasakan manfaat dan dampaknya
oleh mereka yang mengamalkan ajaran tersebut.

1. Komperhensif ( Al-Syumuliah)
Karakteristik ajaran Islam yang bersifat Komperhensif (al-syumuliah) dapat dilihat dari
segi kedudukannya atau perbandingannya dengan agama-agama samawi lainnya. Yakni bahwa
ajaran Islam adalah agama yang terakhir,yang melengkapi dan menyempurnakan agama-agama
samawi sebelumnya itu.
Jika agama-agama samawi lainnya hanya mengandung ajaran yang berkenaan dengan
aspek tertentu saja, misalnya aspek akidah, ibadah atau akhlak, maka ajaran Islam membawa
ajaran akidah, akhlah, sosial, ekonomi, politik, ketatanegaraan, kekeluargaan, kebudayaan,
peradaban, dan lain sebagainya.
Intinya ajaran Islam mencakup berbagai aspek kehidapan manusia.
Karakteristik ajaran islam yang bersifat al-syumuliah (menyeluruh) dan
menyempurnakan serta melengkapi ajaran agama-agama samawi sebelumnya ini dinyatakan
dalam Al-Qur’an sebagai berikut:
QS. Al-Maidah(5):3
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Aku cukupkan
kepada kamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridhai Islam sebagai agama bagi kamu”
Hal ini sejalan dengan Hadis Nabi Muhammad SAW:
“Bukanlah orang yang terbaik diantara kamu sekalian orang yang meninggalkan urusan
dunia hanya mementingkan urusan akhirat saja, atau meninggalkan urusan akhirat karena hanya

2
mementingkan urusan dunia saja, melainkan yang baik itu adalah orang yang mementingkan
kedua-duanya, karena dunia adalah sarana untuk mencapai kebahagiaan akhirat.” (HR. Ibn
Asakir dari Anas ra.)

2. KRITIS
Karakter ajaran Islam yang besifat kritis ini dapat dilihat dari segi kependudukan ajaran
Islam yang memiliki ciri yang lebih tinggi dibandingkan dengan ajaran-ajaran samawi yang
diturunkan sebelumnya. Dengan kedudukannya yang demikian itu, maka ajaran Islam dengan
sumber utamanya Al-Qur’an dan Al-Sunah menjadi wasit,hakim, atau korektor terhadap
berbagai kekeliruan dan penyimpangan yang telah diperbuat para penganut agama sebelumnya.
Kekeliruan ini misalnya berkaitan dengan doktrin ketuhanan, ajaran kitab suci, dan lain
sebagainya. Keadaan penyimpangan ini dapat dilihat dari informasi yang diberikan Al-Qur’an
sebagai berikut:
“Tetapi jika kamu menyimpang(dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti
kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. al-
Baqarah(2): 209)

3. HUMANIS
Karakteristik ajaran Islam tentang humanis inidapat dilihat dari upaya Islam yang
melindungi HAM sebagai mana dapat dilihat dari segi visi, misi, dan tujuannya, yakni ajaran
Islam memiliki ciri tidak hanya mensejahterahkan kehidupan dunia atau akhirat saja, melainkan
menyejahterahkan dunia dan akhirat; jasmani dan rohani, individual dan sosial, lahir dan batin;
tidak hanya bersifat lokal, nasional, atau regional, melainkan juga bersifar Internasional. Ajaran
silam bertujuan memelihara dan melindungi hak- hak asasi manusia, yakni hak hidup (hifdz al-
nafs), hak beragama (hifdz al-din), hak berfikir (hifdz al-‘aql), hak memiliki keturunan (hifdz al-
nasl), dan hak mendapatkan, memiliki dan menggunakan harta (hifdz al-maal). Hal ini sejalan
dengan firman Allah SWT:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagimu dari (kenikmatan) dunia, dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (dimuka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menukai orang-orang yang
berbuat kerusakan” (QS.al-Qashash(28): 77)

4. MILITANSI MODERAT
Pedoman Ajaran Islam bukan hanya dari Al-Qur’an dan Al-Sunah (normatif), tetapi juga
berpedoman kepada para ulama dan umara (ulu al-amri) peningglan sejarah, adat istiadat dan
tradisi yang relevan, intuisi, serta berbagai temuan dan teori dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. dengan sumbernya seperti itu, ajaran Islam dapat beradaptasi dan menjelaskan
berbagai masalah yang dihadapi manusia.
Ciri Al-Qur’an sebagai berikut; 1. ada ayat- ayatnya yang mengandung ajaran yag
bersifat pasti. contoh akidah, ibadah, dan akhlak. 2. lebih banyak bersifat dzanni atau
interpretable, yakni dapat ditafsirkan sesuai situasi dan kondisi.

5. DINAMIS
Karena keadaan zaman dari waktu ke waktu selalu berubah baik dari segi pola
komunikasi, interaksi, transaksi, dan berbagai aspek hidup lainnya, maka ajaran Islam juga harus
mengikuti dinamika ini.

3
Dengan cara menyedikan peluang atau space untuk para ulama untuk melakukan
reinterpretasi dan reformulasi terhadap ajaran Islam tsb, yakni dengan menyediakan ayat-ayat
Al-Qur’an yang bersifat Interpretable yaitu ayat bersifat mutasyabihat. Dengan adanya ayat-ayat
yang mutasyabihat, maka ajaran Islam dapat merespon atau menjawab berbagai masalah yang
secara terang benderang belum dijelaskan didalam Al Qur’an.

6. TOLERAN
Islam bersifat toleran dengan menghormati agama lain, tidak menyalahkan atau
mengolok-olok.
Islam membangun toleransi serhadap agama-agama yang serumpun dan tidak
serumpun.
Karakteristik ajaran agama Islam bersifat Inklusif tidak hanya normatif atau teori yang
tertulis dalam kitab suci, melainkan di praktikan oleh umat Islam ketika berkuasa di Spanyol,
India, dan lain sebagainya. inklusif itu sendiri berarti sikap yang hanya mengimani, menghayati
dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, pada saat bersama ia juga harus menghormati
penganut agama orang lain, tanpa mebenarkan, mengimani, atau mengamalkannya.

7. KOSMOPOLIT
Karakteristik ini menjadikan Islam bukan hanya untuk suatu bangsa atau kelompok
tertentu melainkan untuk semua umat manusia. Perbedaan warna kulit suku bangsa, bahasa,
budaya dan lain sebagainya tidak menghalangi untuk menjadi penganut Islam. Dengan
karakternya yang komposit maka islam dapat mempersatukan dan mempersaudarakan seluruh
umat manusia didunia dengan dasar yang kukuh yakni iman dan takwa kepada Allah SWT.

8. RESPOSIF
Karakteristik ajaran Islam yang Responsif dapat dilihat dari awal kedatangan Islam
pertama kali yang sudah terlibat dengan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia.
Pada zaman dahulu digambarkan bahwa dunia sedang chaos, sistem keyakinan, sosial,
ekonomi, politik, budaya yang kacau balau dan lain sebagainya. Keadaan masyarakat seperti ini
direspon oleh Islam sebagaimana yang terdapat pada Al-Qur’an dan Al-Sunah. ayat-ayat yang
turun di Mekkah biasanya tentang Akhlak dan Akhidah. Demikian pula denga Hadis Rasullulah
SAW yang timbul di Mekkah dan Madinah berisi respon terhadap masalah kehidupan sosial.

9. PROGRESIF DAN INOVATIF


Sebagai akibat dari peran dan fungsinya dalam menjawab berbagai masalah yang
beraneka ragam dan selalu mengalami perkembangan maka ajaran Islam harus senantiasa
memperbarui dirinya dari waktu ke waktu dalam bentuk pemikiran baru dan kontekstual dan
berbagai kehidupan masyarakat.
Sifat Islam yang progresif itu telah diwujudkan umat Islam di zaman Klasik, yakni dengan
melairkan karya-karya Inovasi dan orisinal yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

10. RASIONAL
Ajaran Islam yang terdapat pada Al-Qur’an dan Hadis selain memuat perintah tetapi
juga larangan.
Dengan menjalankan perintah Allah SWT manusia mendapatkan ketenangan jiwa,
kehidupan yang lurus dan berakhlak mulia. adapula larangan Allah SWT, berbagai perbuatan itu
akan merugikan bagi orang yang melakukannya dan bagi orang lain. jadi larangan dan perintah
ini sejalan dengan akal manusia.

4
Ajaran Al-Qur’an bersifat Global dan isyarat-isyarat yang bersifat umum.
Karena demikian pentingnya kedudukan akal dalam ajaran Islam, Maka setiap orang
yang mengamalkan ajaran Islam harus dalam keadaan sadar dan normal.

C. Pengertian Prinsip Ajaran Islam

Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, terdapat kosakata prinsip dengan arti luas,
kebenaran yang jadi pokok dasar orang berpikir, bertindak, dan sebagainya. Dengan demikian,
kata prinsip menggambarkan sebagai landasan operasional. Dalam bahasa inggris dijumpai kata
prinsiple yang diartikan asas, dasar, prinsip, dan pendirian. Dalam bahasa arab, kata prinsip
merupakan terjemahan dari kata asas, jamaknya usus, yang berarti foundation(dasar bangunan),
foundamental(yang utama), groundwork(landasan kerja), ground(terowongan), basis(tiang
utama), kaynote(kata kunci).

Dengan demikian, kata prinsip terkadang mangandung arti dasar, sumber, dan asas.

D. Macam-Macam Prinsip Ajaran Islam

1. Sesuai Dengan Fithrah Manusia (Muthabaqah Fithrah Al- Naas)

Kata fithrah secara harfiah berarti keadaan suci, dan dapat pula berarti berbuka. Selain
itu ada pula yang mengartikan bahwa fithrah adalah kecenderungan atau perasaan mengakui
adanya kekuasaan yang menguasai dirinya dan alam jagat raya, yang selanjutnya disebut Tuhan.
Dari pengertian ini, maka fithrah sering pula diartikan sebagai perasaan beragama.

"Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fithrah(berpotensi agama) maka kedua
orangtuanyalah yang menyebabkan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi" (HR.
Bukhari Muslim)

Dalam ayat dan hadis tersebut, fitrah diartikan sebagai perasaan atau potensi beragama.
Perasaan ini bukan dibuat-buat, melainkan bersifat alami, kodrati, dan dibawa sejak lahir.
Potensi beragama ini dalam praktiknya dapat mengambil bentuk kepercayaan pada agama yang
memengaruhi dirinya. Jika agama Yahudi yang memengaruhi dirinya, makan ia akan menjadi
penganut Yahuni. Jika agama Islam yang memengaruhi dirinya, makan ia akan manjadi penganut
Islam, dan seterusnya.

Sebagaimana dikemukakan para ahli, ternyata bukan hanya fithrah beragama,


melainkan juga fithrah keingintahuan terhadap sesuatu(curiosity), fithrah menyukai dan
mencintai seni. Dengan fithrah beragama, menusia menjadi orang yang bertuhan dan berakhlak
mulia. Dengan fithrah keingintahuan menusia menjadi orang yang berilmu pengetahuan, dan
dengan fithrah seni manusia menjadi halus dan menyukai yang indah. Dengan perpaduan antara
agama, ilmu, dan seni inilah manusia akan menjadi fithrah-nya sebagaimana seutuhnya.

5
2. Keseimbangan (Al-Tawazun)

Manusia terdiri dari unsur jasmani dan rohani. Jasmani cenderung kepada hal-hal yang bersifat
materi, pragmatis, sesaat, tujuan jangka pendek, menghalalkan segala cara, dan selanjutnya
melanggar. Adapun rohani cenderung kapada hal-hal yang bersifat immateri, rohaniah, filosofis,
abadi, tujuan jangka panjang, dan selalu berpihak pada kebenaran.

Ketika jasmani dan rohani menyatu dalam tubuh manusia, maka timbullah gejala-gelaja
kejiwaan yang cenderung kepada yang rendah dan negatif yang tampak dalam bentuk nafsu
amarah, nafsu syahwat, dan mudah dibujuk setan.

3. Sesuai Dengan Keadaan Zaman dan Tempat (Shalihun Li Kulli Zaman Wa Makan)

Islam adalah agama akhir zaman. Setelah itu tidak ada lagi agama yang diturunkan oleh
Allah SWT. Dengan sifatnya yang demikian itu, dalam Al-Qur'an dan Al-Sunnah maka Islam akan
terus berlaku sepanjang zaman.

Untuk mengantisipasi berbagai perkembangan yang terjadi, maka di dalam Al-Qur'an


terdapat ayat-ayat yang bersifat qath'i(pasti), yakni ayat-ayat yang pengertiannya sudah jelas,
tegas, dan tidak dapat diartikan dengan arti yang lain. Misalnya, ayat-ayat tentang akidah,
akhlak, ibadah, dan hal-hal yang berkaitan dengan hukum halal dan haram.

Dalam kaitandengan pembaruan ajaran islam, Harun Nasution berpendapat sebagai berikut:

“Pembaruan dalam islam mempuyai tujuan yang sama dengan di Barat yaitu untuk
menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tetapi dalam pada itu perlu diingat, bahwa salam Islam ada ajaran-ajaran yang
bersifat mutkak yang tak dapat diubah-ubah. Yang dapat diubah hanyalah ajaran-ajaran yang
tidak bersifa mutlak, yaitu penaafsiran atau interpretasi dari ajaran-ajaran yang bersifat mutlak
itu. Dengan kata lain, kata pembaruan mengenai ajaran-ajaran yang bersifat mutlak tuk dapat
diadakan dalam islam. Pembaruan dapat dilakukan dalam interpretasi atau penafsiran
mengenai aspek teologi, hukum, politik, dan seterusnya, dan mengenai lembaga-lembaga.
Pembaruan atau modernisasi dalam islam”

Dalam kutipan tersebut, mengingatkan dua hal. Pertama, bahwa tidak semua ajaran
Islam dapat atau perlu diperbarui. Kedua, bahwa dengan adanya modernisasi, ajaran Islam akan
dapat disesuaikan dengan perkembangan zaman yang sangat dinamis.

4. Tidak Menyusahkan Munusia (La Tu'assir Lin-Naas)

Ajaran islam sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya turun dalam rangka


meningkatkan harkat dan martabat manusia, memberi rahmat kepada-nya, mengeluarkan

6
menusia dari kegelapan kepada terang benderang, dari kebiadaban menjadi beradab, dan dari
perpecahan dan permusuhan menjadi masyarakat bersatu dan damai.

Prinsip ajaran islam yang demikian itu dapat diketahui dari hal-hal sebagai berikut :

a) Dalam ibadah shalat, seseorang diharuskan melakukan berbagai gerakan fisik. Seperti
berdiri, rukuk, dan sujud. Namun bagi orang yang fisiknya bermasalah, Islam membolehkan
seseorang shalat sambil duduk, berbaring, atau dengan isyarat dan hati saja.

b) Seseorang yang sedang berada dalam kegiatan yang sangat sibuk, seperti bepergian jauh.
Diperbolehkan untuk men-jama'(menyatukan) dan meng-qashar(meringkas bilang rakaat
shalat)

c) Seseorang yang dalam keadaan tidak memiliki bahan makanan dan minuman dan nyawanya
akan terancam, maka diperbolehkan mengonsumsi makanan dan minuman yang semula
diharamkan.

d) Adanya berbagai kemudahan yang telah disebutkan, menunjukan bahwa ajaran islam
memiliki prinsip tidak mempersulit manusia.

5. Sesuai Dengan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


(Muthabaqah Li Tanmiyah Al-Ilm Wa Tekcnologiya)
Islam adalah satu-satunya agama yang sejak kelahirannya mewajibkan orang untuk
belajar dengan cara membaca dalam arti mengumpulkan informasi, melihat, mengamati,
membandingkan, menganalisis, dan menyimpulkan. Dengan ilmu manusia akan memperoleh
kemudahan dan kecepatan dalam mencapai tujuan agama tersebut.

6. Berbasis Pada Penelitian (Muwaqif 'Ala Al-Hashil Al-Tabayyun)

Penelitian merupakan bagian dari upaya pengembangan ilmu pengetahuan


sebagaimana telah disebutkan sebelumnya. Arti penelitian dalam arti luas adalah sikap kehati-
hatian dalam menentukan sebuah kebijakan, sehingga kebijakan ini tidak cukup hanya
didasarkan pada dugaan atau asumsi belaka, atau karena ikut-ikutan orang lain tanpa
mengetahui sebabnya. Islam memiliki prinsip bahwa seseorang tidak dapat diterima
argumentasinya apabila ia tidak memiliki data yang akurat dan memadai. (QS. Al- Isra(17);36).

Melalui berbagai penelitian tersebut, selain manusia akan memperoleh berbagai


keuntungan, juga akan makin beriman dan bertakwa serta takut terhadap murka Allah SWT.

7. Berorientasi Pada Masa Depan (Muwajjih Ala Al-Waqt Al-Atiyah)

Islam adalah agama yang mengajarjan kepada penganutnya agar masa depan
keadaannya lebih baik dari masa lalu dan masa sekarang. Dengan prinsip ini, maka seorang
muslim akan menjadi orang yang dinamis dan progresif, melalui berbagai kajian, studi banding,
penekitian dan lain sebagainya guna menyiapkan hari esok yang lebih baik.

7
Prinsip berorientasi pada masa depan ini penting dilakukan, karena beberapa alasan
sebagai berikut :

a) Dengan berorientasi ke masa depan, seseorang akan lebih kreatif, optimis, dinamis, dan
tidak mengagung-agungkan masa lalu hanya untuk menghibur diri atau menutupi kemalasan
dimasa sekarang, serta tidak akan terus-menerus berada dalam kesedihan atas masa lalu
yang sudah terjadi.

b) Dengan berorientasi ke masa depan, seseorang akan berusaha meningkatkan mutu hasil
kerjanya; sehingga akan tetap berguna dan mampu bersaing secara sehat

c) Dengan memiliki pandangan yang berorientasi ke masa depan, seseorang akan berusaha
sungguh-sungguh membekali dirinya dengan pendidkan dan pengajaran, yakni dengan
berusaha menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, wawasan, keterampilan, mental
spiritual, dan keprbadian yang unggul.

8. Kesederajatan (Al-Musawah)

Kesederahatab dapat diartikan sebuah pandagan, bahwa manusia dengan berbagai latar
belakang kebangsaan, agama, budaya, adat istiadat, jenis kelamin, warna kulit, status sosial-
ekonomi, pangkat, kedudukan, dan lain-lain yang bersifat semata.

Prinsip ajaran islam tentang kesederajatan ini penting dilakukan, karena akan
mandatangkan manfaat sebagai berikut :

a) Aka menimbulkan sikap saling menghirmati, menghargai, melindungi dan mengamankan,


yang selanjutnya menciptakan sebuah kehidupan yang aman, tertib, harmoni, dan damai.

b) Akan menghilangkan praktik penjajahan, eksploitasi, dan berbagai tindakan kezaliman


manusia yang satu atas manusia lain.

c) Akan membangun citra ajaran Islam sebagai agama yang memberi rahmat bagi seluruh alam,
serta memberikan sumbangan yang besar atas terciptanya sebuah tata kehidupan dunia
yang makin aman, damai, adil, dan beradab.

9. Keadilan

Keadilan dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan seseorang atas orang lain yang
didasarkan atas perasaan memberikan kesempatan yang sama, seimbang, proporsional, sesuai
dengan peran, tugas, tanggung jawab, dan prestasi yang di capainya. Prinsip keadilan dalam
Islam ini merupakan perekat, pemersatu, dan penyeimbang antara berbagai tindakan dan
berbuatan yang dilakukan manusia, yang memungkinkan setiap orang akan dapat menerimanya
dengan rasa puas.

8
10. Musyawarah

Musyawarah adalah sebuah proses penetapan suatu masalah atau keputusan yang
berkaitan dengan kehidupan umum dengan cara meminta saran, masukan, pertimbangan, dan
pendapat berbagai pihak secara demokratis.

11. Persaudaraan (ukhuwah)

Prinsip persaudaraan dalam Islam didasarkan pada pandangan, walaupun manusia


memiliki katar belakang agama, kebangsaan, etis, jenis kelamin, budaya, tradisi yang berbeda-
beda, namun mereka memiliki unsur persamaan daru segi asal usul, proses, kebutuhan hidup,
tempat kembali, dan nenek moyang.

12. Keterbukaan

Keterbukaan adalah suatu sikap yang meyakini kebenaran suatu agama atau ideologi
dan berusaha mempertahankan dan mengamalkannya, namun dalam waktu yang bersamaan ia
mau menerima masukan dari luar, serta menghargainya. Bahwa yang dimaksud dengan
keterbukaan, bukanlah bersikap menerima semua yang berasal dari luar tanpa penelitian dan
penyaringan, melainkan mau menerima informasi atau kebenaran dari mana pun datangnya,
dengan tetap waspada, hati-hati, cermat, dan menyesuaikan dengan petunjuk Al-Qur'an dan Al-
Sunnah. Berkenaan dengan prinsip keterbukaan tersebut, maka seseorang harus bersikap baik
sangka yang kritis, yaitu sikap yang menganggap bahwa apa pun yang datang dari luar harus
dilihat sebagai yang mengandung manfaat, namun tetap harus teliti.

E. Persamaan Ajaran Islam dengan yang lainnya

Islam dengan Yahudi

Persamaan

Islam Yahudi
Islam hanya mengimani kepada satu Pada dasarnya Yahudi mengimani
Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan yang paling utama yaitu Yahuan.
Dalam Islam berkhitan adalah syariat Dalam Yahudi ada berkhitan(bersunat),
Islam, dan itu merupakan kesehatan di bertujuan untuk mendekatkan diri
dunia medis. kepada Tuhan agar keinginan terkabul.
Islam memiliki kitab suci. Agama Yahudi memiliki kitab suci pula

Agama Islam adalah agama samawi Agama Yahudi adalah agama samawi
(agama langit). (agama langit).

9
Islam dengan Agama Masehi

Persamaan

Islam Agama Masehi


Agama Islam meyakini keesaan Allah Sejatinya agama Masehi meyakini
agama tauhid mutlak atau esa
Agama Islam adalah agama langit atau Agama Masehi adalah agama langit atau
samawi Samawi
Agama Islam adalah agama bagi seluruh Agama Masehi bukan hanya untuk kaum
umat Yahudi tapi untuk seluruh umat
Islam mengajarkan umat nya untuk tidak Dalam ajaran agama masehi (Isa A.S)
memakan daging babi dan disyariatkan sejatinya melarang umatnya untuk
untuk berkhitan memakan daging babi dan disyariatkan
untuk berkhitan

Islam dengan Hindu

Persamaan

Islam Hindu
Islam mengimani hanya kepada satu Hindu yang terpelajar percaya pada satu
Tuhan Tuhan
Konsep ketuhanan dalam Islam dalam QS. Konsep ketuhanan dalam Hindu
Al-Ikhlas : 1 “Katakanlah (wahai Chandogya Upahishad Chapter 6 Sec.2
Muhammad) bahwa Allah yang Maha Vors 1 “Tuhan hanya satu tidak ada
Esa.” sekutunya”
Konsep ketuhanan dalam Islam dalam QS. Konsep ketuhanan dalam Hindu
Al-Ikhlas : 2 “Allah merupakan tempat Bhagavad Gita Ch.10 V.3 “Dia adalah
atau Tuhan untuk bergantung dari segala Tuhan semesta Alam”
sesuatu yang ada di alam semesta”
Konsep ketuhanan dalam Islam dalam QS. Konsep ketuhanan dalam Hindu
Al-Ikhlas : 3 “Dia (Allah) tidak beranak
Shvetashvatara Upanishad Ch.6 V.9
dan juga tidak diperanakkan” “Allah itu tidak punya Ibu, tidak punya
Bapak.”
Konsep ketuhanan dalam Islam dalam QS. Konsep ketuhanan dalam Hindu
Al-Ikhlas : 4 “bahwa tidak ada seorang Shvetashvatara Upanishad Ch.4 V.19,
(atau makhluk) pun yang setara Yajurveda Ch.32 V.3 “ bagi Dia tak ada

10
(sebanding) dengan-Nya” yang seupa, taka da yang menyerupai
Tuhan
Dalam rukun iman yang kedua iman Dalam Hindu ada konsep manusia super
kepada malaikat, malaikat diciptakan oleh yang bekerja diluar kebiasaan manusia
Allah dan selalu tunduk (taat) kepada (sama dengan pandangan Islam)
Allah
Islam mempunyai kitab suci yang Dalam Hindu ada dua kitab yaitu Sruti
diwahyukan oleh Allah kepada Nabi (sesuatu yang diturunkan atau
Muhammad selain itu ada hadist (sabda) diwahyukan) dan Smiriti (sesuatu yang
Rasulullah ditulis)
Islam memiliki rukun iman Hindu memiliki rukun iman:
1. - Iman kepada Allah 1. - Mengimani adanya Sanghyang Widhi
2. - Iman kepada Malaikat (Yang Maha Kuasa)
3. - Iman kepada kitab-kitab Allah 2. - Mengimani adanya Atma/n (yang
4. - Iman kepada para Rosul menghidupkan manusia itu sendiri)
5. - Iman kepada hari kiamat 3. - Mengimani adanya Karma Phala
6. - Iman kepada Qodho dan Qodhar (perbuatan baik/buruk akan membuatkan
hasil)
4. - Mengimani adanya Purna Bhawa
(reingkarnasi)
5. - Mengimani adanya Moksa (kebebasan
dari ikatan keduniawian)
Konsep ketuhanan dalam Islam ialah Hindu menganut monotheisme
Monotheisme (satu Tuhan)
Allah juga disebut dengan istilah lain Begitu pula dengan agama Hindu,
seperti Yang Maha Esa, Yang Maha sebutan Hyang Widhi antara lain Yang
Kuasa, Yang Maha pelindung, Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, Yang
Maha Pencipta, dll Maha pelindung, Yang Maha Pencipta,
dll

Islam dengan Buddha

Persamaan

Islam Buddha
Dalam Islam kita diajarkan untuk Dalam ajaran Buddha pun kita harus
memandang suatu hal dengan benar, memandang suatu hal dengan benar,
meyakini dengan benar, berbicara dengan meyakini dengan benar, berbicara
benar, bertindak dengan benar, harus dengan benar, bertindak dengan benar,
berpikir lurus, dll harus berpikir lurus, dll

11
Islam mengajarkan bahwa kita tidak boleh Dalam ajaran Buddha kita tidak boleh
berbohong, tidak boleh berbicara kasar, berbohong, tidak boleh berbicara kasar,
dan tidak boleh bergosip dan tidak boleh bergosip
Islam mengajarkan bahwa kita tidak boleh Dalam ajaran Buddha kita tidak boleh
menyakiti/membunuh, tidak boleh menyakiti/membunuh, tidak boleh
mencuri, tidak boleh menipu, dll mencuri, tidak boleh menipu, dll

F. Perbedaan Ajaran Islam dengan yang lainnya

Perbedaan islam dengan agama lain sangat luas cakupannya. Berikut adalah beberapa ciri
pembeda antara agama islam dengan agama lain :

1) Islam mempercayai Tuhan sebagai Maha pencipta alam semesta ini dan menampilkan
keesaannya dengan kata-kata yang amat bersahaja, komprehensif dan menarik. Minat seorang
pedusunan ataupun seorang terpelajar. Islam menyebut Tuhan sebagai wujud yang paripurna ,
sumber segala keindahan dan bebas dari segal cacat. Dia wujud yang maha hidup yang
menjelmakan dirinya dimana-mana dan yang mencintai makhlukya serta mendengar
permohonan-permohonan mereka. Tidak ada dari antara sifat-sifatnya yag telah ditangguhkan.
Oleh karena itu dia berkomunikasi dengan makhluk manusia seperti halnya dia berkomunikasi
sebelum ini dan tidak menutup jalan untuk mencapai dia secara langsung.

2) Islam percaya bahwa tidak ada kontrakdiksi antara tuhan dengan perbuatannya. Dengan
demikian tuhan membebaskan kita agama dari permusuhan tradisional antara sains dan agama,
dan tidak menghendaki kita mempercayai sesuatu yang berada di luar Kawasan hukum-hukum
alam yang telah ditetapkan oleh-nya. Tuhan mendorong kita untuk merenungkan perihal alam
dan mengambil faedah dari padanya, sebab segala sesuatu telah diciptakan demi kepentingan
umat manusia.

3) Islam tidak mengemukakan pengakuan yang kosong melompong ataupun memaksa kita
mempercayai sesuatu yang kita tidak mengerti. Islam mendukung ajaran-ajarannya dengan
alasan dan keterangan yang memberi kepuasan kepada pikiran kita dan kepada dasar jiwa kita
yang sedalam-dalamnya. Islam tidak berlandaskan pada mitos-mitos atau hikayat-hikayat. Islam
mengundang setiap orang untuk bereksperimen bagi dirinya sendiri dan berpendirian bahwa
kebenaran selamanya dapat dibuktikan dalam satu atau lain bentuk.

4) Kitab wahyu islam ( Al-Quran) itu unik dan membedakan wajah agama ini dari agama-agama
lainnya. Kendati musuh-musuh islam berupaya secara terpadu selama berabad-abad , mereka
tidak mampu menyamai bagian kecil sekalipun dari pada kitab yang ajaib ini. Kelebihannya
tidak hanya terletak hanya didalam keunikan dan keindahan susasteranya, melainkan juga di
dalam kebersahajaannya dan keluasan wawasan serta kepepakan ajarannya . Al-Quran
memproklamasikan bahwa ajarannya adalah yang terbaik- suatu pengakuan yang tidak dibuat
oleh kitab-kitab wahyu lainnya. Al-Quran mengaku telah mengkombinasikan unsur-unsur
ajaran sanawi yang terbaik yang terdapat didalam kitab-kitab suci terdahulu dan telah
menempatkan di dalamnya semua ajaran yang abadi dn luas rangkumannya.
Al-Quran mengingatkan :

12
“ Sesungguhnya inilah yang di ajarkan dalam kitab-kitab terdahulu, kitab-kitab suci Ibrahim dan
musa “
( 87:19)
Sebuah khas islam yang distingtif ialah kitab sucinya itu berbahasa hidup. Apakah tidak
menimbulakn tanda tanya kalua bahasa-bahasa semua kitab suci lainnya itu mati atau tidak lagi
dipakai secara umum ? sebuah kitab suci seharusnya mempunyai bahasa yang hidup dan
berlaku abadi.

5) Sebuah ciri pembeda lainnya dari Islam adalah nabinya telah melampaui segala tahapan
pengalaman hidup manusia semenjak selaku seorang anak yang keadannya telantar lagi yatim
piatu hingga akhirnya menjadi seorang penguasa kaumnya. Peri kehidupan di dokumetasikan
sampai sekecil-kecilnya, merefleksikan keimanan yang tiada taranya kepada tuhan dan
menggambarkan pengorbanan yang tiada hentinya pada jalannya. Beliau menjalanin hidup
yang sarat dengan peristiwa dan tindakan serta meninggalkan teladan amal perbuatan yang
sempurna didalam setiap medan sepak terjang manusia. Hal demikian sangat cocok dan tepat
untuk dikatakan , sebab beliau adalah tafsiran hidup Al-Quran dan dengan teladan pribadinya
menerangi jalan tempuhan manusia untk segala zaman mendatang-suatu peran yang tidak
dipenuhi secara memadai oleh nabi lain manapun

6) Sebuah ciri pembeda lainnya dari islam adalah nubuatan-nubuatannya telah menjadi kenyataan
dari abd kea bad, itu telah memperkuat iman para pengikutnya kepada tuhan yang maha
mengetahui lagi masa hidup. Proses ini terus berlanjut sampai masa kini, sebagaimana
dibuktikan dengan penemuan-penemuan baru-baru ini, mumi firaun yang telah mengusir nabi
Musa dan kaumnya dari negeri Mesir. Contoh segar lainnya adalah mengenai perkembangan
sarana baru untuk menciptakan kehancuran, dimana api terkunci didalam partikel-partikel kecil
yang akan mengembang yang bisa menyebabkan gunung-gunung hancur lebur

7) Sebuah ciri khas islam lainnya ialah bilamana islam membahas akhirat dan kehidupan sesudah
mati islam pun meramalkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi dimasa akan datang di dunia
ini, penyempurnaan ramalan ini memperteguh keimanan pengikut-pengikutnya terhadap
kehidupan sesudah mati.

8) Islam berbeda dari agaman-agama lainnya dalam menyediakan hokum muamalah yang
komprehensif mengenai perilaku manusia secara individual, kolektif dan internasional.
Perintah-perintah ini meliputi segala situasi dan mencakup hubungan antara kawan-kawan dan
mitra-mitra serta bahkan antara lawan-lawan. Peraturan-peraturan dan prinsip-prinsip yang
dinyatakan secara tegas itu benar-benar bersifat universal dan teruji ketegarannya sepanjang
waktu

9) Islam memproklamirkan persamaan yang lengkap diantara umat manusia tanpa mengindahkan
perbedaan kasta, kepercayaan , dan warna kulit. Satu-satunya tolak ukur kehormatan yang
diakuinya ialah ketakwaan, bukan keturunan, kekayaan , ras, dan warna kulit .
Al-quran mengatakan
“ Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian disisi Allah ialah yang paling bertakwa
diantara kalian “ (49:140) dan lagi
“ Barang siapa beramal saleh, baik laki-laki ataupun perempuan, sedang ia orang yang beriman-
mereka akan masuk surga, mereka akan diberi rezeki didalamnya tanpa perhitungan”. (40:41)

13
10) Islam mengemukakan definisi tentang baik dan jahat yang membedakannya dari agama-
agama lainnya. Islam tidak mempercayai nafsu alami manusia sebagai jahat. Islam hanya
menyebut pemuasaan hawa nafsu yang tak terkendali dan tidak pada tempatnyalah sebagai
jahat. Islam mengajarkan bahwa kecenderungan-kecenderungan alami kita harus diatur dan di
salurkan agar membuatnya konstruktif lagi bermanfaat bagi masyarakat.

11) Islam tidak hanya membuat kaum wanita ahli waris, namun juga telah memberikan kepada
mereka hak yang sama dengan kaum pria dan bukan dengan cara yang tidak menghargai ciri-ciri
khas anatomi mereka serta tugas-kewajiban khas mereka dalam mengandung dan mengurus
anak

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari pembahasan materi ini dapat disimpulkan bahwa ajaran Islam memiliki ciri-ciri yang secara
keseluruhan ideal. Islam adalah agama yang mengajarkan perdamaian, toleransi, terbuka,
kebersamaan, egaliter, kerja sama yang bermutu, demokratis, adil, serta seimbang antara urusan
dunia dan akhirat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abuddin. 2005. Metodologi Studi Islam. Yogyakarta: Gama Media.

Shalaby, Prof. Dr. Ahmad. 1991. Perbandingan Agama “Agama Yahudi”, terjemahan A. Wijaya.
Jakarta: Bumi Aksara.

Shalaby, Prof. Dr. Ahmad. 1992. Perbandingan Agama “Agama Islam”, terjemahan Arifin.
Jakarta: Rineka Cipta.

Sura B.A, Gede dan Reneng B.A, Wayan. 1982-1983. Buku Pelajaran Agama Hindu (untuk SMP
Kelas 1). Jakarta: Departemen Agama RI.

Kutipan ceramah Mirza Tahir Ahmad (Khalifah Ahmadiyah ke IV) yang disampaikan di University of
Canberra, Australia

16

Anda mungkin juga menyukai