Anda di halaman 1dari 163

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu Tauhid, disebut juga ilmu Kalam, merupakan salah satu mata kuliah pokok yang
harus ditempuh mahasiswa pada setiap program studi pada setiap fakultas di Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Melalui mata kuliah ini sangat diharapkan para
mahasiswa menjadikan aspek tauhid ini menjadi landasan yang sangat kokoh dalam
menjalani kehidupan dengan berbagai persoalannya yang semakin kompleks itu. Bahkan
semestinya, nilai-nilai tauhid ini sudah ditanamkan kepada anak sejak usia dini, dan terus
berlanjut hingga usianya yang sudah mandiri. Pada gilirannya, nunsa tauhidullah ini
menjadi menyatu dalam setiap gerak langkahnya, menjadi titik awal dan titik tuju dalam
setiap langkah, setiap program, dalam menjalani kehidupannya.
Ilmu tauhid membahas tentang duduk persoalan keesaan Allah Taala. Adapun
serangkian argumen yang berisi alasan-alasan dengan menggunakan dalil-dalil pikiran dan
berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari keimanan ini dibahas dalam
ilmu kalam. Sebagai salah satu studi pemikiran keislaman, Ilmu Tauhid memiliki posisi
sentral dalam tradisi keislaman. Hal itu karena ilmu tauhid adalah tumpuan pemahaman
tentang sendi-sendi paling pokok dalam ajaran islam, yaitu simpul-simpul keimanan, ke-
mahaesaan Allah SWT, dan pokok-poko ajaran agama. Di Indonesia terutama dalam
sistem pengajaran di madrasah dan pesantren, kajian tentang ilmu tauhid merupakan suatu
kajian yang sangat penting untuk ditelaah.
Metodologi ilmu Tauhid belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW dan
sahabat-sahabatnya, karena yang dikenal pada saat itu adalah firman Allah (al Quran),
sabda Nabi (al Hadis), berikutnya muncul istilah tradisi Medinah, sebagai tradisi penduduk
Medinah yang masih kental dengan nuansa kehidupan Rasulullah Saw. Baru setelah itu,
pada abad berikutnya, ilmu-ilmu keislaman satu persatu muncul, setelah orang banyak
suka membicarakan alam ghaib atau metafisika. Berikutnya, banyak ulama salaf dan
khalaf yang menekuni, mendalami, dan mengkaji ilmu tauhid lebih jauh. Pada masa lalu
tingkat intensitas mereka terhadap ilmu tauhid mulai berkembang hingga masing-masing
pemikiran yang semodel mengelompok pada aliran yang sama. Hingga memunculkan ide-
ide yang fanatik hingga yang ekstrim, yang dengan begitu mudah menunjuk salah besar
(bahkan ada embel-embel neraka! Emangnya neraka itu punya siapa?) setiap orang yang
pendapatnya berseberangan dengan pendapat kelompoknya. Pada fase berikutnya lagi,
bermunculan pula para pemikir ilmu kalam ini dengan berbagai variasinya, memperkokoh
aliran tertentu, meneliti, atau sekadar menjadikan referensi khazanah keislaman yang kaya
akan nilai-nilai kehidupan, yang siapa tahu, dan berharap, dapat diterapkan dalam
kehidupan modern masa kini dan masa-masa mendatang.
Yang menjadi rujukan utamanya adalah al Quran dan al Hadis, buah pemikiran ulama
kalam tempo dulu hingga masa kini, serta rekam jejak orang-orang mukmin, tokoh-tokoh
yang telah dibontang banting oleh gelombang kehidupan ini. Hingga menjadi jelas mana
orang yang imannya hanya dipinggir saja, ikut-ikutan saja, bagaimana musimnya saja,
bagaimana keyakinan kebanyakan orang-orang disekelilingnya, atau, orang yang imannya
memang sudah menjadi inti kehidupannya. Manakala orang-orang sudah bergeser
keyakinan, musim pindah agama, atau agama sekadar identitas tanpa makna, namun ia
malah semakin menunjukkan indentitas ketauhidannya. Bahkan menjadi semakin jelas
menunjukkan tanda-tanda keagungan-Nya dalam setiap gerak langkahnya, setiap nafasnya,
1|Page
setiap ucapannya, setiap karya besarnya. Ia sungguh-sungguh menjadi cermin jernih yang
menunjukkan tanda-tanda, simbol-simbol, kebesaran Sang Pemilik Alam Semesta ini.

B. Tujuan Pembelajaran
Pada semester ganjil tahun 2015 ini, Mata kuliah Ilmu Tauhid yang bobotnya 2 Sks,
diajarkan, antara lain, pada program studi Pendidikan Fisika. Tujuan pembelajarannya
adalah bahwa setelah mahasiswa mengikuti pembelajaran Ilmu Tauhid ini, secara umum,
diharapakan dapat memahami seluk beluk Ilmu Tauhid, iman yang benar, aspek-aspek
yang dapat mengokohkannya, aspek-aspek yang dapat merobohkannya, dan menjadi orang
yang tauhidnya kokoh, membangun diri dengan aspek-aspek yang mengokohkannya.
Secara khusus, diharapkan dapat: memahami makna ilmu tauhid, ruang lingkup ilmu
tauhid, rukun Iman, Asmaul Husna, pertumbuhan Ilmu Tauhid, aliran-aliran Kalam, Takdir
dan Ikhtiar, Tauhid dan Syirik, serta refleksi kalam dalam kehidupan. Dengan begitu
berarti bahwa dengan mata kuliah ini, keimanan mahasiswa diharapkan semakin
meningkat. Keimanannya memancarkan energi ilahiyah dalam setiap langkah kehidupan-
nya. Semua langkahnya berpijak pada landasan tauhid, semua langkahnya dilakukan atas
nama Allah, semua langkahnya dilakukan untuk mencapai ridha Allah Taala.

C. Peta Konsep
Mata kuliah Ilmu Tauhid ini di dalamnya berisi materi-materi ketauhidan yang diset
dalam beberapa materi pokok, yaitu: Konsep Tauhid, fokusnya pada definisi tauhid, yaitu
Allah Taala menjadi titik pusat segala sesuatu, yang materi, yang non materi, segala ide,
segala kepentingan, segala impian, segala pertolongan, segala penghidupan, dan segala
kepemi-likan. Rukun Iman, yaitu pilar keimanan yang harus dimiliki seorang muslim.
Fokusnya iman kepada Allah Taala, dan yang lainnya sesuatu yang diperintahkan untuk
diimani keberadaannya. Asmaul Husna, yaitu nama-nama Allah yang terbaik berjumlah 99,
yang mengejawantah dalam wujud alam semesta dengan segala seluk beluknya. Hamba-
hamba-Nya diantarkan untuk mencontoh sifat-sifat itu semuanya terkecuali yang satu,
yaitu al-Mutakabbir, yang ini hanya layak disandang oleh-Nya semata. Mengenai Iman-
islam-ihsan. Iman berarti percaya kepada Allah Taala, Islam berarti patuh pada perintah
Zat yang diimani, dan Ihsan berarti mengisi relung-relung kehidupan dengan nuansa
ilahiyah.
Kemudian mengenai pertumbuhan ilmu tauhid, bahwa keimanan tauhidullah itu sudah
ada sejak manusia pertama, yaitu Nabi Adam as. Ia menanamkan ajaran tauhid ini kepada
anak cucunya, turun temurun, hingga nabi yang terakhir. Allah Taala mengutus rasul-rasul
kepada umat sejak dulu hingga kini, sama, yaitu bahwasanya tidak ada Tuhan selain Aku,
maka sembahlah akan Daku. Demikian dalam QS al Anbiya: 25. Lalu ada kekhasannya
pada masa Rasulullah, khulafaur Rasyidun, Bani Umayah, Bani Abasyiyah, dan masa
setelahnya. Aliran-aliran kalam, yaitu munculnya dipicu oleh munculnya suatu persoalan,
lalu ada upaya membangun argument teologis untuk mengatasinya, muncullah aliran-
aliran kalam ini secara berlanjut, sejak dari khawarij, murjiah, syiah, jabariyah, qadariyah,
mu’tazilah, Asy’ariyah, Maturidiyah, dan sebagainya. Takdir dan ikhtiar, yaitu takdir
berkenaan dengan otoritas Allah Taala yang menentukan sesuatu sesuai dengan
“kadar”nya, dan ikhtiar berkenaan dengan wilayah batas jangkauan kemampuan hamba
untuk menentukan nasib, derajat, maqam, status orisinil dirinya itu. Tauhid dan syirik,
yaitu berkenaan dengan fokus pada satu pusat perhatian kepada Allah Taala, dan syirik
berkenaan dengan fokus pada banyak pusat perhatian kepada apa saja yang dipandang

2|Page
punya kekuatan besar. Refleksi kalam dalam kehidupan, yaitu makna nuansa kalam dalam
kehidupan yang bersifat kesalehan individual, yang bersifat kesalehan sosial, dan dalam
perkembangan ilmu dan teknologi.

BAB II
KONSEP TAUHID

A. Standar Kompetensi
Standar kompetensi mengenai konsep tauhid ini adalah:
1. Menjelaskan pengertian Ilmu Tauhid

2. Menjelaskan macam-macam tauhid


3. Menjelaskan ruang lingkup ilmu tauhid
4. Menjelaskan tingkatan ilmu tauhid
5. Menjelaskan manfaat ilmu tauhid
6. Menjelaskan Rukun Iman
B. Uraian Materi
1. Pengertian Ilmu Tauhid
Tauhid, secara etimologis, berarti mengesakan. Mentauhidkan Allah berarti mengakui
keesaan Allah, mengesakan Allah, mempercayai bahwa Allah SWT adalah satu-satunya
pencipta, pemelihara, penguasa, dan pengatur Alam Semesta. Keyakinan tentang adanya
Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada satu pun yang menyamai-Nya dalam Zat, Sifat atau
perbuatan-perbuatan-Nya. Mengesakan Allah SWT dari semua makhluk-Nya dengan
penuh penghayatan, dan keikhlasan beribadah kepada-Nya, meninggalkan persembahan
selain kepada-Nya, membenarkan nama-nama-Nya yang Mulia (asma’ul husna), dan sifat-
sifat-Nya yang Maha Sempurna, dan menafikan sifat kurang dan cela dari-Nya. Intinya
adalah menjadi seorang mukmin yang imannya benar-benar kokoh mengesakan Allah
Taala, menjadi hamba yang sujudnya benar-benar fokus menghadap Allah Taala, menjadi
khalifah yang karyanya benar-benar unggul atas nama Allah Taala. Adapun ilmu Tauhid
adalah ilmu yang membahas tentang persoalan-persoalan yang berkenaan dengan tauhid.
2. Ruang Lingkup Tauhid
Aspek pokok dalam ilmu Tauhid adalah keyakinan akan eksistensi Allah Yang Maha
Sempurna. Karena itu, ruang lingkup pembahasan pokok dalam ilmu tauhid adalah
berkisar pada persoalan-persoalan berikut:
a. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT. Dalam bagian ini termasuk
pula masalah takdir;
b. Hal-hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara antara
manusia dan Allah, atau disebut pula wasithah. Meliputi : Malaikat, Nabi, Rasul,
dan kitab-kitab suci; dan,
c. Hal-hal yang berhubungan dengan hari yang akan datang, atau disebut juga
ma’ad, meliputi : surga, neraka, dan sebagainya. Ketiga hal di atas terangkum
dalam pembahasan rukun iman, yaitu Iman kepada Allah, Malaikat, Kitab-Kitab,
Rasul-Rasul, hari Kiamat, dan iman kepada qadha dan qadar.
3. Macam-macam Tauhid
3|Page
a. Tauhid Rububiyah

Secara etimologis, kata Rabb berarti menumbuhkan, memelihara, memperbaiki. Dengan arti
tersebut, maka Allah SWT adalah satu-satunya Zat yang menciptakan, memberi rezeki, mengelola.
Mengimani Allah SWT sebagi satu-satunya Rabb. Istilah rububiyah ini mempunyai beberapa
arti, yakni: pemelihara (al-Murabbi), penolong (al-Nashir), pemilik (al-Malik), yang
memperbaiki (al-Mushlih), tuan (al-Sayyid) dan wali (al-Wali). Dalam terminologi syariat
Islam, istilah Tauhid Rububiyah berarti: “Percaya bahwa hanya Allah-lah satu-satunya
Pencipta, Pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya Ia menghidupkan,
mematikan, mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya. Mengenai tauhid rububiyah
ini firman Allah menunjukkan: Allah yang Meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana)
yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy. Dia Menundukkan matahari
dan Bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia Mengatur
urusan (makhluk-Nya), dan menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), agar kamu yakin
akan pertemuan dengan Tuhanmu. (QS. Ar-Ra'd:2). Rububiyah adalah kata yang
dinisbatkan kepada salah satu nama Allah SWT, yaitu ‘Rabb’.

1.1. Allah Berfirman Dalam surat Al-Baqarah: 21. Hai manusia, sembahlah
Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu
bertakwa. Allah telah menafikan sekutu atau pembantu dalam kekuasaan-Nya.
Sebagaimana Dia menafikan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki. Inilah
ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh
sembahan-sembahan (mu) selain Allah ..." [Luqman: 11]. Dalam ayat yang lain,
diungkapkan juga: Atau, siapakah dia ini yang memberi kamu rizki jika Allah menahan
rizkiNya?" [Al-Mulk: 21]. Allah menyatakan pula tentang keesaanNya dalam rububiyah-
Nya atas segala alam semesta. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam." [Al-Fatihah:
2]. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakanNya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta alam." [Al-A'raf: 54].
Allah menciptakan semua makhlukNya di atas fitrah pengakuan terhadap rububiyah-Nya.
Bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah juga mengakui
keesaan rububiyah-Nya.
Katakanlah: "Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya `Arsy
yang besar?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah: "Maka apakah
kamu tidak bertakwa?" Katakanlah: "Siapakah yang di tanganNya berada kekuasaan atas
segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-
Nya, jika kamu mengetahui?" Mereka akan menjawab: "Kepunyaan Allah." Katakanlah:
"(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?" [Al-Mu'minun: 86-89]. Jadi,
jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun yang menyangkalnya.
Bahkan hati manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan
terhadap yang lain-Nya. Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan
terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?" [Ibrahim: 10]

b. Tauhid Uluhiyah
4|Page
Tauhid Uluhiyah merupakan keyakinan Tauhid yang menunjuk pada mempercayai
bahwa hanya kepada Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah, memohon pertolongan,
tunduk, patuh, dan merendah serta tidak kepada yang lain. Makna Uluhiyah adalah
mengakui bahwa hanya Allah lah Tuhan yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagiNya.
Tauhid Uluhiyah merupakan ujung ruh Al Qur’an, yang karenanya para Rasul diutus, ada
pahala dan siksa, dan karenanya keikhlasan beragama kepada Allah terealisasi. Ibnu
Taimiyah menghindari pertentangan wahyu dan Akal. Ayat al Qur'an yang menerangkan
tentang Tauhid jenis ini adalah: Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai
anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan, Sungguh, setan itu musuh yang nyata
bagi kamu. Dan hendaklah kamu menyembah-Ku, inilah jalan yang lurus. (QS. Yasin: 60 -
61). Pada ayat lain dinyatakan: Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum engkau
(Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku. (Q.21: 25).
Uluhiyah memiliki arti tentram, tenang, lindungan. Semua kata-kata ini relevan
dengan sifat-sifat dan kekhususan Allah SWT. Hal ini yang dinyatakan dalam Al Quran
dalam surat Ar Ra’du 28 : Orang-orang yang beriman, dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram. (Q.S. Ar Ra’du : 28). Jadi tauhid Uluhiyah itu mengimani Allah SWT sebagai
satu-satunya Al Ma’bud (yang disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam do'a kecuali
Allah, tidak ada yang dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan
tempat bergantung kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali
untukNya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah kecuali untukNya dan karenaNya
semata.Allah Menerangkan: Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang
hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku. (Q.S.
Thaha :14)
Jadi, tauhid rububiyah adalah bukti wajibnya tauhid uluhiyah . Karena itu
seringkali Allah membantah orang yang mengingkari tauhid uluhiyah dengan tauhid
rububiyah yang mereka akui dan yakini. Seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala : Hai
manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang
sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui."
[Al-Baqarah : 21-22]
Jalan fitri untuk menetapkan tauhid uluhiyah adalah berdasarkan tauhid rububiyah.
Karena manusia pertama kalinya sangat bergantung kepada asal kejadiannya, sumber
kemanfaatan dan kemadharatannya. Setelah itu berpindah kepada cara-cara ber-taqarrub
kepadaNya, cara-cara yang bisa membuat ridhaNya dan yang menguatkan hubungan
antara dirinya dengan Tuhannya. Maka tauhid rububiyah adalah pintu gerbang dari tauhid
uluhiyah. Karena itu Allah ber-hujjah atas orang-orang musyrik dengan cara ini. Dia juga
memerintahkan RasulNya untuk ber-hujjah atas mereka seperti itu. Di antara kekhususan
ilahiyah adalah kesempurnaanNya yang mutlak dalam segala segi, tidak ada cela atau
kekurangan sedikit pun. Ini mengharuskan semua ibadah mesti tertuju kepadaNya;
pengagungan, penghormatan, rasa takut, do'a, pengharapan, taubat, tawakkal, minta
pertolongan dan penghambaan dengan rasa cinta yang paling dalam, semua itu wajib
secara akal, syara' dan fitrah agar ditujukan khusus kepada Allah semata. Juga secara akal,
syara' dan fitrah, tidak mungkin hal itu boleh ditujukan kepada selainNya.
5|Page
c. Tauhid Mulkiyah
Tauhid mulkiyah, tauhid dalam hal raja merajai. Istilah malik mengandung makna
kekuatan, kevalidan. Al Malik berarti zat yang tidak membutuhkan, bahkan segalan yang
ada malah membutuhkan-Nya. Dia raja yang sesungguhnya, mengendalikan segala urusan
semua makhluk-Nya, yang semuanya milik-Nya itu, tanpa memerlukan bantuan, dan tak
dapat dicegah. Di sisi lain, kerajaan yang dimiliki oleh seorang khalifah di muka bumi, itu
merupakan titipan-Nya semata, berasaskan dua hal. Pertama, karena datang masa
kematian, lalu kekuasaan berpindah tangan kepada orang lain. Padahal Allah Taala itu
penguasa kehidupan, kematian, kebangkitan. Kedua, setelah sangkakala pertama ditiupkan,
maka lenyaplah semua kekuasaan kekhalifahan di muka bumi. Ketika Allah Taala
menyerukan: kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini? (Q.40: 16). Ketika tidak ada
yang menyahut, maka Allah Taala sendiri yang menjawabnya: Hanya kepunyaan Allah
Yang Mahaesa lagi Maha mengalahkan. Dengan begitu, maka sesungguhnya tidak ada
kerajaan yang sesungguhnya selain dari kerajaan milik Allah Taala.
Tauhid Mulkiyah. Kata Malik dapat diartikan sebagai raja. Dalam pengertian ini,
Allah SWT sebagai Rabb, yang memiliki alam semesta adalah raja dan pemilik dari alam
semesta tersebut. Firman Allah: Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan
bumi adalah kepunyaan Allah? dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun
seorang penolong. (Q.S. Al Baqarah : 107)

d. Tauhid Ubudiyah
Tauhid ubudiyah, tauhid dalam ibadah, merupakan masalah praktis, bentuk menjadi,
menjadi benar. Tahap teoretis tauhid artinya memiliki pandangan yang sempurna, dan
tahap praktisnya artinya berupaya mencapai kesempurnaan. Tauhid teoretis artinya
memahami keesaan Allah, tahap melihat, sedangkan tauhid praktis artinya menjadi satu,
tahap berbuat. Masalahnya adalah apakah mungkin mengetahui Allah sekaligus dengan
keesaan Zat-Nya, keesaan Sifat-sifat-Nya, dan keesaan perbuatan-Nya? Lalu, apakah
pengetahuan itu membantu manusia untuk hidup bahagia? atau hanya tauhid praktis saja
yang bermanfaat. Arus pemikiran materialistis masa kini ini, mengantarkan kaum yang
beriman pada anggapan bahwa masalah-masalah yang berkaitan dengan pengetahuan
tentang Allah sebagai manuver mental “pelarian” dari problem-problem praktis kehidupan.
Namun seorang Muslim sejati percaya bahwa realitas kehidupan manusia itu bukan
sekadar realitas jasmaninya saja, namun realitas sejati manusia adalah sisi spiritualnya.
Hakikat roh manusiawi adalah hakikat pengetahuan dan kesuciannya. Apa yang disebut
sebagai tauhid teoretis itu, selain merupakan dasar dari tauhid praktis, merupakan
kesempumaan psikologis yang sangat tinggi tingkatannya. Tauhid ini mengangkat
manusia, membawa manusia menuju Kebenaran Ilahiah, dan membuat manusia menjadi
sempurna.
Allah SWT berfirman: Kepada-Nya naik kata-kata yang baik, dan amal saleh
dinaikkan-Nya.” (QS. Fâthir: 10). Sisi manusiawi manusia ditentukan oleh pengetahuan-
nya tentang Allah. Pengetahuan manusia bukanlah sesuatu yang terpisah dari manusia itu
sendiri. Semakin tahu manusia itu tentang alam semesta, sistemnya dan asal-usulnya,
semakin berkembang sisi manusiawi manusia tersebut, yang lima puluh persen substansi
sisi manusiawi itu berupa pengetahuan. Dari sudut pandang Islam, tak ada keraguan sedikit
pun bahwa tujuan sisi manusiawi itu sendiri adalah mengetahui tentang Allah, tak soal
dengan efek praktis dan sosialnya. Tauhid praktis, tauhid ibadah, artinya adalah hanya
6|Page
menyembah atau beribadah kepada Allah saja. Dengan kata lain, tulus ikhlas dalam
beribadah kepada Allah. Dalam Islam, ibadah ada tingkatan-tingkatannya. Tingkatannya
yang sangat jelas adalah menunaikan ritus-ritus yang berkaitan dengan penyucian dan
pengagungan Allah. Kalau ritus-ritus seperti itu dilakukan untuk selain Allah, artinya
adalah keluar total dari Islam. Namun demikian, dari sudut pandang Islam, ibadah bukan
hanya tingkatan yang ini saja. Setiap bentuk orientasi spiritual dan menerima sesuatu
sebagai ideal spiritual, maka hal itu tergolong ibadah.
Al-Qur'an memfirmankan: Terangkanlah kepadaku tentang orang yang
menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya.” (QS. al-Furqân: 43). Kalau kita menaati
seseorang yang telah dilarang Allah untuk ditaati, dan tunduk patuh sepenuhnya
kepadanya, berarti kita menyembah atau beribadah kepada orang itu. Al-Qur'an
mengatakan, “Mereka menjadikan para rabbi dan rahib mereka sebagai Tuhan selain
Allah.” (QS. at-Taubah: 31). Diungkapkan juga: Tidak pula sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah.” (QS. Âli 'Imrân: 64). Tauhid ibadah,
tauhid praktis, menerima Allah saja sebagai yang layak untuk ditaati tanpa pamrih,
memandang hanya Dia saja yang menjadi ideal dan arah perilaku, dan menolak selain-Nya
serta menganggap selain-Nya tidak layak ditaati tanpa pamrih, atau tidak layak untuk
dijadikan ideal. Tauhid ibadah artinya adalah tunduk kepada Allah saja, bangkit untuk-Nya
saja, dan hidup untuk-Nya saja, serta mati untuk-Nya saja. (Nabi Ibrahim berkata):
"Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang mendptakan langit dan
bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang
yang mempersekutukan Tuhan"... Katakanlah, "Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku,
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya.
Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku adalah orang yang pertama
tunduk patuh kepada-Nya." (QS. al-An'am: 79, 162-163). Tauhid Nabi Ibrahim ini
merupakan tauhid ibadah, tauhid praktis. Iman macam inilah yang divisualisasikan seperti
ini: La ilaha illallah. (Muthahhari, 2002: 69-73).

4. Tingkatan Tauhid
Tauhid itu ada tingkatannya. Tingkatan ini ditelusuri terus hingga menjadi pengikut
tauhid, muwahhid yang sejati. Adapun tingkatan tauhid itu menunjuk pada hal-hal berikut:
tauhid zat, tauhid sifat, tauhid af’al.

a. Tauhid dalam Zat


Yang dimaksud dengan tauhid Zat adalah bahwa Allah Esa dalam Zat-Nya. Kesan
pertama tentang Allah pada kita adalah bahwa Dia berdikari. Dia adalah Wujud yang tidak
bergantung pada apa dan siapa pun dalam bentuk apa pun. Dalam bahasa Al-Quran, Dia
adalah Ghani (Absolut). Segala sesuatu bergantung pada-Nya dan membutuhkan
pertolongan-Nya. Dia tidak membutuhkan segala sesuatu Seperti firman-Nya: Hai
manusia, kamulah yang membutuhkan Allah. Dan Allah, Dialah Yang Maha Kaya (tidak
membutuhkan apa pun) lagi Maha Terpuji. (QS. Fâthir: 15). Kaum filosof
menggambarkan Allah sebagai eksis sendiri, atau sebagai wujud yang eksistensinya wajib.
Kesan kedua tentang Allah pada setiap orang adalah, bahwa Allah Sang Pencipta. Dialah
Pencipta dan sumber final dari segala yang ada. Segala sesuatu adalah "dari-Nya". Dia
bukan dari apa pun dan bukan dari siapa pun, namun, Sebab Pertama. Inilah konsep
pertama setiap orang tentang Allah. Ketika berpikir tentang Allah, di benak ada konsep ini.
Kemudian melihat suatu kebenaran yang tidak bergantung pada kebenaran lain, dan yang
7|Page
menjadi sumber dari segala kebenaran. Tauhid Zat Allah menunjukkan bahwa kebenaran
ini hanya satu, dan tak ada yang menyerupai-Nya. Al-Qur'an memfirmankan: Tak ada
yang menyamai-Nya. (QS. asy-Syûrâ: 11). Dan tak ada yang menyamai-Nya. (QS. al-
Ikhlâsh: 4)
Kaidah bahwa sesuatu yang ada selalu menjadi bagian dari spesies, hanya berlaku
pada ciptaan atau makhluk saja. Misal, jika sesuatu itu bagian dari spesies manusia, maka
dapat dibayangkan bahwa sesuatu itu adalah anggota dari spesies manusia ini. Namun
untuk Wujud Yang Ada Sendiri, kita tidak dapat membayangkan seperti itu. Dia berada di
luar semua pikiran seperti itu. Karena kebenaran yang ada Sendiri itu satu, maka sumber
dan tujuan alam semesta hanya satu. Alam semesta bukanlah berasal dari berbagai sumber,
juga tidak akan kembali ke berbagai sumber. Alam semesta berasal dari satu sumber dan
satu kebenaran. Allah berfirman: Katakanlah: "Allah adalah Pencipta segalanya." (QS. ar-
Ra'd: 16). Segala sesuatu akan kembali ke sumber yang satu dan kebenaran yang satu.
Kata Al-Qur'an, Ingatlah bahwa kepada Allah lah kembali segala sesuatu. (QS. asy-Syûrâ:
53). Dengan kata lain, alam semesta memiliki satu pusat, satu kutub, dan satu orbit.
Hubungan antara Allah dan alam semesta adalah hubungan Pencipta dan makhluk, yaitu
hubungan sebab dan akibat, bukan jenis hubungan antara sinar dan lampu, atau antara
kesadaran manusia dan manusia.
Betul, bahwa Allah tidak terpisah dari alam semesta. Dia bersama segala sesuatu. Al-
Qur'an memfirmankan: Dia bersamamu di mana pun kamu berada. (QS. al-Hadîd: 4).
Namun demikian, ketidakterpisahan Allah dari alam semesta tidaklah berarti bahwa Dia
bagi alam semesta adalah seperti sinar bagi lampu atau seperti kesadaran bagi tubuh. Kalau
demikian halnya, maka Allah merupakan efek dari alam semesta, bukan sebab dari alam
semesta, karena sinar adalah efek dari lampu. Begitu pula, ketidakterpisahan Allah dari
alam semesta tidaklah berarti bahwa Allah, alam semesta dan manusia memiliki orientasi
yang sama, dan semuanya eksis dengan kehendak dan semangat yang sama. Semua ini
adalah sifat makhluk yang adanya karena sesuatu yang lain. Allah bebas dari semua itu.
Al-Qur'an memfirmankan: Mahasuci Tuhanmu yang mempunyai keperkasaan dari apa
yang mereka katakan. (QS. ash-Shâffât: 180).

b. Tauhid dalam Sifat


Tauhid Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui bahwa sifat-sifat-Nya itu memiliki
karakteristik yang sama, yaitu Mahasempurna. Berbagai Sifat-Nya tidak terpisah satu sama
lain. Tauhid Zat menafikan adanya keragaman dalam zat-Nya, dan Tauhid Sifat-sifat-Nya
adalah menafikan adanya pluralitas di dalam kesempurnaan sifat2-Nya. Allah memiliki
segala sifat yang menunjukkan kesempurnaan, keperkasaan dan ke-indahan, yang tak ada
segi yang benar-benar terpisah dari-Nya. Pluralitas, perpaduan, dan keterpisahan zat dan
sifat-sifat tak mungkin terjadi pada Wujud Mutlak. Seperti Tauhid zat Allah, tauhid sifat-
sifat Allah merupakan doktrin Islam dan salah satu gagasan manusiawi yang paling
penting. Sifat-sifat yang dimiliki-Nya tak terbatas seperti halnya ketakterbatasan diri-Nya
sendiri, bahwa Sifat-sifat yang dimiliki-Nya identik dengan Zat-Nya, dan sifat-sifat yang
tak dimiliki-Nya adalah sifat-sifat yang terbatas dan terpisah dari Zat-Nya dan terpisah
satu sama lain. Dengan demikian, Tauhid dalam Sifat-sifat Allah artinya adalah mengakui
bahwa Zat Allah dan Sifat-sifat-Nya adalah satu.
Tauhid Asma’ dan Sifat. Firman Allah: Allah memiliki Asma’ul Husna (Nama-
nama yang terbaik), maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma’ul Husna itu
dan tinggalkanlah orang-orang yang menyalahartikan nama-nama-Nya. Mereka kelak

8|Page
akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.(QS.al-A’raf:180).
Pengertian dari Tauhid Asma’ dan Sifat adalah mempercayai bahwa hanya Allah yang
memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela atau dari segala
kekurangan. (Ensiklopedi Islam, jilid. V, hal. 92) Atau menetapkan asma’ dan sifat Allah
berdasarkan apa yang ditetapkan oleh Allah untuk diri-Nya di dalam Al Qur’an maupun
sunnah Rasul-Nya. (DR. Abdul Aziz, hal. 24).

c. Tauhid dalam Af’al


Tauhid dalam af’al (perbuatan) adalah mengakui bahwa alam semesta dengan
segenap sistemnya, jalannya, sebab dan akibatnya, merupakan perbuatan Allah saja, dan
terwujud atas kehendak-Nya. Di alam semesta ini tak satu pun yang ada sendiri. Segala
sesuatu bergantung pada-Nya. Dalam bahasa Al-Qur'an, Dia adalah pemelihara alam
semesta. Dalam hal sebab-akibat, segala yang ada di alam semesta ini bergantung. Maka
dari itu, Allah tidak memiliki sekutu dalam Zat-Nya, Dia juga tak memiliki sekutu dalam
perbuatan-Nya. Setiap perantara dan sebab ada dan bekerja berkat Allah dan bergantung
pada-Nya. Milik-Nya sajalah segala kekuatan maupun kemampuan untuk berbuat.
Manusia merupakan satu di antara makhluk yang ada, dan karena itu merupakan ciptaan
Allah. Seperti makhluk lainnya, manusia dapat melakukan pekerjaannya sendiri, dan tidak
seperti makhluk lainnya, manusia adalah penentu nasibnya sendiri. Namun Allah sama
sekali tidak mendelegasikan Kuasa-kuasa-Nya kepada manusia. Karena itu manusia tidak
dapat bertindak dan berpikir semaunya sendiri. Dengan kuasa Allah aku berdiri dan duduk.
Jika percaya bahwa makhluk, baik manusia maupun makhluk lainnya, dapat berbuat
semaunya sendiri, berarti percaya bahwa makhluk tersebut dan Allah sama-sama mandiri
dalam berbuat. Karena mandiri dalam berbuat berarti mandiri dalam zat, maka
kepercayaan tersebut bertentangan dengan keesaan Zat Allah (Tauhid dalam Zat), lantas
apa yang harus dikatakan mengenai keesaan perbuatan Allah (Tauhid dalam Perbuatan).
Katakanlah, "Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai
sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dan
kehinaan. Karma itu, agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya. (QS.
al-Isrâ': 111)

5. Manfaat Ilmu Tauhid


Manfaat bertauhid bukanlah sekedar mengakui bertauhid saja tetapi lebih jauh dari itu,
sebab tauhid mengandung sifat-sifat:
a. Sebagai motivator untuk berbuat yang utama. Melakukan perbuatan itu
merupakan pilihan-pilihan. Orang yang bertauhid, percaya bahwa Dia pemilik
keutamaan, maka dia mengidentifikasi, bercermin, mencontoh pada berbuat
yang utama itu.
b. Mendorong mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
Orang yang bertauhid, maka ketika berbuat sesuatu, ketika beribadah, hanya
diperuntukkan pada yang diyakininya itu, bukan untuk yang lainnya.
c. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegoncangan hidup yang dapat
menyesatkan. Orang yang bertauhid, ketika diterpa kegoncangan hidup, ia akan
kembali pada Zat yang diyakininya itu, akan bersimpuh dihadapan-Nya,
berlindung kpd-Nya
d. Mengantarkan manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.

9|Page
6. Rukun Iman
a. Pengertian Rukun Iman
Rukun Iman (bahasa arab: ‫ )أركان اليإمممان‬yaitu pilar keimanan dalam Islam yang
harus dimiliki seorang muslim. Jumlahnya ada enam. Enam rukun iman ini didasarkan dari
ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits Jibril yang terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan
Shahih Muslim yang diriwayatkan dari Umar bin Khathab. Iman secara bahasa berarti
tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara istilah syar’i, iman adalah "Keyakinan dalam
hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan
ketaatan dan berkurang dengan maksiat". Para ulama salaf menjadikan amal termasuk
unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal
juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i,
Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama
selainnya. Dalil Rukun Iman terdapat dalam surah Al Baqarah ayat 177: Bukanlah
menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi . . .. . hal itu diperjelas lagi dalam hadis nabi, yang
mengungkapkan bahwa, Rasulullah saw bersabda:

(‫ )روا مسلم‬... ‫أشين تتيؤهمشن هبالله شوشمشلئهشكتههه شوتكتتبههه شوترتسلههه شوايليشيوهم ايلهخهر شوتتيؤهمشن هبايلقششدهر شخييهرهه شوششررهه‬
Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya,
hari akhir, & kamu beriman kepada takdir yang baik & yang buruk.” (HR. Muslim no. 9).

b. Isi Rukun Iman


Rukun iman yang enam itu adalah:
1) Iman Kepada Allah SWT ; sebagaimana tercantum dalam Al Qur’an: Tuhanmu
adalah Tuhan yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Baqoroh : 163). Ayat diatas menunjukkan bahwa Iman
Kepada Allah itu berarti yakin dengan sungguh-sungguh baik secara lisan, secara hati,
secara tindakan, bahwa Allah itu Maha Esa, hanya Dia satu-satunya yang patut
disembah itu.
2) Iman Kepada Malaikat Allah. Firman Allah dalam Al Qur’an: Kepunyaan-Nyalah
segala yang di langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka
tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih.
Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya. (QS. Al Anbiya’ : 19-
20). Iman Kepada Malaikat berarti kita bersungguh-sungguh dengan sepenuh hati
meyakini adanya Malaikat-Nya itu yang senantiasa patuh, dan mengelola urusan-urusan
manusia.
3) Iman Kepada Rasul Allah. Firman Allah dalam Al Qur’an: Rasul telah beriman
kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-
orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan
antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya
Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (QS. Al-Baqoroh : 285). Iman
kepada Rasul Allah berarti kita menyakini dengan sepenuh hati bahwa rasulullah itu
benar-benar utusan Allah yang memberikan kabar gembira dan memberikan peringatan

10 | P a g e
kepada kita. Nabi dan Rasul yang diutus Oleh yang wajib diketahui oleh kita yang
berjumlah 25 nabi dan rasul.
4) Iman Kepada Kitab Allah. Firman-Nya: Wahai orang-orang yang beriman,
tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan
kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang
kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari
Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa’ :
136) Iman Kepada kitab Allah berarti kita meyakini dengan sepenuh hati adanya kitab-
kitab yang diturunkan Allah Taala kepada para nabi.
5) Iman Kepada Hari Kiamat. Iman Kepada Hari Kiamat berarti mengimani segala
yang Allah informasikan dalam kitab-Nya dan segala yang Rasulullah saw. jelaskan
mengenai apa-apa yang terjadi setelah kematian berupa fitnah kubur, siksa kubur,
nikmat kubur, kebangkitan (al-ba’ts), penghimpunan (al-hasyr), lembaran-lembaran
catatan amal, perhitungan (al-hisab), timbangan (al-mizan), telaga (al-haudh), jembatan
(al-shirath), syafa’at, surga, neraka, dan apa yang Allah sediakan untuk penghuni surga
dan penghuni neraka. Sebagaimana pesan Al Qur’an tentang hari kiamat: Segungguh-
nya hari kiamat itu akan datang aku merahasiakan (waktunya) agar tiap-tiap diri itu
dibalas dengan apa yang ia usahakan.” (QS. Thaha : 15). Iman kepada Hari Kiamat
berarti kita benar-benar dan dengan sepenuh hati meyakini akan adanya hari kiamat dan
pastinya akan terjadi dan umat manusia di seluruh jagat raya ini akan melewatinya pada
suatu saat.
6) Iman Kepada Qadha dan Qadar Allah. Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi
tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya, sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi
yang telah berlalu dahulu, dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku.
(QS. Al Ahzab : 38) Iman Kepada Qadha (Ketetapan Allah) dan Qadar (Ketentuan)
berarti kita meyakini dengan sepenuh hati pada ketetapan Allah dan ketentuan Allah itu.

c. Manfaat Rukun Iman


Terdapat beberapa manfat yang dapat disimak dari rukun iman ini, yaitu:
1) Iman dengan disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci akan dibukakanya
kehidupan yang baik, makmur dan sejahtera
2) Iman dapat menimbulkan ketenangan jiwa
3) Iman akan menimbulkan kasih sayang antar sesama
4) Lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta
5) Iman akan membebaskan manusia dari kekuasaan orang lain
6) Orang beriman akan mendapatkan pertolongan dari allah SWT
7) Membawa keberkahan dilangit dan di bumi
8) Memberikan ketengan dalam jiwa
9) Dijanjikan akan mendapatkan syurga
10) Dengan iman hidup akan terarah
11) Iman membawa manusia pada kedamaian
12) Dengan iman hidup kita lebih sederhana
13) Dengan iman ketika akan menjadi lebih semangat dalam mencapai sesuatu
14) Iman membuat kita menjadi lebih sabar

C. Ringkasan
Tauhid berarti keesaan Allah, mengakui keesaan Allah, Keyakinan tentang adanya
Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada satu pun yang menyamai-Nya, dalam Zat, Sifat atau
11 | P a g e
af’al-Nya. Ada Tauhid Rububiyah, bahwa hanya Allah-lah satu-satunya pendidik alam
semesta melalui sunnah-sunnah-Nya. lalu, Tauhid Asma dan Sifat, yakni mempercayai
bahwa hanya Allah yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan terlepas dari sifat tercela,
dan Tauhid Uluhiyah, yakni mempercayai bahwa hanya kepada Allah-lah Zat yang
disembah, tidak kepada yang lain. Ruang lingkupnya yaitu, hal-hal yang berhubungan
dengan: Allah SWT atau ma’bud, utusan Allah sebagai perantara antara manusia, dan hari
yang akhir. Ada beberapa tingkatan tauhid yaitu: Tauhid Zat, Tauhid Sifat, dan Tauhid
af’al. Ada beberaapa manfaat dari ilmu tauhid, yaitu: sumber motifasi perbuatan kebajikan
dan keutamaan, membimbing manusia ke jalan yang benar, mengeluarkan jiwa manusia
dari kegelapan, kekacauan dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan, dan
mengantarkan manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin. Pilar keimanan dalam Islam
yang harus dimiliki seorang muslim disebt dengan rukun iman. Macam-macam rukun
iman yakni Iman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab Allah, rasul-rasul
Allah, hari kiamat, serta iman kepada Qada dan Qadar. Adapun, manfaat dari rukun iman
adalah membuat kehidupan yang baik, makmur dan sejahtera, menimbulkan ketenangan
jiwa, menimbulkan kasih sayang antar sesama, lebih mendekatkan diri kepada sang
pencipta, membebaskan manusia dari kekuasaan orang lain, orang beriman akan
mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. dijanjikan akan mendapatkan syurga, menjadi
lebih semangat dalam mencapai sesuatu, dan iman membuat kita menjadi lebih sabar.

D. Rujukan
Muhammad bin Abdullah At Tuwaijry. Tauhid, Keutamaan dan Macam-macamnya,
(www.islamhouse.com, 2007)
Muhammad bin Abdul Wahab. Kitab Tauhid, (http://www.scribd.com/doc/10055486/
Kitab-Tauhid, Yayasan Al-Sofwa, 2007)
Abdurrahman Habanakah. 1986. Pokok-pokok Aqidah Islam. Jakarta: Gema Insani
Toto Suryana, dkk. 1996. Pendidikan Agama Islam. Bandung: Tiga Mutiara

E. Latihan

Pilihan Ganda
1. Berikut ini, yang bukan termasuk ruang lingkup ilmu tauhid adalah....
a. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT atau mabda
b. Hal-hal yang berhubungan dengan masa yang telah berlalu
c. Hal-hal yang berhubungan dengan utusan-Nya sebagai perantara antara
hamba dengan Tuhannya, yang disebut pula wasilah.
d. Hal-hal yang berhubungan dengan hari yang akan datang (maád)
2. Manakah pernyataan yang tepat diantara beberapa pernyataan dibawah ini.....
a. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati
b. Ihsan bukan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus
merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri
c. Islam adalah sikap pasif untuk berbuat/beramal

12 | P a g e
d. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam pikiran
3. Dalam pengertian ihsan, ada dalil yang menyebutkan bahwa “Jika kamu
berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…”. Potongan ayat
tersebut adalah potongan ayat dari....
a. QS: Al- Isra: 17
b. QS: Al-Isra:27
c. QS: Al-Isra:7
d. QS: Al-Isra:37
4. Yang dimaksud dengan aspek vertikal dalam ruang lingkup islam adalah....
a. Aspek yang mengatur hubungan antara makhluk dengan kholiknya
(manusia dengan Tuhannya)
b. Aspek yang mengatur hubungan manusia dengan makhluk ciptaan Allah
SWT. yang lain
c. Aspek yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia
d. Aspek yang mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat
menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan
mental
Essay
1. Jelaskan macam-macam tauhid!
2. Ihsan di dalam beribadah kepada Sang Ma’bud memiliki dua tingkatan,
pertama: Kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, kedua: Jika
kamu tidak mampu melihat-Nya maka yakinlah bahwa sesungguhnya Dia
melihatmu. Apa maksud dari kedua pernyataan tersebut?

Jawaban:
Pilihan Ganda
1. B
2. A
3. C
4. A

Essay
1. Macam-macam tauhid. Pertama, Tauhid Rububiyah, yakni Percaya bahwa
hanya Allah-lah satu-satunya Pencipta, serta mengendalikan alam dengan sunnah-
sunnah-Nya. Kedua, Tauhid Uluhiyah, yakni mempercayai bahwa hanya kepada
Allah-lah manusia harus bertuhan, beribadah, memohon pertolongan, tunduk, patuh,
dan merendah serta tidak kepada yang lain. Ketiga, Tauhid Mulkiyah, yakni tauhid
dalam hal raja merajai. Al Malik berarti zat yang tidak membutuhkan, bahkan
segalan yang ada malah membutuhkan-Nya. Dia raja yang sesungguhnya,
mengendalikan segala urusan semua makhluk-Nya, yang semuanya milik-Nya itu,
tanpa memerlukan bantuan, dan tak dapat dicegah. Di sisi lain, kerajaan yang
dimiliki oleh seorang khalifah di muka bumi, itu merupakan titipan-Nya semata.

2. Ihsan di dalam beribadah kepada Al-khaliq memiliki dua tingkatan: Kamu


beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini adalah ibadah dari
seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Dan keadaan ini
merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap
membutuhkan, harapan dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri
13 | P a g e
kepada-Nya. Jika kamu beribadah tidak mampu melihat-Nya, maka yakinlah bahwa
sesungguh-nya Dia melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari dari adzab
dan siksanya. Dan hal ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang
pertama, karena sikap ihsannya didorong dari rasa diawasi, takut akan hukuman.

F. Daftar Istilah
1. Tauhid: Keyakinan akan Esa-nya ketuhanan Allah SWT
2. Rububiyyah: Allah hanya satu-satunya Pencipta, Pemilik, pengendali alam
raya
3. Asma’ dan Sifat: Allah yang memiliki segala sifat kesempurnaan dan
terlepas dari sifat tercela atau dari segala kekurangan
4. Uluhiyah: Hanya Allah lah Tuhan yang berhak disembah, tidak ada sekutu
bagi-Nya
5. Tauhid Zat Allah: Kebenaran ini hanya satu, dan tak ada yang menyerupai-
Nya
6. Tauhid Sifat-sifat Allah: Allah memiliki segala sifat yang menunjukkan
kesempurnaan, keperkasaan dan keindahan
7. Tauhid Perbuatan Allah: Mengakui bahwa alam semesta dengan segenap
sistemnya, jalannya, sebab dan akibatnya, merupakan perbuatan Allah saja, dan
terwujud karena kehendak-Nya
8. Tauhid ibadah: Hanya menyembah atau beribadah kepada Allah saja
(tulus ikhlas dalam beribadah kepada Allah)
9. Iman: Memberi ketenangan hati; pembenaran hati
10. Islam: Kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri dan
kepatuhan
11. Ihsan: Berbuat baik/kebaikan
12. Rukun Iman: Pilar keimanan dalam Islam yang harus dimiliki seorang
muslim
13. Iman Kepada Allah SWT: Yakin dengan sungguh-sungguh baik secara
lisan, maupun secara hati bahwa Allah itu Maha Esa, Tidak ada Tuhan yang patut
disembah kecuali Allah SWT
14. Iman Kepada Malaikat Allah: Sungguh-sungguh dengan sepenuh hati
meyakini adanya Malaikat Allah
15. Iman Kepada Rasul Allah: Menyakini dengan sepenuh hati bahwa
rasulullah itu benar-benar utusan Allah
16. Iman Kepada Kitab Allah: Meyakini dengan sepenuh hati adanya kitab-
kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi
17. Iman Kepada Hari Kiamat: Benar-benar dan dengan sepenuh hati
meyakini akan adanya hari kiamat dan pastinya akan terjadi dan menimpa umat
manusia di seluruh jagat raya ini
18. Iman Kepada Qodho (Ketetapan Allah) dan Qodar Allah (Kekuasaan):
Meyakini dan mengimani dengan sepenuh hati ketetapan Allah dan kekuasaan
Allah.
BAB III

IMAN KEPADA ALLAH

14 | P a g e
a. Standar Kompetensi
1. Menjelaskan arti Iman kepada Allah
2. Menjelaskan bukti adanya Allah dan dalil-dalil yang menyertainya
3. Menjelaskan aspek-aspek yang mencakup iman kepada Allah
4. Menjelaskan sifat-sifat Allah
5. Menjelaskan perilaku orang beriman terhadap sifat-sifat Allah
6. Menjelaskan manfaat beriman kepada Allah

a. Uraian Materi
1. Pengertian Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah adalah meyakini adanya Allah yang Maha Pencipta semua
makhluk, Maha Memelihara, dan mengatur semua yang ada di bumi dan yang ada di
langit. Dia yang mempunyai sifat yang sempurna dan jauh dari sifat kekurangan. Pada
hakikatnya iman kepada Allah bagi manusia sudah terjadi ketika manusia itu dilahirkan,
manusia membutuhkan perlindungan atau pertolongan yang sifatnya mutlak. Zat Allah
adalah sesuatu yang ghaib, akal manusia tidak mungkin menjangkau zat Allah, oleh sebab
itu mengenai adanya Allah, kita harus merujuk pada apa yang di jelaskan Allah melalui
firman-firmannya dan bukti-bukti berupa adanya alam semesta ini, akal pikiran manusia
dapat digunakan untuk memikirkan dan merenungkan alam ciptaan-Nya, dengan didukung
oleh keterangan–keterangan ayat-ayat Al-Quran dan sunnah Rasullah, hingga bertambah
suburlah keteguhan imannya. Iman yang teguh akan membuahkan sikap ikhlas dan syukur,
dengan demikian seseorang yang teguh imannya senantiasa akan merasa tenteram
sebagaiman firman Allah (Q.S Ar-Ra’du: 28)

‫ب‬ ‫اه ت ش ي‬
‫طشمئهنن ايلقتتلو ت‬ ‫اه أششل بههذيكهر ل‬ ‫اللهذيإشن شءاشمتنوا شوتش ي‬
‫طشمئهنن قتتلوبتهتيم بههذيكهر ل‬

Orang-orang yang beriman, dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

a. Dasar beriman kepada Allah


Jika diperhatikan dalam proses pengamatan manusia, mula-mula panca indera
menerima rangsangan dari luar, kesan dan rangsangan itu disalurkan ke otak, otak
menerima dan menyadari rangsangan itu, lalu meminta pertimbangan kepada hati, hasil
pertimbangan dilaporkan kembali ke otak, melalui saraf, otak mengintruksikan anggota
tubuh untuk berbuat. Semua kesan / rangsangan dari luar tentang alam ini dipertimbangkan
oleh hati, hati yang memberi pertimbangan atau berkeyakinan untuk berbicara berbuat,
adanya alam semesta ini dan zat yang menciptakannya, yakni Allah di yakini oleh hati.
Keyakinan ini di ikuti dengan ucapan pengakuan akan adanya Allah serta dibarengi pula
dengan perbuatan berupa amal ibadah kepadanya, pengakuan hati merupakan dasar iman.
Perlu di ingat bahwa hanya pengakuan tidak akan ada artinya tanpa ucapan lisan dan
pengalaman anggota badan, sebab pengakuan hati, pengucapan lisan dan pengalaman
anggota badan merupakan satu kesatuan yang tak dapat di pisahkan.
Namun demikian untuk mencapai iman yang benar tidak cukup adanya dengan pengakuan
hati,pengucapan lisan dan mengamalkan angota badan tetapi juga harus di padukan dengan
tuntunan oleh Allah (Alquran)serta hadis rasullulah.

15 | P a g e
b. Cara beriman kepada Allah
Cara beriman ini menunjuk pada dua sisi, yaitu bersifat ijmali dan bersifat tafsili.
Pertama, Bersifat Ijamli. Cara beriman ini, maksudnya adalah mempercayai Allah secara
umum atau secara garis Allah, kita percaya akan Allah itu ada dan Allah Maha pencipta,
Maha Pengatur, Maha Penguasa, hanya Allah yang pantas di sembah oleh manusia dan
meminta pertolongan dan tempat manusia akan kembali. Kedua, Bersifat Tafsili. Cara
beriman dengan tafsili yaitu mempercaiyai Allah secara terperenci,mempercai dengan
sepenuh hati bahwa Allah mempunyai sifat wajib,dan Allah,mempunyai sifat mustahil
yang jumlahnya sama dan memiliki sifat jaiz dalam hal kudrat dan iradatnya.

2. Dalil Iman kepada Allah


Tentang dalil ini, menunjuk pada dalil aqli dan dalil naqli.

a. Dalil aqli
Keberadaan berbagai alam dan beragaman makhluk, kesemuanya, bersaksi atas
keberadaan Sang Pencipta: Allah Azza wa Jalla. Sebab, di dunia ini tidak ada satu pihak
pun yang mengaku menciptakan alam ini selain Allah Ta'ala. Akal memandang mustahil
keberadaan sesuatu tanpa pencipta. Bahkan, akal memandang mustahil terjadinya sesuatu
yang paling luas tanpa pencipta. Itu sama saja seperti keberadaan makanan tanpa ada pihak
yang memasak, atau keberadaan permaidani di atas tanah tanpa ada pihak yang
menggelarnya. Kalau begitu, bagaimana dengan alam yang besar ini, langit dengan orbit-
orbit di sekitarnya, matahari, bulan, bintang-bintang, semuanya berbeda bentuk, ukuran,
dimensi, dan perjalanannya? Bagaimana dengan bumi dan apa saja yang diciptakan di
dalamnya tumbuhan, hewan, jin, manusia, di samping berbagai ras manusia, dan idividu-
individu yang berbeda warna, berbeda bahasa, berbeda pengetahuan, berbeda pemahaman,
berbeda ciri khas, tambang-tambang yang banyak sekali, sungai-sungai yang dialirkan di
dalamnya, tanah keringnya di kelilingi laut-laut, dan sebagainya.
Hakikat manusia sebagai makluk yang bertuhan. Pada hakikatnya manusia
membutuhkan yang maha kuasa tempat berlindung dan semua agama mengakui adanya
tuhan. Kejadian alam semesta. Akal yang sehat tentu akan menyadari bahwa adanya
sesuatu adanya yang mengadakannya.demikiaan pula dengan alam semesta ini beserta isi
nya pasti ada yang menciptakan dan pencipta jagat raya ini pasti zat pencipta alam surat
Ibrahim ayat 23 Allah berfirman. Kejadian manusia. Lewat kejadian manusia terbukti
manusia di ciptakan oleh zat maha kuasa.tidak mungkin manusia ada dengan sendirinya.

b. Dalil Naqli
Allah Swt. berfirman Almukminun ayat 12-14 :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.”

Firman Allah SWT:


Wahai orang yang beriman; berimanlah kamu kepada Allah, Rasul-Nya (Muhammad
SAW), kitab yang diturunkan kepada Rasul-Nya dan kitab yang telah diturunkan

16 | P a g e
sebelumnya. Barangsiapa kafir (tidak beriman) kepada Allah, malaikat-Nya. kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya dan Hari Akhirat, maka sesungguhnya orang itu sangat jauh
tersesat.” (QS. an-Nisaa' (4): 136). Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan
selain Dia. Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah, 2: 163).

Quran surat Albaqarah ayat 163


(163)‫شوإهلشهتتكيم إهلشهد شواهحدد شل إهلشهش إهلل هتشو اللريحشمتن اللرهحيتم‬
"Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

Quran surat ar rum ayat 25


(25)‫ض إهشذا أشينتتيم تشيخترتجوشن‬
‫ض بهأ شيمهرهه ثتلم إهشذا شدشعاتكيم شديعشوةة همشن ايلشير ه‬
‫شوهمين شءاشيإاتههه أشين تشتقوشم اللسشماتء شوايلشير ت‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan
iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi, seketika itu
(juga) kamu keluar (dari kubur)”.

Selain itu, masih banyak lagi ayat lainnya.


“Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-
masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu)
dengan Tuhanmu. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan
gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-
buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-
kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman
itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”.

3. Aspek-Aspek Iman Kepada Allah


Adapun yang mencakup aspek iman kepada Allah SWT ialah:
a. Mengimani akan adanya wujud Allah
Kebesaran Allah ini dapat dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ (Al-Quran dan Hadis)
dan perasaan, hal ini sebagaimana terperinci di dalam poin-poin berikut ini :
1) Dalil kebesaran Allah berdasarkan fitrah. Semua mahkluk di ciptakan oleh
Allah dalam keadaan beriman kepada penciptanya, tanpa melalui proses berputar.
Seseorang tidak akan berpaling dari fitrah ini kecuali jika ada sesuatu yang
memalingkan hatinya dari fitrah tersebut. Sebagaimana sabda nabi :Tidak ada anak
yang terlahir kecuali di lahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanya yang
menjadikannya Yahudi dan Nasrani atau Majusi”. (H.R Bukhari)
2) Dalil Keberadaan Allah Berdasarkan Akal. Semua makhluk baik yang pada
zaman dulu maupun yang akan datang pasti membutuhkan pencipta yang
menciptakannya. Sedang mereka tidak mungkin ada dengan sendirinya atau mungkin
ada secara kebetulan. Allah telah menyebutkan dalil aqli dan bukti yang jelas pada
Quran Surah at-Thur: Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun, ataukah mereka
yang menciptakan diri mereka sendiri. Maksudnya ialah bahwa mereka tidak mungkin
17 | P a g e
diciptakan tanpa ada yang menciptakannya, bahkan, mereka tidak mungkin
menciptakan dirinya sendiri sehingga dengan begitu, maka tidak ada yang lain kecuali
Allah lah yang menciptakannya.

b. Mengimani Allah Sebagai Rabbi


Mengimani bahwa Allah satu-satunya Rabbi, dimana tidak ada sesuatu ataupun
penolong baginya dalam masalah ini. Yang dimaksud dengan rabi adalah zat yang
menciptakan, menguasai dan memerintah, yaitu tidak ada pencipta selain Allah, tidak ada
raja kecuali Allah dan hak memerintah hanya miliknya semata.
Allah berfirman : Q.S Al-A’raf : 54

‫س‬ ‫ش يإتيغهشيِ الللييشل النلشهاشر يإش ي‬


‫طلتبتهت شحهثيةثا شواللشيم ش‬ ‫ض هفيِ هستلهة أشليإامم ثتلم ايستششوىَ شعشلىَ ايلشعير ه‬‫ت شوايلشير ش‬ ‫ق اللسشمشوا ه‬ ‫ات اللهذيِ شخلش ش‬
‫إهلن شربلتكتم ل‬
(54)‫ب ايلشعالشهميشن‬ ‫ك ل‬
‫ات شر ن‬ ‫ق شوايلشيمتر تششباشر ش‬ ‫ت بهأ شيمهرهه أششل لشهت ايلشخيل ت‬
‫شوايلقششمشر شوالننتجوشم تمشسلخشرا م‬
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang
yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-
bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan
memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.

Q.S Fathir : 13
‫ات شرنبتكيم لشهت ايلتميل ت‬
‫ك شواللهذيإشن‬ ‫س شوايلقششمشر تكلُل يإشيجهريِ هلششجمل تمشسةممىَ شذلهتكتم ل‬
‫تيإولهتج الللييشل هفيِ النلشهاهر شوتيإولهتج النلشهاشر هفيِ الللييهل شوشسلخشر اللشيم ش‬
(13)‫طهميمر‬ ‫تشيدتعوشن همين تدونههه شما يإشيملهتكوشن همين قه ي‬
Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan
orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun
setipis kulit ari.

Dalam hal ini tak ada seorang pun manusia yang meningkari bahwa Allah adalah Rabbi
kecuali orang-orang yang sombong yang ia sendiri tak yakin dengan apa yang ia katakan.

c. Mengimani Allah sebagai Ilah


Maksudnya adalah mengimani bahwa Allah adalah satu-satunya Illah yang
sebenarnya dan tidak ada sekutu baginya. Yang dimaksud dengan Illah ialah Al-ma’luuh
atau Al-Ma’buud yang berarti zat yang disembah oleh manusia dengan maksud untuk
mencintai dan mengangungkannya. Allah berfirman (Q.S Al-Baqarah : 163)

‫شوإهلشهتتكيم إهلشهد شواهحدد شل إهلشهش إهلل هتشو اللريحشمتن اللرهحيتم‬

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

Al-Imran : 18
(18)‫ات أشنلهت شل إهلشهش إهلل هتشو شوايلشمشلئهشكةت شوتأوتلو ايلهعيلهم شقائهةما هبايلقهيسهط شل إهلشهش إهلل هتشو ايلشعهزيإتز ايلشحهكيتم‬
‫ششههشد ل‬
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga

18 | P a g e
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

d. Mengimani Allah sebagai pemilik Sifat dan Asma


Artinya, menetapkan dan nama-nama sifat yang telah ditetapkan oleh Allah untuk dirinya
sendiri baik dalam tetapnya maupun dalam sunnah Rasulnya. Tentunya dengan gambaran
yang sesuai dengan keagungan Allah, tanpa harus merubah, mengingkari, memuaskan,
tentang bentuk atau caranya ataupun menyerupakannya dengan sesuatu apapun. Allah
SWT berfirman (Q.S Al-A’raaf : 180)

‫شوهلله ايلشيسشماتء ايلتحيسشنىَ شفايدتعوهت بهشها شوشذتروا اللهذيإشن يإتيلهحتدوشن هفيِ أشيسشمائههه شسيتيجشزيوشن شما شكاتنوا يإشيعشمتلوشن‬
Hanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang n dalam (menyebut)
nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.

Q.S Ar-Rum : 27
‫ض شوهتشو ايلشعهزيإتز ايلشحهكيتم‬
‫ت شوايلشير ه‬ ‫شوهتشو اللهذيِ يإشيبشدأت ايلشخيل ش‬
‫ق ثتلم يإتهعيتدهت شوهتشو أشيهشوتن شعلشييهه شولشهت ايلشمثشتل ايلشيعشلىَ هفيِ اللسشمشوا ه‬
Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-
Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan Dialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Q.S As-Syura : 11
‫قشيوشم فهيرشعيوشن أششل يإشتلتقوشن‬
“(yaitu) kaum Fir`aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?"
1.2.
4. Sifat-sifat Allah
Antara Zat dan Sifat Allah SWT. Keberadaan Allah SWT. dapat di dekati dengan
dua aspek, yaitu zat dan sifat. Allah berada pada aspek zat sewaktu kita memahami Allah
sebagai “sesuatu” yang mandiri atau terlepas dari apapun. Pada aspek ini Allah tidak bisa
dikenal, karena manusia hanya bisa memahami sesuatu. Padahal Allah berbeda dengan
sesuatu yang dipahami oleh manusia, sehingga tidak mungkin dikenal dan dipahami
melalui aspek zat. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha
Mendengar dan Melihat (Q.S Asy-Syura[42]:11). Aspek kedua dari keberadaan Allah
adalah sifat. Sifat-sifat Allah muncul hanya dalam hubungannnya dengan alam. sementara
dalam hubungannya dengan diri-Nya sendiri. Dia tidak memiliki sifat apa-apa. Karena itu,
disebutkannya sifat-sifat Allah dalam Al-qur’an merupakan upaya Allah untuk
memperkenalkan diri-Nya kepada makhluk-Nya, terutama manusia.

a. Sifat Wajib
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai
kesempurnaan baginya. Allah adalah Khaliq zat yang memiliki sifat yang tidak mungkin
sama dengan sifat yang dimiliki oleh mahluknya. Zat Allah tidak bisa dibayangkan
bagaimana bentuknya, rupa dan ciri-cirinya begitu juga sifat-sifatnya. Tidak bisa
disamakan dengan sifat-sifat mahluk. Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal
(wajib ‘Aqli) dan berdasarkan dalil naqli (Al-Quran dan Hadist).
19 | P a g e
Menurut ulama kalam, sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri dari atas 20 sifat, dari situ
dikelompokkan menjadi 4 kelompok berikut: (1) Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang
berhubungan dengan zat Allah. Sifat Nafsiyah ini ada satu, yaitu wujud; (2) Sifat Salbiyah,
yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni sifat-sifat yang tidak sesuai,
tidak layak dengan kesempurnaan Zat_Nya. Sifat ini ada lima, yaitu : Qidam, Baqa,
Mukhalafatuhu lilhawadist, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah; (3) Sifat Ma’ani, yaitu
sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat ma’ani ada tujuh, yaitu :
Qudrah, Iradah, ‘ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, kalam; dan (4) Sifat Ma’nawiyah, Sifat ini
adalah kezaliman dari sifat ma’ani, sifat ma’nawiyah tidak dapat berdiri sendiri, sebab
setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan
jumlah sifat ma’ani, yaitu : Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran,
Mutakalliman.

b. Sifat Mustahil
Sifat Mustahil bagi Allah yaitu sifat yang tidak layak dan tidak mungkin ada pada
Allah dan sekiranya terdapat sifat tersebut akan melemahkan derajat Allah. Sifat-sifat
Mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi Allah, karena itu jumlahnya
sama, yaitu sebanyak 20 sifat. Adapun sifat-sifat mustahil tersebut adalah sebagai berikut:
Sifat Mustahil dari sifat nafsiyah ada satu, yaitu ‘Adam. Sifat Mustahil dari sifat Salbiyah
ada lima, yaitu: Hudus, Fana’, Mumatsalatuhu lil-hawadits, Ihtiyajuhu li gairih, dan
Ta’addud. Sifat mustahil dari sifat ma’ani ada tujuh, yaitu: ‘Ajz, Karahah, Jahl, Maut,
Sama’, Umy, Bukm. Sifat mustahil dari sifat ma’nawiyah ada tujuh, yaitu: ‘Ajizan,
Karihan, Jahilan, Mayyitan, Asamm, A’ma, Abkam.

c. Sifat Jaiz
Kata “Jaiz” menurut bahasa berarti “boleh”. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah
ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada Allah. Sifat jaiz ini tidak menuntut
pasti ada atau pasti tidak ada. Allah bebas dengan kehendak_Nya sendiri tanpa ada yang
menghendaki. Allah boleh saja tidak menciptakan alam ini, jika dia tidak menghendaki
alam ini. Sifat Ja’iz Bagi Allah ini hanya satu, yaitu: Berbuat segala sesuatu yang mungkin
terjadi atau tidak berbua. Yang dimaksud dengan sesuatu yang mungkin terjadi adalah
sesuatu yang boleh terjadi dan boleh juga tidak terjadi. Allah bebas menciptakan dan
berbuat sesuatu yang Dia kehendaki.

5. Perilaku Orang beriman Bercermin pada sifat-sifat Allah


a. Berusaha selalu berbuat baik dan berkasih sayang. Mengimani sifat Allah ar
rahmaan (Maha Pengasih) yakni dengan berbuat baik kepada seluruh
makhluknya terutama manusia, tanpa membedakan warna kulit, miskin, kaya,
hormat atau hina.
b. Berusaha menjadi mukmin yang bertaqwa. Mengimani sifat Allah ar rahim
(Maha Penyayang) menghayati sifat ini sehingga pendorong untuk bertaqwa
kepada Allah, sehingga di akherat kelak mendapat balasannya yakni surga.
c. Memelihara kesucian diri. Mengimani sifat Allah al quduus (Maha Suci)
sebagai petunjuk agar selalu mempertahankan kesucian dirinya dari perbuatan
dosa, karena asal manusia adalah suci tanpa dosa.
d. Menjaga keselamatan diri dan orang lain.Mengimani sifat Allah as saalam
(Maha Sejahtera) senantiasa berdo’a dan berusaha untuk keselamatan dirinya
dan orang lain dunia akhirat.
20 | P a g e
e. Menjadi orang yang terpercaya dan dapat memberikan rasa aman terhadap
sesama.Mengimani sifat Allah al mu’min (Maha Terpercaya dan Maha Memberi
Keamana). Berusaha menjadi orang yang terpercaya dengan bersikap jujur, tidak
dusta dan amanah, dan selalu memenuhi janji, menghindari perilaku jahat dan
mencegah orang lain berbuat mengganggu keamanan.
f. Mengimani sifat Allah al adlu (Yang Maha Adil) berusaha bersikap adil
menghindari perilaku dzalim. Adil terhadap Allah, dirinya, keluarga, sesama,
makhluk Allah dan meninggalkan perilaku dzalim.
g. Berusaha menjadi pemaaf. Mengimani sifat sifat Allah al ghafaar (Maha
Pengampun) menjadikan sifat pengampun dalam diri, sehingga akan bertambah
mulia kedudukannya disisi Allah swt.
h. .
i. Berperilaku bijaksana. Mengimani sifat Allah al hakim (Maha Bijaksana)
senantiasa bersikap bijaksana, orang bijak biasa berpikir tajam, wawasan luas,
cermat dan teliti sehingga terhindar dari perilaku yang merugikan.
j. Menjadi pemimpin yang baik. Mengimani sifat Allah al malik (Maha
Merajai) menjadikan sifat pribadi sehingga menjadi pemimpin yang bersifat:
 Ikhlas dan mengharap ridho Allah
 Berperilaku terpuji, memberi manfaat bagi dirinya dan orang banyak
 Selalu menjadi orang yang paling bermanfaat bagi orang banyak.
k. Bermuhasabah (intropeksi diri). Mengimani sifat Allah al hasiib (Maha
Pembuat Perhitungan) sebagai petunjuk terhadap segala perbuatan yang sudah
dan akan dilakukan (intropeksi), apabila baik maka ia akan melanjutkan, dan
apabila buruk maka ia akan segera bertobat dan memperbaiki diri.

6. Manfaat Beriman Kepada Allah


Manfaat besar yang dapat kita petik karena beriman kepada Allah diantaranya:
a. Menguatkan Tauhid kepada Allah sehingga seseorang yang telah beriman
kepada Allah tidak akan mengagungkan dirinya kepada sesuaatu selain Allah,
baik dengan cara berharap ataupun takut kepadanya, dan ia tidak akan
menyembah selain Allah.
b. Sesorang akan mencintai Allah secara sempurna dan akan
mengagungkannya sesuai dengan nama-namanya yang baik dan sifat yang
mulia.
c. Mewujudkan penghambaaan diri kepada Allah yaitu dengan melakukan apa
yang diperintahkannya dan menjauhi apa yang dilarangya.
Adapun fungsi beriman kepada Allah yang ketentuannya dalam sikap dan kepribadian
manusia sebagai berikut :
a. Menyadari kelemahan diri di depan Allah. Menyadari bahwa segala sesuatu
yang dinikmati dalam kehidupan ini berasal dari Allah SWT.
b. Menyadari bahwa dirinya pasti akan kembali kepada Allah dan dimintai
pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang pernah dilakukan.
Sadar dan segera bertaubat apabila terjadi kekhilafab dalam berbuat dosa dan segera
memohon ampun serta bertaubat kepada Allah SWT sebagaiman firman Allah Q.S Al-
imran : 135.
‫صنروا شعشلىَ شما‬ ‫ب إهلل ل‬
‫ات شولشيم يإت ه‬ ‫ظلشتموا أشينفتشسهتيم شذشكتروا ل‬
‫اش شفايستشيغفشتروا لهتذتنوبهههيم شوشمين يإشيغفهتر النذتنو ش‬ ‫شواللهذيإشن إهشذا فششعتلوا شفاهحششةة أشيو ش‬
(135)‫فششعتلوا شوهتيم يإشيعلشتموشن‬

21 | P a g e
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya
diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.

C. Ringkasan
Iman kepada Allah adalah meyakini adanya Allah yang maha pencipta, maha
memelihara, dan mengatur semua yang ada di bumi dan yang ada di langit. Dia yang
mempunyai sifat yang sempurna dan jauh dari sifat kekurangan. Pada hakikatnya iman
kepada Allah bagi manusia sudah terjadi ketika manusia itu dilahirkan, manusia
membutuhkan perlindungan atau pertolongan yang sifatnya mutlak. Untuk mencapai iman
yang benar tidak cukup adanya dengan pengakuan hati, pengucapan lisan dan
mengamalkan angota badan tetapi juga harus di padukan dengan tuntunan oleh Allah
(Alquran) serta hadis rasullulah.

Tauhidullah secara umum terdiri dari 3 :


1. Tauhid Rububiyah. Yakni mengimani Allah sebagai satu-satunya Rab, satu-satunya
Zat yang menciptakan, memberi rezeki, mengelola. Firman Allah dalam surat Al-
Baqarah : 21
Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. (Q.S. Al- baqarah :21)
2. Tauhid Mulkiyah. Kata Malik dapat diartikan sebagai raja. Dalam pengertian ini,
Allah SWT sebagai Rabb, yang memiliki alam semesta adalah raja dan pemilik dari
alam semesta tersebut. “Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi
adalah kepunyaan Allah? dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun
seorang penolong”. (Q.S. Al Baqarah : 107)
3. Tauhid Uluhiyah. Ilahiyah memiliki arti tentram, tenang, lindungan. Tauhid
Illahiyah adalah mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Al Ma’bud (yang
disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam do'a kecuali Allah, tidak ada yang
dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung
kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali untukNya, dan
tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah kecuali untukNya. Dalil: (Q.S Al-Baqarah :
163) “Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”.

Cara beriman kepada Allah yaitu :


1. Bersifat Ijmali. Maksudnya mempercayai Allah secara umum atau secara garis
Allah,kita percaya akan allah itu ada dan allah maha pencipta,maha pengatur,maha
penguasa hanya Allah yang pantas di sembah oleh manusia dan meminta pertolongan
dan tempat manusia akan kembali.
2. Bersifat Tafsili. Mempercayai Allah secara terperenci, mempercayai dengan
sepenuh hati bahwa Allah mempunyai sifat wajib,dan Allah,mempunyai sifat mustahil
yang jumlahnya sama dan memiliki sifat jaiz dalam hal kutrat dan iradatnya.

Dalil beriman kepada Allah :

22 | P a g e
1. Dalil Aqli. “Keberadaan berbagai alam dan beragaman makhluk, kesemuanya,
bersaksi atas keberadaan Sang Pencipta: Allah Azza wa Jalla. Sebab, di dunia ini
tidak ada satu pihak pun yang mengaku menciptakan alam ini selain Allah Ta'ala.
Akal memandang mustahil keberadaan sesuatu tanpa pencipta. Bahkan, akal
memandang mustahil terjadinya sesuatu yang paling luas tanpa pencipta”.
2. Dalil Naqli. (QS. an-Nisaa' (4): 136). (QS. al-Baqarah (2): 163). Di sisi lain, bahwa
bukti adanya Allah itu ditunjukkan melalui: hakikat manusia sebagai makluk yang
bertuhan, ayat-ayat Alquran, kejadian alam semesta

D. Rujukan
https://www.wahyushi-again.blogspot.com. 3 September 2014 Pukul 13.00
Nurfaizy, Rafly. 2013. Rafly98.blogspot.com/2013/09/maklah-iman-kepada-allah.html?
m=1 (Diakses tanggal 21 April 2015)
www.academia.edu/8920313/iman-kepada-allah-aqidah-dan-tauhidullah-dan-syahadat
(Diakses tanggal 21 April 2015)
ayuacl.blogspot.com/2013/07/dalil-daliltentang-iman-kepada-allah.html?m=1 (Diakses
tanggal 21 April 2015)
uhtyan.blogspot.com/2013/09/iman-kepad-allah.html?m=1 (Diakses tanggal 21 April
2015)

E. Latihan

Soal Pilihan Ganda


1. Dibawah ini yang termasuk sifat-sifat mustahil bagi Allah, kecuali ....
a. Fana ‘
b. Karahah
c. Wujud
d. Sama’

2. Kata “Jaiz” menurut bahasa berarti ....


a. Boleh
b. Terpercaya
c. Amanah
d. Tekun

3. Berikut dibawah ini manfaat beriman kepada Allah diantaranya, kecuali ...
a. Menguatkan Tauhid kepada Allah
b. Sesorang akan mencintai Allah secara sempurna
c. Selalu merasa angkuh di depan setiap orang
d. Menyadari kelemahan diri di depan Allah

4. Dibawah ini yang merupakan contoh dari sifat ma’ani yaitu ...
a. Sama’
b. Qodiron
c. Muridan
d. Baqa

5. Apa arti dari kata Al-Ma’bud ?


a. Yang berhak disembah
23 | P a g e
b. Yang mempunyai hamba
c. Yang menguasai alam
d. Yang menciptakan

6. Berikut ini yang merupakan tingkatan-tingkatan Tauhid, Kecuali....


a. Rubbubiyah
b. Ma’rifatullah
c. Mulkiyah
d. Ilahiyah

Soal Essay
1. Apa yang anda keteahui mengenai Tauhid Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah ?
2. Bagaimana cara beriman kepada Allah SWT jika didasarkan pada sifat
Ijmali dan Tafsilinya ?
3. Apa yang dimaksud dengan sifat wajib bagi Allah dan kelompokan sifat-
sifat wajibnya menurut para ulama ilmu kalam ?
4. Sebutkan Manfaat dari mengatahui sifat-sifat Allah!

Jawaban Essay
1. Tauhid Rububiyah Mengimani Allah sebagai satu-satunya Rab, satu-
satunya Zat yang menciptakan, memberi rezeki, mengelola. Tauhid Uluhiyah
mengimani Allah SWT sebagai satu-satunya Al Ma’bud (yang disembah)

2. Bersifat Ijamli. Cara beriman bersifat ini maksudnya mempercayai Allah


secara umum atau secara garis Allah,kita percaya akan allah itu ada dan allah maha
pencipta,maha pengatur,maha pengusa hanya Allah yang pantas di sembah oleh
manusia dan meminta pertolongan dan tempat manusia akan kembali. Bersifat
Tafsili Cara beriman dengan tafsili yaitu mempercaiyai Allah secara
terperenci,mempercai dengan sepenuh hati bahwa Allah mempunyai sifat wajib,dan
Allah,mempunyai sifat mustahil yang jumlahnya sama dan memiliki sifat jaiz
dalam hal kutrat dan iradatnya.

3. Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai
kesempurnaan baginya.dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut:
a) Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan zat Allah. Sifat
Nafsiyah ini ada satu, yaitu wujud.
b) Sifat Shalbiyah, yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni
sifat-sifat yang tidak sesuai, tidak layak dengan kesempurnaan Zat_Nya. Sifat
shalbiyah ini ada lima, yaitu : Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lilhawadist,
Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah.
c) Sifat Ma’ani, yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang
termasuk sifat ma’ani ada tujuh, yaitu : Qudrah, Iradah, ‘ilmu, Hayat, Sama’,
Bashar, kalam.
d) Sifat Ma’nawiyah, Sifat ma’nawiyah adalah kezaliman dari sifat ma’ani,
sifat ma’nawiyah tidak dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu

24 | P a g e
ada sifat ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat
ma’ani, yaitu : Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran,
Mutakalliman.

4. Manfaat besar yang dapat kita petik karena beriman kepada Allah
diantaranya :
a) Menguatkan Tauhid kepada Allah sehingga seseorang yang telah beriman
kepada Allah tidak akan mengagungkan dirinya kepada sesuaatu selain Allah,
baik dengan cara berharap ataupun takut kepadanya, dan ia tidak akan
menyembah selain Allah.
b) Sesorang akan mencintai Allah secara sempurna dan akan
mengagungkannya sesuai dengan nama-namanya yang baik dan sifat yang
mulia.
c) Mewujudkan penghambaaan diri kepada Allah yaitu dengan melakukan apa
yang diperintahkannya dan menjauhi apa yang dilarangya.

F. Daftar Istilah
1. Al Adlu : Yang Maha Adil
2. Al Ghafaar : Maha Pengampun
3. Al Hakim :Maha Bijaksana
4. Al Hasiib : Maha Pembuat Perhitungan
5. Al Malik : Maha Merajai
6. Al Mu’min : Maha Terpercaya dan Maha Memberi Keamana
7. Al Quduus : Maha Suci
8. Ar Rahim : Maha Penyayang
9. Ar Rahmaan : Maha Pengasih
10. As Saalam : Maha Sejahtera
11. Bersifat Ijmali : yakni maksudnya mempercayai Allah secara umum atau
secara garis Allah,kita percaya akan allah itu ada dan allah maha pencipta,maha
pengatur,maha penguasa hanya Allah yang pantas di sembah oleh manusia dan
meminta pertolongan dan tempat manusia akan kembali.
12. Bersifat Tafsili : yakni Mempercayai Allah secara terperenci, mempercayai
dengan sepenuh hati bahwa Allah mempunyai sifat wajib,dan Allah,mempunyai
sifat mustahil yang jumlahnya sama dan memiliki sifat jaiz dalam hal kutrat dan
iradatnya.
13. Sifat Ma’ani : yakni sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah.
14. Sifat Nafsiyah : yakni sifat yang berhubungan dengan zat Allah.
15. Sifat Shalbiyah : yakni sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya,
yakni sifat-sifat yang tidak sesuai, tidak layak dengan kesempurnaan Zat_Nya.
16. Tauhid Illahiyah : yakni memiliki arti tentram, tenang, lindungan
17. Tauhid Mulkiyah : yakni dapat diartikan sebagai raja
18. Tauhid Rububiyah : yakni mengimani Allah sebagai satu-satunya Rab,
satu-satunya Zat yang menciptakan, memberi rezeki, mengelola.

25 | P a g e
BAB IV
IMAN KEPADA MALAIKAT, KITAB, DAN RASUL

A. Standar Kompetensi
1) Menjelaskan pengertian Iman Kepada Malaikat-Nya, kitab2-Nya, Rasul2-
Nya
2) Menjelaskan nama dan tugas masing – masing malaikat yang wajib
diketahui
3) Menjelaskan sifat dan kedudukan manusia dan malaikat
4) Menjelaskan dalil tentang iman kepada malaikat
5) Menjelaskan macam – macam kitab Allah
6) Menjelaskan Isi kitab – kitab Allah dan Dalilnya
7) Menjelaskan jumlah Rasul Allah
8) Menjelaskan nama Rasul – rasul Allah dan umatnya yang wajib diketahui
9) Menjelaskan dalil tentang iman kepada Rasul Allah

B. Uraian Materi
1. Iman Kepada Malaikat
a. Pengertian
Iman kepada Malaikat merupakan rukun iman yang kedua, sehingga pembahasan
dalam bab ini merupakan kelanjutan dari rukun iman kepada Allah sebagai rukun iman
yang pertama. Iman kepada Malaikat itu sendiri mengandung makna bahwa kita harus
percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Malaikat diciptakan dari cahaya (nur) yang
diberi tugas oleh Allah dan melaksanakan tugas-tugas tersebut sebagaimana perintah-Nya.
Indikator dari orang beriman adalah memiliki keyakinan yang kuat dalam hatinya bahwa
di alam semesta ini terdapat Malaikat dan keyakinan tersebut diucapkan melalui lisannya.
Wujud kongkrit dari iman tersebut adalah dibuktikan seorang muslim dalam perbuatan
sehari-harinya. Sebagai orang yang beriman kepada Allah, tentu akan beriman pula kepada
para Malaikat. Hal ini merupakan konsekuensi logis karena Malaikat merupakan salah satu
ciptaan-Nya yang harus diyakini eksistensinya dalam alam semesta ini. Malaikat adalah
ciptaan Allah yang berasal dari cahaya (nur) dan senantiasa mengabdi kepada Allah serta
tidak pernah berbuat maksiat kepada-Nya. Malaikat ini merupakan makhluk Allah yang
selalu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka dengan penuh ketaatan,
bahkan malaikat juga bersujud kepada manusia, berbeda dengan iblis yang menentang
perintah bersujud kepada manusia tersebut. Hal ini disebabkan karena iblis diciptakan
Allah dari api (naar).

b. Nama dan Tugas Malaikat


Malaikat merupakan ciptaan Allah yang berwujud sebagai makhluk halus dan
ghaib, sehingga Malaikat bersifat abstrak dan immaterial. Jumlah malaikat tidak terbatas,
tetapi yang dikabarkan al Quran berjumlah 10, yaitu:
No Nama Tugas
1 Malaikat Jibril Penyampai wahyu
2 Malaikat Mikail Pembagi rejeki
3 Malaikat Izrail Pencabut nyawa
4 Malaikat Israfil Peniup sangkakala
5 Malaikat Raqib Pencatat amal baik

26 | P a g e
6 Malaikat Atid Pencatat amal jelek
7 Malaikat Munkar Penanya di dalam kubur
8 Malaikat Nakir Penanya di dalam kubur
9 Malaikat Malik Penjaga neraka
10 Malaikat Ridwan Penjaga surga
c. Manusia dan Malaikat
Antara manusia dengan malaikat terdapat keterkaitan yang sangat erat. Kedua
ciptaan Allah tersebut telah diciptakan sejak lama. Di samping itu, terdapat persamaan
dan perbedaan. Persamaan dari kedua makhluk tersebut adalah:
1) Sama-sama makhluk Allah
2) Sama-sama berkewajiban menyembah kepada Allah
3) Sama-sama memiliki akal

Sedangkan perbedaan antara manusia dengan malaikat adalah:

No Manusia Malaikat
1 Diciptakan dari tanah Diciptakan dari cahaya
2 Berjenis kelamin Tidak berjenis kelamin
3 Memiliki nafsu Tidak memiliki nafsu
4 Bisa dilihat (makhluq kasar) Tidak bisa dilihat (makhluq halus)
5 Akalnya bersifat dinamis Akalnya bersifat statis
6 Tidak terjaga dari dosa Terjaga dari dosa

d. Dalil Naqli Iman Kepada Malaikat


Sebagai rukun iman yang kedua, iman kepada Malaikat ini memiliki landasan
(dalil) dalam pengambilan hukumnya. Di antara dalil yang menunjukkan adanya
kewajiban iman kepada Malaikat antara lain :

Q.S Al-Baqarah 285:

Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengata-
kan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun . Artinya : (dengan
yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan
kami taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali."

27 | P a g e
QS AT Tahrim 6

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.

Q.S An-Nisa’ ayat 136:

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab
yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.

Hadis Nabi:

( ِ‫خلقت الملئكت من نور وخلق الجان من مارج من نار وخلق ادم مما وصف لكم ) رواه البخاري‬
Malaikat itu diciptakan dari cahaya sedangkan jin dari nyala api dan adam
diciptakan dari apa yang telah diterangkan pada kamu semua”. (dari tanah).
(H.R. Muslim dan Aisyah).

2. Iman Kepada Kitab Suci


a. Pengertian Iman kepada Kitab Suci
Kitab Allah ialah wahyu Allah SWT yang disampaikan kepada para Rasul untuk
diajarkan kepada umat manusia sebagai petunjuk dan pedoman hidup.Tujuan Allah
menurunkan kitab-kitab itu agar digunakan sebagai pedoman hidup bagi seluruh manusia
menuju jalan hidup yang benar dan diridhai-Nya. Jadi, iman kepada kitab-kitab Allah SWT
adalah mempercayai dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah
menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul yang berisi wahyu untuk disampaikan dan
diajarkan kepada umat manusia. Selain kitab-kitab, di dalam al-Quran disebutkan adanya
Suhuf, Sahifah, lembaran2, halaman, yang berjumlah seratus Sahifah. Suhuf adalah firman
28 | P a g e
Allah swt. yang diturunkan kepada para Nabi atau rasul-Nya yang berisi hukum-hukum
dasar sebagai petunjuk dan pedoman dalam menjalankan agama-Nya. Sahifah ini diberikan
Allah SWT kepada tiga orang Nabi-Nya, masing-masing dengan rincian sebagai berikut:
1) 60 Sahifah kepada nabi Syits a.s.
2) Sahifah kepada nabi Ibrahim a.s.
3) Sahifah kepada nabi Musa a.s.

Firman Allah swt.:


َ‫ف يالتيوشلى‬ ‫س إهلن هششذا لشهفىَ ال ن‬
‫صتح ه‬ ‫ف إهيبشرههييشم شوتم ش‬
‫صتح ه‬
‫ت‬
Sesungguhnya ini semua benar-benar terdapat di dalam suhuf yang pertama(yaitu)
suhuf-suhuf Nabi Ibrahim a.s. dan Nabi Musa a.s.”(Qs.al-a’la: 18-19).

Suhuf apabila dikumpulkan menjadi satu kesatuan disebut Mushaf ( Kitab )

b. Nama-nama kitab Allah swt. dan Rasul yang menerimanya.


Di antara kitab-kitab Allah swt. yang wajib kita imani ada empat yaitu:
1) Kitab Taurat
Kitab Taurat diwahyukan Allah swt. kepada nabi Musa a.s. sebagai pedoman hidup bagi
kaum Bani Israil. Firman Allah swt:
…….‫إهلنا أشينشزيلشنا اللتيوشراةش فهييشها هتةدىَ لونتيودرة‬
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada )petunjuk
dan cahaya(yang menerangi)”….( Q.S Al-Ma’idah: 44)

Taurat asli yang berisikan akidah dan hukum-hukum syariat sudah tidak ada lagi. Yang
beredar di kalangan orang-orang Yahudi saat ini bukanlah Taurat asli, melainkan palsu.
Sebab, mereka telah melakukan perubahan-perubahan isinya (ajarannya). Para ulama pun
sepakat bahwa taurat yang murni sudah tidak ada lagi. Taurat yang beredar saat sekarang
lebih tepat dikatakan sebagai karangan atau tulisan orang-orang Yahudi pada waktu dan
masa yang berbeda. Allah berfirman:
……‫ضهعهه‬‫همشن اللهذييإشن شهاتديوا يإتشحررفتيوشن يالشكلهشم شعين شمشوا ه‬
Yaitu orang-orang Yahudi mereka mengubah perkataan dari tempat-tempatnya.”(Qs.
An-Nisa’46).

2) Kitab Injil
Kitab Injil diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Isa a.s. Kitab Injil yang asli
memuat keterangan-keterangan yang benar dan nyata yaitu perintah-perintah Allah SWT
agar manusia mengesakannya dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, juga
menjelaskan bahwa di akhir zaman akan lahir Nabi yang terakhir.
Kitab Injil yang beredar sekarang hanyalah hasil pikiran manusia bukan wahyu Allah .
Misalnya Kitab Injil matius, Injil lukas dan Injil Johanes. Antar Injil tersebut banyak
terdapat perbedaan dan bahkan bertentangan. Menurut para ahi, isi dari kitab Injil adalah
biografi Nabi isa a.s. dan keyakinan yang ada di dalam ajarannya merupakan pikiran
paulus, bukan pendapat orang-orang harawi (pengikut-pengikut nabi isa a.s.) . Ada juga
yang dinamakan Injil Bernabas, oleh para ulama dianggap sesuai dengan ajaran tauhid.

29 | P a g e
Namun Injil jenis ini tidak dipakai oleh orang-orang Kristen (Nasrani). Dengan demikian,
yang wajib dipercayai oleh umat islam hanyalah Injil yang diturunkan Allah SWT.kepada
nabi isa a.s. Firman Allah swt.:
….‫شوأشتشيينشهت ياهلينهجييشل فهييهه هتشدىَ لونتيودر‬
Dan Kami telah memberikan kepadanya (Isa) kitab Injil sedang didalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi)”…(al-Maidah 46)

3) Kitab Zabur
Kitab zabur diwahyukan Allah swt. Kepada nabi Daud a.s. Nabi Daud hanya
diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti syariat Nabi Musa. Maka pokok ajaran
kitab Zabur berisi tentang zikir, nasehat dan hikmah tidak memuat syariat. Firman Allah:
…..‫شواشتشييشنا شداتوشد شزبتيوةرا‬
Dan kami berikan Zabur kepada Daud a.s“(al-Isra’ : 55)
4) Kitab al-Quran
Al-Quran diturunkan Allah swt.kepada Nabi Muhammad saw. Melalui malaikat Jibril
itu tidak sekaligus, melainkan secara berangsur-angsur, yang waktu turunnya selama 22
tahun 2 bulan 22 hari. Terdiri dari 30 juz, 144 surat, 6236 ayat ( menurut riwayat hafsh ) ,
74.437 kalimat, dan 325.345 huruf. Turunnya al-Quran disebut Nuzulul Quran. Wahyu
pertama berupa surat Al-‘Alaq ayat 1-5, diturunkan pada malam 17 Ramadhan tahun 610
m. Di Gua Hira ketika Nabi Muhammad sedang berkhalwat. Pada saat itu pula Nabi
Muhammad saw. dinobatkan sebagai Rasulullah atau utusan Allah swt. untuk
menyampaikan risalahNya kepada seluruh umat. Sedangkan ayat yang terakhir turun
adalah surat al-Maidah ayat 3, ayat tersebut turun pada tanggal 9 Dzulhijjah tahun 10
hijriyah di padang ‘Arafah ketika beliau sedang menunaikan haji wada’ (haji perpisahan),
karena beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut nabi Muhammad saw wafat. Al-
Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Sebahagian isinya menghapus
sebahagian syari’at yang tertera dalam kitab-kitab terdahulu dan melengkapinya dengan
hukum yang sesuai dengan hukum syariat yang sesuai dengan perkembangan zaman. Al-
Quran merupakan kitab suci terlengkap dan abadi sepanjang masa , berlaku bagi semua
umat manusia sampai akhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam
menjalankan kehidupan di dunia agar tercapai kebahagiaan di akhirat. Oleh karena
itu,sebagai muslim kita tidak perlu meragukannya sama sekali. Firman Allah:

‫صردشقا لرشمابشييشن يإششدييإهه همشن ايلهكتش ه‬


….‫ب شوتمهشييهمةنا شعلشييهه‬ ‫ب هبايلشح ر‬
‫ق تم ش‬ ‫ك يالهكتش ش‬
‫شواشينشزيلشنا اهلشيي ش‬
Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan
batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu…(al-Maidah : 48)

Firman Allah swt.:


َ‫ب فهييهه هتةدىَ لهيلتمتلقهييشنش‬ ‫ك ايلهكتش ت‬
‫ب لششرييإ ش‬ ‫له ش‬
Kitab (al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya,petunjuk bagi orang-orang yang
bertakwa”.(Qs.al-Baqarah:2)

Isi pokok kandungan al-Quran adalah:


a) aqidah atau keimanan
b) Ibadah baik ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah
c) Akhlak seorang hamba kepada khaliq, kepada sesama manusia dan alam sekitarnya
d) Mu’amalah yaitu hubungan manusia dengan sesama manusia
30 | P a g e
e) Wa’ad dan wa’id
f) Kisah kisah nabi dan rasul, orang-orang shaleh dan orang-orang yang inkar
g) Ilmu pengetahuan.

c. Keistimewaan Kitab Suci Al-Quran


adalah sebagai berikut:
1) Al-Quran sebagai kitab suci yang terakhir dan terjamin keasliannya. Al-Quran
sebagai kitab suci yang terakhir selalu dijaga kemurnian dan keasliannya oleh Allah
swt. sampai akhir zaman.
Firman Allah swt.:

‫ضيوشن‬‫إهلنا نشيحتن نشلزيلشنا الرذيكشر شوإهلنالشهت لششحفه ت‬


Artinya: “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Quran dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.”(al-hijr:9)
2) Al-Quran memiliki isi kandungan yang paling lengkap dan sempurna. Isi al-Quran
mencakup segala aspek kehidupan manusia.
3) Al-Quran tidak dapat ditiru dan dimasuki oleh ide-ide manusia yang ingin
menyimpangkannya karena Allah swt. yang selalu memeliharanya.
Allah SWT berfirman:
‫ض ظشههييةرا‬ ‫س شوايلهجنن شعشلىَ أشين يإلأيتتيوا بههميثهل هششذا يالقتيرأششن لش يشيإأتتيوشن بههميثلههه شولشيو شكاشن بشيع ت‬
‫ضهتيم لهبشيع م‬ ‫ت ياهلين ت‬
‫قتيل لشئههن ايجتششمشع ه‬
Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa al-Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan dia. Sekalipun sebahagian mereka menjadi pembantu bagi sebahagian
yang lainnya.”( Qs.al-Isra’88)

4) Al-quran isinya sesuai dengan perkembangan zaman, berlaku sepanjang masa dan
untuk seluruh umat manusia.
5) Membaca dan mempelajari isi al-Quran adalah ibadah. Masih banyak
keistimewaan al-Quran dibanding dengan kitab-kitab sebelumnya.

Oleh karena itu, sebagai kitab suci umat Islam, kita harus berusaha mempelajari dan
mengkaji al-Quran dengan sungguh-sungguh, insya Allah akan diperoleh berbagai
keuntungan untuk hidup di dunia dan di akhirat. Karena dengan hanya membaca saja
sudah merupakan ibadah kepada Allah apalagi jika kita dapat memahami dan
mengamalkannya.
Sabda Rasulullah saw.:

‫ك هفىَ يالشير ه‬
‫ض شوتذيختر لش ش‬
(‫ك هفىَ اللسشماهء )رواه ابن ماجه‬ ‫ك بهتهلششوهة يالقتيرأششن فشإ هنلهت نتيودر لل ش‬
‫شعلشيي ش‬
Atas engkau membaca al-Quran adalah cahaya bagimu di bumi dan simpananmu
dilangit.”(HR. Ibn Majah)

Dengan membaca dan mempelajari dan menggali isi kandungan ilmu pengetahuan yang
ada dalam al-Quran,akan diperoleh beberapa hal:
a) Menghilangkan kegelisahan bathin, bahkan penyakit jiwa yang erat kaitannya
dengan penyakit jasmani.
b) Meningkatkan kewaspadaan diri untuk selalu menjalankan segala perintah-Nya dan
meninggalkan segala larang-Nya.

31 | P a g e
c) Meningkatkan kesadaran bahwa apa yang diperbuat di atas dunia ini akan
dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

Dengan demikian, selaku seorang muslim haruslah kita:


a) Menjadikan al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman hidup ini, dan jangan
berpedoman dengan yang lainnya.
b) Berusaha untuk selalu menghormati, memuliakan dan menjunjung tinggi kitab suci
al-Quran.
c) Senantiasa membaca al-Quran dalam segala kesempatan di kala suka maupun duka.
d) berusaha untuk memahami arti dan isi kandungannya
e) berusaha untuk mengamalkan isi kandungannya di dalam kehidupan sehari-hari.

d. Dalil-dalil Naqli yang terkait dengan Iman kepada Kitab-kitab Allah


Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT. merupakan rukun iman yang ketiga.Umat
Islam wajib percaya dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa semua kitab yang telah
diturunkan Allah SWT.kepada para Rasul-Nya pasti benar. Firman Allah swt.:

…. ‫يِ أشينشزشل همين قشيبتلشأشنيإشها الل‬ ‫يِ نشلزشل شعشلىَ شرتسيولههه شويالهكتش ه‬
‫ب لالهذ ي‬ ‫هذييإشن أششمنتيوا هباله شوشرتسيولههه شويالهكتش ه‬
‫ب لالهذ ي‬
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah kamu sekalian beriman kepada Allah
dan rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya dan kitab-
kitab yang diturunkan sebelumnya.”(Qs.An-Nisa’:136)

Firman Allah swt.:


Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu. Maka putuskanlah
perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti
hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu.
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang,
niscaya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikan satu umat saja, tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-
lombalah bebuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya….
(al-Maidah :48)

Kitab-kitab yang dimaksud dalam ayat di atas berisi peraturan, ketentuan, perintah
dan larangan yang dijadikan pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan
agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kitab-kitab Allah swt. diturunkan
pada masa yang berlainan, namun di dalamnya terkandung ajaran pokok yang sama, yaitu
ajaran tauhid atau ajaran tentang keesaan Allah swt. Yang berbeda hanyalah dalam hal
syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.

3. Iman Kepada Rasul Allah


a. Pengertian Iman Kepada Rasul
Iman kepada Rasul artinya meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah telah
mengutus orang-orang pilihan dengan tugas membimbing dan mengajarkan wahyu kepada
umatnya menuju jalan kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat. Rasul adalah orang
pilihan Allah SWT yang diberi wahyu untuk disampaikan kepada umatnya. Rasul manusia

32 | P a g e
biasa yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT. Mereka juga hidup layaknya manusia
biasa, memerlukan makan, minum, dan berinteraksi dengan manusia lainnya. Seseorang
yang beriman kepada Rasul Allah akan senantiasa mengamalkan dan meneladani semua
sifat dan perilaku yang ada pada Rasul Allah SWT tersebut. Kita harus meyakini dengan
sepenuh hati bahwa ajaran yang disampaikan benar-benar berasal dari Allah SWT.
(BacaMeneladani Perjuangan Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabatnya di Mekkah)
Selain istilah Rasul kita juga mengenal istilah Nabi. Nabi berasal dari kata Naba yang
artinya ditinggikan atau kata Naba yang berarti berita. Dengan ini dapat disimpulkan
bahwa Nabi adalah orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dengan
memberinya wahyu (berita). Menurut istilah, Nabi berarti manusia biasa, laki-laki, yang
dipilih oleh Allah SWT untuk menerima wahyu. Rasul berasal dari kata arsala yang
artinya mengutus.Rasul berarti seorang laki-laki yang diberi wahyu dan diutus oleh Allah
SWT untuk menyampaikan Risalah (syariat) kepada umatnya. Dari sini dapat dipahami
tentang perbedaan Nabi dan Rasul, yaitu terletak pada kewajibannya
menyampaikan Risalah atau syariat kepada umatnya.

b. Nama-Nama Rasul Allah SWT


1) Adam a.s
Adam a.s adalah Rasul pertama. Dalil kerasulannya adalah penjelasan Al-Qur’an (Al-
Baqarah : 38 dan Thaha : 122). Semua ulama sepakat bahwa Allah memilih Adam setelah
diampuni-Nya dan diberi hidayah. Adam dipilih mengemban risalah kerasulan. Firmannya
dalam surat Fathir : 2 dan An-Nahl : 36 secara umum juga menunjukan hal itu. Diyakini
bahwa Adam as. adalah manusia sekaligus Rasulullah yang pertama. Nabi Muhammad
melalui hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Dzar juga menjelaskan hal
itu.
Adam adalah orang pertama yang diciptakan-Nya dan darinyalah berawal silsilah
keturunan umat manusia sampai mereka beranak pinak dibumi. Dalam Al-Qur’an Allah
menjelaskan penciptaan Adam dengan gamblang dan sangat jelas sehingga kita tidak
membutuhkan tafsir maupun takwil. Oleh karena itu kita tidak perlu berandai-andai atau
menghayalkan penciptaan Adam seperti yang dilakukan oleh Darwin apalagi mempercayai
teorinya. Allah telah menjelaskan proses penciptaan ini secara meyakinkan. Dialah yang
maha menciptakan dan yang maha membentuk janin manusia di dalam Rahim ibu dan
maha mengetahui segala sesuatu. Sehubungan dengan itu, kita percaya bahwa setiap
keyakinan yang menyalahi Al-Qur’an secara qath’I adalah keyakinan yang menyalahi
hakikat yang qath’I menurut syariat merupakan keyakinan yang mengantarkan kepada
kekafiran.

2) Idris a.s
Tentang Nabi Idris a.s Allah berfirman:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah), Idris (yang tersebut) di dalam
Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang
nabi. Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” (Maryamah : 56-57)

Dalam hadits panjang tentang mikhraj Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari dan Muslim diriwayatkan sebagai berikut. “Kemudian Jibril membawaku naik ke
langit ke empat lalu minta di bukakan pintunya. Ditanyalah kami, “siapakah gerangan
orang ini ? Jibril menjawab, “Jibril” Dan siapa yang bersamamu ? Tanya penjaga langit

33 | P a g e
ke empat. Jibril menjawab, ”Muhammad”. Ditanya, ”Apakah dia telah di utus ?” Jibril
menjawab, ” Iya, benar” lalu dikatakan,”Selamat datang dan sebaik-baik kedatangan
adalah kedatangannya, “ kemudian dibukakan pintunya dan tampaklah Idris a.s. Jibril
berkata,”Inilah Idris berilah salam kepadanya,” Aku pun memberinya salam dan
dijawabnya. Kemudian ia berkata, “Selamat datang, saudaraku yang saleh dan nabi yang
saleh.”

a) Nasab Nabi Idris


Para pakar silsilah menyebutkan bahwa nasab keturunan Idris a.s adalah anak Yaarid
bin Mahalail bin Qinan bin Annusy bin Syits a.s1 bin Adam a.s. Adapun nama Idris dalam
bahasa Ibrani masyhur degan sebutan Hunuh atau Khunuh dan menjadi Ukhnukh.
b) Pendapat Para Sejarawan tentang Agama dan Nasab Idris
Menurut para sejarawan, umat siryani termasuk umat yang paling kuno, sedangkan
agama mereka adalah agama atau aturan Shaabin (dinisbatkan kepada Shabii salah seorang
anak Syits) dan Shabiun (bentuk jamak Shabi’) mengambil aturan agama dari agama Syits
dan Idris.
Pokok ajaran agama mereka adalah tauhid dan menyembah Allah, berusaha
membebaskan jiwa raga dari siksaan atau kesengsaraan di hari kiamat dengan berbuat
amal saleh di dunia, mendorong untuk hidup zuhud dan berlaku adil. Kaum Shabiin
mengenal cara peribadahan shalat tujuh kali sehari semalam, lima diantaranya sama
dengan shalat umat islam dewasa ini, yang keenam adalah shalat duha sedangkan yang
ketujuh adalah shalat yang dilaksanakan kira-kira pada pukul enam malam. Kesamaan
shalat mereka dengan shalat umah islam adalah dalam segi niat dan tidak mencampurnya
dengan amalan lain. Mereka juga mengenal shalat jenazah tanpa ruku dan tanpa sujud.
Umat sabiin juga mengenal kewajiban berpuasa sebulan lamanya dalam setahun
qomariyah. Mereka juga mengagungkan bait Mekah (Ka’bah). Agama yang dianut oleh
umat Shabin termasuk agama tertua di muka bumi.
Para sejawaran menyatakan,” Lamanya Nabi Idris a.s menetap di bumi sekitar 82
tahun kemudian ia diangkat oleh Allah SWT ke sisi-Nya. Pada cincin yang dikenakan
tertulis ‘Kesabaran yang disertai iman kepada Allah menyebabkan kesenangan’ Nabi Idris
a.s pun banyak memiliki nasihat dan adab.2

3) Nabi Nuh a.s.


Tentang nabi nuh a.s Allah berfirman dalam Al-Qur’an.
“Sesungguhnya kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan
memerintahkan),’Berilah kaumu peringatan sebelum dating kepadanya azab yang
pedih..” (Nuh : 1). Nabi Nuh a.s diutus Allah kepada kaum yang sudah rusak moralnya.
Mereka melupakan pokok-pokok ajaran syariat yang diturunkan-Nya kepada para nabi dan
para rasul terdahulu dan terjerumus pada penyembahan berhala. Al-Qur’an menyebutkan
lima nama patung sesembahan kaum Nuh yang dipuja-puja. Firman-Nya. “Dan mereka

1 Para sejarawan menyebutkan bahwa Syits termasuk salah seorang Rasul yang diberinya kitab bernama
shuhuf Syits. Dalam sebuah riwayat dari Nabi yang diriwayatkan Abu Idris Al-Khulani dari Abu Dzar
disebutkan “Allah SWT menurunkan kepada Syits 50 Syahifah’halaman’, sedangkan kepada Idris a.s 30
halaman.

2 Nasihat dan adab yang dituliskan nabi idris pada setiap wilayah diantaranya,”Perayaan (kegembiraan)
terletak pada tindakan menjaga kewajiban-kewajiban, syariat adalah dari kesempurnaan agama dan
kesempurnaan agama adalah klimaks keperwiraan.
34 | P a g e
berkata, jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) yuhan-tuhan kamu dan
jangan pula sekali-kali kamu meniggalkan (penyembahan) wadd, dan jangan pula suwwa,
yaghust, ya’uq, dan nasr.” ( Nuh: 23)

a) Nasab Nuh
Para pakar silsilah menyebutkan bahwa nasab Nuh adalah bin Laamik bin
Mutusyaalih bin Idris (Ukhnuukh) bin Yaarid bin Mahaalail bin Anuusy bin Syits bin
Adam a.s (ayah umat manusia). Wallahu a’llam.

b) Kehidupan Nuh Bersama Kaumnya


Al-Qur’an menuturkan liku-liku kehidupan Nuh dalam menghadapi kaumnya, yang
tersebar dalam enam buah surat. Kisah itu menonjolkan hal-hal sebagai berikut :
Pembuktian dakwah kenabian dan risalahnya.
- Dakwah Nuh kepada kaumnya merupakan dakwah yang sangat diperlukan,
ditopang keteguhan dan kesabaran ekstra dengan menggunakan sejumlah dalil,
argumentasi, maupun sarana.
- Penyembahan kaum Nuh terhadap lima berhala sebagaimana disebutkan
tadi.
- Penjelasan Allah bahwa yang selamat daru air bah hanyalah keturunan Nuh
sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya (ash-Shaaffat: 77). Para sejarawan
berkata,”Yang selamat dari keturunan Nuh ada tiga, yaitu Saam (ayah Bangsa Arab,
Persi dan Romawi), Haam (ayah Bangsa Sudan, Eropa, Qithbi, India, dan
sekitarnya), serta Yaafits (ayah Bangsa Turki, Cina, dan Ya’juj dan Ma’juj).
Wallahu a’alam bil-haqiqah.

4) Nabi Hud a.s


Nabi Hud diutus Allah untuk berdakwah kepada kaum Ad. Allah berfirman :
“Kaum Ad telah mendustakan para rasul. Ketika saudara mereka Hud berkata kepada
mereka. “mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul
kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepad Allah dan taatlah
kepadaku. Dan, sekali-kali aku tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu… “ (asy-
Syu’ara: 123-127)

a) Nasab Nabi Hud a.s


Allah SWT mengutus Nabi Hud a.s. kepada salah satu kabilah bangsa Arab yang
berasal dari Sam bin Nuh a.s. Yaitu kabilah Ad. Dinamakan demikian karena dinisbatkan
kepada salah satu kakeknya, yaitu Ad bin Aosh bin Irm bin Saam. Kepada kabilah inilah
nasab Nabi Hud a.s.

b) Tempat Tinggal Kabilah Ad


Kabilah Ad menduduki bumi al-Ahqaf, yaitu wilayah disebelah selatan Jazirah Arab,
sebelah utara Hadramaut dan sebelah timurnya adalah Oman. Sekarang tempat tersebut
telah menjadi padang pasir yang tidak berpenduduk. Firman-Nya,
“Dan, ingatlah (Hud) saudara kaum Ad, yaitu ketika dia memeberi peringatan kepada
kaumnya di al-Ahqaf…” (al-Ahqaf: 21)

c) Kehidupan Hud Bersama Kaumnya \

35 | P a g e
Allah SWT menuturkan kisah Nabi Hud a.s, bersama kaumnya di dalam Al-Qur’an yang
tersebar dalam sepuluh surat. Kisah ini menonjolkan beberapa hal, di antaranya sebagai
berikut.
- Bukti penetapan kenabian/kerasulan Hud kepada kaum Ad.
- Menyebutkan bahwa kaum Ad adalah penguasaa di bumi (khalifah) setelah
kaum Nuh a.s.
- Menyebutkan nilai tambah kaum Ad, di antaranya sebagai berikut : Senang
hidup mewa. Allah menganugerahkan berbagai kenikmatan berupa kekayaan,
keturunan, kebun, menara air, rumah tinggal, dan istana yang istimewa.

5) Nabi Saleh a.s


Allah mengutus nabi saleh a.s kepada kaum tsamud, firman-Nya :
“Kaum tsamud telah mendustakan rasul-rasul. Ketika saudara mereka shaleh, berkata
kepada mereka,’mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah seorang rasul
kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak meminta upah kepadamu atas ajakan itu. Upahku
tidak lain hanyalah dari tuhan semesta alam. Adakah kamu akan dibiarkan disini
(dinegeri kamu ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, tanam-tanaman
dan pohon-pohon kurma yang mayangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian dari
gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin, maka bertakwalah kepada
Allah dan taatlah kepadaku dan janganlah kamu menaati orang-orang yang melewati
batas yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan, mereka
berkata,”sesungguhnya kamu adalah salah seorang dari orang-orang yang kena sihir.
Kamu tidak lain melainkan seorang manusia seperti kami, maka datangkanlah suatu
mukjizat jika kamu memang termasuk orang-orang yang benar, Shaleh menjawab,”Ini
seekor unta betina, ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air dan kamu mempunyai
giliran pula untuk mendapatkan air dihari yang tertentu. Dan janganlah kamu sentuh unta
betina itu dengan suatu kejahatan, yang menyebabkan kamu akan ditimpa oleh azab hari
yang besar,’kemudian mereka membunuhnya lalu mereka menjadi menyesal maka mereka
ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang
nyata. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar dialah yang maha perkasa lagi maha
penyayang.” (Asy-Syura’ : 141-159)

a) Nasab Nabi Shaleh a.s


Allah SWT mengutus nabi shaleh a.s kepada kaum dari kabilah keturunan Saam bin
Nuh a.s yaitu kabilah Tsamud. Karena salah seorang kakek mereka adalah Tsamud bin Ad
bin Aosh bin Irm bin Saam bin Nuh a.s..

b) Tempat Pemukiman Kaum Tsamud


Kaum Tsamud menjadikan Al-Hijr sebagai tempat tinggal mereka. Hal ini ditegaskan
Alllah dalam firman-Nya :
“Dan sesungguhnya penduduk-penduduk kota al-Hijr telah mendustakan rasul-rasul dan
kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda(kekuasaan) kami, tetapi mereka
selalu berpaling darinya dan mereka memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu
(yang didiami) dengan aman. Maka, mereka dibinasakan oleh suara keras yang
mengguntur di waktu pagi, maka tidak dapat menolong mereka apa yang telah mereka
usahakan,” (Al-Hijr : 80-84)

36 | P a g e
Seperti telah disinggung, kota al-Hijr adalah sebuah wilayah yang terletak diantara
Syam dan Hijaz ke arah Wadi al-Quraa. Bekas-bekasnya masih ada sampai sekarang dan
masyhur dengan sebuta Maddain Shaleh. Rumah-rumah tempat tinggal mereka dikenal
dengan sebutan Fajjun Naqqah.
c) Kehidupan Nabi Shaleh bersama kaumnya
Al-Qur’an merinci kisah kehidupan Nabi Shaleh a.s bersama kaumnya dalam ayat yang
tersebar di sebelas surat, ia menonjolkan permasalahan sebagai berikut :
- Penetapan kenabian
- Penegasan kaum tsamud adalah khalifah dimuka bumi setelah kaum Ad
- Kaum tsamud memiliki kelebihan: Mereka mengukir gunung sebagai
hiasan rumah tempat tinggal dan membangun berbagai sarana yang menunjukan
kemegahan dan kemewahan hidup.
- Nabi shaleh menyeru kaumnya yaitu mengajak mereka kepada ketakwaan
dan melarang mereka menyembah berhala, namun sedikit sekali dari kaumnya
yang beriman. Ketika tiba saatnya ditimpahkan azab kepada mereka, Allah
mengirimkan suara yg sangat keras sehingga membinasakan mereka semua kecuali
nabi Shaleh.

6) Nabi Ibrahim a.s


Allah swt menetapkan kenabian dan kerasulannya dalam banyak ayat Al Qur’an, firman-
Nya: Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang Imam yang dapat dijadikan teladan lagi
patuh kepada Allah dan Hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang
mempersekutukan (Tuhan), lagi yang mensyukuri nikmat Allah. Allah telah memilihnya
dan menunjukinya kepada jalan yang lurus. Dan kami berikan kepadanya kebaikan di
dunia. Dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang
shaleh.” (An-Nahl : 120-122)

a) Nasab Nabi Ibrahim a.s


Nasab nabi Ibrrahim a.s bersambung kepada sam bin Nuh a.s. dalam silsilah Ibrahim,
Nuh meruppakan kakek atau ayah yang kedua belas. Sebagian ulama silsilah
menggugurkan salah seorang dari kakeknya, Qinaan sebab ia adalah tukang sihir.
b) Kisah Ibrahim di dalam Al-Qur’an
Perjalanan hidupnya diawali dengan sikap merendahkan berhala dan penyembahan
terhadapnya, kemudian diteruskan dengan menghanurkannya sambil mengingatkan para
penyembahnya akan kesalahan peribadahan mereka yang mengikuti kebiasaan kaum Nabi
Luth a.s. Merenungkan penciptaan langit dan bumi dan mencari Tuhan yang agung yaitu
ar-rabb yang sifat-sifatnya maha sempurna dan menyucian-Nya dari segala sifat yang
mustahil.

7) Nabi Luth a.s.


Allah SWT mengutus Nabi Luth a.s. kepada penduduk Sodom yang hidup diwilayah
Laut Mati yang masyhur hingga kini di Yordania. Para sejarawan menyebutkan penduduk
Sodom lebih kurang 400.000 jiwa. Mereka memiliki lima kampung,yaitu Shibghih, Umrih,
Admaa, Shabwiim, dan Baali’. Dalam Al-Qur’an mereka disebut sebagai kaum Nabi Luth.
Allah berfirman. Kaum Luth telah mendustakan rasul-rasul, ketika saudara mereka, Luth,
berkata kepada mereka,’Mengapa kamu tidak bertakwa? Sesungguhnya aku adalah
seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertakwalah kepada allah dan

37 | P a g e
taatlah kepadaku. Dan, aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan itu,
upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan semesta alam.” (asy-Syu’ara’: 160-164)

a) Nasab Luth a.s.


Luth adalah anak saudara laki-laki Ibrahim a.s. (yaitu keponakan Nabi Ibrahim) yang
beriman kepada Ibrahim dan ikut hijrah bersamanya dari Irak. Kemudian ia diutus Allah
untuk menyeru penduduk Sodom, tempat hijrahnya yang baru di negri Syam. Luth
tergolong orang yang tidak mempunyai kaitan nasab dengan kaum yang kepada mereka ia
diutus. Nasabnya adalah Luth bin Haran bin Tarih (Azar) bin Nahur, dan seterusnya hingga
sama dengan nasab Ibrahim a.s.

b) Kehidupan Luth Bersama Kaumnya


Al-Qur’an merinci kisah Luth bersama kaummnya dalam ayat-ayat yang tersebar dalam
enam surat. Yang ditonjolkan adalah hal-hal sebagai berikut.
- Luth a.s. memulai karier imannya dengan pamannya (Ibrahim) dan ikut
hijrah Bersamanya.
- Sebagai nabi dan rasul, ia diutus kepada penduduk Sodom.
- Penjelasan bahwa kaumnya memiliki kelainan seks, yaitu senang
melakukan homoseks denga terang-terangan.
- Penegasan bahwa ketika mereka diberi nasihat, kaum Luth hanya berkata,
”Usirlah Luth dan pengikutnya dari kotamu ini. Sesungguhnya mereka adalah
orang-orang yang berpura-pura menyucikan diri.” (al-A’raf : 82)
- Allah mengutus malaikat kepada Luth untuk membinasakan kaumnya.
Sebelumnya, malaikat utusan Allah tersebut mengunjungi Nabi Ibrahim dan
memberitakan kepadanya tentang maksud kedatangannya.

8) Ismail bin Ibrahim a.s.


Allah berfirman tentang kenabian dan kerasulan Ismail :
“Dan, ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) didalam
Al-Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang
rasul dan nabi. Dan, ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat,
dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya. “ (Maryam : 54-55)

Menurut pandangan kami, Allah SWT mengutus Ismail kepada kabilah-kabilah


bangsa Arab. Di tengah-tengah kabilah inilah ia hidup. Para sejarawan menyebutkan
bahwa Nabi Ismail diutus Allah untuk menyeru kabilah di Yaman dan Amalik.
1) Pokok Pokok Terpenting Kisah Terpenting Al-Qur’an Tentang Kehidupan Ismail
- Penetapan kenabian dan kerasullannya dengan wahyu serta membekalinnya
dengan beberapa syariat.
- Pembuktian bahwa ia memiliki akhllak mulia, diantaranya menepati janji
dan bersifat sabar. Allah memberikan kesaksian-Nya bahwa dia termasuk hamba-
Nya yang teerpilih diantara sifat sabarnya ialah patuh terhadap perintah Tuhannya
sekalipun harus disembelih oleh ayahnya, Ibrahim, sebagaimana diperintahkan oleh
Allah.
- Keikut sertaan Ismail membangun Ka’bah al-mussyarafah (dalam rangka
membantu ayahnya ) dan dikebulkannya mujat serta do’anya kepada Allah berupa
janji-Nya akan menjaga Baittullah bagi orang-orang yang beribadah ruku dan sujud
serta orang yang melakukan thawaf.
38 | P a g e
9) Ishaq bin Ibrahim a.s
Allah SWT dalam firman-Nya menyebutkan :
“Dan kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishaq, seorang nabi yang termasuk
orang-orang shaleh.”(Ash-Shaffat: 112)

Dalam hal ini diduga kuat bahwa Ishaq diutus oleh Allah untuk menyeru dikalangan umat
di bumi Kan’ayyinun (Palestina) tempat tinggal Ibrahim dimasa sebelumnya. Kandungan
Al-Qur’an tentang Ishaq. Pembuktian ketetapan-Nya bahwa Ishaq adalah nabi dan Rasul
yang diberi-Nya wahyu dan Pembuktian bahwa ia pandai dan seorang nabi yang shaleh.

10) Nabi Ya’qub atau Israel a.s


Allah SWT menuturkan tentang Ya’kub a.s dalam al-qur’an, dan beberapa nabi-Nya.
- Penuturan Al-Qur’an tentang Ya’qub
- Menetapkan kenabian dan kerasulannya. Dalam hal ini Allah SWT
memberikan wahyu kepadanya disertai beberapa syariat.
- Mewasiatkan kepada anak keturunanya,”Hai anak-anaku sesungguhnya
Allah telah memilih agama ini bagiu maka janganlah kamu mati kecuali memeluk
islam.”
- Sindiran Allah terhadap kakeknya (Ibrahim) dengan kelahirannya (Ya’qub)
yang dating sesudah ishaq dan dijadikannya Nabi.

11) Yusuf a.s


Dalam Al-Qur’an Allah SWT menyebutkan Yusuf dalam deretan Nabi-Nya antara lain
dalam firman-Nya.
“Dan sesungguhnya telah dating Yusuf kepadamu dengan membawa keterangan-
keterangan tetapi kamu senantiasa dalam keraguan tentang apa yang dibawanya
kepadamu hingga ketika ia meninggal, kamu berkata : Allah tidak akan mengirim seorang
(Rasul pun) sesudahnya,”Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang melampaui
batas dan ragu-ragu.” (Al-Mu’min : 34)

a. Kisah Yusuf a.s menurut Al-Qur’an


Al-Qur’an menuturkan kisah perjalanan hidup nabi Yusuf a.s dengan rinci dan
dengan cara yang sangat indah. Banyak sekali ibrah yang berguna bagi kemanusiaan,
kehidupan dan dijadikan suri teladan. Kisah kehidupannya di paparkan dengan rinci dalam
satu surat lengkap di dalam Al-Qur’an dan dinamakan sesuai dengan namanya Yusuf.
12) Syu’aib a.s
Allah SWT mengutus syu’aib untuk menyeru penduduk Madyan (ashhabul aikah).
Namun menurut sejumlah pakar tafsir, penduduk Madyan bukanlah ashhabul aikah.
Menurut mereka Allah SWT mengutus Syu’aib kepada ashhabul aikah setelah penduduk
Madyan dibinasakan oleh Allah. Allah menyebutkan kisah Syu’aib dalam Al-Qur’an:
Kami telah mengutus kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syua’ib. ia
berkata,”Hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tidak ada tuhan bagimu selain-Nya.
Sesungguhnya telah dating kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia
barang-barang takaran dan timbangannya. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika
betul-betul kamu orang-orang yang beriman.” (Al-A’raf : 85)
39 | P a g e
a) Nasab Syu’aib
Dalam kuliahnya Abul Baqaa berkata,”Nasab Syu’aib a.s adalah bin Mikail bin Yasyjar bin
Madyan bin Ibrahim a.s. “Namun ada yang mengatakan tidak demikian. Sedangkan ibunya
adalah putri Nabi Luth a.s.

b) Kehidupan Syu’aib a.s


Penduduk madyan meninggalkan agama yang diwariskan Ibrahim a.s. Mereka
menyembah berhala kafir kepada Allah dan menyimpang dari jalan yang lurus. Sifat buruk
penduduk Madyan antara lain senang mengurangi timbangan, menipu orang dalam
berniaga dan berbuat onar di muka bumi. Allah SWT mengutus Syu’aib a.s kepada
penduduk Madyan (yang memiliki kaitan nasab dengan mereka dari pihak ayah, yaitu
Ibrahim a.s). Syu’aib menyeru mereka untuk menyembah Allah sebagaimana seruan para
rasul terdahulu, untuk berlaku adil dan mencegah perbuatan zalim.

13) Nabi Ayyub a.s


Nabi Ayub a.s disebutkan dalam Al-Qur’an bersama sederetan Rasul lain, Firman-Nya :
Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami memberikan
wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya dan kami telah memberikan wahyu
(pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya Isa, Ayub, Yunus, Harun
dan Sulaiman. Dan kami berikan Zabur kepada daud.” (An-Nisa : 163)

a) Kehidupan Ayyub Menurut Al-Qur’an


- Penetapan kenabian dan kerasulannya.
- Kisah tentang ujian baginya berupa penyakit yang kemudian disembuhkan-
Nya dengan air dingin yang memancar dari bumi dengan cara mandi dan meminum
airnya. Kemudian dianugerahi-Nya kembali berbagai kenikmatan serupa dengan
yang dahulu dan dikembalikannya ke keluarganya.

14) Dzulkifli a.s


Allah SWT menyebutnya dalam deretan Rasulnya seperti firman-Nya di dalam Al-
Qur’an. Ingatlah akan Ismail, Ilyasa dan Dzulkifli. Semuanya termasuk orang-orang yang
paling baik.” (Shad : 48)
Dzulkifli adalah putra Ayyub a.s dan nama aslinya Bisyr. Tempat tinggalnya adalah
Syam. Menurut penduduk Damaskus, makamnya terletak di gunung Qasiyun. Wallahu
a’lam. Al-Qur’an hanya menyebutkan Dzulkifli dalam deretan nama Rasul-Nya dan saya
tidak dapatkan secara rinci tentang kisah perjalanan hidupnya.

15-16). Musa dan Harun a.s


- Musa termasuk salah seorang ulul ‘azmi dari para rasul utusan Allah,
berdasarkan firman-Nya: Sesungguhnya telah kami utus Musa dengan membawa
ayat-ayat kami dan keterangan yang nyata, kepada Fir’aun, Haman dan Qarun,
maka mereka berkata,” Ia adalah seorang ahli sihir yang pendusta maka tatkala
Musa datang kepada mereka membawa kebenaran dari sisi kami, mereka
berkata,”Bunuhlah anak-anak orang-orang yang beriman bersama dengan dia
dan biarkanlah hidup wanita-wanita mereka. Dan tipu daya orang-orang kafir itu
tidak lain hanyalah sia-sia (belaka).” (Al-Mu’min : 23-25)

40 | P a g e
- Harun adalah saudara kandun musa, yang diutus Allah SWT sebagai rasul
bersamaan dengan musa a.s, sekaligus sebagai materinya (pembantunya) dalam
menyebarkan risalah dan berdakwah. Tentang keduanya. Allah berfirman :
Kemudian, sesuah rasul-rasul itu. Kami utus Musa dan Harun kepada Fir’aun dan
pemuka-pemuka kaumnya, dengan (membawa) tanda-tanda (mukjizat-mukjizat)
kami. Maka mereka menyombongkan diri dan mereka adalah orang-orang yang
berdosa. Dan tatkala telah dating kepada mereka kebenaran dari sisi kami.
Mereka berkata,”Sesungguhnya ini adalah sihir yang nyata.” (Yunus : 75-76)

- Nasab Musa a.s dan Harun a.s


Keduanya adalah putra Imran bin Qaahit bin Leawiy bin Ya’qub bin Ishaq bin
Ibrahim a.s. Ibunya adalah Yukaabid binti Laawiy, bibi Imran. Pada saat itu belum
diharamkan seseorang menikahi bibinya (saudari ayah). Pengharamannya baru
ditetapkan Allah pada masa kenabian Musa a.s. Harun lebih dahulu lahir dari Musa
sekitar tiga tahun. Keduanya mempunyai saudari perempuan kandung, Maryam
yang telah dewasa ketika Musa lahir.

- Kehidupan Musa a.s dan Harun a.s


Musa lahir kira-kira 64 tahun setelah kematian Yusuf atau 425 tahun sesudah
kelahiran Ibrahim atau 250 tahun setelah kematian Ibrahim. Musa mencapai usia
120 tahun. Sebelum kelahiran Musa bangsa Ibrani mendapat tekanan dari Fir’aun
di Mesir, khususnya setelah Fir’aun mengeluarkan perintah untuk membunuh
setiap bayi laki-laki dari keturunan Ibrani (Bani Israel). Pada saat itulah lahir Musa
dengan firman-Nya,” Susuilah dia dan apabila kamu khawatir terhadapnya, maka
jatuhkanlah dia ke sungai (Niil). Dan jangan lah bersedih hati ataupun khawatir
karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu dan menjadikannya
(salah seorang) dari para rasul.” (Al-Qashash : 7)

17) Nabi Daud a.s.


Daud dianugerahi oleh Allah kerajaan dan sekaligus kenabian. Ia adalah salah seorang
keturunan Yahudza bin Ya’qub. Disebutkan dalam firman-Nya :
Sesungguhnya telah kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain) dan
kami berikan zabur (kepada Daud).” (Al-Isra’ : 55)

Kisah Daud menurut Al-Qur’an. Pengukuhan kenabian dan kerasulan Daud a.s dan Allah
menurunkan kepadanya kitab Zabur, menganugrahkan kepadanya hikmah dan berbagai
macam ilmu serta memerintahkannya menjadi hakim di antara umat manusia berdasarkan
kebenaran. Menetapkan bahwa Daudlah yang membunuh Jalut dalam sebuah pertarungan
antara Bani Israel dan musuhnya di bawah pimpinan Thalut. Pembuktian bahwa Allah
telah menganugrahkan berbagai kenikmatan kepada Daud, sebagai berikut :
- Allah memberinya kerajaan, menjadikanya khalifah di muka bumi dan
mengokohkan kerajaan.
- Allah menundukan gunung-gunung kepadanya dan burung ikut bertasbih
bersamanya setiap pagi dan petang. Ia dianugerahi suara yang merdu dan
kemahiran dalam melantunkan irama dalam bertasbih dan bertahmid sehingga
burung-burung dan gunung-gunung ikut bertasbih kepada-Nya.

18) Sulaiman bin Daud a.s.


41 | P a g e
Ia termasuk rasul yang diutus Allah kepada Bani Israel sesudah ayahnya Daud a.s.,
sesuai dengan firman-Nya :
Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagai mana kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya dan kami telah
memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya
Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan kami berikan Zabur kepada Daud a.s.
(An-Nisa : 163)

a) Keturunan Sulaiman
- Daud mewasiatkan agar pemerintahan kerajaan diteruskan oleh anaknya.
Begitu daud wafat maka tahta kerajaan dipegang oleh sulaiman yang pada waktu
itu berumur 12 tahun.3
- Kerajaan Sulaiman semakin luas dengan menaklukan umat-umat
disekitarnya, bahkan memungut jizyah dari para raja di negeri Syam. Selanjutya
kekuasaan dan kewibaannya meluas hingga ke Yaman. Ratu Bilqis pun dapat
ditundukannya dan ia akhirnya memeluk agama Sulaiman a.s
- Sulaiman memegang tampuk kerajaan selama empat puluh tahun dan
meninggal pada usia 52 tahun.

b) Perjalanan Hidup Sulaiman yang ditonjolkan Al-Qur’an


- Pengukuhan kenabian dan kerasulannya dengan pemberian wahyu Allah
kepadanya seperti wahyu yang diberikannya kepada rasul-rasulnya yang lain.
- Pembuktian bahwa ia adalah seorang hamba yang baik lagi patuh kepada
tuhannya. (Shad : 44)
- Allah menganugerahiya kerajaan sebagai warissan dari ayahnya nabi Daud
a.s
- Allah menganugerahinya ilmu logika/kemampuan bercakap-cakap dengan
burung sebagaimana ayahnya.
- Allah menganugerahi al-hikmah ketika ia masih muda belia seperti
dibuktikan dalam pemberian fatwa bersama ayahnya.

19-20). Ilyas dan Ilyasa a.s


Keduanya adalah rasul utusan Allah yang diutus untuk menyeru Bani Isarael,
firman-Nya :
Sesungguhnya ilyas benar-benar termasuk salah seorang rasul-rasul. (ingatlah)
ketika ia berkata kepada kaumnya,”mengapa kamu tidak bertakwa? Patutkah
kamu menyembah Bal dan kamu tinggalkan sebaik-baiknya pencipta (Allah)
tuhanmu dan tuhan bapak-bapakmu yang terdahhulu ? maka mereka
mendustakannya, maka dari itu mereka akan diseret ke neraka, kecuali hamba-
hamba Allah yang dibersihkan dari dosa. Dan kami abdikan untuk Ilyas (pujian
yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian yaitu kesejahteraan
dilimpahan atas ilyas ? Sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada
orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba kami
yang beriman.” (Ash-Shafaat : 123-132)

3 Ibnu Khaldun menulis, umur Sulaiman kala itu 12 tahun, sedangkan Ibnu Katsir dalam al-kamiil fi At-
Taarikh menyebutkan usianya 13 tahun.
42 | P a g e
- Kehidupan Ilyas dan Ilyasa. Usai era kerajaan Sulaiman a.s pada tahun 933
4
SM . Kerajaan Bani Israel dibagi dua diantaranya, bagian pertama : tunduk kepada
raja dari keturunan Sulaiman bi Daud, dan raja pertamanya bernama Ruhub’am bin
Sulaiman yang mencakup cucu keturunan Yahudza bin bunyamin. Bagian kedua :
tunduk kepada raja Jurub’am berasal dari Mesir, yaitu cucu dari keturunan
Affranim bin Yusuf a.s.5
- Setelah keluarga Jurub’am menguasai sepuluh orang cucu keturunan Bani
Israel, datanglah Umrey yang memerintah dari tahun 887 hingga 843 SM yaitu
kurang lebih 44 tahun lamanya.
- Allah SWT mengutus Ilyas a.s kepada mereka agar mencegah dari
beribadah kepada patung, menyeru mereka untuk kembali menyembah Allah sesuai
dengan ajaran syariat yang diturunkan kepada Musa dan nabi-nabi yang datang
sesudahnya dari kalangan Bani Israel.
-
a) Kisah Al-Qur’an tentang Ilyas dan Ilyasa
- Menetapkan kenabian Ilyas dan Ilyasa.
- Pernyataan bukti akan dakwah yang dilakukan Ilyas kepada kaumnya,
menyeru mereka agar menyembah Allah Yang Maha Esa, dan mencegah mereka
menyembah berhala (Ba’i).

21) Yunus a.s.


Ia termasuk rasul utusan Allah yang diutus-Nya sesudah sulaiman dan sebelum Isa
a.s., yang dikisahkan dalam firman-Nya.
Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul.” (ash-Shaffat: 139)
- Nasab Yunus a.s. Tidak ada sejarawan yang menyebutkan nasab keturunan
Yunus a.s. yang dapat mereka nyatakan hanyalah, ia bernama Yunus bin Matta. Dan
Matta menurut sejarawan adalah nama ibunya. Dengan demikian, tidak ada
kalangan rasul yang dinisbatkan kepada ibunya selain Yunus dan Isa a.s.
- Kisah Yunus a.s. Menurut Al-Qur’an. Kisah ini terbagi dalam lima surat dan
menonjolkan hal-hal sebagai berikut: (1) Penetapan kenabian dan risalahnya, yaitu
diutusnya Yunus untuk menyeru 100.000 orang atau lebih penduduk Ninawa.
(2) Pembuktian tentang perginya Yunus meninggalkan kaumnya dengan
memendam rasa marah, sementara ia mengira bahwa Allah tidak akan menegurnya.
(3) Pembuktian bahwa Yunus lari ke kapal penuh muatan lalu diundi dan termasuk
orang yang kalah undian sehingga dilemparkan ke laut. Ia dimakan ikan besar
dalam keadaan tercela.

22-23). Zakaria dan Yahya a.s.


Keduanya termasuk rasul yang diutus kepada Bani Israel. Allah SWT menyebutkan
namanya dalam deretan rasul-Nya. Firman-Nya: Itulah hujah kami yang kami berikan
kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya…”
(al-An’am: 83)

a) Nasab Zakaria dan Yahya

4 Dinukil dari Ensiklopedi Tarikh Islam (Sejarah Dunia) Karya William Langer.

5 Dalam tarikh Ibn Khaldun


43 | P a g e
Keduanya adalah dari kalangan Bani Israel. Namun, para sejarawan tidak menyebut
nasab mereka dengan riwayat yang kuat. Zakaria a.s. termasuk orang yang berkhidmat
di tempat ibadah Yahudi. Ibnu khaldun mengatakan, “Zakaria berasal dari Bani
Maatsan salah seorang anak Daud a.s. yang berkhidmat di tempat-tempat ibadah.
Berdasarkan hal itu, ia termasuk cucu keturunan Yahudza karena Daud nasabnya
bersambung hingga Yahudza bin Ya’qub a.s.”
b) Segi-segi yang Ditonjolkan Al-Qur’an
Di dalam Al-Qur’an terdapat empat surat tentang kehidupan Zakaria dan Yahya a.s..
- Penetapan kenabian dan kerasulan Zakaria dan Yahya a.s..
- Penegasan bahwa keduanya adalah dari Bani Israel.
- Penanggungan Zakaria terhadap Maryam dan penetapan bahwa setiap kali
menemui Maryam, ia mendapatkan makanan di sisinya.
- Penuturan kisah tentang doa dan munajat Zakaria agar dikaruniai anak
keturunan yang baik, lalu Allah mengabulkan permohonannya.

24) Almasih Isa bin Maryam a.s.


Isa adalah rasul terakhir dari kalangan Bani Israel. Allah SWT menyatakan dalam firman-
Nya,
Ketika isa putra Maryam berkata, ‘Hai Bani Israel, sesunguhnya aku adalah
utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat,
dan memberri kabar gembira dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang
sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad).’ Maka, tatkala rasul itu datang
kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata ‘Ini
adalah sihir yang nyata.” (ash-shaff: 6)

a) Nasab Isa a.s.


Ia adalah Isa bin Maryam binti Imran. Nasab Imran bersambung hingga kepada Daud
a.s. Artinya, Isa termasuk cucu Yhudza. Wlluhu a’lam.

b) Perjalanan Hidup Isa dalam Al-Qur’an


Kisah perjalanan hidup dan dakwah Isa dibesarkan dalam Al-Qur’an yang di
tonjolkannya adalah sebagai berikut:
- Penjelasan tentang kelahiran Isa dari seorang Ibu tanpa ayah, dengan suatu
kejadian hebat yang menyalahi kebiasaan (yaitu suatu mukjizat) dengan diirinngi
berbagai keramah ibunya. Proses kehamilan Maryam hanya lewat tiupan Jibril a.s.
- Penjelasan bahwa kejadian yang diluar kebiasaan itu (mukjizat) adalah hal
yang sangat ringan dan mudah bagi-Nya dan hal itu tidak menjauhkan Isa sebagai
hamba Allah, salah satu mahluk dari sekian banyak mahluk ciptaan-Nya. Pada
hakikatnya Isa sama dengan Adam a.s yang diciptakan-Nya dari tanah tanpa ayah
dan ibu.
- Penjelasan tentang Isa a.s yang sanggup berbicara dan berkata-kata pada
saat ia masih bayi dan masih menyusu. Juga menjelaskan tentang kebatiannya
kepada ibunya, penegasan bahwa ia dijadikan nabi oleh Allah SWT yang
diwasiatkan agar mendirikan shalat dan menunaikan zakat selama hidup dan
tidaklah Allah SWT menjadikannya seorang yang sombong lagi celaka.

44 | P a g e
25) Muhammad bin Abdullah SAW
Muhammad bin Abdullah SAW merupakan rasul dan nabi penutup yang diutus Allah untuk
seluruh umat manusia dengan membawa risalah-Nya yang kaffah dan komprehensif.
Firman-Nya :
Muhammad itu sekali-kali bukanlah merupakan Bapak dari seorang laki-laki
diantara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi, dan adalah
Allah maha mengetahui segala sesuatu.” (Ah-Ahzab: 40) Dan kami tidak
mengutus kamu melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.” (Saba : 28)

c. Sifat-Sifat Rasul Allah SWT


Rasul manusia pilihan Allah memiliki sifat untuk menunjang dakwah yang mereka emban
kepada seluruh umatnya. Seorang Rasul selalu berhati-hati dalam bertindak dan
berperilaku, karena mereka adalah teladan yang mengemban amanah yang mulia dari
Allah SWT. Sifat-Sifat tersebut adalah sifat yang wajib ada padaRasul Allah, yaitu sebagai
berikut :
1) Siddiq, siddiq berarti jujur. Nabi dan Rasul utusan Allah
SWT merupakan manusia yang jujur. Mereka menyampaikan apa yang diwahyukan
oleh Allah SWT kepada umatnya. Tidak ada risalah atau syariatyang disembunyikan
atau tidak disampaikan kepada umatnya.
2) Amanah, berarti dapat dipercaya. Nabi dan Rasul memiliki sifat
amanah. Oleh karena Nabi dan Rasulmemiliki sifat jujur, mereka dapat dipercaya.
Kejujuran yang dimiliki oleh Nabi dan Rasul menyebabkan mereka dipercaya. Mereka
menjaga dan melaksanakan amanah yang diterima kapan pun dan di mana pun berada.
3) Tablig, Rasul Allah SWT dikaruniai sifat tablig yang berarti
menyampaikan. Apa yang diterima dari Allah SWT disampaikan kepada
umatnya. Rasul tidak mengurangi sedikit pun perintah yang diterima dari Allah SWT.
4) Fatanah, Rasul Allah SWT memiliki sifat Fatanah yang berarti cerdas.
Dalam menjalankan dakwah,Rasul sering menemui halangan dan rintangan. Halangan
dan rintangan harus dihadapi dan dicarikan jalan keluarnya. Diperlukan kecerdasan
dan kejernihan pikiran agar dapat keluar dari tantangan yang dihadapi. Oleh karena itu
Allah SWT mengaruniai Nabi dan Rasul-Nya sifat Fatanah

C. Ringkasan
Iman kepada Malaikat2-Nya. meyakini dengan sepenuh hati bahwa Malaikat itu ada,
diciptakan dari cahaya, tidak bernafsu, gaib, terjaga dari disa, mendapat tugas khusus,
menunjukkan perkembahan kepada Allah Swt. Malaikat Jibril, Menyampaikan wahyu.
Mikail, Membagi rejeki. Israfil, Peniup sangkakala. Ijrail, Pencabut nyawa. Munkar dan
Nakir, Penanya di dalam kubur. Raqib, Pencatat amal baik. Atid, Pencatat amal jelek.
Malik, Penjaga neraka. Ridwan, Penjaga surga. Q.S Al-Baqarah 285: Rasul telah beriman
kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang
yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya
dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengata-kan): Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami
taat." (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah kami
kembali."
45 | P a g e
Iman kepada kitab2-Nya. Meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT. telah
menurunkan kitab-kitab-Nya kepada rasul untuk disampaikan dan diajarkan kepada umat
manusia. Nama kitab, isi, dan Rasul yang membawanya dapat dilihat dalam table berikut:

Namanya Isinya Rasul


Kitab Taurat - akidah Nabi Musa As
- hukum-hukum syariat,
(pedoman hidup bagi Bani Israil)
Kitab Zabur - tentang zikir Nabi Daud As
- nasehat
- hikmah
(tidak memuat syariat)
Kitab Injil - keterangan2 nyata, Nabi Isa As
- perintah2-perintah Allah
- mengesakannya
- di akhir zaman akan lahir Nabi
terakhir
Kitab Qur’an - aqidah, Nabi Muhammad
- ibadah mahdhah-gh.mahdhah SAW
- Akhlak hamba kpd khaliq, manusia,
alam
- mu’amalah, Wa’ad - wa’id,
- kisah nabi,rasul,shaleh,inkar
- Ilmu pengetahuan.

Iman kepada Rasul2-Nya. Meyakini bahwa Rasul itu benar benar utusan Allah SWT yang
di tugaskan untuk membimbing umatnya ke jalan yang benar agar selamat di dunia dan
akhirat. Umat Nabi adam itu anaknya. Umat Nabi Idris itu keturunan Qabil. Umat Nabi
Nuh Bani Rasib. Umat Nabi Hud bangsa Add. Umat Nabi Sholeh bangsa Tsamud. Umat
Nabi Ibrahim bangsa Kaldan. Umat Nabi Luth bangsa Sodom. Umat Nabi Ismail Bani
Israil. Umat Nabi Ishaq bangsa Kan’an. Umat Nabi Yaqub sampa nabi isa bani israil, dan
nabi muhammad bangsa arab dan bangsa-bangsa lain di muka bumi. Rahmatan lil ‘alamin.
Sifat-sifat rasulullah adalah Siddiq, artinya Jujur, Amanah, artinya dapat dipercaya,
Tabhligh, artinya Menyampaikan, Fatanah, artinya cerdas. Dalil naqli. kami mengutus
para Rasul itu untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Dan
barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. “ (Q.S Al-An’am 6:48)

D. Rujukan
Asmaran As., M.A. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mahmud Syaltut, 1966. Islam Aqidah wa Syariah, I, Kairo: Dar al-Kalam.
Hamka. 1982. Iman dan Amal Shaleh. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Fadhil, M. Mustaqim, tt., Buku Ajar Pokok-Pokok Materi Al Islam 1, Universitas
Muhammadiyah
ms.wikipedia.org
http://zulfiqri.blogspot.com/2011/07/iman-kepada-hari-akhir.html
http://njsnai.blogspot.com/2011/07/iman-kepada-qadha-dan-qadar.html
E. Latihan
Soal PG
46 | P a g e
1. Dalam surah fatir ayat 1, Allah SWT menjelaskan salah satu bentuk
malaikat yaitu
a. Memiliki taring
b. Memiliki sayap
c. Memiliki lingkaran putih diatas kepala
d. Jumlahnya sangat banyak
e. Bisa berubah bentuk
2. Ayat al – Qur’an yang menyatakan bahwa kitab al – Qur’an tidak terdapat
keraguan adalah . . . .
A. Al – Baqarah : 2
B. Al – Maidah : 3
C. Al – Baqarah : 213
D. Al – Maidah : 48
E. Al – baqarah : 5
3. Di antara perbedaan manusia dengan malaikat adalah . . . .
A. Keduanya makhluk Allah
B. Malaikat senantiasa taat, sedangkan manusia kadang taat kadang bermaksiat
C. Keduanya penghuni surga
D. Memiliki nafsu yang terkendali
E. Malaikat dari cahaya, manusia dari tulang
4. Keyakinan bahwa rezeki itu diatur oleh Allah melaui malaikat – Nya, maka
sikap muslim atau muslimah apabila memperoleh rezeki adalah . . . .
A. Menerima rezeki itu untuk kepentingan orang banyak
B. Menggunakan rezeki itu dengan cara ikhlas dan senang hati
C. Bersyukur kepda Allah dengan cara mengucapkan Alhamdulillah
D. Bersyukur kepada Allah dengan cara menggunakan rezeki itu untuk hal –
hal yang diridhoi Allah
E. Menggunakan rezeki itu untuk kepentingan diri sendiri

Essay
1. Apakah perbedaan Kitab dan Suhuf ?
2. Coba sebutkan perbedaan manusia dan malaikat !
3. Apa isi dari kitab al – qur’an?
4. Coba sebutkan salah satu dalil beriman kepada Rasul Allah !

F. DAFTAR ISTILAH
Dalil : Landasan
Suhuf, Sahifah : Halaman, lembaran
Wahyu : Berita
Risalah: Syariat
Saam : Ayah Bangsa Arab, Persi dan Romawi
Haam : Ayah Bangsa Sudan, Eropa, Qithbi, India, dan sekitarnya
Yaafits : Ayah Bangsa Turki, Cina, dan Ya’juj dan Ma’juj

47 | P a g e
BAB V
IMAN KEPADA HARI AKHIR, QADHA QADAR-NYA

A. Standar Kompetensi
1. Menjelaskan hari akhir dan macam-macam hari akhir berdasarkan ayat ql-
quran
2. Menjelaskan tanda-tanda hari akhir dan proses setelahnya
3. Menjelaskan hikmah beriman kepada hari akhir
4. Menjelaskan apa itu iman kepada qadha dan qadar dan jenis-jenis takdir
Allah
5. Menjelaskan tanda seseorang beriman kepada qadha dan qadar
6. Menjelaskan fungsi dan hikmah beriman kepada qadha dan qadar
7. Menjelaskan tugas terstruktut mata kuliah Aqidah/Ilmu Tauhid

B. Uraian Materi
1. Iman Kepada Hari Akhir
a. Pengertian Hari Akhir
Hari akhir, disebut juga hari kiamat, adalah peristiwa di saat alam semesta beserta
isinya hancur luluh yang membunuh semua makhluk di dalamnya tanpa terkecuali. Hari
kiamat ditandai dengan bunyi terompet sangkakala oleh Malaikan Israfil atas perintah dari
Allah SWT. Setelah semua makhuk yang hidup mati maka Allah SWT akan membali
memerintahkan Malaikat Israfil untuk meniup terompet untuk yang kedua kali guna
membangunkan orang semua yang telah mati untuk bangkit kembali mulai dari manusia
pertama zaman Nabi Adam hingga manusia yang terakhir saat kiamat tiba untuk
melaksanakan hari pembalasan. Ada beberapa pendapat yang mengemukakan pengertian
tentang hari akhir. yaitu:

1) Sudut pandang ilmu Geologi. Dalam ilmu geologi, bumi ini terdiri dari semacam
gas panas (nebula). Didalam perut bumi,masih tersimpan gas-gas panas yang
karakternya berkembang dan mendesak keluar. Bumi tidak meletus akibat desakan ini
karena diimbangi oleh tekanan atmosfir dari luar. suatu saat tekanan dari dalam itu akan
lebih kuat sehingga terjadi gempa dan letusan gunung. Namun, suatu saat tekanan gas
dari dalam melemah dan habis sama sekali karena gas yang ada lambat laun menjadi
cair dan beku.sementara itu, tekanan dari luar semakin kuat sehingga bumi akan hancur
dan isinya berhamburan.

2) Sudut pandang Ilmu Astronomi. Dalam ilmu Astronomi dijelaskan bahwa planet-
planet beredar diangkasa mengelilingi matahari. Peredaran ini berjalan rapi tanpa terjadi
tabrakan dan benturan karena adanya daya tarik-menarik tersebut tidak selamanya utuh.
Daya itu semakin lama semakin habis. Bisa kita bayangkan, seandainya suatu saat
nanti keseimbangan itu tidak ada lagi, bumi akan meluncur dengan kekuatan yang
mahadahsyat menubruk matahari. Dengan demikian,hancurlah bumi ini.

3) Sudut pandang Ilmu Fisika. Letak matahari diperkirakan 150*1.000.000 kilometer


jauhnya dari bumi. Sinar matahari akan sampai ke bumi dalam waktu 8 menit 20 detik.
Para fisikawan telah menghitung energi matahari yang dipancarkan sama dengan 5,7*
1.000.000.000.000.000.000.000.000. 000 kalori per menit dan mampu menyala selama
48 | P a g e
50 miliar tahun. Dengan demikian, waktu menyala bagi matahari juga terbatas dan pada
suatu hari nanti, matahari tidak akan bersinar lagi.

Hari kiamat adalah hari kesudahan, penghabisan, penghujung, tamat. Menurut


istilah Hari akhir adalah masa yang akan dialami seseorang setelah meninggal dunia
dimana berakhirnya segala sesuatu yang baik di muka bumi ini maupun yang ada di langit
yaitu di saat malaikat isrofil meniupkan sangkakala untuk pertama kalinya. keberadaan
hari akhir harus diyakini oleh setiap muslim. beriman kepada hari akhir adalah menyakini
adanya kehidupan yang abadi setelah meninggal dunia. Bukti beriman kepada hari akhir
adalah banyak beramal saleh, diantaranya belajar dengan tekun, bekerja dengan giat ,dan
senantiasa berbuat baik dengan niat karena allah. Hal ini sesuai dengan Firman Allah swt.
dalam surat Al Haj: 7; Sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan
padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Q.S. Al
Hajj : 7)

Dalam al-Qur’an, hari kiamat disebut dalam beberapa nama, yaitu:


1) Hari Kiamat (yaum al qiyamah), yaitu hari penegakan keadilan. Suatu hari yang
ditentukan untuk melangsungkan pengadilan bagi setiap makhluq dan selanjutnya
mendapat keputusan yang maha benar dari Allah swt.
2) Hari Akhir (yaum al akhir), yaitu hari yang paling akhir dari sejarah makhluk
sebelum kembali ke alam baqa.
3) Hari Kegoncangan (yaum az Zalzalah), karena pada hari itu terjadi kegoncangan
yang sangat dahsyat.
4) Hari Pembalasan (yaum al ghasyiyah), karena pada hari itu Allah memberikan
balasan kepada umat manusia. Yang beriman akan dimasukan ke dalam surga yang
tinggi sedangkan yang kafir akan dimasukkan ke dalam api yang sangat panas.
5) Hari panggil-memanggil (yaum at tanad), yaitu pada hari setiap orang menemui
kesulitan dan penderitaan, kemudian mereka memanggil orang lain untuk memohon
pertolongan sementara yang lain tidak menghiraukan.
6) Hari Ancaman (yaum al wa’iid), yaitu hari ketika Allah melaksanakan ancaman
berupa azab kepada setiap makhluk yang tidak melaksanakan perintah-Nya.
7) Hari kehinaan (yaum al khizy), yaitu hari ketika Allah menghinakan orang-orang
yang durhaka kepada-Nya.,
8) Hari penimbangan (yaum al wazni), yaitu hari penimbangan amal baik dan buruk
yang menentukan apakah seseorang akan masuk surga atau masuk neraka.
Pada saat terjadinya hari akhir, semua makhluk yang ada di dunia ini akan musnah, langit
hancur, gunung-gunung meletus, lautan meluap, dan bumi memuntahkan segala isinya.

b. Ayat Al Quran ttg Hari Akhir


Gambaran kedahsyatan hari kiamat bisa menyebabkan wanita menyusui melalaikan
anak yang disusuinya, ibu hamilpun melahirkan anaknya seketika, seperti dilukiskan
dalam sura Al Hajj : 1-2 :

Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu
adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu
melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang
disusuinya dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia

49 | P a g e
dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi azab Allah
itu sangat keras. (QS. Al Hajj :1-2)

Tidak Seorang pun yang mengetahui kapan terjadinya kiamat selain Allah swt.
Firman Allah swt:
Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya”. Katakanlah:
”Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak
seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia”.
(QS. Al ’Araf :187)

Tidak ada lagi yang bisa memberikan manfaat termasuk anak dan harta kecuali orang yang
datang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Firman Allah dalam Al Qur’an Surat
Asy Syu’araa (26) ayat 88-89:
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang
menghadap Allah dengan hati yang bersih (Q.S. 26 : 88-89)

c. Macam-Macam Kiamat
Kiamat ada dua macam, yakni kiamat sugra dan kiamat kubra
1) Kiamat Sughra
Kiamat Sughra adalah kiamat kecil yang sering terjadi dalam kehidupan manusia
yaitu kematian. Setelah mati roh seseorang akan berada di alam barzah atau alam kubur
yang merupakan alam antara dunia dan akhirat. Kiamat sughra sudah sering terjadi dan
bersifat umum atau biasa terjadi di lingkungan sekitar kita yang merupakan suatu teguran
Allah SWT pada manusia yang masih hidup untuk kembali ke jalan yang lurus dengan
taubat. Kiamat Sughra adalah kiamat kecil yang sering terjadi dalam kehidupan manusia
yaitu kematian. Setelah mati roh seseorang akan berada di alam barzah atau alam kubur
yang merupakan alam antara dunia dan akhirat. Firman ALLAH SWT: Segala sesuatu
pasti akan binasa kecuali Dzat Allah (Q.S. Al Qashas:88). Bila seseorang menemui
ajalnya maka itupun termasuk kiamat sugro, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:
Apabila salah seorang diantara kamu mati, maka sesungguhnya kiamatnya sudah dekat
(H.R Ad Dailami). Kiamat sughra sudah sering terjadi dan bersifat umum atau biasa terjadi
di lingkungan sekitar kita yang merupakan suatu teguran Allah SWT pada manusia yang
masih hidup untuk kembali ke jalan yang lurus dengan taubat.

Tanda Terjadinya Kiamat Sugra (kecil)


Tanda-tanda kiamat kecil terbagi menjadi dua: Pertama, kejadian sudah muncul dan
sudah selesai; seperti diutusnya Rasulullah saw., terbunuhnya Utsman bin ‘Affan,
terjadinya fitnah besar antara dua kelompok orang beriman. Kedua, kejadiannya sudah
muncul tetapi belum selesai bahkan semakin bertambah; seperti tersia-siakannya amanah,
terangkatnya ilmu, merebaknya perzinahan dan pembunuhan, banyaknya wanita dan lain-
lain. Di antara tanda-tanda kiamat kecil adalah:
(1) Diutusnya Rasulullah saw. Jabir r.a. berkata, ”Adalah Rasulullah saw. jika
beliau khutbah memerah matanya, suaranya keras, dan penuh dengan semangat
seperti panglima perang, beliau bersabda, ‘(Hati-hatilah) dengan pagi dan sore
kalian.’ Beliau melanjutkan, ‘Aku diutus dan hari Kiamat seperti ini.’
Rasulullah saw. mengibaratkan seperti dua jarinya antara telunjuk dan jari
tengah. (HR Muslim).

50 | P a g e
(2) Disia-siakannya amanat. Jabir r.a. berkata, tatkala Nabi saw. berada dalam
suatu majelis sedang berbicara dengan sahabat, maka datanglah orang Arab
Badui dan berkata Kapan terjadi Kiamat ?, Rasulullah saw. terus melanjutkan
pembicaraannya. Sebagian sahabat berkata, “Rasulullah saw. mendengar apa
yang ditanyakan tetapi tidak menyukai apa yang ditanyakannya.” Berkata
sebagian yang lain, “Rasul saw. tidak mendengar.” Setelah Rasulullah saw.
menyelesaikan perkataannya, beliau bertanya, “Mana yang bertanya tentang
Kiamat?” Berkata lelaki Badui itu, ”Saya, wahai Rasulullah saw.” Rasulullah
saw. Berkata, “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kiamat.” Bertanya,
“Bagaimana menyia-nyiakannya?” Rasulullah saw. Menjawab, “Jika urusan
diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kiamat.” (HR
Bukhari).
(3) Penggembala menjadi kaya. Rasulullah saw. ditanya oleh Jibril tentang
tanda-tanda kiamat, lalu beliau menjawab, “Seorang budak melahirkan
majikannya, dan engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki,
telanjang, dan miskin, penggembala binatang berlomba-lomba saling tinggi
dalam bangunan.” (HR Muslim).
(4) Sungai Efrat berubah menjadi emas. Dari Abu Hurairah ra. bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sampai Sungai Eufrat
menghasilkan gunung emas, manusia berebutan tentangnya. Dan setiap 100
terbunuh 99 orang. Dan setiap orang dari mereka berkata, ”Barangkali
akulah yang selamat.” (Muttafaqun ‘alaihi).
(5) Baitul Maqdis dikuasai umat Islam. Ada enam dari tanda-tanda kiamat:
kematianku (Rasulullah saw.), dibukanya Baitul Maqdis, seorang lelaki diberi
1000 dinar, tapi dia membencinya, fitnah yang panasnya masuk pada setiap
rumah muslim, kematian menjemput manusia seperti kematian pada kambing
dan khianatnya bangsa Romawi, sampai 80 poin, dan setiap poin 12.000.” (HR
Ahmad dan At-Tabrani dari Muadz).
(6) Banyak terjadi pembunuhan. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah
saw. bersabda, “Tiada akan terjadi kiamat, sehingga banyak terjadi haraj..
Sahabat bertanya apa itu haraj, ya Rasulullah?” Rasulullah saw. Menjawab,
“Haraj adalah pembunuhan, pembunuhan.” (HR Muslim).
(7) Munculnya kaum Ekstrim. Dari Ali ra. berkata, saya mendengar
Rasulullah saw. bersabda, “Akan keluar di akhir zaman kelompok orang yang
masih muda, bodoh, mereka mengatakan sesuatu dari firman Allah. Keimanan
mereka hanya sampai di tenggorokan. Mereka keluar dari agama seperti anak
panah keluar dari busurnya. Di mana saja kamu jumpai, maka bunuhlah
mereka. Siapa yang membunuhnya akan mendapat pahala di hari Kiamat.”
(HR Bukhari).
(8) Banyak pembela kezhaliman. Di akhir zaman banyak polisi di pagi hari
melakukan sesuatu yang dimurkai Allah, dan di sore hari melakukan sesutu
yang dibenci Allah. Hati-hatilah engkau jangan sampai menjadi teman
mereka.” (HR At-Tabrani).
(9) Perang antara Yahudi dan Umat Islam. Dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin
berperang dengan yahudi. Maka kaum muslimin membunuh mereka sampai
ada seorang yahudi bersembunyi di belakang batu-batuan dan pohon-

51 | P a g e
pohonan. Dan berkatalah batu dan pohon, ‘Wahai muslim, wahai hamba
Allah, ini yahudi di belakangku, kemari dan bunuhlah ia.’ Kecuali pohon
Gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR Muslim).
(10) Dominannya Fitnah. Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Tidak akan terjadi kiamat, sampai dominannya fitnah, banyaknya
dusta dan berdekatannya pasar.” (HR Ahmad)

2) Kiamat Kubra (Kiamat Besar)


Kiamat kubra adalah kiamat yang mengakhiri kehidupan di dunia ini karena
hancurnya alam semesta beserta isinya. Setelah kiamat besar maka manusia akan
menjalani alam setelah alam barzah / alam kubur. Kiamat kubra akan terjadi satu kali dan
itu belum pernah terjadi dengan kejadian yang benar-benar luar biasa di luar bayangan
manusia dengan tanda-tanda yang jelas dan pada saat itu segala amal perbuatan tidak akan
diterima karena telah tertutup rapat. Kiamat kubra adalah kiamat yang mengakhiri
kehidupan di dunia ini karena hancurnya alam semesta beserta isinya. Setelah kiamat besar
maka manusia akan menjalani alam setelah alam barzah / alam kubur. Kiamat kubra akan
terjadi satu kali dan itu belum pernah terjadi dengan kejadian yang benar-benar luar biasa
di luar bayangan manusia dengan tanda-tanda yang jelas dan pada saat itu segala amal
perbuatan tidak akan diterima karena telah tertutup rapat.
Firman Allah SWT:
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat) dan bumi telah
mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandungnya dan manusia bertanya :“Mengapa
bumi(jadi begini)?” (QS. Al-Zalzalah : 1-3)

Firman Allah SWT:


“Apabila bumi digoncangkan dahsyat-dahsyatnya dan gununggunung dihancurkan
sehancur-hancurnya maka jadilah ia debu yang beterbangan.” (QS. Al-Waqi’ah : 4-6).

Tanda-Tanda Hari Kiamat Akan Tiba


Kapan akan datang hari kiamat, tidak seorang pun tahu termasuk Nabi Muhammad
SAW. Namun kita dapat mengetahuinya dengan memperhatikan tanda-tanda di mana hari
kiamat akan datang, yaitu: Asap di Timur dan Barat, Munculnya Dajjal, Muncul binatang
melata di bumi (Dabatul Ard), Terbit matahari sebelah barat, Turunnya Nabi Isa AS,
Keluarnya Yakjuj dan Makjuj, Gerhana di timur, Gerhana di barat, Gerhana di jazirah
Arab, Keluarnya api dari kota Yaman yang menghalau manusia ke tempat pengiringannya
Persiapkan diri kita sebaik mungkin untuk menghadapi kiamat kecil dan kiamat besar
karena itu pasti akan terjadi. Jadilah orang yang beriman dan bertakwa untuk selamat dari
siksa neraka dan mendapat surga dari Allah SWT.

Tanda Kiamat besar


Allah SWT tidak menciptakan alam raya ini kekal selamanya, tetapi pada suatu hari
pasti akan berakhir. Itulah yang disebut dengan hari kiamat yang pasti terjadi, tanpa ada
keraguan.Allah SWT berfirman: Sesungguhnya hari kiamat pasti akan datang, tidak ada
keraguan padanya……(QS.al-Mukmin:95)
(1) Keluarnya suatu binatang yang sangat aneh. Binatang ini dapat bercakap-
cakap kepada semua orang dan menunjukkan kepada manusia bahwa kiamat
sudah sangat dekat.
52 | P a g e
(2) Datangnya Al-Mahdi. Beliau termasuk keturunan dari Rasulullah SAW.
Oleh karena itu, beliau serupa benar akhlak dan budi pekertinya dengan
Rasulullah SAW.
(3) Munculnya Dajal. Keluarnya dajjal merupakan fitnah atau ujian besar ba i
manusia, di mana Allah memberikan kemampuan kepadanya melakukan
kepadanya melakukan hal-hal yang membuat manusia terperdaya dengannya,
yaitu ia mampu memerintah langit untuk menurunkan hujan, tanah untuk
menumbuhkan rumput, menghidupkan orang yang telah mati, dan peristiwa
yang lain diluar hukum alam. Rasulullah mengambarkan bahwa dajjal itu
bermata sebelah yang datang dengan membawa perumpamaan surga dan
neraka.Maka, yang ia katakan surga sebenarnya adalah neraka, dan yang ia
katakan neraka sebenarnya adalah surga. Dajjal tinggal di bumi selama empat
puluh hari, sehari pertama seperti setahun, lalu sehari kedua seperti sebulan,
kemudian seehari ketiga seperti seminggu,dan hari-hari berikutnya seperti hari-
hari biasa. Tidak ada satu tempat di muka bumi yang tidak disinggahi dajjal,
kecuali Mekkah dan Madinah.
(4) Lenyapnya Al-Qur’an dan mushaf, hafalan dalam hati. Bahkan lenyap
pulalah yang ada di dalam hati seseorang.
(5) Berkumpulnya manusia, seperti selamatan kelahiran, khitanan, perkawinan,
ulang tahun, dll. Akan tetapi tidak pernah sedikit pun dijalankan perintah-
perintah-Nya serta dijauhi larangan-Nya.
(6) Turunnya Nabi Isa as. Beliau akan turun ke bumi ini di tengah-tengah
merajalela pengaruh Dajal.
(7) Dukhan (asap) yang akan keluar dan mengakibatkan penyakit yang seperti
selsema di kalangan orang-orang yang beriman dan akan mematikan semua
orang kafir.
(8) Dabbah-Binatang besar yang keluar berhampiran Bukit Shafa di Mekah
yang akan bercakap bahawa manusia tidak beriman lagi kepada Allah swt.
(9) Keluarnya bangsa Ya’juj dan Ma’juj yang akan membuat kerusakan
dipermukaan bumi ini, iaitu apabila mereka berjaya menghancurkan dinding
yang dibuat dari besi bercampur tembaga yang telah didirikan oleh Zul Qarnain
bersama dengan pembantu-pembantunya pada zaman dahulu.
(10) Gempa bumi di Timur. Bisa jadi ini mengacu kepada gempa di
China, Tsunami di Aceh.
(11) Gempa bumi di Barat. Bisa jadi ini akan terjadi di daerah Mexico,
Argentina, Brazilia dan negara-negara Amerika Latin
(12) Gempa bumi di Semenanjung Arab.. Kemungkinan kasus longsor di
Mesir sebagai pembukanya.
(13) Api besar yang akan menghalau manusia menuju ke Padang
Mahsyar. Api itu akan bermula dari arah negeri Yaman. (Apa ini bahaya
Nuklir?).
(14) Terbitnya matahari dari arah barat dan terbenam dari arah timur. Hal
ini terjadi karena perubahan besar dalam susunan alam semesta.

Mengikut pendapat Imam Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitab Fathul Bari beliau
mengatakan: “Apa yang dapat dirajihkan (pendapat yang terpilih) dari himpunan hadis-
hadis Rasulullah Saw. bahawa keluarnya Dajal adalah yang mendahului segala petanda-
petanda besar yang mengakibatkan perubahan besar yang berlaku dipermukaan bumi ini.
53 | P a g e
Keadaan itu akan disudahi dengan kematian Nabi Isa alaihissalam (setelah belian turun
dari langit). Kemudian terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya adalah permulaan
tanda-tanda qiamat yang besar yang akan merusakkan sistem alam cakrawala yang mana
kejadian ini akan disudahi dengan terjadinya peristiwa qiamat yang dahsyat itu. Barangkali
keluarnya binatang yang disebutkan itu adalah terjadi di hari yang matahari pada waktu itu
terbit dari tempat tenggelamnya”.

Perbedaan kiamat kecil dan kiamat besar


1) Tanda-tanda kiamat kecil, datang lebih dahulu dari tanda-tanda kiamat besar
2) Tanda-tanda kiamat kecil, sebagiannya sudah terjadi, sebagiannya sedang terjadi
dan sebagiannya akan terjadi. Sedangkan tanda-tanda kiamat besar belum terjadi.
3) Tanda-tanda kiamat kecil, bersifat biasa dan tanda kiamat besar bersifat luar biasa.
4) Tanda-tanda kiamat kecil, berupa peringatan agar manusia sadar dan bertaubat.
Sedangkan kiamat besar jika sudah datang, maka tertutup pintu taubat.
5) Tanda-tanda kiamat kecil, muncul secara parsial, dan tanda-tanda kiamat besar jika
muncul satu tanda, maka akan diikuti tanda-tanda yang lainnya. Dan yang pertama
muncul adalah terbitnya matahari dari Barat.

d. Peristiwa Hari Akhir dan Sesudahnya


1) Kematian
Kematian adalah akhir dari kehidupan setiap mahluk yang bernyawa di muka bumi ini.
Firman Allah Swt.: Tiap-tiap yang berrjiwa akan merasakan mati….(QS Al- Imran: 185).
Allah Taala berfirman kepada Nabi-Nya: Sesungguhnya kamu akan mati dan
sesungguhnya mereka akan mati ( pula)” (QS. Az-Zumar:30). Tidak ada manusia yang
kekal di dunia ini. Allah SWT berfirman: Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi
seorang manusia pun sebelum kamu(Muhammad),maka jika kau mati,apakah mereka
akan kekal? “(QS.Anbiya:34)

Kematian adalah sesuatu yang pasti dan tidak dapat diragukan, namun banyak orang yang
lalai darinya.Seorang muslim hendaklah senantiasa mengingatnya dan mempersiapkan diri
untuk menggadapinya, ia juga dituntut mempersiapkan bekal didunia ini untuk kehidupan
di akhirat kelah dengan amalan yang baik, sebelum kesempatan berlalu. Rasulullah
bersabda:

Manfaatkan lima hal sebelum datangnya yang lima: hidupmu sebelum matimu, sehatmu
sebelum sakitmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, masa mudamu sebelum masa tuamu,
dan masa kayamu sebelum masa miskinmu”(HR.Ahmd)

Ketahuilah bahwa orang yang telah mati tidak akan membawa sedikit pu barang-barang
dunia di alam kuburnya,tetapi yang akan ia bawa bersamanya adalah amal. Karena itu,
berusahalah membekali diri dengan amal saleh yang akan membahagiakan selamanya dan
menyelamtkan diri dari siksa Allah SWT.

2) Alam Barzah
Alam barzah juga disebut alam kubur. Di alam barzah manusia sudah dapat merasakan
balasan amal baik dan buruk. Firman Allah SWT. “Agar aku berbuat amal yang saleh

54 | P a g e
terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan
yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzah (dinding pemisah) sampai
hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mukmin : 100)

Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya jika seorang hamba dimasukkan ke dalam kubur dan para pengiringnya
telah pergi, ia akan mendengar langkah mereka. Rasulullah bersabda.” Dua orang
malaikat datang dan berkata, “Apa yang dulu engkau katakan tentang laki-laki ini?”Ia
berkata,” Aku bersaksi bahwa ia adalah hamba ALLAH dan Rasul-Nya.”Rasullah
bersabda,”Dikatakan kepadanya,”Lihatlah tempat dudukmu di neraka.Allah telah
menggantinya dengan tempat duduk di surga”.Rasullah bersabda.”Lalu ia melihat surga
dan neraka. Sedangkan Orang kafir dan munafik akan ditanya,” Apa yang dulu engkau
katakan tentang laki-laki ini?.” Ia berkata” Aku tak tahu, aku berkata seperti yang
dikatakan manusia.”Dikatakan kepadanya,” Engkau tidak tahu dan tidak membaca.”
Laliu ia dipukul dengan palu dari besi dengan sekali pukulan sampai ia menjerit,dan
jeritannya terdengar oleh yang berada didekatnya kecuali oleh jin dan
manusia.”(HR.Tirmizi).

3) Yaumul Ba’as
Yaumul Ba’as artinya hari kebangkitan, yaitu hari bangkitnya kembali seluruh umat
manusia sejak nabi Adam a.s. hingga manusia terakhir dari alam kubur setelah malaikat
Israfil meniup sangkakala yang kedua. Firman Allah SWT: Pada hari itu manusia ke luar
dari kuburnya dalam keadaan bermacam-macam, agar kepada mereka itu dapat
diperlihatkan amalan-amalannya yang sudah-sudah.” (QS. Az-Zalzalah: 6)

4) Yaumul Mahsyar
Yaumul Mahsyar adalah hari berkumpulnya seluruh umat manusia. Setelah
manusia dibangkitkan dari alam kubur, manusia digiring dan dikumpulkan di padang
mahsyar. Firman Allah SWT: kami kumpulkan seluruh manusia dan tidak kami tinggalkan
seorang pun dari mereka.” (QS. Al-Kahfi : 47)

5) Yaumul Mizan
Yaumul Mizan yaitu hari penimbangan amal baik dan amal buruk yang dilakukan
manusia selama hidupnya.
Firman Allah SWT :
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan
seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami
mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.”
(QS. Al-Anbiya : 47)

6) Yaumul Hisab
Yaumul hisab artinya hari perhitungan amal baik dan buruk yang dilakukan selama
hidupnya. Firman Allah SWT: Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa
yang diusahakannya. Tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat
cepat hisabnya.” (QS. Al-Mukmin : 17)

6) Sirat
55 | P a g e
Sirat adalah jalan atau jembatan penentu dari setiap manusia setelah diperhitungkan dan
ditimbang perbuatan baik buruknya. Sirat tersebut menentukan manusia masuk surga atau
neraka.

7) Surga dan Neraka


Surga dan neraka adalah tempat terakhir yang diciptakan oleh Allah SWT untuk
memberikan balasan atas perbuatan manusia semasa di dunia.

e. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir


Keyakinan kepada hari akhirat akan memberikan beberapa hikmah kepada orang
yang mengimaninya, sebagai berikut:

1) Tidak akan meniru pola hidup orang kafir. Janganlah sekali-kali kamu terperdaya
oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan
sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahanam; dan Jahanam itu adalah
tempat yang seburuk-buruknya.” (QS 3:196-197). Allah SWT telah memperingatkan
kita supaya tidak terpedaya dan ikut-ikutan gaya hidup orang kafir, yang penuh
dengan kebebasan (foya-foya, dugem, mabok, free sex, dll). Itu adalah kesenangan
sementara saja, selama hidup didunia. Tetapi akibatnya ditanggung selama-lamanya
didalam neraka jahanam. Naudzubillahi min dzalik.

2) Selalu beramal sholeh dan meningkatkan ketakwaan. Orang yang beriman dengan
adanya hari akhir yakin dan mengharap akan bertemu dengan Allah, oleh karena itu
dia akan selalu berusaha beramal sholeh dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah.
Sehingga ketika menemui-Nya dalam keadaan siap. “… Dan kerjakanlah (amal yang
baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak
akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.” (QS
2:223) “… Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah
ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun
dalam beribadah kepada Tuhannya”. (QS 18:110).

3) Selalu berbuat baik. Orang yang beriman kepada hari akhir akan selalu berbuat
baik dan benar dalam hidupnya. “Dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu
seseorang tidak dapat menggantikan seseorang lain sedikit pun dan tidak akan
diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafaat
kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong.” (QS 2:123). Mengapa harus baik
dan benar? Karena perbuatan baik belum tentu benar, tetapi perbuatan benar sudah
pasti baik. Misalnya, perbuatan menolong orang adalah baik, tetapi belum tentu benar.
Menolong orang dalam rangka apa? Apakah menolong dalam rangka kebaikan dan
takwa, atau dalam rangka dosa. Menolong orang berbuat dosa atau jahat adalah tidak
benar dan tidak dibenarkan dalam Islam. “Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa
dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat
berat siksa-Nya.” (QS 5:2). Bukan hanya harus melakukan perbuatan baik dan benar,
perkataan pun harus baik dan benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw: Barangsiapa
beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berhata benar atau diam.” (HR
Bukhari dan Muslim).

56 | P a g e
4) Mau berjihad dijalan Allah dengan jiwa dan harta. Berjihad bagi orang yang
beriman kepada hari akhir adalah sebuah kemestian, karena jihad dengan jiwa dan
harta merupakan jual beli seorang mukmin dengan Allah, serta merupakan
pembenaran atas keimanannya. Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah
menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an. Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”
(QS 9:111). Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka
berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang
yang benar.” (QS 49:15).

5) Tidak bakhil (kikir) dalam berinfaq. Ketika seseorang beriman kepada hari akhir, ia
akan selalu berinfak dijalan Allah dengan tidak kikir. Karena ia tahu akibat kikir
terhadap hartanya itu dikemudian hari, serta ia tahu pahala yang berlipat ganda yang
diterimanya bila ia berinfak dijalan Allah SWT. Sekali-kali janganlah orang-orang
yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya
menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu
adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak
di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di
langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 3:180).
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan
menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya,
sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam
Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah
yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup
rapat atas mereka, (sedang “mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (QS
104:1-9). Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan
(ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui. Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,
kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-
nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka
memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS 2:261-262).

6) Memiliki kesabaran dalam kebenaran dan ketika tertimpa musibah. Ketika


keimanan kepada hari akhir tertanam dalam hati, maka orang itu akan selalu sabar
dalam kebaikan dan dalam keadaan apapun. Meskipun musibah menimpa dirinya, ia
akan tetap sabar bahkan meningkatkan kesabarannya. Hai orang-orang yang beriman,
bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di
perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”
(QS.3: 200). Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit

57 | P a g e
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah
berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun”
(QS 2:155-156) Ia tahu bahwa dunia ini hanya sementara, semua akan mati.
Penderitaan didunia hanyalah sementara, segala sesuatu akan disempurnakan diakhirat
nanti, sebagaimana firman Allah SWT: Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang
memperdayakan.” (QS 3:185)

2. Iman Kepada Qadha dan Qadar


a. Pengertian, kaitan, hubungan
1) Pengertian iman kepada qada dan qadar
Qadar, menurut bahasa yaitu: Masdar (asal kata) dari qadara-yaqdaru-qadaran, dan
adakalanya huruf daal-nya disukunkan (qa-dran). Ibnu Faris berkata, “Qadara: qaaf, daal
dan raa’ adalah ash-sha-hiih yang menunjukkan akhir/puncak segala sesuatu. Maka qadar
adalah: akhir/puncak segala sesuatu. Dinyatakan: Qadruhu kadza, yaitu akhirnya.
Demikian pula al-qadar, dan qadartusy syai’ aqdi-ruhu, dan aqduruhu dari at-taqdiir.”
Qadar (yang diberi harakat pada huruf dal-nya) ialah: Qadha’ (kepastian) dan hukum, yaitu
apa-apa yang telah ditentukan Allah Azza wa Jalla dari qadha’ (kepastian) dan hukum-
hukum dalam berbagai perkara Takdir adalah: Merenungkan dan memikirkan untuk
menyamakan sesuatu. Qadar itu sama dengan Qadr, semuanya bentuk jama’nya ialah
Aqdaar. Qadar, menurut istilah ialah: Ketentuan Allah yang berlaku bagi semua makhluk,
sesuai dengan ilmu Allah yang telah terdahulu dan dikehendaki oleh hikmah-Nya. Atau:
Sesuatu yang telah diketahui sebelumnya dan telah tertuliskan, dari apa-apa yang terjadi
hingga akhir masa. Dan bahwa Allah Azza wa Jalla telah menentukan ketentuan para
makhluk dan hal-hal yang akan terjadi, sebelum diciptakan sejak zama azali. Allah Swt
pun mengetahui, bahwa semua itu akan terjadi pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan
pengetahuan-Nya dan dengan sifat-sifat tertentu pula, maka hal itu pun terjadi sesuai
dengan apa yang telah ditentukan-Nya. Atau: Ilmu Allah, catatan (takdir)-Nya terhadap
segala sesuatu, kehendak-Nya dan penciptaan-Nya terhadap segala sesuatu tersebut.
Qadha’, menurut bahasa ialah: Hukum, ciptaan, kepastian dan penjelasan. Asal
(makna)nya adalah: Memutuskan, menentukan sesuatu, mengukuhkannya,
menjalankannya dan menyelesaikannya. Maknanya adalah mencipta.

2) Kaitan Antara Qadha’ dan Qadar


Dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan qadar ialah takdir, dan yang dimaksud
dengan qadha’ ialah penciptaan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala “Maka
Dia menjadikannya tujuh langit… .” [Fushshilat: 12] Yakni, menciptakan semua itu.
Qadha’ dan qadar adalah dua perkara yang beriringan, salah satunya tidak terpisah dari
yang lainnya, karena salah satunya berkedudukan sebagai pondasi, yaitu qadar, dan yang
lainnya berkedudukan sebagai bangunannya, yaitu qadha’. Barangsiapa bermaksud untuk
memisahkan di antara keduanya, maka dia bermaksud menghancurkan dan merobohkan
bangunan tersebut. Demikian pula sebaliknya, bahwa qadha’ ialah ilmu Allah yang
terdahulu, yang dengannya Allah menetapkan sejak azali. Sedangkan qadar ialah
terjadinya penciptaan sesuai timbangan perkara yang telah ditentukan sebelumnya. Ibnu
Hajar al-Asqalani berkata, “Mereka, yakni para ulama mengatakan, ‘Qadha’ adalah
58 | P a g e
ketentuan yang bersifat umum dan global sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah
bagian-bagian dan perincian-perincian dari ketentuan tersebut. Jika keduanya berhimpun,
maka keduanya berbeda, di mana masing-masing dari keduanya mempunyai pengertian
sebagaimana yang telah diutarakan dalam dua pendapat sebelumnya. Jika salah satu dari
kedunya disebutkan sendirian, maka yang lainnya masuk di dalam pengertiannya.

3) Hubungan antara Qadha’ dan Qadar


Pada uraian tentang pengertian qadha’ dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha’ dan
qadar selalu berhubungan erat . Qadha’ adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak
zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan
antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan. Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu
sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya
sebagai berikut: tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.

b. Macam-Macam Takdir Allah


1) Taqdir muallaq, yaitu kadarnya masih tergantung pada ikhtiar manusia. Suatu
contoh seseorang ingin kaya, pintar, sehat dan lain-lain ini harus melalui proses usaha
untuk mencapai tujuan tersebut. Sesuatu yang tidak mungkin semuanya itu diperoleh
tanpa adanya ikhtiar. Sebagaimana firman Allah swt berikut :

‫ف ييرُى‬
‫سنو ع‬ ‫( عواعلن ع‬۳۹) َ‫سععى‬
‫سنعيعهي ع‬ ‫عواعنن للني ع‬
‫س لاال نن ع‬
‫ساَان االل عماَ ع‬

bahwasannya seseorang itu tidak memperoleh selain apa yang diusahakan. Dan
bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan kepadanya, kemudian akan
diberi balasan yang paling sempurna”. (QS. 53, An- Najm: 39-40)

2) Taqdir mubrom, yaitu kadarnya sudah permanen pada ketentuan Allah Taala. Tidak
dapat diubah lagi oleh manusia, walau ada ikhtiar dan tawakkal. Sebagaimana firman
Allah swt berikut :

‫ستعأناخيرُنوعن ع‬
‫ساَععةة عول يع ن‬
‫ستعنقاديمنوعن‬ ‫ععولايكلل ايلمةة اععجلل فعاَ اعذاعجاَعءاععجلَـ ييهنم لع يع ن‬

tiap-tiap umat memiliki ajal. Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya”. (QS.7: 34)

Semua yang dilakukan itu selanjutnya harus dipasrahkan kepada Allah swt, karena Allah
swt adalah zat yang mengatur dan menentukan segala sesuatunya. Sebagaimana firman
Allah swt berikut :

‫عوععلَعىَ اا فـ عتععولكلَينوا اانن يكننتينم يمنؤامنانيعن‬

Hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman”. (QS.5, Al- Maidah: 23).

c. Tanda-tanda Beriman kepada Qadha-Qadar


59 | P a g e
Tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar itu antara lain menyadari dan
menyakini bahwa segala apa yang diperoleh dan dialami oleh manusia baik berupa nikmat
ataupun musibah pada hakikatnya merupakan ketentuan dari Allah, yang telah tertulis
dalam buku induk (lauh Mahfuz), yang sesuai pula dengan ilmu Allah Yang Mahaluas lagi
Mahasempurna. Orang yang beriman kepada qada dan qadar (takdir), tentu akan
menyadari bahwa nikmat dan musibah itu hakikatnya merupakan ujian dari Allah SWT.
Menyadari bahwa ia tidak mengetahui apa yang akan menimba dirinya, apakah bencana
ataukah nikmat. Kewajiban manusia ialah berikhtiar dan bertawakal agar memperoleh
nikmat dan terhindar dari bencana. Berikut ini akan dijelaskan mengenai ikhtiar dan
tawakal, sebagai tanda-tanda keimanan kepada qada dan qadar (takdir).

1) Ikhtiar
Islam melarang setiap pemeluknya untuk menganut fatalisme, yaitu paham atau ajaran
yang mengharuskan berserah diri pada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup
manusia dikuasai dan ditentukan oleh nasib. Fatalisme merupakan paham yang keliru,
menyimpang dari ajaran tentang takdir, penghambat kemajuan dan penyebab kemunduran
umat. Cara-cara yang harus ditempuh agar suatu usaha berhasil adalah sebagai berikut: (a)
Menguasai bidang usaha yang dilaksanakannya; (b) Berusaha dengan sungguh-sungguh;
(c) Melandasi usahanya dengan niat ikhlas karena Allah, dan (d) Berdoa kepada Allah agar
memperoleh pertolongan-Nya. Dalam surah yang lain, Allah SWT berfirman. Bahwasanya
seseorang manusia tiada memperoleh selain apa yag diusahakannya. Dan bahwasanya
usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian dia akan diberi balasan yang
paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).
(Q.S.53: 39-42)

2) Tawakal
Setiap muslim/muslimah yang betul-betul beriman kepada takdir, selain wajib untuk
berikhtiar, juga wajib bertawakal kepada Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT berfirman
sebagai berikut: “Kemudian apabila kamu telah mmbulatkan tekad, maka bertawakallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal. (Q.S.3:159)
Selain itu Allah SWT juga berfirman: Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya
kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.”. (Q.S. At-Taubah, 9:51)
Menurut istilah bahasa, tawakal pada Allah berarti berserah diri pada Allah atau
menggantungkan diri pada Allah SWT. Sedangkan menurut ajaran islam tawakal pada
Allah berarti berserah diri pada qada dan qadar Allah, setelah berusaha(berikhtiar) sekuat
mungkin sesuai dengan kwajiban sebagai manusia
d. Kewajiban Mengimani Qadha dan Qadar
Membenarkan qadha dan qadar Allah adalah satu rukun iman. Hal itu sebagaimana
jawaban Rasulullah Saw. kepada Jibril As. ketika ia bertanya tentang iman. Nabi bersabda:
“Hendaknya engkau beriman kepada Allah, para malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-
rasulNya, hari akhir dan hendaknya engkau beriman kepada qadar yang baik maupun
yang buruk.” (HR. Muslim). Orang Islam di samping wajib percaya kepada Allah,
malaikat, kitab-kitab-Nya, rasul, dan hari akhirat, ia juga wajib percaya kepada takdir
Allah, yang baik dan yang buruk dan merupakan ketentuan Allah SWT.
Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah Saw bersabda :

60 | P a g e
(‫اليماَن باَلقدر يذهب الهم و الحزن )رواه الحاَ كم والقضيعي‬

“Iman kepada Qadar menghilangkan kebingungan dan kesedihan”

‫اليماَن باَلقدر نظاَ م التوحيد )رواه الديلَمي‬


“Iman terhadap Qadar itu adalah aturan tauhid”.

Harus diyakini bahwa yang menciptakan dunia ini adalah Allah, Allah pulalah yang
menentukan segala-galanya, Allah telah menentukan perjalanan alam ini, sejak zaman
azali, zaman purbakala, dan sebelum dunia ini ada. Ketentuan-ketentuan mengenai umur
manusia, laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, mendapat umur yang panjang atau
pendek. Semuanya ditentukan oleh Allah SWT. Sesungguhnya keimanan setiap manusia
kepada Qadha dan qadar, tidaklah bertentangan dengan keyakinan bahwa hamba memiliki
kehendak dan kemampuan dalam perbuatan ikhtiarnya, sebab syari’at dan fatwanya
menunjukkan hal tersebut. Sebagaimana firman Allah:

Barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.

Adapun menurut faktanya, setiap manusia menyadari bahwa dirinya memiliki


kehendak dan kemampuan untuk berbuat atau meninggalkan sesuatu. Dan juga bisa
membedakan antara apa yang terjadi dengan kehendaknya seperti berjalan atau yang
terjadi diluar kehendaknya seperti menggigil. Kehendak yang diberikan Allah kepada
manusia, yaitu kehendak memilih, menentukan dan memutuskan berbuat baik atau buruk.
Ia memberikan akal-budi dan berbagai rangsangan sehingga dengan usaha-usahanya
sendiri, ia dapat mengejar dan menggarap segala kemungkinan. Ia juga telah memberinya
suatu kecendrungan kearah kebaikan. Disamping itu, ia telah memberinya petunjuk
melalui wahyu dan ilham, dan telah menganjurkan untuk menolak kejahatan dengan
kebaikan, melawannya dengan yang lebih baik. Allah tidak pernah mengubah rahmat yang
telah dilimpahkanNya kepada suatu kaum, sehingga mereka mengubahnya sendiri.
Memang kita tidak dapat beralasan dengan qadar, terhadap sesuatu pekerjaan yang kita
mengerjakannya dan tidak pula terhadap sesuatu pekerjaan yang kita meninggalkannya.
Oleh karena itulah al-Qur’an mencela orang-orang musyrikin yang beralasan dengan qadar
untuk tetap berpegang teguh kepada syirik. Dan Tuhan mencela orang-orang yang
beralasan dengan qadar untuk nekad mengerjakan sesuatu kejahatan, atau meninggalkan
sesuatu kebajikan Ridha terhadap qadha dan qadar merupakan kewajiban bagi orang
Muslim, karena hamba disuruh untuk bersyukur jika mendapat nikmat atau hal-hal yang
menyenangkan dan bersabar apabila mengalami kesusahan/musibah.
Iman seseorang dapat dillihat dari qadhar ridhanya terhadap qadha dan qadar.
Apakah ia ridha/kecewa dengan kesulitan dan penderitaan yang menimpa dirinya. Apakah
ia bersyukur/lupa daratan dengan kesenangan/nikmat yang dilimpahkan Allah kepadanya,
karena semua itu adalah amanah dari Allah yang harus kita pelihara baik-baik, sehingga
apapun pekerjakan kita, kita lakukan dalam rangka menyampaikan amanah Allah.
Sehingga apa pun keadaan yang ditentukan Allah kepada kita jika kita terima dengan
ridha, betapa pun beratnya beban itu, kita tidak merasakannya sebagai beban, semua
pekerjaan akan terasa ringan.

Dalil tentang qada dan qadar

61 | P a g e
Hukum beriman kepada takdir adalah fardu ain. Seseorang yang mengaku Islam, tetapi
tidak beriman pada takdir dapat dianggap murtad. Ayat – ayat Al-Quran yang menjelaskan
tentang iman kepada takdir cukup banyak, antara lain :
Apabila Allah hendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata
kepadaNya:”Jadilah”, lalu jadilah dia” (Q.S. Ali Imran :47). Pada ayat lain pun
diungkapkan: ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku. (Q.S. Al-Ahzab:38)

Apakah manusia itu musayyar (dipaksakan oleh ketentuan Allah) atau mukhayyar (diberi
kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri)? Tidak benar kalau dikatakan manusia itu
mutlak, tetapi juga keliru jika dikatakan manusia itu mutlak mukhayyar. Hal-hal yang
musayyar misalnya, setiap manusia yang hidup di bumi tubuhnya tidak bisa terbebas dari
gaya tarik bumi, beberapa organ tubuh manusia seperti paru–paru, jantung, alat
pernapasan, dan peredaran darah bekerja secara otomatis diluar kesadaran atau perasaan,
bahkan ketika manusia tidur sekalipun. Hal–hal yang mukhayyar misalnya, manusia
mempunyai kebebasan untuk memilih dan berbuat sesuai dengan kodratnya sebagai
makhluk. Allah SWT melalui RasulNya telah memberikan petunjuk tentang jalan yang
lurus, yang harus ditempuh manusia, kalau ia inginmasuk surga, dan jalan yang sesat yang
harus dijauhi manusia, kalau ia tidak ingiin masuk neraka. Allah SWT berfirman :
”dan kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (jalan kebajikan dan jalan
kejahatan(Q.S.AL-Balad:10)

e. Fungsi dan Hikmah


1) Fungsi beriman kpd QQ
Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir),
yang tentu mengandung banyak fungsi yaitu:
- Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah
tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan
tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-
usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat.
Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu akan di
manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama
di dunia dan di akhirat.

- Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan


sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum alam.
Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk
menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian
mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia,
hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil
penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah
yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
- Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat
menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini
seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan
berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-
mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu,
kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia,

62 | P a g e
takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam
akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat
kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan manusia yang ketika di dunianya
durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa
kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran,
3 : 131 – 133).

- Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta


prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang
bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal,
qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan
prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam
hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari
Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)

- Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas


hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok
lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada
takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak akan berpangku
tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya
masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara
maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW
bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat
kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).

2) Hikmah beriman kpd QQ


Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita
dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat.
Hikmah tersebut adalah:
- Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar. Orang yang beriman
kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan
bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus
disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal
tersebut merupakan ujian. Firman Allah:
”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila
ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta
pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).

- Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa. Orang yang tidak
beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia
menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia
pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh
kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya
adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT:
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan
saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya

63 | P a g e
tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf
ayat 87)

Sabda Rasulullah yang artinya


Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat
kesombongan.”( HR. Muslim)

- Memupuk sifat optimis dan giat bekerja


Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu
menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu
saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha
dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan
keberhasilan itu.
Firman Allah artinya :
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS Al- Qashas 77)

- Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan
jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan
Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah
atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.

C. Ringkasan
Iman kepada hari akhir rmerupakan sesuatu yang wajib kita imani sebagai umat
muslim, walaupun kita tidak mengetahui kapan akan datangnya hari akhir tetapi di al-
Qur’an sudah dituliskan di wajibkan untuk semua kaum muslimin untuk mengimaninya,
mengimani hari akhir adalah salah satu cara agar kita biasa selalu meningkatkan keimanan
kita kepada Allah SWT, karena dari kita sudah banyak yang terlena dengan kehidupan
duniawi, yang hanya mengedepankan kehidupan duniawi dan membelakangkan dunia
akhirat. Hari akhir atau hari kiamat adalah hari binasanya atau hancurnya seluruh alam
semesta.Iman kepada hari akhir berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa suatu saat
alam semesta akan hancur dan manusia akan dibangkitkan dari kubur menuju alam akhirat
yang akan kekal selamanya tanpa ada batas waktunya. Beriman pada hari akhir
rmerupakan rukun iman yang kelima oleh karena itu sebagai umat islam kita wajib
mempercayai akan datangnya hari akhir tersebut. Beriman pada hari akhir mempunyai
beberapa manfaat antara lain selalu bertindak hati-hati dan penuh pertimbangan, selalu
berada dalam kebenaran, dan memanfaatkan waktu hidup untuk berlomba mencari
kebaikan fastabiqul Khairat. Hikmah Beriman Kepada Hari Akhir (1) Tidak akan meniru
pola hidup orang kafir, yang tidak beriman; (2) Selalu beramal sholeh dan meningkatkan
ketakwaan; (3) Selalu berbuat baik dan benar; (4) Mau berjihad dijalan Allah dengan jiwa
dan harta; (5) Memiliki kesabaran dalam kebenaran dan ketika tertimpa musibah.
Qadha dan qadar selalu berhubungan erat. Qadha adalah ketentuan, hukum atau
rencana Allah sejak zaman azali. Sedangkan Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau

64 | P a g e
hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan. Iman
kepada qadha dan qadar sebagai pokok keimanan karena beriman kepada qadha dan qadar
merupakan salah satu rukun iman, yang mana iman seseorang tidaklah sempurna dan sah
kecuali beriman kepadanya. Barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan beriman kepada
qadar, maka tauhidnya sempurna. Dan barangsiapa yang mentauhidkan Allah dan
mendustakan qadar, maka dustanya merusakkan tauhidnya.”(Majmu’ Fatwa Syeikh al-
Islam, 8/258). Oleh karena itu, iman kepada qadha dan qadar ini merupakan faridhah atau
kewajiban yang harus dilakukan setiap muslim dan mukmin.

D. Rujukan
Asmaran As., M.A. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Mahmud Syaltut, 1966. Islam Aqidah wa Syariah, I, Kairo: Dar al-Kalam.
Hamka. 1982. Iman dan Amal Shaleh. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Fadhil, M. Mustaqim, tt., Buku Ajar Pokok-Pokok Materi Al Islam 1, Universitas Muham-
madiyah
ms.wikipedia.org
http://zulfiqri.blogspot.com/2011/07/iman-kepada-hari-akhir.html
http://njsnai.blogspot.com/2011/07/iman-kepada-qadha-dan-qadar.html

E. Latihan
Pilihan Ganda
1. Dibawah ini termasuk nama lain dari hari kiamat, kecuali....
a. Hari pembalasan
b. Hari panggil-memanggil
c. Hari ancaman
d. Hari orang dihisab

2. Hal berikut ini merupakan Tanda-tanda hari kiamat.


i)Matahari muncul dari barat
ii) Rusaknya Ka’bah
iii) Minuman keras merajalela
iv) Munculnya binatang ajaib yang bisa berbicara
v) Pembunuhan merajalela
Pernyataan yang benar untuk tanda-tanda hari kiamat kubra adalah....
a. i-ii-v
b. iii-iv-v
c. i-ii-iv
d. ii-iii-v

3. Hari bangkitnya kembali seluruh umat manusia sejak nabi Adam a.s. hingga
manusia terakhir dari alam kubur setelah malaikat Israfil meniup sangkakala
yang kedua. Pernyataan tersebut adalah pengertian dari...
a. yaumul masyar
b. yaumul ba’ats
c. yaumul mizan
d. yaumul hisab

65 | P a g e
4. Beriman kepada qada dan qadar Allah melahirkan hikmah yang dapat kita
ambil, berikut ini yang tidak termasuk hikmah beriman kepada qada dan qadar
adalah....

a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar


b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
d. Mendekatkan diri pada kebudayaan orang kafir

Essay
1. Jelaskan pengertian hari kiamat menurut ahli geologi, ahli astronomi,
menurut bahasa, dan istilah!
2. Tuliskan ayat Al-Qur’an tentang gambaran kedahsyatan hari kiamat!
3. Jelaskan hubungan antara qada dan qadar menurut istilah!
4. Seorang siswa akan menghadapai ujian nasional, setiap hari siswa tersebut
belajar dengan sungguh-sungguh dan berdoa kepada Allah Swt. Agar dapat
lulus pada ujian nasional tersebut. Setelah hari pelulusan tiba siswa tersebut
dinyatakan lulus. Berdasarkan kejadian tersebut apakah siswa tersebut lulus
hanya karena takdir Allah? jelaskan pendapatmu yang disertai ayat Al-Qur’an
tentang qada dan qadar Allah Swt!

Jawaban pilihan ganda


1. D
2. C
3. B
4. D

Jawaban essay
1. Pengertian hari kiamat. Menurut ahli geologi hari kiamat adalah Tekanan
gas dari dalam bumi melemah dan habis sama sekali karena gas yang ada lambat
laun menjadi cair dan beku. Sementara itu, tekanan dari luar semakin kuat
sehingga bumi akan hancur dan isinya berhamburan. Menurut ahli astronomi
hari kiamat adalah Peredaran planet-planet dengan daya yang semakin lama
semakin habis dan keseimbangan tidak ada lagi, bumi akan meluncur dengan
kekuatan yang mahadahsyat menubruk matahari. Menurut bahasa hari kiamat
adalah Kesaudahan, penghabisan, penghujung, tamat. Menurut istilah hari
kiamat adalah Masa yang akan dialami seseorang setelah meninggal dunia
dimana berakhirnya segala sesuatu yang baik di muka bumi ini maupun yang
ada di langit
2. Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 1-2
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari
kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).
(ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua
wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah
kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat manusia dalam Keadaan
mabuk, Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu
sangat kerasnya.

66 | P a g e
3. Pengertian Qada menurut istilah adalah ketetapan Allah swt sejak zaman azali
tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluknya sesuai dengan
Kehendak-Nya Pengertian Qadar menurut istilah adalah perwujudan dari
ketetapan (Qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluknya
yang telah ada sejak zaman azali sesuai dengan Kehendak-Nya. Jadi hubungan
Qada dan Qadar Ibarat rencana dan perbuatan. Perbuatan Allah berupa qadar-
Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya .
4 Siswa tersebut telah melewati takdir muallaqnya, bahwa kelulusan yang ia
peroleh adalah hasil usaha dan doa, sekaligus takdir yang Allah tetapkan, tetapi
tanpa usaha dan doa siswa tersebut tidak mungkin bisa lulus. Sesuai dengan
firman Allah Swt
bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki
keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya, dan
sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
(QS. Ar-Ra’d : 11)

67 | P a g e
BAB V
ASMAUL HUSNA

A. Standar Kompetensi
1. Menjelaskan pengertian Asmaul Husna
2. Menjelaskan macam- macam Asmaul Husna
3. Menjelaskan Fungsi Asmaul Husna
4. Menjelaskan Dalil tentang Asmaul Husna
5. Menjelaskan Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul
Husna
(Al Muqsith, An Nafi, Al Warist, Ar Rafi`, Al Basith, Al Hafizh, Al Wadud,
Al Waali, Al Mu`iz, Al Afuw).
6. Menjelaskan Perilaku orang yang mengamalkan 10 Asmaul Husna,
(Al Aziz, Al Ghafur, An Nafi, Al Basith, Ar Rauf, Al Barr, Al `Adl, Al
Ghaffar, Al Fattah, Al Qayyum) dlm kehidupan

B. Uraian Materi
1. Pengertian Asmaul Husna
Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna (bahasa Arab: ‫ىَنسحلا هللا ءامسأ‬, asmā allāh al-
usnā) adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti
yang baik atau yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik
lagi indah. Sejak dulu para ulama telah banyak membahas dan menafsirkan nama-nama
ini, karena nama-nama Allah adalah alamat kepada Dzat yang mesti kita ibadahi dengan
sebenarnya. Meskipun timbul perbedaan pendapat tentang arti, makna, dan penafsirannya
akan tetapi yang jelas adalah kita tidak boleh musyrik dalam mempergunakan atau
menyebut nama-nama Allah ta'ala. Selain perbedaaan dalam mengartikan dan menafsirkan
suatu nama terdapat pula perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200,
bahkan 1.000 bahkan 4.000 nama, namun menurut mereka, yang terpenting adalah hakikat
Dzat Allah SWT yang harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang beriman
seperti Nabi Muhammad. Asma'ul husna secara harfiah adalah nama-nama, sebutan, gelar
Allah yang baik dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Nama-nama Allah yang agung
dan mulia itu merupakan suatu kesatuan yang menyatu dalam kebesaran dan kehebatan
milik Allah.

Kebenaran adalah koeksistensi dengan kebenaran yang lain. Dengan cara ini, umat
Muslim tidak akan mudah menulis "Allah adalah ...", karena tidak ada satu hal pun yang
dapat disetarakan dengan Allah, akan tetapi harus dapat mengerti dengan hati dan
keteranga Al-Qur'an tentang Allah ta'ala. Pembahasan berikut hanyalah pendekatan yang
disesuaikan dengan konsep akal kita yang sangat terbatas ini. Semua kata yang ditujukan
pada Allah harus dipahami keberbedaannya dengan penggunaan wajar kata-kata itu. Allah
itu tidak dapat dimisalkan atau dimiripkan dengan segala sesuatu, seperti tercantum dalam
surat Al-Ikhlas. Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. (Al-Ikhlas 112:1-4). Allah adalah
sebuah nama kepada Dzat yang pasti ada namanya. Semua nilai kebenaran mutlak hanya
ada (dan bergantung) pada-Nya. Dengan demikian, Allah Yang Memiliki Maha Tinggi.
68 | P a g e
Tapi juga Allah Yang Memiliki Maha Dekat. Allah Memiliki Maha Kuasa dan juga Allah
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sifat- sifat Allah dijelaskan dengan istilah Asmaaul
Husna, yaitu nama-nama, sebutan atau gelar yang baik.

2. Rincian Asmaul Husna

No. Nama Arab Indonesia


Allah ‫ا‬ Allah
1 Ar Rahman ‫الرحمن‬ Yang Maha Pengasih
2 Ar Rahiim ‫الرحيم‬ Yang Maha Penyayang
3 Al Malik ‫الملك‬ Yang Maha Merajai/Memerintah
4 Al Quddus ‫القدوس‬ Yang Maha Suci
5 As Salaam ‫السلم‬ Yang Maha Memberi Kesejahteraan
6 Al Mu`min ‫المؤمن‬ Yang Maha Memberi Keamanan
7 Al Muhaimin ‫المهيمن‬ Yang Maha Pemelihara
8 Al `Aziiz ‫العزيإز‬ Yang Maha Perkasa
9 Al Jabbar ‫الجبار‬ Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
10 Al Mutakabbir ‫المتكبر‬ Yang Maha Megah, Memiliki Kebesaran
11 Al Khaliq ‫الخالق‬ Yang Maha Pencipta
12 Al Baari` ‫البارئ‬ Yang Maha Melepaskan
(Membuat,Membentuk, Menyeimbangkan)
13 Al Mushawwir ‫المصور‬ Yang Maha Membentuk Rupa
14 Al Ghaffaar ‫الغفار‬ Yang Maha Pengampun
15 Al Qahhaar ‫القهار‬ Yang Maha Memaksa
16 Al Wahhaab ‫الوهاب‬ Yang Maha Pemberi Karunia
17 Ar Razzaaq ‫الرزاق‬ Yang Maha Pemberi Rezeki
18 Al Fattaah ‫الفتاح‬ Yang Maha Pembuka Rahmat
19 Al `Aliim ‫العليم‬ Yang Maha Mengetahui, Berilmu
20 Al Qaabidh ‫القابض‬ Yang Maha Menyempitkan
21 Al Baasith ‫الباسط‬ Yang Maha Melapangkan
22 Al Khaafidh ‫الخافض‬ Yang Maha Merendahkan
23 Ar Raafi` ‫الرافع‬ Yang Maha Meninggikan
24 Al Mu`izz ‫المعز‬ Yang Maha Memuliakan
25 Al Mudzil ‫المذل‬ Yang Maha Menghinakan
26 Al Samii` ‫السميع‬ Yang Maha Mendengar
27 Al Bashiir ‫البصير‬ Yang Maha Melihat
28 Al Hakam ‫الحكم‬ Yang Maha Menetapkan
29 Al `Adl ‫العدل‬ Yang Maha Adil
30 Al Lathiif ‫اللطيف‬ Yang Maha Lembut

69 | P a g e
31 Al Khabiir ‫الخبير‬ Yang Maha Mengenal
32 Al Haliim ‫الحليم‬ Yang Maha Penyantun
33 Al `Azhiim ‫العظيم‬ Yang Maha Agung
34 Al Ghafuur ‫الغفور‬ Yang Maha Memberi Pengampunan
35 As Syakuur ‫الشكور‬ Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai)
36 Al `Aliy َ‫العلى‬ Yang Maha Tinggi
37 Al Kabiir ‫الكبير‬ Yang Maha Besar
38 Al Hafizh ‫الحفيظ‬ Yang Maha Memelihara
39 Al Muqiit ‫المقيت‬ Yang Maha Pemberi Kecukupan
40 Al Hasiib ‫الحسيب‬ Yang Maha Membuat Perhitungan
41 Al Jaliil ‫الجليل‬ Yang Maha Luhur
42 Al Kariim ‫الكريإم‬ Yang Maha Pemurah
43 Ar Raqiib ‫الرقيب‬ Yang Maha Mengawasi
44 Al Mujiib ‫المجيب‬ Yang Maha Mengabulkan
45 Al Waasi` ‫الواسع‬ Yang Maha Luas
46 Al Hakiim ‫الحكيم‬ Yang Maha Maka Bijaksana
47 Al Waduud ‫الودود‬ Yang Maha Mengasihi
48 Al Majiid ‫المجيد‬ Yang Maha Mulia
49 Al Baa`its ‫الباعث‬ Yang Maha Membangkitkan
50 As Syahiid ‫الشهيد‬ Yang Maha Menyaksikan
51 Al Haqq ‫الحق‬ Yang Maha Benar
52 Al Wakiil ‫الوكيل‬ Yang Maha Memelihara
53 Al Qawiyyu َ‫القوى‬ Yang Maha Kuat
54 Al Matiin ‫المتين‬ Yang Maha Kokoh
55 Al Waliyy َ‫الولى‬ Yang Maha Melindungi
56 Al Hamiid ‫الحميد‬ Yang Maha Terpuji
57 Al Muhshii َ‫المحصى‬ Yang Maha Mengalkulasi, Menghitung
58 Al Mubdi` ‫المبدئ‬ Yang Maha Memulai
59 Al Mu`iid ‫المعيد‬ Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
60 Al Muhyii َ‫المحيى‬ Yang Maha Menghidupkan
61 Al Mumiitu ‫المميت‬ Yang Maha Mematikan
62 Al Hayyu ِ‫الحي‬ Yang Maha Hidup
63 Al Qayyuum ‫القيوم‬ Yang Maha Mandiri
64 Al Waajid ‫الواجد‬ Yang Maha Penemu
65 Al Maajid ‫الماجد‬ Yang Maha Mulia
66 Al Wahid ‫الواحد‬ Yang Maha Tunggal
67 Al Ahad ‫الحد‬ Yang Maha Esa
68 As Shamad ‫الصمد‬ Yang Maha Dibutuhkan
69 Al Qaadir ‫القادر‬ Yang Maha Menentukan (Menyeimbangkan)
70 Al Muqtadir ‫المقتدر‬ Yang Maha Berkuasa
70 | P a g e
71 Al Muqaddim ‫المقدم‬ Yang Maha Mendahulukan
72 Al Mu`akkhir ‫المؤخر‬ Yang Maha Mengakhirkan
73 Al Awwal ‫الول‬ Yang Maha Awal
74 Al Aakhir ‫الخر‬ Yang Maha Akhir
75 Az Zhaahir ‫الظاهر‬ Yang Maha Nyata
76 Al Baathin ‫الباطن‬ Yang Maha Ghaib
77 Al Waali ِ‫الوالي‬ Yang Maha Memerintah
78 Al Muta`aalii ِ‫المتعالي‬ Yang Maha Tinggi
79 Al Barru ‫البر‬ Yang Maha Penderma (Pemberi)
80 At Tawwaab ‫التواب‬ Yang Maha Penerima Tobat
81 Al Muntaqim ‫المنتقم‬ Yang Maha Pemberi Balasan
82 Al Afuww ‫العفو‬ Yang Maha Pemaaf
83 Ar Ra`uuf ‫الرؤوف‬ Yang Maha Pengasuh
84 Malikul Mulk ‫مالك الملك‬ Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta)
‫ذو الجلل‬ Yang Maha Pemilik Kebesaran
85 Dzul Jalali Wal Ikram
‫و الكرام‬ dan Kemuliaan
86 Al Muqsith ‫المقسط‬ Yang Maha Pemberi Keadilan
87 Al Jami` ‫الجامع‬ Yang Maha Mengumpulkan
88 Al Ghaniy َ‫الغنى‬ Yang Maha Kaya
89 Al Mughni َ‫المغنى‬ Yang Maha Pemberi Kekayaan
90 Al Mani ‫المانع‬ Yang Maha Mencegah
91 Ad Dhar ‫الضار‬ Yang Maha Penimpa Kemudharatan
92 An Nafi` ‫النافع‬ Yang Maha Memberi Manfaat
93 An Nuur ‫النور‬ Yang Maha Bercahaya (Menerangi)
94 Al Haadii ‫الهادئ‬ Yang Maha Pemberi Petunjuk
95 Al Badii' ‫البديإع‬ Yang Maha Pencipta
96 Al Baaqii ِ‫الباقي‬ Yang Maha Kekal
97 Al Waarits ‫الوارث‬ Yang Maha Pewaris
98 Ar Rasyiid ‫الرشيد‬ Yang Maha Pandai
99 As Shabuur ‫الصبور‬ Yang Maha Sabar

3. Dalil Tentang Asmaul Husna


a. Dialah Allah, tidak ada Tuhan/Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Dia mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)." (Thaa-Haa 20:8)
b. Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang
mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna (nama-nama yang
terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan
janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu"
(Al-Israa' 17:110)
c. Allah memiliki Asmaa' ulHusna, maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama yang baik itu..." (Al-A'raaf :180)

71 | P a g e
4. Fungsi Asmaul Husna
a. Ar – Rahmaan, Maha Pemurah. Barang siapa membaca Ya Rahmaan
sebanyak 100 kali tiap selesai mengerjakan salat fardhu, maka dengan izin Allah
akan hilanglah sifat lalai dan lupa dalam dirinya.

b. Ar – Rahim, Maha Penyayang. Barang siapa takut terjerumus kepada


perbuatan yang tidak disukainya, maka hendaklah ia berdzikir dengan membaca
Ya Rahman Ya Rahim sebanyak 100 kali setiap selesai mengerjakan sholat
fardhu. Barang siapa yang membaca Ya Rahiim sebanyak 100 kali setelah
mengerjakan sholat subuh, niscaya dia akan mendapatkan kasih sayang dari
semua makhluk dan terhindar dari semua bencana dan malapetaka.
c. Al – Malik, Maharaja. Barang siapa membaca ism ini dengan rutin tiap hari
pada waktu matahari tergelincir sebanyak 100 kali niscaya hatinya akan menjadi
bersih, dan lenyaplah segala kekotorannya. Barang siapa membacanya sesudah
terbit fajar sebanyak 120 kali, maka Allah akan memberinya kekayaan dan
karunia-Nya, baik dengan sebab – sebab maupun dengan pintu yang dibukakan
Allah SWT atasnya. Menurut Hadis, Nabi Khaidir a.s mengajarkan doa berikut
ini untuk dibacakan kepada orang sakit sebanyak 100 kali : “Allaahhumma anta
al – Malik al – Haqq al-ladzii laa ilaaha illaa anta. Yaa Allaah, yaa Salaam, ya
Syaafi’ ” dan 3 kali : “yaa Syifaa’ al-quluub” (“Ya Allah, Engkau adalah Raja
yang sebenarnya, tidak ada Tuhan selain Engkau. Ya Allah, wahai Sumber
Kedamaian , wahai Yang Maha Penyembuh; wahai Penyembuh Hati!”). Insya
Allah orang itu akan sembuh.

d. Al – Quddus, Maha Suci. Jika seseorang yang memiliki hati yang bersih
membaca yaa Qudduus sebanyak 100 kali setiap hari, hatinya akan terbebas dari
semua pikiran dan perhatian yang menimbulkan kesulitan, kekhawatiran, dan
penderitaan bagi diri kita sendiri. Allah akan mengobati semua penyakit ruhani
kepada orang yang membaca Asma Allah ini sebanyak – banyaknya setiap hari.
Barang siapa menuliskan: pada sekeping roti sesudah selesai melaksanakan
sholat Jumat kemudian dimakannya, maka Allah akan membukakan baginya
pintu ibadat dan akan menyelamatkannya dari bencana. Rasakanlah penderitaan
orang yang tersesat maupun orang yang malang, bukan dengan cercaan, tetapi
dengan perasaan iba dan pertolongan, dan berharaplah kepada janji Allah bahwa
kasih sayang-Nya jauh melebihi amarah-Nya.

e. As – Salam, Maha Sejahtera, Yang Memberikan Kesejahteraan. Ism ini


berfungsi mengusir bencana dan penyakit, sehingga jika dibacakan atas orang
yang sedang menderita sakit sebanyak 120 kali, dengan karunia Allah
penyakitnya akan sembuh selama ajalnya belum tiba. Jika ism ini dibacakan
sebanyak 136 kali dengan suara keras sekedar bisa didengar oleh si sakit, sambil
mengangkat tangan diatas kepala si sakit, Insya Allah orang yang sakit itu akan
sembuh dengan izin Allah SWT. Barang siapa yang membaca ism ini terus
menerus, Allah akan melindunginya dari semua bencana dan bahaya.Jangan
bersandar pada sebatang pohon yang akan menjadi kering dan tumbang.
Jangan bergantung pada manusia, karena mereka akan menjadi tua dan mati.

72 | P a g e
Orang yang bergantung pada Allah, al-Salaam, Penyelamat, tidak akan pernah
panik. Kekuatan Allah akan menampakkan diri pada orang itu sebagai sikap
pemberani orang beriman. Inilah manifestasi al-Salaam.

f. Al – Mu’min, Maha Mengaruniakan Keamanan. Barang siapa yang


membaca Asma Allah ini sebanyak 630 kali pada saat mengalami ketakutan,
Allah akan melindunginya dari semua bencana, kecelakaan dan kerugian. Jika
seseorang menuliskan Asma Allah ini di kertas atau dengan mengukirnya di
cincin perak kemudian dipakai sebagai ta’wiz, maka keselamatan jasmani dan
ruhaninya berada dalam tanggungan Allah SWT. Jika seseorang berdzikir
dengan Asma Allah ini sebanyak 36 kali dan memohon perlindungan kepada-
Nya ketika menghadapi kekerasan atau bahaya, maka Insya Allah dia akan
selamat.

g. Al – Muhaymin, Maha Memelihara, Yang Maha Melindungi. Barang siapa


membaca Asma Allah ini sebanyak 100 sesudah mandi dan sholat dua rakaat
ditempat yang sunyi dengan memusatkan perhatian kepada Allah SWT, niscaya
Allah akan menyucikan lahir dan batinnya. Allah SWT juga akan
memperlihatkan kepadanya hal yang ghaib jika Asma Allah ini dibaca sebanyak
115 kali. Barang siapa yang menuliskan Asma Allah ini pada sehelai sutera, lalu
memegangnya di atas asap dari pembakaran minyak wangi, batu amber dan gula
dan dibaca lebih dari 5.000 kali selama tujuh hari, lalu ia meletakkannya
dibawah bantal, maka Insya Allah dia akan mendapatkan mimpi yang akan
berpengaruh terhadap kehidupan material dan spiritualnya dimasa yang akan
datang.

h. Al – ‘Aziz, Maha Perkasa. Barang siapa yang berdzikir dengan Asma Allah
ini selama 40 hari, tiap harinya sebanyak 40 kali, niscaya Allah akan
menolongnya dan memuliakannya, sehingga ia tidak lagi membutuhkan bantuan
seorang makhluk pun.

i. Al – Jabbar, Yang Maha Berkuasa, Maha Memaksa. Barang siapa dengan


sungguh – sungguh beriman kepada kekuatan Allah yang tak terkalahkan itu dan
mengharapkan kekuatan dapat membaca yaa Jabbaar sebanyak 21 kali di pagi
dan sore hari, Insya Allah dia akan terhindar dari ancaman orang – orang yang
zalim. Barang siapa yang membaca Asma Allah ini sebanyak 226 kali di setiap
pagi dan sore hari, dia akan diselamatkan dari kezaliman penguasa dan orang –
orang yang kejam, baik didarat maupun dilaut, di dalam perjalanan maupun di
tempat kediaman. Jika seseorang mengukir Asma Allah ini di cincin perak dan
memakai cincin tersebut, maka orang – orang akan merasa gentar terhadapnya
dan orang – orang akan merasakan kehebatannya, Insya Allah. (Satu – satunya
tempat untuk menghilangkan keputus asaan kita, menentramkan hati dari rasa
gundah yang dengannya kita menemukan diri kita sendiri adalah Allah).

j. Al – Mutakabbir, Maha Megah, Yang Mempunyai Keagungan dan


Keangkuhan. Jika seseorang membaca yaa Mutakabbir sebanyak 10 kali
sebelum bersebadan dengan istrinya, niscaya mereka akan mendapatkan anak

73 | P a g e
yang sholeh. Orang yang membaca Asma Allah ini secara istiqamah, kepadanya
akan dikaruniakan kemuliaan dan keagungan. Jika dibaca sebelum mengerjakan
tugas apa saja, maka tugas itu akan selesai, Insya Allah. Dengan kasih sayang-
Nya, Dia menangguhkan hukuman-Nya yang keras agar engkau sadar sendiri
dan mengubah jalan hidupmu. Janganlah engkau merasa aman karena
keadaanmu, perbuatanmu, yang bersifat material maupun spiritual, yang tak
pelak lagi akan selalu menyebabkan kerendahan yang menakutkan atau pahala
yang ditinggikan.

k. Al – Khaliq, Maha Pencipta. Jika Asma Allah ini dibaca ditengah malam
dan memahami maknanya di dalam hatinya, niscaya Allah akan secara khusus
akan menciptakan untuknya seorang malaikat yang akan mendoakannya hingga
akhir zaman. Juga berguna untuk menerangi hati dan wajah. Siapa yang
membaca Asma Allah ini sebanyak 100 kali selama 7 hari, ia akan dilindungi
dari semua malapetaka, Insya Allah. Aku adalah Perbendaharaan Tersembunyi.
Aku ingin dikenal, maka Kuciptakan makhluk.

l. Al – Bari’, Maha Mengadakan, Yang Merencanakan Segala Sesuatu. Jika


Seorang wanita yang mandul berpuasa selama 7 hari dan setiap hari setelah
berbuka dengan air kemudian membaca Yaa Baari’uu yaa Mushawwiru
sebanyak 21 kali, Allah SWT akan mengaruniakan kepadanya seorang anak
lelaki, Insya Allah. Barang siapa membaca Asma Allah ini selama 7 hari berturut
– turut sebanyak 100 kali maka ia akan selamat dari bencana.

m. Al – Mushawwir, Maha Pembentuk. Jika seorang wanita yang tidak dapat


memiliki anak dan percaya bahwa hanya Allah – lah Yang Maha Pencipta,
kemudian dia berpuasa selama 7 hari dan setiap berbuka puasa membaca yaa
Khaaliq yaa Baarii’ yaa Mushawwir sebanyak 21 kali diatas segelas air dan
berbuka puasa dengan meminum air ini, Insya Allah dia akan memiliki anak.
(Seperti halnya Allah menggabungkan sel – sel pada tubuh manusia, Dia juga
menempatkan setiap orang bersama perbuatannya pada jalan keabadian. Yang
menjadi kawan kita hanyalah amal perbuatan kita).

n. Al – Ghaffar, Maha Pengampun. Barang siapa yang membaca Asma Allah


ini sebanyak 100 kali setelah sholat Jumat, maka segala dosa – dosanya akan
diampuni pada minggu sebelumnya.Ketika amarah menyala di dalam hati
seseorang, kemudian orang itu ingat dan membaca yaa Ghaffaar, maka amarah
itu akan reda. Barang siapa yang membaca yaa Ghaffaar setiap hari setelah
sholat ‘Ashar, Allah SWT akan memasukkan orang yang membacanya dalam
golongan orang – orang yang diampuni oleh-Nya.

o. Al – Qahhar, Maha Mengalahkan. Jika seseorang yang memiliki niat ikhlas


di dalam hatinya untuk membebaskan diri dari kekuasaan hawa nafsu dan dari
hasrat duniawi itu mengingat dan membaca yaa Qahhaar sesering mungkin,
niscaya dia akan dapat mengendalikan hawa nafsunya. Berkhasiat untuk
menghilangkan rasa cinta berlebihan kepada dunia dan pengagungan selain
kepada Allah SWT di dalam hati. Barang siapa membiasakan berdzikir dengan

74 | P a g e
Asma Allah ini, maka ia akan mendapatkan hal itu dan akan menang atas
seterunya.

p. Al – Wahhab, Maha Pemberi. Orang yang ditimpa kemiskinan hendaknya


selalu membaca Asma Allah ini atau menuliskannya untuk dikenakan sebagai
ta’wiz. Atau membacanya sebanyak 40 kali dalam sujud terakhir dalam sholat
Dhuha. Insya Allah, ia akan terbebas dari kemiskinan melalui jalan yang tidak
disangka – sangka. Jika seseorang mempunyai hajat, khusus agar hajatnya
terkabul, hendaknya melakukan sujud dihalaman rumah atau masjid kemudian
membaca Asma Allah ini 100 kali, Insya Allah hajatnya akan terkabul. Jika
seseorang ingin meningkatkan kehidupan material maupun spiritualnya,
hendaklah ia sholat malam dua rakaat selama tiga atau tujuh hari berturut –
turut, dengan memanjatkan tangan kepada Allah dan membaca yaa Wahhaab
sebanyak 100 kali sebelum dia memohonkan kebutuhannya, niscaya Allah akan
mengabulkan doanya. Orang yang berdosa tak ubahnya seperti orang miskin
yang jatuh ke dalam saluran pembuangan air. Apakah yang pertama kali harus
dilakukannya? Dalam keadaan semacam itu, dia tidak dapat menghadapi orang
lain, dan juga tidak dapat berdiri sendiri. tentu dia akan segera mandi dan
membersihkan diri. Sabun dan air membersihkan batin adalah tobat. Kecuali jika
dia gila, tidak menyadari keadaan dirinya yang menjijikan. Celakalah orang
yang tidak melihat dan merasakan bau busuk di dalam batinnya.

q. Ar – Razzaq, Maha Pemberi Rezeki. Jika seseorang benar – benar percaya


bahwa rezeki kita berasal dari Allah dan bahwa rumah tangganya membutuhkan
rezeki tersebut, maka setiap selesai melaksanakan sholat subuh dia dapat
membaca yaa Razzaaq sebanyak 10 kali di keempat sudut rumahnya, dimulai
dari sudut kanan dan menghadap kiblat. Allah akan menambahkan rezeki
keluarganya.Orang yang menuliskan Asma Allah ini dan menggantungkannya
ditempat mereka bekerja. Insya Allah akan bertambah sukses. Membaca yaa
Razzaaq sebanyak 100 kali setelah sholat jumat akan membantu orang yang
mengalami stres dan depresi.

r. Al – Fattah, Maha Pembuka, Yang Menghilangkan Kesulitan dan Pemberi


Keputusan. Barang siapa yang meletakkan tangan kanannya didada setelah
sholat subuh dan membaca Asma Allah ini sebanyak 70 kali, Insya Allah hatinya
akan bersih dari khayalan, kejahatan, egoisme, amarah dan kekotoran yang
lainnya. Menerangi jiwanya dan memudahkan urusannya. (Orang yang beriman
bersyukur atas kehidupan yang telah mereka terima. Mereka mewujudkan rasa
syukur mereka ke dalam perbuatan dengan melayani makhluk ciptaan Allah
karena Allah, dengan selalu bekerja keras seolah – olah mereka tidak akan
pernah mati)

s. Al – ‘Alim, Maha Mengetahui. Barang siapa membaca Asma Allah ini


sebanyak 100 kali secara rutin setiap selesai sholat fardhu, maka ia akan
memperoleh kemampuan untuk melihat hal – hal tertentu yang luput dari
perhatian orang dan memiliki iman yang kuat. Di samping itu, hatinya akan
dipenuhi dengan ma’rifatullah. Jika seseorang melazinkan membaca Asma Allah

75 | P a g e
ini sebanyak 150 kali setiap hari, niscaya pemikiran dan pemahamannya akan
bertambah. Dengan kemurahan-Nya, Allah memberikan apa yang dipinta oleh
hamba-Nya. Jika engkau menginginkan dunia ini engkau akan mendapatkannya.
Jika engkau menginginkan kehidupan yang kekal di akhirat, engkau akan
mendapatkannya.

t. Al – Qabidh, Maha Menyempitkan. Yaa Qaabidh adalah dzikir malaikat


maut, Izrail. Barang siapa dizalimi disarankan membaca yaa Qaabidh sebanyak
903 kali, maka si zalim maupun kezaliman itu akhirnya akan hancur atau orang
itu dilindungi dari keduanya. Barang siapa menuliskan ism Al-Qabidh pada
empat puluh keping roti selama 40 hari, maka ia tidak akan merasakan sakitnya
penyakit dan diselamatkan dari lapar, haus, luka dan sebagainya.

u. Al – Basith, Maha Melapangkan. Ya Basith adalah dzikir malaikat peniup


sangkakala, Israfil. Barang siapa terbiasa membaca Asma Allah ini niscaya ia
akan beroleh kedamaian di dalam hatinya, terbebas dari stress dan berbagai
persoalan, penghasilannya bertambah, dicintai dan dihargai dan dapat
memberikan kebahagiaan kepada orang lain. Jika seseorang berdzikir dengan
Asma Allah ini seusai mengerjakan sholat Dhuha sebanyak sepuluh kali, sambil
mengangkat kedua tangannya ke langit dan kemudian menyapukannya kemuka
nya, niscaya Allah akan membukakan baginya salah satu pintu kekayaan.

v. Al – Khafidh, Maha Merendahkan, Yang Menghinakan Seseorang. Barang


siapa membaca yaa Khaafidh sebanyak 500 kali, maka semua hajatnya akan
dipenuhi Allah dan menghilangkan semua kesulitannya, Insya Allah. Orang
yang berpuasa selama tiga hari dan pada hari yang keempat membaca Asma
Allah ini 70 kali ketika duduk menyendiri, ia akan memperoleh kemenangan
atas musuhnya, Insya Allah. Barang siapa yang membaca Asma Allah ini
sebanyak 889 kali pada waktu yang tepat, niscaya dia tidak akan dikalahkan
oleh semua musuhnya. Jika sebuah kelompok yang diancam oleh musuh
berpuasa selama tiga hari dan pada hari keempat mereka berkumpul untuk
membaca yaa Khaafidh sebanyak 7.000 kali yang dibagi sesuai dengan jumlah
mereka, maka Allah akan menjaga mereka serta merendahkan musuh mereka.
(Orang yang direndahkan Allah hanya dapat ditinggikan oleh-Nya. Allah adalah
Maha Penyayang. Perlakuan seperti itu akan membangunkan orang yang lalai
dari tidur mereka.Dengan demikian, melalui penderitaan, keadaan rendah di
tangan al-Khaafidh, menjadi karunia yang besar bagi orang yang sadar dan
melihat tangan yang meninggikan dan tangan yang merendahkan)

w. Ar – Rafi`, Maha Meninggikan Derajat Seseorang. Jika orang yang


berkeinginan untuk menjadi tinggi di kalangan manusia, hanya untuk menolong
dan membimbing mereka ke jalan yang benar, membaca yaa Raafi’ 100 kali
siang dan malam, niscaya kedudukan yang tinggi dan kekuatan akan
diperolehnya.Barang siapa membaca Yaa Raafi’ sebanyak 70 kali, niscaya ia
akan selamat dari gangguan orang – orang yang aniaya. Orang yang membaca
Asma Allah ini 100 kali di tengah malam pada tanggal ke -14 bulan Qamariyah,

76 | P a g e
Allah SWT akan mengaruniakan kecukupan kepadanya dan tidak berhajat
kepada makhluk, Insya Allah.

x. Al – Mu`iz, Maha Memuliakan, Yang Memberikan Kemuliaan. Jika


seseorang yang merasa kaya tanpa berharta, yang menjadi kuat tanpa senjata dan
otot dan mampu mengesampingkan egonya dalam usahanya untuk membantu
orang lain, harus berhadapan dengan musuh yang kuat dan teraniaya, maka dia
dapat membaca Yaa Mu’izzu sesudah sholat malam pada hari minggu dan
kamis. Dia akan terhindar dari rasa takut dan terlihat perkasa di mata musuh –
musuhnya. Jika Asma Allah ini dibaca 40 kali setelah sholat maghrib setiap
Senin dan Jumat, Allah SWTakan mengaruniakan kepada orang yang
membacanya kemuliaan dan kehormatan, dan Allah akan menanamkan rasa
takut ke dalam hati seluruh makhluk kepadanya, Insya Allah.

y. Al – Mudzillu, Maha Menghinakan. Barang siapa membaca ism Yaa


Mudzillu sebanyak 75 kali kemudian ia berdoa didalam sujudnya dan berkata,
“Ya Allah, lindungilah aku dari kejahatan si Fulan”, niscaya ia akan bebas dari
dalam penjaranya dan akan selamat dari gangguan orang – orang yang dengki
dan aniaya.

5. Asmaul Husna Sebagai Nama Orang


1) Rahmaan, seperti Abdurrahman As-Sudais.
2) Salaam, seperti Salam Fayyad.
3) Jabbaar, seperti Kareem Abdul-Jabbar.
4) Hakiim, seperti Abdul Hakim Garuda Nusantara.
5) Ra'oof, seperti Ra'ouf Mus'ad.
6) Malik, seperti Zayn Malik.

6. Bukti Kebenaran Sifat Allah


Kita sebagai umat muslim sudah sepatutnya mengetahui dan faham akan nama-nama
Allah ‘Azza wa Jalla yang berjumlah 99 yang terlampir dalamAsma’ u al-Husna. Dan
nama-nama Allah ‘Azza wa Jallah tersebut bukan hanya sekedar pengertian atau wacana
agama Islam itu sendiri melainkan itu memang gambaran dari sifat-sifat Allah ‘Azza wa
Jalla yang sangat amat sempurna dan terbukti kebenarannya sampai-sampai para ulama
mengatakan bahwa dengan Asma’ u al-Husna saja tidak cukup untuk menggambarkan
Keagungan dan Kesempurnaan Allah ‘Azza wa Jalla sebagai pencipta alam semesta ini
begitu pula alam Akhirat yang tidak diragukan lagi keberadaannya kecuali oleh orang-
orang yang tidak berakal. Beberapa bukti dari sekian banyak bukti dari nama Allah ‘Azza
wa Jalla, yaitu Al-‘Adl, Maha Adil. Bukti-bukti tersebut juga menguatkan akan kebenaran
agama Islam sebagai agama Rahmatan li al-‘Alamin yang dibawa oleh nabi yang bergelar
al-Amin. Kelima bukti tersebut adalah:
Pertama. Adalah dalam hal niat yang merupakan penentu dari arah amalan-amalan
yang kita perbuat karena niat tersebut berfungsi sebagai lentera atau cahaya yang akan
menuntun dan menerangi perjalanan seorang hamba dalam bertemu Allah ‘Azza wa Jalla.
Jika lentera tersebut memancar dengan terang, maka menjadi teranglah perjalanannya
dalam bertemu Allah ‘Azza wa Jalla. Sebaliknya, jika cahaya lentera tersebut redup, maka
menjadi redup pulalah jalan yang akan dilalui oleh seorang hamba untuk bisa bertemu
dengan Allah Jalla Yang Maha Pencipta dan Maha Mengadakan lagi Maha Pembentuk.
77 | P a g e
Sebagaimana disebutkan dalam hadist Rasulullah saw : “Sesungguhnya setiap amalan
hanyalah tergantung dengan niat-niatnya dan setiap orang hanya akan mendapatkan apa
yang dia niatkan, maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya maka
hijrahnya kepada Allah dan RasulNya dan barangsiapa yang hijrahnya karena dunia yang
hendak dia raih atau karena wanita yang hendak dia nikahi maka hijrahnya kepada apa
yang dia hijrah kepadanya”. (HR. Bukhary-Muslim dari ‘Umar bin Khoththob
radhiallahu ‘anhu).
Kedua. Adalah dalam hal perbuatan yang tentunya tidak terlepas dari catatan Allah
‘Azza wa Jalla lewat dua malaikat-Nya (Rakib – ‘Atid) yang senantiasa menemani kita di
setiap langkah kita, apapun dan bagaimanapun bentuknya. Lalu dari segi manakah kiranya
bukti akan sifat Allah ‘Azza wa Jalla yang Maha Adil ? Coba kita perhatikan dengan
seksama firman Allah ‘Azza wa Jalla dan hadist Rasulullah berikut ini :“Barang siapa
berbuat kebaikan mendapat sepuluh kali lipat amalnya.. Dan barang siapa berbuat
kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya.Mereka sedikit pun tidak dirugikan
(dizalimi). (al-An’am: 160).
Ketiga. Adalah dalam hal keutamaan kaum hawa dalam berbakti kepada suaminya
yang merupakan kewajiban sebagai seorang istri, sebagaimana sabda Rasulullah
saw :“perkara yang pertama kali ditanyakan kepada seorang wanita pada hari kiamat
nanti, adalah mengenai sholat lima waktu dan ketaatannya terhadap suami.” (HR.Ibnu
Hibbab dari Abu Hurairah). Jadi berikut adalah bentuk keadilan Allah terhadap kaum
wanita yang mungkin tidak dapat melakukan sebagian pekerjaan mulia yang dapat
dikerjakan oleh kaum lelaki, tetapi dengan wujud keadilah Allah Yang Maha Adil kaum
wanita memiliki porsi pahala yang sama besarnya dengan kaum lelaki meskipun dengan
amalan-amalan yang berbeda seperti amalan-amalan yang telah Rasulullah saw wasiatkan
kepada putrinya Fathimah az-Zahra dan seluruh kaum wanita diwaktu itu dan sesudahnya.
Bukti lain adalah ketika para mujahid berjihad melawan musuh dan gugur, maka dia mati
syahid. Begitu pula dengan perempuan yang berjihad melahirkan anaknya yang rasanya
seperti antara hidup dan mati kemudian dia meninggal seketika itu atau setelah ia
melahirkan makan dia bisa dikatakan mati syahid tanpa harus terjun ke medan perang.
Wallahu A’lam.
Keempat. Adalah dalam hal warisan yang memberikan porsi lebih banyak kepada
lelaki daripada perempuan yaitu bagian laki-laki dua kali bagian perempuan sebagaiman
firman Allah SWT: “Allah mensyari’atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk)
anak-anakmu. yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak
perempua…..”(an-Nisa’ : 11). Bukti akan kebenaran sifat Allah SWT Yang Maha Adil di
sini adalah bahwasanya Allah SWT melebihkan bagian lelaki atas wanita dalam hal
warisan, karena kenyataannya lelakilah yang oleh syari’at dibebankan tanggung jawab
untuk memberi nafkah keluarga dan membebaskan perempuan dari kewajiban tersebut
meskipun perempuan boleh saja ikut mencari nafkah. Para laki-laki juga diwajibkan oleh
ajaran Islam untuk mengeluarkan mas kawin untuk diberikan kepada istrinya sebagai
cerminan cinta kasih sayangnya ketika keduanya menikah, sedangkan perempuan tidak
dibebani apa-apa.
Kelima. Selanjutnya adalah mengenai keutamaan bulan Ramadhan. Bulan, dimana Al-
Qur`an diturunkan, bulan yang penuh berkah dengan pelipat gandaan pahala sebuah
amalan, bulan yang penuh pengampunan. Bulan, dimana pintu surga dibuka lebar-lebar
dan pintu neraka ditutup rapat-rapat, dan bulan di mana para syaitan dibelenggu dari
menggoda manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw : “Jika Bulan Ramadhan telah
78 | P a g e
tiba, maka (pintu) surga dibuka lebar-lebar, (pintu) neraka ditutup rapat-rapat, dan para
syetan dibelenggu.”( HR. Muslim )
Dan bukti yang menunjukkan Allah Maha Adil di sini adalah mengenai pelipat gandaan
pahala sebuah amalan terutama pada malamLailatul Qadar, yaitu satu malam kemuliaan
yang lebih baik daripada seribu bulan, sebagaimana yang terlampira dalam al-Qur’an: “
Sesungguhnya kami Telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan.Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya
untuk mengatur segala urusan.#Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. (al-
Qadr : 1-5).

7. Kebenaran tanda-tanda kebesaran Allah melalui 10 Asmaul Husna


(Al Muqsith, An Nafii`, Al Waarist, Ar Raafi`, Al Baasith, Al Hafizh, Al
Waduud, Al Waalii, Al Mu`izz, Al Afuww).
Betapa mulia ajaran Rosulullah yang dengan kalam-Nya mengajarkan padakita
tentang kebesaran dan keagungan Allah SWT. Begitu banyak kejadian alam maupun
keajaiban yg tampak sebagai bukti kebesaran dari-Nya. Semoga dengan kebesaran yang
Allah perlihatkan kepada kita senantiasa akan menjadikan kita lebih mendekatkan diri
pada-Nya. Berikut contoh dari kebesaran Allah yang terangkum dalam 10 Asmaul Husna:
a) Al Muqsith ‫ المقسط‬Yang Maha Seimbang.
Kita sudah menyaksikan bayak sekali oreng-orang yang kaya menjadi miskin, dan
sebaliknya oaring miskin menjadi kaya, atau pangkat seseorang dengan tiba-tiba di copot,
sedangkan orang tak punya keinginan untuk memperoleh pangkat, justru ia di angkat,
inilah yang yang sesungguhnya terjadi di sekitar kita, karena Dia adalah Dzat yang
mengambil hak orang yang teraniaya dari orang yang menganiaya. Kesempurnaan-Nya
adalah dengan menjadikan orang teraniaya itu merelakan perbuatan orang yang
menganiayanya. Ini merupakan puncak dari sifat adil tanpa pandang bulu, dan tidak bisa
dilakukan kecuali oleh Allah SWT.
b) An Nafii` ‫ النافع‬Yang Maha Memberi Manfaat.
Tidakkah kita berpikir bahwa Allah menciptakan segala sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan kita? Hewan, tumbuh-tumbuhan, bahkan seluruh ciptaan Allah di jagad raya ini,
di antara tumbuh-tumbuhan banyak sekali kasiat yang bermanfaat, sehingga bisa di jadikan
obat untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita, atas izin-Nya pula seseorang dapat
menjadi dokter yang bisa menyembuhkan pasien-pasiennya. Dan semua itu tidak akan
terjadi kecuali dengan kebesaran Allah.
c) Al Waarits ‫ الوارث‬Yang Maha Pewaris.
Lautan samudra, Tanah tempat kita menginjakkan kaki sehari-hari, bulan, bintang dan
masih banyak lagi ciptaan-Nya yang tidak bisa kita hitung, Allah telah mewariskan
sebagian dari apa yang Ia ciptakan untuk kita, Dalam kehidupan manusia Allah tidak
hanya mewarisi harta, tanah/daerah (QS, Al-Ahzab 33.27) tapi juga Al-Qur’an (Qs. Al-
Fatir 35.32) bahkan atas izin-Nya seseorang dapat mewarisi ilmu (An-Naml 27.16) yang
penting adalah mewarisi syurga (Qs. Maryam 19.19) . Orang-orang yang memandang
dengan mata hati senantiasa menyaksikan makna dari ayat-ayat ini dan mendengarkannya.
Mereka yakin bahwa kerajaan itu hanya milik Allah sendiri, pada setiap hari, setiap saat,
dan setiap detik, karena itulah Dia azali dan abadi. Hal ini dapat dicapai oleh mereka yang
memahami hakikat tauhid, dan mengetahui bahwa yang tunggal perbuatannya di langit dan
di bumi hanya satu. Berakhlak dengan ism ini mengharuskan kita menjadi warits dari apa
yang telah dilakukan oleh orang-orang saleh, sebab ulama itu adalah pewaris para nabi.
79 | P a g e
d) Ar Raafi` ‫ الرافع‬Yang Maha Meninggikan (makhluknya).
Bukan suatu hal yang mustahil jika Allah bisa membangkitkan orang yang sudah
meninggal dunia, pernah kita jumpai kisah dari orang yang pernah mengalami mati suri,
Allah punya alasan tersendiri mengapa Ia memberikan kesempatan pada mereka untuk
hidup kembali di dunia, memang kedengarannya sangat tidak masuk akal, tapi kenyataan
itu memang ada. Dan semua itu adalah bentuk dari kebesaran Allah SWT. Wallahua’lam.
e) Al Baasith ‫ الباسط‬Yang Maha Melapangkan (makhluknya).
Allah tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya, tidakkah kita
merasakan Ketika kita mendapat suatu musibah, sepertinya kita sudah tak mempunyai
kekuatan apa-apa, kita merasa lemah, dan terpuruk, tapi tanpa kita sadari pada ahirnya kita
juga dapat melaluinya, sungguh ini merupakan kebesaran Allah yang melapangkan, hati
kita, jiwa kita, dan kesabaran kita. Dan sudahkah kita sadar jika demikian adalah bentuk
kebesaran allah dalam sifat-Nya Al-Baasith?.
f) Al Hafizh ‫ الحفيظ‬Yang Maha Memelihara.
Begitu besarnya Allah, sehingga segala sesuatu dapat dipelihara-Nya, tanpa pilih kasih,
manusia yang kecil, yang sempit wawasannya tidak bisa mengasihi setiap orang. Ia
memberikan kesehatan kepada fisik kita, ia pula yang memenuhi kebutuhan rohani kita.
Dan Pada saat melemah Ia lah sumber kekuatan,
g) Al Wadud ‫ الودود‬Yang Maha Mengasihi.
Dimana ada kesulitan pasti di situ terdapat kemudahan, dimana ada kepedihan pasti ada
kebahagiaan sesuai yang telah di janjikan, dan Allah akan mengganti sesuatu yang hilang
dengan sesuatu yang baru yang lebih baik, karena Allah jauh lebih tahu dengan apa yang
kita butuhkan. Begitulah kebesaran Allah dalam Mengasihi hamba-hamba-Nya.
h) Al Wali ِ‫ الولي‬Al-Walii Yang Maha Melindungi
Masihkah kita teringat dengan musibah-musibah yang terjadi beberapa tahun lalu? Gempa
tsunami yang menimpa aceh, gempa di jogja, gempa wasior, lumpur lapindo yang sampai
sekarang masih aktif. lalu mengapa sebagian dari mereka ada yang selamat? Siapa lagi
selain Allah yang bisa melindungi mereka dari bencana tersebut, karena Allah mereka
bisa selamat, tidak mungkin tanpa kekuatan dari Allah mereka dapat menyelamatkan
dirinya masing-masing, karna kebesaran Allah yang bersifat melindungi inilah mereka dapt
selamt, bahkan masih dapat bernafas hingga saat ini. Dan masih banyak lagi kebesaran
Allah dalam sifat Al-Walii yang tidak mungkin dapat di uraikan disini.
i) Al Mu`izz ‫ المعز‬Yang Maha Memuliakan (makhluk-Nya).
Seseorang bisa bangkrut dari usahanya, sebaliknya seseorang bisa meningkat atau meraih
untung dari usahanya usahanya, bahkan ada seorang yang hanya berdagang nasi pecel, tapi
ia dapat berangkat haji ke Baitullah, dan tidak sedikit orang yang hidup bergelimbang
harta tapi hidupnya tidak bahagia, mengapa demikian? Karena Allah mengangkat derajat
orang-orang yang sabar, karena Allah mengangkat derajat orang yang teraniaya, tidak ada
yang tidak mungkin jika Allah menghendaki, ini adalah sebagian contoh dari kebesaran
Allah melalui sifat-Nya Al-Muizz.
j) Al Afuww ‫ العفو‬Yang Maha Pemaaf.
Kadang kita tidak mau memaafkan perbuatan buruk seseorang yang dilakukan pada kita,
padahal perbuatan itu tidak seberapa jika di bandingkan perbuatan buruk kita kepada
Allah, yang sering melupakannya, bahkan mungkin lebih buruk, tapi Allah tidak peduli
semu itu, siapapun yang bersungguh-sungguh bertobat kepadanya, maka Ia akan
menerimanya. Apa kita tidak membayangkan jika perbuatan buruk kita sekecil apapun
tidak akan di maafkan oleh Allah? Lalu apa yang kita harus kita lakukan? Untuk itu sebuah
kebesaran dari Allah jika Ia dapat memaafkan seluruh hambanya yang sungguh-sungguh
80 | P a g e
bertobat kepada-Nya.sesuai dalam Firman Allah: Dialah yang menerima tobat dari
hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan…” (QS. Asy-Syura: 25).

8. Perilaku Orang Yang Mengamalkan 10 Asmaul Husna,


(Al`Aziz, Al-Ghafur, An-Nafi, Al-Basith, Ar-Rauf, Al-Barr, Al-Adl, Al-
Ghaffar, Al-Fatah, Al-Qayum) Dlm Kehidupan

Iman itu meliputi tiga insur yaitu,ucapan, ketetapan dalam hati dan berbuat dengan
anggota badan (berbuat), orang yang beriman kepada Allah harus dapat membuktikan
keimanan tersebut dalam perilaku hidup sebagai pengamalan 10 Asmaul Husna di atas
adalah sebagai berikut:
a. Al-Aziz yang berarti Maha Perkasa, Allah maha perkasa dalam segala hal,
keperkasaan-Nya tidak terbatas, Allah perkasa dalam menciptakan menciptakan sesuatu
menurut kahaendak-Nya, memelihara atau menghacurkan sesuatu menurut kehendak-
Nya pula. Adapun orang yang mengamalkan sifat Al-Aziz maka ia akan tegar, tidak
lemah, tegas dan kokoh dalam mengerjakan kewajiban sebagai hamba Allah, karena
godaan selalu ada. Adapun Dalil naqli al-Aziz. ( Qs. Al-Ankabut/29: 42
‫ن‬ ‫ن‬ ‫إالن ل‬
‫اع يعنعلَعيم عماَ يعنديعوعن امنن يدونااه امنن ع‬
‫شنيةء عويهعو الععازييز العحاكييم‬
“Sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang mereka seru selain Allah. Dan Dia
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
b. Al-Ghafuur yang artinya Maha Pemaaf, Orang yang mengamalkan sifat tersebut
senantiasa murah hati untuk bisa memaafkan seseorang lain yang telah membuat
kesalahan pada dirinya.
c. An-Nafii’ yang artinya Maha Memberi Manfaat, orang yang mengamalkan sifat
tersebut maka ia Pandai-pandai mensyukuri nikmat dan karunia Allah yang diterima
dengan memanfaatkan nikmat tersebut sesuai dengan peunjuk islam.
d. Al-baasith yang artinya Maha Melapangkan, Seseorang yang mengamalkan sifat
ini pasti bersifat qana’ah terhadap nasib dirinya tidak murka terhadap semua anugrah
yang di berikan kepada orang lain, senantiasa menyadari bahwa Allah lah yang
mengatur rezeki manusia.
e. Ar-Rauuf yang Artinya Maha Belas Kasih, dan orang yang mengamalkan
sifattersebut dalam kehidupan sehari-hari ia Tidak tamak terhadap keduniaan karena
sadar bahwa sesuatu yang baik belum tentu membawa berkah dan manfaat bagi dirinya.
Kemanfaatan dan keberkahan sesuatu hanya ada pada Allah SWT.
f. Al-Barri yang artinya Maha Dermawan, Orang yang mengamalkan sifat ini ia
Gemar mendermakan sebagian hartayang dimiliki untuk menyantuni fakir miskin
maupun anak yatim, sebagaimana Allah berderma kepada semua Mahluk-Nya
g. Al-Adl yang artinya Maha Adil, maka orang yang mengamalkan sifattersebut, ia
pasti Memutuskan perkara secara adil sesuai hukum yang berlaku, tidak memihak
kepada siapapun dalam memutuskan suatu perkara, membenarkan yang benar dan
menyalahkan yang salah. Adapun Dalil naqli al’Adl, dalam surat (Fushshilat/41:46)

‫ساه عوعمنن أع ع‬
‫ساَء فعععلَعنيعهاَ عوعماَ عرببعك باظعللةم للنلَععابياد‬ ‫صاَالحاَ ة فعلَانعنف ا‬
‫عمنن ععامعل ع‬
Artinya:
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya
sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya
sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hambaNya.

81 | P a g e
h. Al-Ghaffar yang artinya Maha Pengampun, dan orang yang mengamalkan sifat ini
maka ia mudah memaafkan kesalahan orang lain, meskipun orang tidak tersebut tidak
meminta maaf, apalagi meminta maaf. Dalil naqli al-Ghaffar, (Qs. Thaha/20: 82)
‫صاَلاةحاَ ثيلم انهتععدى‬ ‫عوإالني لععغلفاَلر لاعمنن عتاَ ع‬
‫ب عوعءاعمعن عوععامعل ع‬
Artinya:
Dan sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman,
beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.

C. Ringkasan
Dalam agama Islam, Asmaa'ul husna (bahasa Arab: ‫ىَنسحلا هللا ءامسأ‬, asmā allāh al-
husnā) adalah nama-nama Allah yang indah dan baik. Asma berarti nama dan husna berarti
yang baik, yang indah, jadi asma'ul husna adalah nama nama milik Allah yang baik lagi
indah. Terdapat perbedaan jumlah nama, ada yang menyebut 99, 100, 200, bahkan 1.000
bahkan 4.000, tetapi yang lebih banyak dikenal adalah 99.
Dalil yang menyebutkan tentang asmaul husna terdapat dalam beberapa surat, diantaranya:
1) Dialah Allah, tidak ada Tuhan/Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia,
mempunyai asmaa'ul husna (nama-nama yang baik)." (Thaa-Haa 20:8)
2) Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja
kamu seru, Dia mempunyai al asmaa'ul husna (nama-nama yang terbaik) dan
janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salatmu dan janganlah pula
merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (Al-Israa' 17:110)
3) "Allah memiliki Asmaa' ulHusna, maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama yang baik itu..." (Al-A'raaf :180)

Barang siapa membaca asmaul husna secara rutin setiap hari sebanyak 1000 kali,
dengan ucapan Yaa Allaah ya huu, niscaya Allah akan mengaruniakan kepada orang itu
kesempurnaan keyakinan, semua keraguan dan ketidakpastian akan hilang dihatinya.
Barang siapa membacanya pada hari Jumat sebelum sholat, dalam keadaan suci dan bersih
pakaiannya, serta bebas dari segala kesibukan, maka Allah akan memudahkan segala
permintaannya. Jika orang yang sedang menderita suatu penyakit yang sulit disembuhkan
oleh dokter, lalu ia berdoa kepada Allah dengan ism ini, niscaya ia akan sembuh dengan
izin Allah, selama ajalnya belum tiba.

Perilaku yang Muncul dari Penghayatan terhadap Asmaul Husna, adalah:


1. Bersifat mulia dan berbuat baik kepada siapa saja
2. Tidak mengganggu orang lain
3. Berusaha keras dalam mengerjakan sesuatu
4. Menjadi orang yang kuat dalam berbagai bidang
5. Mampu menghimpun sifat-sifat terpuji dalam diri
6. Berlaku adil
7. Berbuat amal saleh

D. Rujukan
Krishna Anad, Asmaul Husna 99 Nama Allah Bagi Orang Modern, 1999, Jakarta;
Gramedia Pustaka Utama.

Syaikh Al-Utsaimin Sholeh bin Muhammad, Ai-Qawa’idil Mutsla Memahami Nama dan
Sifat Allah, 2003, Jogjakarta; Media Hidayah

82 | P a g e
Rahayu Suci.Thoifuri, Pendidikan Agama Islam, Sekolah Menengah Atas, Kelas X, 2007,
Jakarta; Ganesa Exact.

El-Bantanie Syafii Muhammad, Rahasia keajaiban asmaul husna,2009, Jakarta; PT.


Wahyu Media.

https://salsabilamld.wordpress.com/2014/10/04/makalah-asmaul-husna-by-salsabila-maulida-
ashri/ [27 Oktober 2015] pukul 19.34 WIB

E. Latihan
Pertanyaan Esay
1. Jelaskan yang dimaksud dengan Asmaul Husna!
2. Jelaskan bahwa Allah mempunyai sifat Ar-Rahman!
3. Tuliskan satu contoh perbuatan yang mencerminkan Asmaul Husna!
4. Tuliskan Dalil naqli mengenai Asmaul Husna!

Kunci Jawaban :

1. Asmaul Husna yaitu nama-nama Allah yang baik dan yang Agung sesuai
dengan sifat-sifat Allah sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya
2. Dialah Allah yang mengasihi semua mahluk ciptaan-Nya tanpa kecuali.
Semua mahluk yang melata, yang besar maupun kecil di darat, laut dan udara dan
semua manusia baik yang beriman maupun tidak, yang baik maupun jahat
semuanya dikasihi secara adil dan merata. Karena kasih sayang Allahlah kita dan
semua mahluk yang ada dibumi ini dapat hidup terus menerus sampai datang ajal
yang telah ditetapkan. Dengan kasih sayang-Nya ia mencukupkan semua
kebutuhan hidup semua mahluk dialam semesta. Dengan kasih sayangnya ia
menjadikan bumi ini sebagai suatu tempat yang nyaman dan aman untuk dihuni
oleh berbagai mahluk hidup
3. Ar-Rahman yaitu Ketika kita berpergian atau berada di tempat – tempat
umum ada saudara kita yang meminta sedekah kita sebagai umat manusia
mengamalkan sifat Allah yang maha pengasih dengan memberikan risky lebih yang
kita miliki untuk orang lain/yang meminta, (mendorong suara hati kita untuk
mengasihi orang lain. Implementasi lain, yudha selalu berusaha untuk senantiasa
bersikap dan berperilaku baik kepada temannya, maupun orang lain, dengan tanpa
membeda-bedakan warna kulit, suku bangsa, ras dan agama. Mencerminkan sifat
kedermawanan dari hati dan batin kita untuk menolong dan membantu sesama.
Kita sebagai umat manusia harus selalu bersikap dan bertutur kata dan melakukan
perbuatan positif yang berguna bagi orang lain dan diri kita. Serta selalu mengasihi
tanpa ada benci kepada setiap orang. Kita selalu mengasihi binatang, tumbuhan
dengan cara melakukan perbuatan yang bermanfaat dan tidak menyakitinya
4. Allah SWT. Berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hasyr Ayat: 24.

‫ض عويهعو انلععازييز انلعحاكييم‬


‫ت عوالنر ا‬ ‫سبليح لعهي عماَ افي ال ل‬
‫سعماَعوا ا‬ ‫سعماَيء انليح ن‬
‫سعنىَ يي ع‬ ‫ئ انليم ع‬
‫صلوير لعهي ال ن‬ ‫ق انلعباَار ي‬
‫اي انلعخاَلا ي‬
‫يهعو ل‬

83 | P a g e
Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang
mempunyai Asmaul Husna. Bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan
Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi saw.


‫عن ابيِ هر يإرة ان رسول ا صل ا عليه و سلم قال ان ل تسعة وتسعين اسما اوما ئة ال واحدا من احصاهاد خل‬
(‫الجنة )رواه البخاريِ ومسلم‬
Dari abi hurairah Rasulullah saw bersabda: sesungguhnya Allah mempunyai 99
nama, yaitu seratus kurang satu; barang siapa yang menghitungnya (menghafalnya)
ia masuk surga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Pertanyaan Pilihan Ganda


1. Perhatikan pernyataan berikut ini.
1) Kekuasaan yang dimiliki manusia hakikatnya adalah pemberian Allah SWT
2) Allah SWT memberi rezeki kepada segala makhluk-Nya yang bernyawa
yang hidup di dunia.
3) Hukuman Allah SWT terhadap orang-orang zalim merupakan tambahan
bukti bahwa Allah SWT itu Maha Pengasih dan maha Penyayang
4) Allah SWT tidak akan menurunkan satu musibah pun terhadap orang-
orang bertakwa.
5) Orang-orang beriman, walaupun ketika matinya melakukan dosa-dosa
besar, tentu akan masuk surga tanpa hisab.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut, yang termasuk sikap prilaku orang-orang
beriman kepada Allah SWT dan sifat-sifat-Nya adalah ….
a. (2), (3) dan (5)
b. (2), (3) dan (4)
c. (1), (3) dan (4)
d. (2), (4) dan (5)
e. (1), (2) dan (3)

2. Dalil naqli bahwa Allah SWT itu bernama AL-Malik (Maha Merajai) adalah
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat…
a. Al-Fatihah : 3
b. Al-A’raf: 93
c. Al-Mu’minun 116
d. Al-Jumu’ah : 1
e. Ali-Imran: 26

3. Allah Swt bernama As-Salam artinya ….


a. Maha suci
b. Maha pengampun
c. Maha bijaksana
d. Maha sejahtera
e. Maha Terpercaya

4. Orang beriman yang meneladani sifat Allah SWT, dalam nama-Nya Al-Quddus,
tentu akan ….
a. Bersikap dan berprilaku pemurah
b. Mempertahankan kesucian dirinya dari segala noda dan dosa
84 | P a g e
c. Suka memberi maaf kepada setiap orang bermasalah
d. Berprilaku absolute, jika dianugerahi Allah SWT kekuasaan
e. Memiliki kemerdekaan penuh untuk menentukan pilihan dan melakukan
perbuatan.
Kunci Jawaban pilihan ganda
1. e
2. a
3. d
4. b

F. Daftar Istilah
Asmaa'ul husna adalah nama-nama Allah yang indah dan baik

Ar Rahman ‫الرحمن‬ Yang Maha Pengasih


Ar Rahiim ‫الرحيم‬ Yang Maha Penyayang
Al Malik ‫الملك‬ Yang Maha Merajai/Memerintah
Al Quddus ‫القدوس‬ Yang Maha Suci
As Salaam ‫السلم‬ Yang Maha Memberi Kesejahteraan
Al Mu`min ‫المؤمن‬ Yang Maha Memberi Keamanan
Al Muhaimin ‫المهيمن‬ Yang Maha Pemelihara
Al `Aziz ‫العزيإز‬ Yang Maha Perkasa
Al Jabbar ‫الجبار‬ Yang Memiliki Mutlak Kegagahan
Al Mutakabbir ‫المتكبر‬ Yang Maha Megah, Memiliki Kebesaran
Al Khaliq ‫الخالق‬ Yang Maha Pencipta
Yang Maha Melepaskan,
Al Baari` ‫البارئ‬
menyeimbangkan
Al Mushawwir ‫المصور‬ Yang Maha Membentuk Rupa
Al Ghaffaar ‫الغفار‬ Yang Maha Pengampun
Al Qahhaar ‫القهار‬ Yang Maha Memaksa
Al Wahhaab ‫الوهاب‬ Yang Maha Pemberi Karunia
Ar Razzaaq ‫الرزاق‬ Yang Maha Pemberi Rezeki
Al Fattaah ‫الفتاح‬ Yang Maha Pembuka Rahmat
Al `Aliim ‫العليم‬ Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu)
Al Qaabidh ‫القابض‬ Yang Maha Menyempitkan
Al Baasith ‫الباسط‬ Yang Maha Melapangkan (makhluknya)
Al Khaafidh ‫الخافض‬ Yang Maha Merendahkan (makhluknya)
Ar Raafi` ‫الرافع‬ Yang Maha Meninggikan (makhluknya)
Al Mu`izz ‫المعز‬ Yang Maha Memuliakan (makhluknya)
Al Mudzil ‫المذل‬ Yang Maha Menghinakan (makhluknya)
Al Samii` ‫السميع‬ Yang Maha Mendengar
Al Bashiir ‫البصير‬ Yang Maha Melihat
Al Hakam ‫الحكم‬ Yang Maha Menetapkan

85 | P a g e
Al `Adl ‫العدل‬ Yang Maha Adil
Al Lathiif ‫اللطيف‬ Yang Maha Lembut
Al Khabiir ‫الخبير‬ Yang Maha Mengenal
Al Haliim ‫الحليم‬ Yang Maha Penyantun
Al `Azhiim ‫العظيم‬ Yang Maha Agung
Al Ghafuur ‫الغفور‬ Yang Maha Memberi Pengampunan
As Syakuur ‫الشكور‬ Yang Maha Pembalas Budi
Al `Aliy َ‫العلى‬ Yang Maha Tinggi
Al Kabiir ‫الكبير‬ Yang Maha Besar
Al Hafizh ‫الحفيظ‬ Yang Maha Memelihara
Al Muqiit ‫المقيت‬ Yang Maha Pemberi Kecukupan
Al Hasiib ‫الحسيب‬ Yang Maha Membuat Perhitungan
Al Jaliil ‫الجليل‬ Yang Maha Luhur
Al Kariim ‫الكريإم‬ Yang Maha Pemurah
Ar Raqiib ‫الرقيب‬ Yang Maha Mengawasi
Al Mujiib ‫المجيب‬ Yang Maha Mengabulkan
Al Waasi` ‫الواسع‬ Yang Maha Luas
Al Hakiim ‫الحكيم‬ Yang Maha Maka Bijaksana
Al Waduud ‫الودود‬ Yang Maha Mengasihi
Al Majiid ‫المجيد‬ Yang Maha Mulia
Al Baa`its ‫الباعث‬ Yang Maha Membangkitkan
As Syahiid ‫الشهيد‬ Yang Maha Menyaksikan
Al Haqq ‫الحق‬ Yang Maha Benar
Al Wakiil ‫الوكيل‬ Yang Maha Memelihara
Al Qawiyyu َ‫القوى‬ Yang Maha Kuat
Al Matiin ‫المتين‬ Yang Maha Kokoh
Al Waliyy َ‫الولى‬ Yang Maha Melindungi
Al Hamiid ‫الحميد‬ Yang Maha Terpuji
Al Muhshii َ‫المحصى‬ Yang Maha Mengalkulasi (Menghitung)
Al Mubdi` ‫المبدئ‬ Yang Maha Memulai
Al Mu`iid ‫المعيد‬ Yang Maha Mengembalikan Kehidupan
Al Muhyii َ‫المحيى‬ Yang Maha Menghidupkan
Al Mumiitu ‫المميت‬ Yang Maha Mematikan
Al Hayyu ِ‫الحي‬ Yang Maha Hidup
Al Qayyuum ‫القيوم‬ Yang Maha Mandiri
Al Waajid ‫الواجد‬ Yang Maha Penemu
Al Maajid ‫الماجد‬ Yang Maha Mulia
Al Wahid ‫الواحد‬ Yang Maha Tunggal
Al Ahad ‫الحد‬ Yang Maha Esa
As Shamad ‫الصمد‬ Yang Maha Dibutuhkan, Diminta
86 | P a g e
Yang Maha Menentukan,
Al Qaadir ‫القادر‬
Menyeimbangkan
Al Muqtadir ‫المقتدر‬ Yang Maha Berkuasa
Al Muqaddim ‫المقدم‬ Yang Maha Mendahulukan
Al Mu`akkhir ‫المؤخر‬ Yang Maha Mengakhirkan
Al Awwal ‫الول‬ Yang Maha Awal
Al Aakhir ‫الخر‬ Yang Maha Akhir
Az Zhaahir ‫الظاهر‬ Yang Maha Nyata
Al Baathin ‫الباطن‬ Yang Maha Ghaib
Al Waali ِ‫الوالي‬ Yang Maha Memerintah
Al Muta`aalii ِ‫المتعالي‬ Yang Maha Tinggi
Al Barru ‫البر‬ Yang Maha Penderma (Maha Pemberi)
At Tawwaab ‫التواب‬ Yang Maha Penerima Tobat
Al Muntaqim ‫المنتقم‬ Yang Maha Pemberi Balasan
Al Afuww ‫العفو‬ Yang Maha Pemaaf
Ar Ra`uuf ‫الرؤوف‬ Yang Maha Pengasuh
Yang Maha Penguasa Kerajaan
Malikul Mulk ‫مالك الملك‬
(Semesta)
Yang Maha Pemilik Kebesaran,
Dzul Jalaali Wal Ikraam ‫ذوالجلل والكرام‬
Kemuliaan
Al Muqsith ‫المقسط‬ Yang Maha Pemberi Keadilan
Al Jamii` ‫الجامع‬ Yang Maha Mengumpulkan
Al Ghaniyy َ‫الغنى‬ Yang Maha Kaya
Al Mughnii َ‫المغنى‬ Yang Maha Pemberi Kekayaan
Al Maani ‫المانع‬ Yang Maha Mencegah
Ad Dhaar ‫الضار‬ Yang Maha Penimpa Kemudharatan
An Nafii` ‫النافع‬ Yang Maha Memberi Manfaat
An Nuur ‫النور‬ Yang Maha Bercahaya (Menerangi)
Al Haadii ‫الهادئ‬ Yang Maha Pemberi Petunjuk
Al Badii' ‫البديإع‬ Yang Maha Pencipta
Al Baaqii ِ‫الباقي‬ Yang Maha Kekal
Al Waarits ‫الوارث‬ Yang Maha Pewaris
Ar Rasyiid ‫الرشيد‬ Yang Maha Pandai
As Shabuur ‫الصبور‬ Yang Maha Sabar
BAB VII
IMAN, ISLAM, IHSAN

A. Standar Kompetensi
1. Menjelaskan pengertian Iman, Islam, dan Ihsan
2. Menjelaskan isi iman, islam, ihsan

87 | P a g e
3. Menjelaskan hubungan Iman, Islam, dan Ihsan
4. Menjelaskan perbedaan antara Iman, Islam, dan Ihsan
5. Menjelaskan keutamaan Iman, Islam, dan Ihsan

B. Uraian
1. Iman
Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati, pembenaran
hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran hati yang dapat
menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang dibenarkan
oleh hati. Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan, yaitu ikatan
hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya dengan sesuatu
kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah tersebut akan
menjadi pegangan dan pedoman hidup. Arti iman secara khusus, ialah: keyakinan tentang
adanya Allah swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang diturunkan-Nya, Rasul-rasul
utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran adanya hari kebangkitan dari alam kubur.

Kata Iman berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja, fi’il.
‫ ايإمانا‬- ‫ يإؤمن‬-‫ امن‬yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang.
Imam al-Ghazali mengartikannya dengan ‫ التصديإق‬yaitu “pembenaran”. Menurut Syekh
Muhammad Amin al-Kurdi: ‫ اليإمان فهو التصديإق با لقلب‬Iman ialah pembenaran dengan hati”.

Menurut Imam Ab Hanifah:‫ اليإمان هو القممرار و التصممديإق‬Iman ialah mengikrarkan (dengan


lidah ) dan membenarkan (dengan hati)”.

Menurut Hasbi As-Shiddiqy: ‫ القممول باللسممان والتصممد يإممق بالجنممان والعمممل باالركممان‬Iman ialah
mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota
tubuh”.
Imam Ahmad bin Hanbal mendefinisikannya: ‫ قول و عمل و نية و ثمسك بالسنة‬Ucapan diiringi
dgn ketulusan niat dan dilandasi dgn berpegang teguh kepada Sunnah”. Jadi bisa
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Iman adalah Membenarkan segala sesuatu baik
berupa perkataan,hati,maupun perbuatan.

Iman. Pengertian dasar dari istilah “iman” ialah “memberi ketenangan hati;
pembenaran hati”. Jadi makna iman secara umum mengandung pengertian pembenaran
hati yang dapat menggerakkan anggota badan memenuhi segala konsekuensi dari apa yang
dibenarkan oleh hati. Iman sering juga dikenal dengan istilah aqidah, yang berarti ikatan,
yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaannya
dengan sesuatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Aqidah
tersebut akan menjadi pegangan dan pedoman hidup, mendarah daging dalam diri yang
tidak dapat dipisahkan lagi dari diri seorang mukmin. Bahkan seorang mukmin sanggup
berkorban segalanya, harta dan bahkan jiwa demi mempertahankan aqidahnya.
Adapun pengertian iman secara khusus sebagaimana yang tertera dalam hadis di atas
ialah: keyakinan tentang adanya Allah swt., malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab yang
diturunkan-Nya, Rasul-rasul utusan-Nya, dan yakin tentang kebenaran adanya hari
kebangkitan dari alam kubur. Dalam hadis lain, yang senada dengan hadis di atas yang
diriwayatkan oleh Kahmas dan Sulaiman al-Tamimi, selain menyebutkan kelima hal di

88 | P a g e
atas sebagai kriteria iman, terdapat tambahan satu kriteria yaitu: beriman kepada qadha
dan qadar Allah, yang baik maupun yang buruk.
Ruang Lingkupnya adalah batasan-batasan yang disentuh oleh arti perkataan. Ruang
Lingkup Iman meliputi. 'aqdun bil qolbi, tanggapan hati, ikraarun bil lisan, pernyataan
lisan, amalun bil arkan, pembuktian dalam perbuatan. Meliputi juga tiga aspek aktivitas
manusia, yaitu aspek penanggapan, pernyataan, dan pembuktian. Dari aspek penanggapan
dan pernyataan akan melahirkan pandangan hidup dan dari ketiga aspek akan membentuk
Sikap Hidup. Jadi uraian di atas menunjukkan bahwa Iman itu merupakan pandangan
hidup, Sikap hidup, dalam perjalanan hidup seorang muslim.
Sesuai dengan hadits Rasulullah saw, bahwasanya ada enam rukun iman yang harus
diyakini untuk menjadi seorang islam yang sempurna dan menjadi seorang hamba Allah
yang ihsan nantinya. Keenam Rukun Iman tersebut adalah:
a. Beriman kepada Allah Swt. Yakni beriman kepada Rububiyyah Allah Swt,
Uluhiyyah Allah Swt, dan beriman kepada Asma wa shifat Allah SWT yang
sempurna serta agung sesuai yang ada dalam Al-quran dan Sunnah Rasul-Nya.
b. Beriman kepada Malaikat. Malaikat adalah hamba Allah yang mulia,
mereka diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepada-Nya, serta tunduk dan
patuh menta’ati-Nya, Allah telah membebankan kepada mereka berbagai
tugas.Jadi kita dituntut untuk beriman dan mempercayai adanya Malaikat Allah
SWT.
c. Beriman kepada Kitab-kitab. Allah yang Maha Agung dan Mulia telah
menurunkan kepada para Rasul-Nya kitab-kitab, mengandung petunjuk dan
kebaikan. Diantaranya: kitab taurat diturunkan kepada Nabi Musa, Injil
diturunkan kepada Nabi Isa, Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, Shuhuf Nabi
Ibrahim dan Nabi Musa, Al-quran diturunkan Allah Swt kepada Nabi
Muhammad Saw.
d. Beriman kepada para Rasul. Allah telah mengutus kepada maakhluk-Nya
para rasul, rasul pertama adalah Nuh dan yang terakhir adalah Muhammad Saw,
dan semua itu adalah manusia biasa, tidak memiliki sedikitpun sifat ketuhanan,
mereka adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan dengan kerasulan. Dan
Allah telah mengakhiri semua syari’at dengan syari’at yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad Saw,yang diutus untuk seluruh manusia , maka tidak ada nabi
sesudahnya.
e. Beriman kepada Hari Akhirat. Yaitu hari kiamat, tidak ada hari lagi
setelahnya, ketika Allah membangkitkan manusia dalam keadaan hidup untuk
kekal ditempat yang penuh kenikmatan atau ditempat siksaan yang amat pedih.
Beriman kepada hari akhir meliputi beriman kepada semua yang akan terjadi
setelah itu, seperti kebangkitan dan hisab, kemudian surga atau neraka.
f. Beriman kepada (Taqdir) Ketentuan Allah. Taqdir artinya: beriman
bahwasanya Allah telah mentaqdirkan semua yang ada dan menciptakan seluruh
mahluk sesuai dengan ilmu-Nya yang terdahalu, dan menurut kebijaksanaan-
Nya, Maka segala sesuatu telah diketahui oleh Allah, serta telah pula tertulis
disisi-Nya, dan Dialah yang telah menghendaki dan menciptakannya.

2. Islam
Islam sebagai sebuah nama dari nama agama tidak diberikan oleh para pemeluknya
melainkan kata “Islam” pada kenyataannya dicantumkan dalam Quran, yaitu:

89 | P a g e
- Wa radhitu lakum al-Islama dina. Allah mengakui bagimu Islam sebagai Agama
- Innaddina inda ilahi al Islam. Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam.
Berdasarkan dua ayat tersebut maka jelaslah bahwa nama Islam diberikan oleh Allah
sebagai sebuah nama agama dan bukan nama hasil ciptaan manusia yang memeluk agama
tersebut. Ada beberapa pengertian Islam, yaitu:
- Islam berarti kepatuhan atau penyerahan diri.
- Islam berarti kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan diri dan
kepatuhan.
- Islam dalam bahasa Arab ialah sebagai kata benda jenis masdhar yaitu berasal dari
kata kerja. Aslama yang berarti berserah diri kepada Allah. Manusia dalam berhadapan
dengan Tuhannya mengakui akan kelemahannya dan mengakui kemutlakan kekuasaan
Tuhan. Bagaimanapun tingginya kemampuan manusia yang berwujud menghasilkan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebudayaan, namun itu semua merupakan cermin,
tanda, kekuasaan Tuhan tidak ada artinya.

Islam. Secara garis besar ruang lingkup agama Islam mencakup: (1) hubungan
manusia dengan penciptanya (Allah SWT). Firman Allah SWT: Aku tidak menciptakan Jin
dan Manuisa melainkan supaya mereka menyembahKu”(QS. Az-Zariyat : 56). Hubungan
manusia dengan Allah disebut pengabdian (ibadah). Pengabdian manusia bukan untuk
kepentingan Allah, Allah tidak berhajat kepada siapapun, pengabdian itu bertujuan untuk
mengembalikan manusia kepada asal penciptaannya yaitu Fitrah (kesucian)-Nya agar
kehidupan manusia diridhai oleh Allah SWT. (2) hubungan manusia dengan manusia.
Firman Allah SWT: tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”(QS. Al-Maidah : 2).
Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan, kemasyarakatan,
kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar tersebut memberikan gambaran
tentang ajaran-ajaran yang berkenaan dengan, hubungan menusia dengan manusia atau
disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Seluruh konsep kemasyarakatan yang ada
bertumpu pada satu nilai, yaitu saling menolong antara sesama manusia. (3) Hubungan
manusia dengan makhluk lainya, lingkungannya. Firman Alah SWT: Tidakkah kamu
perhatikan, sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk mu apa yang ada di langit dan
apa yang ada di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin”(QS.
Luqman : 20). Seluruh benda yang diciptakan oleh Allah yang ada di alam ini mengandung
manfaat bagi manusia. Alam raya ini wujud tidak terjadi begitu saja, akan tetapi
diciptakan-Nya dengan sengaja, dengan hak.

Salima, berarti menyelamatkan, menentramkan, mengamankan yaitu menyelamat-


kan, menentramkan dan mngamankan orang lain baik dari kata-kata maupun perbuatan-
nya. Salamat yang berarti menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan diri sendiri.
Dari pengertian Islam tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan adanya 3 aspek, yaitu:
Pertama, Aspek vertikal. Mengatur antara makhluk dengan kholiknya (manusia dengan
Tuhannya). Dalam hal ini manusia bersikap berserah diri pada Allah. Kedua, Aspek
horisontal. Mengatur hubungan antara manusia dengan manusia. Islam menghendaki agar
manusia yang satu menyelamatkan, menentramkan dan mengamankan manusia yang lain.
Ketiga, Aspek batiniah. Mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat menim-
bulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan mental.

90 | P a g e
Istilah Islam berasal dari Bahasa Arab, merupakan bentuk masdar dari kata kerja
‫ اسمملما‬- ‫ اسمملم – يإسمملم‬yang secara etimologi mengandung makna : Sejahtera, tidak cacat,
selamat. Seterusnya kata salm dan silm, mengandung arti : kedamaian, kepatuhan, dan
penyerahan diri.6[4] Dari kata-kata ini, dibentuk kata salam sebagai istilah dengan
pengertian : Sejahtera, tidak tercela, selamat, damai, patuh dan berserah diri. Dari uraian
kata-kata itu pengertian islam dapat dirumuskan taat atau patuh dan berserah diri kepada
Allah.

Secara istilah kata Islam dapat dikemukan oleh beberapa pendapat:


a. Imam Nawawi dalam Syarh Muslim :
‫السلم وهو الستسلم والنقياد الظاهر‬
Islam berarti menyerah dan patuh yang dilihat secara zahir

b) Abu A’la al-Maudud berpendapat bahwa Islam adalah damai. Maksudnya


seseorang akan memperoleh kesehatan jiwa dan raga dalam arti sesungguhnya, hanya
melalui patuh dan taat kepada Allah.

c) Menurut Hammudah Abdalati, Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT.
Maksudnya patuh kepada kemauan Tuhan dan taat kepada Hukum-Nya.

Beberapa pengertian tersebut menunjukkan bahwa Islam itu ialah tunduk, patuh, taat, taat
kepada perintah Allah. Nabi sendiri menunjukkan bahwa Islam di bangun diatas lima
rukun, sebagaimana dijelaskan dalam Hadits:

‫حدثنا عبيد ا بن موسىَ قال اخبرنا حنظلة بن أبيِ سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضيِ ا عنهممما‬
‫ قال رسول ا صلىَ ا عليه و سلم ) بنيِ السلم علىَ خمس شهادة أن ل إله إل امم وأن محمممدا رسممول‬:‫قال‬
( ‫ا وإقام الصلة وإيإتاء الزكاة والحج وصوم رمضان‬

Abdullah bin musa telah bercerita kepada kita, dia berkata ; Handlalah bin Abi Sufyan
telah memberi kabar kepada kita d ari ikrimah bin kholid dari abi umar ra. Berkata :
rasul saw. Bersabda : islam dibangun atas lima perkara : persaksian sesungguhnya tidak
ada tuhan selain Allah dan sesungguhnya nabi Muhammad adalah utusannya, mendirikan
sholat, memberikan zakat, hajji dan puasa ramadlan”.
Jadi, rukun Islam itu ada lima, yaitu: Syahadat, Shalat, Zakat, Puasa, Haji.

3. Ihsan
Ihsan berasal dari kata ‫ شحتسممشن‬yang artinya adalah berbuat baik, sedangkan bentuk
masdarnya adalah ‫اهيحشساين‬, yang artinya kebaikan. Allah SWT berfirman dalam Al Qur`an
mengenai hal ini. Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri…” (al-Isra’: 7). “…Dan berbuat baiklah (kepada oraang lain) seperti halnya Allah
berbuat baik terhadapmu….” (al-Qashash:77).
Ihsan. Pertama, Ihsan dalam Beribadah kepada Allah SWT. Ihsan ini memiliki dua
tingkatan: (1) kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, ini adalah
ibadah dari seseorang yang mengharapkan rahmat dan ampunan-Nya. Dan keadaan ini
merupakan tingkatan ihsan yang paling tinggi, karena dia berangkat dari sikap
membutuhkan, harapan dan kerinduan. Dia menuju dan berupaya mendekatkan diri
6
91 | P a g e
kepada-Nya. Jika kamu tidak mampu beribadah seakan-akan kamu melihat-Nya, maka
(2) sesungguhnya Dia melihatmu, dan ini ibadah dari seseorang yang lari dari adzab dan
siksanya. Dan hal ini lebih rendah tingkatannya daripada tingkatan yang pertama, karena
sikap ihsannya didorong dari rasa diawasi, takut akan hukuman.
Maka suatu ibadah dibangun atas dua hal ini, puncak kecintaan dan kerendahan, maka
pelakunya akan menjadi orang yang ikhlas kepada Allah. Dengan ibadah yang seperti itu
seseorang tidak akan bermaksud supaya di lihat orang, riya, di dengar orang, sum'ah,
maupun menginginkan pujian dari orang atas ibadahnya tersebut. Tidak peduli ibadahnya
itu nampak oleh orang maupun tidak diketahui orang, sama saja kualitas kebagusan
ibadahnya. Muhsinin, orang yang ihsan, akan selalu membaguskan ibadahnya disetiap
keadaan.
Kedua, Ihsan kepada makhluk ciptaan Allah. Berbuat ihsan kepada makhluk
ciptaan Allah dalam empat hal, yaitu: (1) Harta. Dengan cara berinfak, bersedekah dan
mengeluarkan zakat. Jenis perbuatan ihsan dengan harta yang paling mulia adalah
mengeluarkan zakat karena dia termasuk di dalam Rukun Islam. Kemudian juga nafkah
yang wajib diberikan kepada orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya seperti istri,
anak, orang-tua, dll. Kemudian sedekah bagi orang miskin dan orang yang membutuhkan
lainnya; (2) Kedudukan. Kedudukan manusia itu bertingkat-tingkat jabatannya. Apabila
dia memiliki kedudukan dengan kewenangan tertentu, maka itu digunakannya untuk
membantu kepentingan orang lain; (3) Ilmu. Memberikan ilmu yang bermanfaat kepada
orang lain, dengan cara mengajarkannya; (4) Badan. Menolong seseorang dengan
tenaganya. Membawakan barang-barang orang yang keberatan, mengantarkan orang untuk
menunjukkan jalan, dan ini termasuk bentuk sedekah dan bentuk ihsan kepada makhluk
Tuhan.
Ihsan adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi target seluruh hamba
Allah swt. Sebab, ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-Nya.
Sebaliknya, seorang hamba yang tidak mampu mencapai target ini akan kehilangan
kesempatan yang sangat mahal untuk menduduki posisi terhormat dimata Allah swt.
Rasulullah saw. pun sangat menaruh perhatian akan hal ini. Seluruh ajarannya mengarah
kepada satu hal, yaitu menunjukkan tanda keagungan-Nya yang mulia.

4. Hubungan Iman, Islam, Ihsan


Iman, Islam dan Ihsan hubungannya sendiri sangat erat. Sebagaimana dalam hadits
nabi SAW yang artinya:
Dari Umar radhiyallahu’anhu juga dia berkata : Ketika kami duduk-duduk disisi
Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam suatu hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki
yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak
padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang
mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua
lututnya kepada kepada lututnya (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) seraya berkata, “
Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam ?”, Maka bersabdalah Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilah
(tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah,
engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika
mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya
dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “ Beritahukan aku tentang
Iman “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
92 | P a g e
kitab-kitab-Nya, rasulrasul- Nya dan hari akhir dan engkau beriman kepada takdir yang
baik maupun yang buruk “, kemudia dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata
lagi: “ Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau
beribadah kepada Allah seakanakan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya
maka Dia melihat engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari
kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya ". Dia berkata,“ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya “, beliau bersabda, “
Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang
kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba
meninggikan bangunannya “, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar.
Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wasallam) bertanya,“ Tahukah engkau siapa
yang bertanya ?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui “. Beliau
bersabda,“ Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan
agama kalian “. (Riwayat Muslim)
Hadis di atas mengetengahkan 4 (empat) masalah pokok yang saling berkaitan satu sama
lain, yaitu iman, Islam, ihsan, dan hari kiamat. Pernyataan Nabi saw. di penghujung hadis
di atas bahwa “itu adalah Malaikat Jibril datang mengajarkan agama kepada kalian”
mengisyaratkan bahwa keempat masalah yang disampaikan oleh malaikat Jibril dalam
hadis di atas terangkum dalam istilah ad-din (baca: agama Islam). Hal ini menunjukkan
bahwa keberagamaan seseorang baru dikatakan benar jika dibangun di atas pondasi Islam
dengan segala kriterianya, disemangati oleh iman, segala aktifitas dijalankan atas dasar
ihsan, dan orientasi akhir segala aktivitas adalah ukhrawi.
Atas dasar tersebut di atas, maka seseorang yang hanya menganut Islam sebagai agama
beJumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya, iman tidaklah berarti apa-apa
jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan iman akan
mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan mengandung konsep
keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Keterkaitan antara ketiga konsep di atas (Islam,
iman, dan ihsan) dengan hari kiamat karena karena hari kiamat (baca: akhirat) merupakan
terminal tujuan dari segala perjalanan manusia tempat menerima ganjaran dari segala
aktifitas manusia yang kepastaian kedatangannya menjadi rahasia Allah swt.

5. Perbedaan Iman, Islam, dan Ihsan


Perbedaan diantara ketiganya, sekaligus merupakan identitas masing-masing.
Iman lebih menekankan pada segi keyakinan dalam hati. iman adalah amal perbuatan
yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Islam merupakan sikap untuk berbuat
dan beramal. Islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukunn Islam yang lima,
Sedangkan ihsan merupakan pernyataan dalam bentuk tindakan nyata. Dengan ihsan,
seseorang bisa diukur tipis atau tebal iman dan islamnya. perwujudan dari iman dan
islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri. Lingkup
ihsan itu mencakup islam, dan islam itu mencakup iman, dan iman itu menjadi pondasi
untuk seluruh gerak langkah seorang hamba, baik berkenaan dengan islam, maupun
berkenaan dengan ihsan.

6. Keutamaan Iman, Islam, dan Ihsan


Setiap pemeluk Islam mengetahui dengan pasti bahwa Islam (Al-Islam) tidak sah tanpa
iman (Al-Iman), dan iman tidak sempurna tanpa (Al-Ihsan). Sebaliknya, ihsan adalah

93 | P a g e
mustahil tanpa iman, dan iman juga tidak munngkin tanpa Islam. Ali Bin Abi Thalib
mengemukakan tentang keutamaan Iman, Islam dan Ikhsan sebagai berikut:
“Sahabat Ali berkata: sesungguhnya iman itu terlihat seperti sinar yang putih, apabila
seorang hamba melakukan kebaikan, maka sinar tersebut akan tumbuh dan bertambah
sehingga hati (berwarna) putih. Sedangkan kemunafikan terlihat seperi titik hitam, maka
bila seseorang malakukan perkra yang diharamkan, maka titik hitam itu akan tumbuh dan
bertambah hingga hitamlah (warna) hati”

C. Ringkasan
Iman, islam dan ihsan merupakan tipologi agam islam diman sesuai dengan hadits
nabi diatas.Iman, islam dan ihsan saling berhubungan karena seseorang yang hanya
menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan iman. Sebaliknya,
iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam. Selanjutnya, kebermaknaan
Islam dan iman akan mencapai kesempurnaan jika dibarengi dengan ihsan, sebab ihsan
mengandung konsep keikhlasan tanpa pamrih dalam ibadah. Iman lebih menekankan pada
segi keyakinan di dalam hati, Islam adalah sikap aktif untuk berbuat/beramal,ihsan
merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari
kadar iman dan islam itu sendiri.

D. Rujukan
http://irpanharahap.blogspot.com/2011/07/hubungan-tasawuf-dengan-ilmu-lainnya.html
Asmaran As., M.A. 2002. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Mahmud Syaltut, 1966. Islam Aqidah wa Syariah I, Kairo: Dar al-Kalam.
Hamka. 1982. Iman dan Amal Shaleh. Jakarta: Pustaka Panjimas
Fadhil, M. Mustaqim, Buku Ajar Pokok-Pokok Materi Al Islam 1, Univ. Muhammadiyah

E. Latihan
1. Berapakah rukun iman, jelskan!
Jawaban :
Ada enam yaitu engkau beriman kepada :
1. Allah, yaitu satu2nya Zat yang disembah;
2. Para Malaikat-Nya, yaitu hamba-Nya yang memiliki tugas khusus pd manusia
3. Kitab-kitab-Nya, yaitu kitab suci yang diturunkan-Nya kepada para utusan
4. Para Rasul-Nya, yaitu para utusan yang diberi amanah meluruskan jalan umat
5. Hari Akhir, yaitu hari berakhirnya kehidupan ini, dan awalnya kehidupan hakiki.
6. Takdir baik dan buruk, yaitu garis hidup yang sudah di jatah: lahir, mati, rizki,

2. Apa tingkatan kedua dari tingkatan agama Islam? Jelaskan cabang Iman!
Jawaban :
Tingkatan kedua adalah iman
Cabang iman ada 73 cabang, yang paling tinggi adalah ucapan ( ‫ ) ل إله إل ا‬dan
yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan dan malu adalah
cabang dari iman.

3. Apa perbedaan ihsan dan akhlak?


Jawaban :

94 | P a g e
ihsan adalah perilakunya senantias baik. Adapun akhlak adalah perilakunya bisa
baik dan bisa juga buruk.

4. Apa itu ihsan? tuliskan dalilnya!


Jawaban:
Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan engkau melihat-Nya maka jika
engkau tidak melihat-Nya maka (yakini) bahwa Dia melihatmu.
Apa dalilnya ?
Firman Allah Ta’ala :
(‫اش شمشع اللهذيإشن اتلقشيوا شواللهذيإشن هتيم تميحهستنوشن‬
‫( )إهلن ل‬١۲٨:‫)النحل‬
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang
berbuat kebaikan. (QS. An Nahl : 128)

Firman Allah Ta’ala :


(‫ك هفيِ اللساهجهديإشن إهنلهت هتشو اللسهميتع ايلشعهليتم‬ ‫الشعراء( )شوتششولكيل شعشلىَ ايلشعهزيإهز اللرهحيهم اللهذيِ يإششرا ش‬
‫ك هحيشن تشتقوتم شوتشقشلنبش ش‬
۲ ١۷ ۲۲ ٠
: - )

Bertawakkallah kepada (Allah) yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. Yang
melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sholat). Dan (melihat pula) perobahan
gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya dia adalah yang
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. As Syu’ara : 217-220)

Firman Allah Ta’ala :


‫شوشما تشتكوتن هفيِ ششأيمن شوشما تشيتتلو همينهت همين قتيرآْمن شول تشيعشمتلوشن همين شعشممل إهلل تكلنا شعلشييتكيم تشتهوداة إهيذ تتهفي ت‬
‫ضوشن هفيهه‬
(٦١ : ‫)يإونس‬
Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Al
Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan kami menjadi
saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. (QS. Yunus :61)

F. Daftar Istilah
1. Rohani yaitu usaha untuk hidup iman, sebab pada dasarnya hidup
merupakan penyerahan diri penuh kepada Tuhan
2. Aqidah yaitu ketetapan hati
3. Hari kiamat yaitu peristiwa di mana alam semesta beserta isinya hancur
luluh yang membunuh semua makhluk di dalamnya tanpa terkecuali.
4. Agama yaitu berasal dari bahasa arab yang mempunyai dua istilah yaitu
addien dan almillah. Addien berarti syari’at dan almillah berarti orang yang
melaksanakan ibadah agamanya.

95 | P a g e
BAB VIII
Ujian Tengah Semester (UTS)

Pilihan ganda
1. Dalam pengertian ihsan, ada dalil yang menyebutkan bahwa “Jika kamu berbuat
baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…”. Potongan ayat tersebut
adalah potongan ayat dari....
a. QS: Al- Isra: 17
b. QS: Al-Isra:27
c. QS: Al-Isra:7
d. QS: Al-Isra:37

2. Berikut ini, yang bukan termasuk ruang lingkup ilmu tauhid adalah....
a. Hal-hal yang berhubungan dengan Allah SWT atau mabda
b. Hal-hal yang berhubungan dengan masa yang telah berlalu
c. Hal-hal yang berhubungan dengan utusan Allah sebagai perantara antara
manusia dan Allah, atau disebut pula wasithah
d. Hal-hal yang berhubungan dengan hari yang akan datang (maád)

3. Manakah pernyataan yang tepat diantara beberapa pernyataan dibawah ini.....


a. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam hati
b. Ihsan bukan merupakan perwujudan dari iman dan islam,yang sekaligus
merupakan cerminan dari kadar iman dan islam itu sendiri
c. Islam adalah sikap pasif untuk berbuat/beramal
d. Iman lebih menekankan pada segi keyakinan di dalam pikiran

4. Yang dimaksud dengan aspek vertikal dalam ruang lingkup islam adalah....
a. Aspek yang mengatur hubungan antara makhluk dengan kholiknya
(manusia dengan Tuhannya)
b. Aspek yang mengatur hubungan manusia dengan makhluk ciptaan Allah
SWT. yang lain
c. Aspek yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia
d. Aspek yang mengatur ke dalam orang itu sendiri, yaitu supaya dapat
menimbulkan kedamaian, ketenangan batin maupun kematapan rohani dan mental

5. Dibawah ini yang termasuk sifat-sifat mustahil bagi Allah, kecuali ....
a. Fana ‘
b. Karahah
c. Wujud
d. Sama’

6. Kata “Jaiz” menurut bahasa berarti ....


a. Boleh
b. Terpercaya
c. Amanah
d. Tekun

96 | P a g e
7. Berikut dibawah ini manfaat beriman kepada Allah diantaranya, kecuali ...
a. Menguatkan Tauhid kepada Allah
b. Sesorang akan mencintai Allah secara sempurna
c. Selalu merasa angkuh di depan setiap orang
d. Menyadari kelemahan diri di depan Allah

8. Dibawah ini yang merupakan contoh dari sifat ma’ani yaitu ...
a. Sama’
b. Qadiran
c. Muridan
d. Baqa

9. Dalam surah fatir ayat 1, Allah SWT menjelaskan salah satu bentuk malaikat yaitu .
..
a. Memiliki taring
b. Memiliki sayap
c. Memiliki lingkaran putih diatas kepala
d. Jumlahnya sangat banyak
e. Bisa berubah bentuk

10. Ayat al – Qur’an yang menyatakan bahwa kitab al – Qur’an tidak terdapat
keraguan adalah . . . .
a. Al – Baqarah : 2
b. Al – Maidah : 3
c. Al – Baqarah : 213
d. Al – Maidah : 48
e. Al – baqarah : 5

11.Di antara perbedaan manusia dengan malaikat adalah . . . .


a. Keduanya makhluk Allah
b. Malaikat senantiasa taat, sedangkan manusia kadang taat kadang bermaksiat
c. Keduanya penghuni surga
d. Memiliki nafsu yang terkendali
e. Malaikat dari cahaya, manusia dari tulang

12. Keyakinan bahwa rezeki itu diatur oleh Allah melaui malaikat – Nya, maka
sikap muslim atau muslimah apabila memperoleh rezeki adalah . . . .
a. Menerima rezeki itu untuk kepentingan orang banyak
b. Menggunakan rezeki itu dengan cara ikhlas dan senang hati
c. Bersyukur kepda Allah dengan cara mengucapkan Alhamdulillah
d. Bersyukur kepada Allah dengan cara menggunakan rezeki pada yg diridai
Allah
e. Menggunakan rezeki itu untuk kepentingan diri sendiri

13. Dibawah ini termasuk nama lain dari hari kiamat, kecuali....
a. Hari pembalasan
b. Hari panggil-memanggil
c. Hari ancaman
97 | P a g e
d. Hari orang dihisab

14. Hal berikut ini merupakan Tanda-tanda hari kiamat.


i) Matahari muncul dari barat
ii) Rusaknya Ka’bah
iii) Minuman keras merajalela
iv) Munculnya binatang ajaib yang bisa berbicara
v) Pembunuhan merajalela
Pernyataan yang benar untuk tanda-tanda hari kiamat kubra adalah....
a. I-II-V
b. III-IV-V
c. I-II-IV
d. II-III-V

15. Hari bangkitnya kembali seluruh umat manusia sejak nabi Adam a.s. hingga
manusia terakhir dari alam kubur setelah malaikat Israfil meniup sangkakala yang
kedua. Pernyataan tersebut adalah pengertian dari...
a. yaumul masyar
b. yaumul ba’ats
c. yaumul mizan
d. yaumul hisab

16. Beriman kepada qada dan qadar Allah melahirkan hikmah yang dapat kita
ambil, berikut ini yang tidak termasuk hikmah beriman kepada qada dan qadar
adalah....
a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar
b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja
d. Mendekatkan diri pada kebudayaan orang kafir

17. Perhatikan pernyataan berikut ini


(1) Kekuasaan yang dimiliki manusia hakikatnya adalah pemberian Allah
(2) Allah SWT memberi rezeki kepada segala makhluk-Nya yang bernyawa.
(3) Hukuman Allah terhadap orang zalim merupakan tambahan bukti bahwa
Dia itu Maha Pengasih
(4) Allah tidak akan menurunkan musibah terhadap orang-orang bertakwa.
(5) Orang beriman, walaupun ketika matinya berdosa besar, akan masuk surga
tanpa hisab.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut, yang termasuk sikap prilaku orang-orang
beriman kepada Allah SWT dan sifat-sifat-Nya adalah ….
a. (2), (3) dan (5)
b. (2), (3) dan (4)
c. (1), (3) dan (4)
d. (2), (4) dan (5)
e. (1), (2) dan (3)

98 | P a g e
18. Dalil naqli bahwa Allah SWT itu bernama AL-Malik (Maha Merajai) adalah
firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat…
a. Al-
Fatihah : 3
b. Al-
A’raf: 93
c. Al-
Mu’minun 116
d. Al-
Jumu’ah : 1
e. Ali-
Imran: 26
19. Allah Swt bernama As-Salam artinya ….
a. Maha suci
b. Maha pengampun
c. Maha bijaksana
d. Maha sejahtera
e. Maha Terpercaya

20. Orang beriman yang meneladani sifat-Nya, Al-Quddus, tentu akan ….


a. Bersikap dan berprilaku pemurah
b. Mempertahankan kesucian dirinya dari segala noda
dan dosa
c. Suka memberi maaf kepada setiap orang bermasalah
d. Berprilaku absolut, jika dianugerahi Allah SWT
kekuasaan
e. Memiliki kemerdekaan penuh untuk menentukan
pilihan, melakukan perbuatan.

Essay
1. Jelaskan macam-macam ilmu tauhid!
2. Apa yang dimaksud dengan sifat wajib bagi Allah, dan kelompokan sifat-sifat
wajibnya menurut ulama kalam!
3. Apakah perbedaan Kitab dan Suhuf, jelaskan!
4. Sebutkan perbedaan manusia dan malaikat!
5. Tuliskan ayat Al-Qur’an tentang gambaran kedahsyatan hari kiamat!
6. Seorang siswa akan menghadapai ujian nasional, setiap hari siswa tersebut belajar
dengan sungguh-sungguh dan berdoa, agar dapat lulus pada ujian nasional tersebut.
Pada hari pelulusan tiba siswa tersebut dinyatakan lulus. Berdasarkan kejadian
tersebut apakah siswa tersebut lulus itu merupakan takdir Allah? Jelaskan disertai
ayat Al-Qur’an tentang qada-qadar Allah!
7. Jelaskan, bagaimana tingkatan dari agama Islam itu!

99 | P a g e
BAB IX
PERKEMBANGAN ILMU TAUHID

A. Standar Kompetensi
1. Menjelaskan perkembangan ilmu tauhid.
2. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tauhid.
3. Menjelaskan perkembangan tauhid dari masa ke masa.
4. Menjelaskan perkembangan tauhid di masa rasulullah saw.
5. Menjelaskan perkembangan tauhid di masa khulafaurrasyidin.
6. Menjelaskan perkembangan tauhid di masa bani umayyah.
7. Menjelaskan perkembangan tauhid di masa bani abbasiyah.
8. Menjelaskan perkembangan tauhid di masa pasca masa bani abbasiyah.

B. Uraian Materi
1. Perkembangan Ilmu Tauhid
Tauhid berasal dari Bahasa Arab, masdar dari kata ‫ومحد – يإومحد‬. Secara etimologis,
tauhid berarti keesaan. I’tikad, keyakinan, bahwa Allah Taala adalah Esa, Tunggal, Satu.
Keesaan Allah, ”; Mentauhidkan berarti mengakui keesaan Allah; Mengesakan Allah.
Ilmu Tauhid disebut juga ilmu Kalam, ialah ilmu yang berisi alasan-alasan yang
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman dengan menggunakan dalil-dalil pikiran
dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-
kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah.
Sejarah tentang Tauhid dimulai sejak diutusnya Nabi Adam a.s oleh Allah untuk
menganjarkan ketauhidan yang murni kepada anak dan cucunya. Ajaran Adam tentang
Tauhid yaitu tentang KeEsaan Allah SWT. Semenjak itulah manusia telah mengetahui dan
meyakinkan tentang adanya keEsaan Allah sebagai sang Pencipta alam semesta ini. Hal ini
(adanya tauhid sejak zaman Nabi Adam) seperti firman Allah dalam surat Al Anbiya’ ayat
25 yang berbunyi:
‫وما ا ر سلنك من قبلك من رسول‬
‫ال نوحيِ اليه انه ل اله الانا فعبدو‬
Tidaklah kami mengutus sebelum engkau seseorang rosul pun melainkan kami
wahyukan kepadanya: bahwasanya tiada tuhan yang sebenarnya disembah
melainkan Aku, maka sembahlah Daku

Semua Nabi dan Rasul mengaku dan mengimani bahwa Tuhan itu Tunggal, dan
mengajak umat yang dibinanya untuk mempercayai hal yang sama. Para Nabi dan Rasul
kiranya dapat kita umpamakan sebagai rangkaian pelari estafet yang membawa tongat,
yang kemudian diserahkan kepada pelari berikutnya sampai pelari terakhir. Di dalam QS.
Hud: 50. Lalu kami utus kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri,
(yang berkata): kalian sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Dia, maka
apakah kalian tidak bertaqwa kepada-Nya. Umat manusia yang telah dibuka hatinya oleh
Allah menerima hakikat hidup itu, menerima dan mematuhi ajaran Nabi Adam. Akan
tetapi setelah Nabi Adam wafat, umat pun kehilangan pembimbing. Mereka pun mulai
menyimpang dari ajaran semula dan meninggalkan sedikit demi sedikit ajarannya sehingga
100 | P a g e
tersesat dari jalan lurus dan kehidupan mereka pun menjadi kacau. Untuk itu Allah
mengutus para Nabi dan Rosul untuk memberikan petunjuk kepada umat manusia.
Nabi Nuh a.s., diutus sebagai pemimpin dan pengatur manusia yang kacau porak
poranda setelah ditinggalkan oleh Nabi Adam. Sebelum Nabi Nuh a.s pun telah diutus
Nabi-Nabi yang ditugaskan untuk meneruskan ajaran Nabi Adam a.s. Setelah Nabi Nuh
wafat, manusia kembali kehilangan pemimpin dan pengaturnya dan menjadi kacau balau
sampai diutusnya Nabi Ibrahim Oleh Allah SWT . Nabi Ibrahim selain mengajarkan dan
memimpin ketauhidan terhadap Allah juga beliaulah yang mula-mula membawa dan
mengajarkan syari’at. Periode antara Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad masih banyak
lagi Nabi-Nabi yang diutus Allah untuk menjaga ketauhidan dikalangan umat manusia,
agar tidak terkikis dari sanubari manusia. Diantara Nabi-Nabi itu ialah: Nabi Luth a.s,
Nabi Ismail a.s, Nabi Ishaq a.s, Nabi Yakub a.s, Nabi Yusuf a.s, Nabi Musa a.s, Nabi
Harun a.s, Nabi Yusa’ a.s, Nabi Daud a.s, Nabi Sulaiman a.s, Nabi Hud a.s, Nabi Shaleh
a.s, Nabi Syu’aib a.s, Nabi Zakaria a.s, Nabi Yahya a.s, Nabi Ayyub a.s, Nabi Zulkifli a.s,
Nabi Isa a.s dan Nabi Muhammad SAW.
Diantara Nabi-Nabi yang dua puluh lima tersebut ada lima orang Nabi yang
mendapat julukan Ulul Azmi yaitu: Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa dan
Nabi Muhammad SAW. Semua Nabi-Nabi itu mengajarkan kepada umatnya untuk
mentauhidkan dan meyakini bahwa yang menjadikan alam semesta ini Esa yaitu Allah
SWT. Nabi Musa a.s diutus oleh Allah untuk mengajarkan ketauhidan. Allah menurunkan
kitab Taurat secara sekaligus kepada Nabi Musa a.s. Taurat itu mengandung syariat atau
peraturan-peraturan Allah yang diturunkan kepada Nabi Musa untuk diamalkan dan
berpegang teguh padanya. Syariat itu telah dijalankan oleh umat Nabi Musa sebagai
petunjuk dan pedoman hidup mereka sewaktu Nabi Musa masih hidup. Akan tetapi setelah
Nabi Musa wafat bani Israil atau orang Yahudi lama kelamaan menyimpang dari kitab
Taurat sehingga menyebab kerusakan. Pada masa bani Israil ditinggalkan Nabi Musa,
timbul perselisihan dan perubahan-perubahan atau penyimpangan-penyimpangan yang
dilakukan oleh sebagian mereka. Nabi Isa pun diutus oleh Allah sebagai Pendamai dan
mengembalikan pada ajaran agama yang semula, yaitu tentang ke Esaan Allah.
Nabi Isa mengajarkan ketauhidan dengan berdasarkan pada kitab yang telah
diturunkan oleh Allah yaitu kitab Injil. Di dalam kitab Injil terkandung: nasihat-nasihat,
petunjuk-petunjuk terhadap orang yang mengimaninya. Nabi Isa secara terus menerus
menyiarkan agama tauhid serta mendamaikan umatnya walaupun mendapat rintangan-
rintangan dari bani Israil. Dengan kebencian orang-orang Yahudi, mereka berniat untuk
membunuh Nabi Isa. Akan tetapi Allah melindungi Nabi Isa dengan menyamarkan orang
yahudi. Orang Yahudi itu menangkap salah seorang dari mereka yang telah diubah
wajahnya mirip dengan Nabi Isa. Nabi Isa pun diangkat oleh Allah. Setelah ditinggalkan
Nabi Isa (menurut kepercayaan orang-orang Nasrani), sedikit demi sedikit mulai berubah
ketauhidannya sehingga umat menyimpang dari ajaran semula dan terlepas dari dasar-
dasar ketauhidan yang murni. Adapun perubahan yang terjadi sebagai berikut:
a. Segolongan orang Nasrani yang diketahui oleh Paulus sebagai kepala
agama di Intokia(syiria) memegang sungguh-sungguh ketauhidan yang murni.
Mereka berpendapat bahwa Isa itu seorang hamba dan pesuruh Allah sebagai
juga Rasul yang lain.
b. Golongan Arius, yaitu golongan Nasrani pengikut aliaran “Arius” seorang
pendeta di Iskandariah. Ia masih berpegang teguh pada ketauhidan yang
sebenarnya. Ia berpendapat bahwa Isa hamba Allah. Akan tetapi ia menambahi

101 | P a g e
keterangan bahwa Isa sebagai “kalimah Allah” dari situlah mulai ada bayangan
yang mengarahkan bahwa Isa itu adalah Allah.
c. Golongan Parpani. Golongan yang ini berpendapat bahwa Isa dan ibunya
dalah Tuhan. Demikian inilah keadaan Nasrani yang datang kemudian. Mereka
mengangap bahwa Tuhan itu menjadi tiga. Dan hampir semua orang Nasrani
mempercayai bahwa Tuhan itu terdiri dari 3 oknum. Ketiga oknum itu sebernya
satu juga yaitu: Bapa, anak dan Ruhul Kudus.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tauhid
Semua nabi, mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, bertugas mengayomi
umat untuk meyakinkan bahwa yang menjadikan alam semesta ini adalah Tunggal, Esa,
yaitu Allah SWT. Demikianlah adanya garis lurus sejak Nabi Adam sampai kepada Nabi
Muhammad SAW, memercayai suatu keyakinan yang tunggal tentang sifat dan zat
pencipta alam, yaitu Allah SWT. Metode ilmu Tauhid belum dikenal pada masa Nabi
Muhammad Saw. dan sahabat-sahabatnya, melainkan baru dikenal pada masa setelahnya,
setelah ilmu-ilmu keislaman satu persatu muncul dan setelah orang banyak suka
membicarakan alam ghaib atau metafisika. Namun jika dikaji secara keseluruhan, Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Ilmu Tauhid itu dapat dikelompokkan kepada 2
faktor yaitu internal dan eksternal.
a. Faktor Internal.
Faktor internal adalah faktor yang datang dari umat islam. Yaitu sebagai berikut:
1) Al-Qur’an. Al-Qur’an selain membawa ajaran untuk meng-Esakan Tuhan dan
membenarkan keutusan Nabi Muhammad SAW, di bagian–bagian lain yang
berhubungan dengan bidang akidah. Banyak ayat Al-Qur’an yang mendorong umat
manusia agar dengan akal pikirannya mau memikirkan nikmat, hikmat dan
kesempurnaan segala ciptaan-Nya. Harun nasution memberikan beberapa contoh dari
rincian ayat-ayat yang menganjurkan manusia untuk menggunakan akalnya,
sebagaimana berikut ini:
a) Nadhara, melihat secara absrak dalam arti berfikir dan merenungkan kata
ini digunakan anatara lain: Surat Qaf ayat 6 dan Surat al-Thariq ayat 5.
b) Taadzkkara yang berarti mengingat, memperhatikan atau mempelajari.
Terdapat pada surat al-Nahl ayat 17 dan surat ad-Dzariyat ayat 49.
c) Fahima yang artinya memahami, dalam bentuk “fahama”. Terdapat dalam
surat al-Anbiya ayat 79.
d) Tadabbara (merenungkan) terdapat pada surat al-nahl ayat 69 dan surat al-
Jatsiyah ayat 13.
e) Faqiha (mengerti atau paham) terdapat pada surat alIsra ayat 44.
Selain itu al-Quran pun banyak menyinggung dan membantah golongan-golongan
ateis, musyrikin dan mereka yang tidak mengakui keputusan Nabi. Adapun ayat-ayat
yang menjelaskan masalah ini antara lain surat Al-jatsiyah ayat 24, surat al-an’am ayat
76-74 dan surat al isra ayat 94.

2) Kaum Muslimin. Pada awalnya, pemeluk agama islam menerima secara utuh apa
yang diajarkan agama tanpa harus mengadakan penyelidikan. Sesudah itu datanglah
persoalan agama yang dipicu karena semakin banyaknya orang–orang non muslim yang
masuk islam. Disinilah kaum muslimin mulai memakai filsafat untuk memperkuat
argumen–argumennya. Kemudian datang pula orang–orang yang mengumpulkan ayat–
ayat Al-Qur’an. Oleh karena itu, timbullah perbedaan dan perselisihan paham diantara

102 | P a g e
mereka dan dari yang demikian inilah yang merupakan faktor bagi timbulnya Ilmu
Tauhid.

3) Politik. Sejarah telah mencatat bahwa, ketika Nabi Muhammad SAW wafat tidak
ada ketentuan khusus untuk menetapkan siapa yang akan menggantikannya sebagai
“kepala negara”. Persoalan ini mengakibatkan perdebatan yang sangat tajam,
perpecahan serta peperangan politik yang tercatat dalam sejarah islam. Terbunuhnya
Utsman bin Affan telah menjadi malapetaka besar atas umat islam, sebab sejak saat itu
umat islam mulai terpecah secara politis menjadi beberapa sekte. Perselisihan dan
perpecahan yang bermula pada masalah politik segera merambat ke bidang akida
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ekstern ialah factor yang datang dari luar islam. Faktor tersebut
antara lain ialah pola piker ajaran agama lain yang dibawa oleh orang tertentu, termasuk
Umat Islam yang dahulunya menganut agama lain ke dalam ajaran islam.
1) Kepercayaan non Muslim. Problema akidah merupakan konsekuensi logis dari
meluasnya daerah dan kekuasaan islam. Meluasnya daerah kekuasaan islam ini diikuti
pula oleh banyaknya orang–orang non muslim yang masuk islam. Tidak semua orang
yang masuk islam itu dengan keikhlasan hati, tetapi diantaranya mungkin ada yang
karena terpaksa ataupun karena motif–motif lain. Hal ini terbukti misalnya, setelah
Rosulullah SAW wafat dan Abu Bakar baru saja di bai’at muncullah orang–orang yang
murtad dari islam, ada yang mengaku sebagai nabi.

2) Filsafat. Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju mendorong dalam


usaha penterjemahan buku – buku filsafat ke dalam bahasa arab. Dalam usaha
penterjemahan itulah diantaranya ada yang memasukkan dan menyebarkan faham–
faham filsafat mereka ke dalam agama islam dengan corak islami.
Orang–orang yahudi dan kristen berusaha menyerang islam dengan senjata filsafat,
bersamaan dengan itu kaum muslimin terdorong untuk mempelajari dan mempergunakan
filsafat di dalam usaha mempertahankan islam, khususnya bidang akidah.
Filsafat sebagai salah satu faktor yang turut melahirkan ilmu kalam, sekaligus juga turut
membentuk, memberi corak dan mewarnainya. Sebab di dalam ilmu kalam itu, Islam
adalah sendinya, dengan AlQur’an sebagai dalil Naqli yang pokok dari pada dalil aqli
(filsafat menjadi factor pula dalam kelahiran ilmu tauhid.

3. Perkembanagan Tauhid dari Masa ke Masa


Ilmu yang menetapkan akidah-akidah diniyah yang didalamnya diterangkan segala
yang disampaikan rosul dari Allah tumbuh bersama-sama dengan tumbuhnya agama
didunia ini. Para ulama disetiap umat berusaha memelihara agama dan meneguhkannya
dengan aneka macam dalil yang dapat mereka kemukakan. Tugasnya ilmu tauhid ini
dimiliki setiap oleh semua umat hanya saja dalam kenyataanyalah yang berbeda-beda. Ada
yang lemah, ada yang kuat, ada yang sempit, ada yang luas, menurut keadaan masa dan
hal-hal yang mempengaruhi perkembangan umat, seperti tumbuhnya macam-macam rupa
pembahasan.
Adapun ilmu yang menetapkan akidah-akidah islamiyah dengan jalan
mengemukakan dalil dan mempertahankan dalil-dalil itu tumbuh bersama-sama dengan
tumbuhnya islam, dan dipengaruhi oleh perkembangan jalan pikiran dan keadaan umat
islam. Ilmu tauhid ini telah melalui beberapa masa, yaitu: Masa Rasulullah,
Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah, Bani Abbasiyah, Pasca Bani Abbasiyah
103 | P a g e
4. Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Rasulullah SAW
Tauhid sebagai ilmu baru muncul pada abad ke-3 Hijriyah, namun di zaman
Rasulullah saw tauhid ditanamkan beliau secara mendalam kepada para sahabat, baik
melalui penjelasan, nasihat, maupun sikap dan tingkah laku bertauhid. Masa Rasulullah
saw merupakan masa menyusun peraturan-peraturan, menetapkan pokok-pokok akidah,
menyatukan umat islam dan membangun kedaulatan islam. Masa ini para muslimin
kembali kepada Rasul sendiri untuk mengetahui dasar-dasar agama dan hukum-hukum
syari’ah. Mereka disinari oleh nur wahyu dan petunjuk-petunjuk al Qur’an. Rasulullah
menjauhkan para umat dari segala hal yang menimbulkan perpecahan dan perbedaan
pendapat. Dan tidaklah diragukan oleh siapapun bahwa perdebatan dalam masalah akidah
adalah sebab utama perpecahan dan perbedaan pendapat.
Masa Rasulullah saw merupakan periode pembinaan aqidah dan peraturan-peraturan
dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan Islam. Segala masalah yang kabur
dikembalikan langsung kepada rasulullah saw sehingga beliau berhasil mennghilangkan
pemecahan antara umatnya. Masing-masing pihak tertentu mempertahankan kebenaran
pendapatnya dengan dalil-dalil sebagaimana sebagaimana telah terjadi dalam agama
sebelum islam. Rasulullah mengajak kaum muslimin untuk mentaati Allah SWT dan
Rasul-Nya serta menghindari dari pemecahan yang menyebabkan timbulnya kelemahan
dalam segala bidang sehingga menimpulkan kekacauan.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat al-anfal ayat 46:
‫واﻃيعوا ا ورسوله ول تنازعوا فتفشلوا وتذهب ريإحكم واصبروا ان ا مع الصابريإن‬
Taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantah, yang
menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sel
sunngguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.

Bila terjadi perdebatan haruslah dihadapi dengan nasihat dan peringatan. Berdebat
dengan cara baik dan dapat menghasilkan tujuan dari perdebatan, sehingga terhindar dari
pertengkaran. Allah swt berfirman dalam Al-Quran surat An-Nahl ayat 125:
‫ادﻉ الىَ سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتيِ هيِ احسن‬
‫ان ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله وهو اعلم بالمهتديإن‬
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik
dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang
lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

Dengan demikian Tauhid di zaman Rasulullah SAW tidak sampai kepada perdebatan
dan polemik yang berkepanjangan, karena Rasul sendiri yang menjadi penengahnnya.

104 | P a g e
5. Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Khulafaur Rasyidin
Setelah Rasulullah wafat, dalam masa khalifah pertama dan kedua pada zaman
khalifah Abu Bakar (632-634 M) dan Umar bin Khattab (634-644). Problema keagamaan
juga masih relatif kecil, termasuk masalah aqidah, umat islam tidak sempat membahas
dasar-dasar akidah karena mereka sibuk mengahadapi musuh dan dan berusaha
mempertahankan kesatuan dan kesatuan umat. Tidak pernah terjadi perbedaan dalam
bidang akidah. Akan tetapi berikutnya, setelah Umar wafat dan Ustman bin Affan naik
tahta (644-656) fitnah pun timbul. Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi asal Yaman yang
mengaku Muslim, aktor utama penyulut pergolakan. Meskipun hal itu ditiupkan Abdullah
bin Saba’ pada masa pemerintahan Ustman, namun kemelut yang serius justru terjadi di
kalangan Umat Islam setelah Ustman mati terbunuh (656).
Dimasa Khalifah ketiga akibat terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan
terbunuhnya Khalifah Usman. Umat islam terpecah menjadi beberapa golonngan dari
partai, barulah masing-masing partai dan golongan-golonngan itu dengan perkataan dan
usaha dan terbukalah pintu ta’wil bagi al-quran dan hadits. Perselisihan di kalangan Umat
islam terus berlanjut di zaman pemerintahan Ali bin Abi Thalib (656-661) dengan
terjadinya perang saudara. Pertama, perang antara Ali dengan Zubair, Thalhah, dan Aisyah
yang dikenal dengan perang jamal. Kedua, perang antara Ali dan
Muawiyah yang dikenal dengan perang Shiffin. Pertempuran dengan Zubair dan kawan-
kawan dimenangkan oleh Ali, sedangkan dengan Muawiyah berakhir dengan tahkim
(Arbritrase). Hal ini berpengaruh pada perkembangan tauhid, terutama lahir dan tumbuh-
nya aliran-aliran Teologi dalam Islam.

6. Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Bani Umayyah


Pada zaman Bani Umayyah (661-750 M) masalah aqidah menjadi perdebatan yang
hangat di kalangan umat islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti
Murji’ah, Qadariah, Jabariah dan Mu’tazilah. Dalam masa ini kedaulatan islam betambah
kuat muslimin tidak perlu lagi berusaha untuk mempertahankan islam di masa
sebelumnya. Kesempatan ini digunakan kaum muslimin untuk megembangkan
pengetahuan dan pengertian tentang ajaran islam, apalagi dengan berduyun-duyun
pemeluk agama lain memeluk islam, yang jiwanya sebelumnya belum bisa sepenuhnya
meninggalkan unsur agamanya, telah menyusupkan beberaa jarannya. Masa inilah mulai
timbul keinginan bebas berfikir dan berbicara yang selama ini didiamkan oleh golongan
salaf. Muncullah sekelompok umat Islam membicarakan masalah Qadar (Qadariyah) yang
menetapkan bahwa manusia itu bebas berbuat, tidak ditentukan Tuhan. Sekelompok lain
berpendapat sebaliknya, manusia ditentukan Tuhan, tidak bebas berbuat (Jabariyah).
Kelompok Qadariyah ini tidak berkembang dan melebur dalam Mazhab mu’tazilah yang
menganggap bahwa manusia itu bebas berbuat (sehingga mereka menamakan dirinya
dengan “ahlu al-adli”), dan meniadakan semua sifat pada Tuhan karena zat Tuhan tidak
tersusun dari zat dan sifat, Ia Esa (inilah mereka juga menamakan dirinya dengan “Ahlu
At-Tauhid”).
Penghujung abad pertama Hijriah muncul pula kaum Khawarij yang mengkafirkan
orang muslim yang mengerjakan dosa besar, walaupun pada mulanya mereka adalah
pengikut Ali bin Abi Thalib, akhirnya memisahkan diri karena alasan politik. Sedangkan
kelompok yang tetap memihak kepada Ali membentuk golongan Syi’ah. Dengan demikian

105 | P a g e
dapat kita katakan, bahwa dalam masa ini terdapat berbagai pendapat antara golongan
yang mengakibatkan perpecahan umat islam. Pada masa ini mulai timbul usaha menyusun
kitap pegangan dalam ilmu kalam. Namun kitab-kitab itu tidak ada yang sampai kepada
kita.
7. Perkembanagn Ilmu Tauhid di Masa Bani Abbasiyah.
Pada zaman Bani Abbas (750-1258 M) Filsafat Yunani dan Sains banyak dipelajari
Umat Islam. Masalah Tauhid mendapat tantangan cukup berat. Kaum Muslimin tidak bisa
mematahkan argumentasi filosofis orang lain tanpa mereka menggunakan senjata filsafat
dan rasional pula. Untuk itu bangkitlah Mu’tazilah mempertahankan ketauhidan
dengan argumentasi-argumentasi filosofis tersebut. Namun sikap Mu’tazilah yang terlalu
mengagungkan akal dan melahirkan berbagai pendapat controversial menyebabkan kaum
tradisional tidak menyukainya. Akhirnya lahir aliran Ahlussunnah Waljama’ah dengan
Tokoh besarnya Abu Hasan Al-Asy’ari dan Abu Mansur Al-Maturidi. Masa ini merupakan
zaman keemasan dan kecemerlangan Islam, ketika terjadi hubungan pergaulan dengan
suku-suku di luar arab yang mempercepat berkembangnya ilmu pengetahuan. Usaha
terkenal masa tersebut adalah penerjemahan besar-besaran segala buku Filsafat.
Para khalifah menggunakan keahlian orang Yahudi, Persia dan Kristen sebagai juru
terjemah, walaupun masih ada diantara mereka kesempatan ini digunakan untuk
mengembangkan pikiran mereka sendiri yang diwarnai baju Islam tetapi dengan maksud
buruk. Inilah yang melatarbelakangi timbulnya aliran-aliran yang tidak dikehendaki Islam.
Dalam masa ini muncul polemik-polemik menyerang paham yang dianggap bertentangan.
Misalnya dilakukan oleh ‘Amar bin Ubaid Al-Mu’tazili dengan bukunya “Ar-Raddu ‘ala
Al-Qadariyah” untuk menolak paham Qadariyah. Hisyam bin Al-Hakam As-Syafi’i
dengan bukunya “Al-Imamah, Al-Qadar, Al-Raddu ‘ala Az-Zanadiqah” untuk menolak
paham Mu’tazilah. Abu Hanifah dengan bukunya “Al-Amin wa Al-Muta’allim” dan
“Fiqhu Al-Akbar” untuk mempertahankan aqidah Ahlussunnah. Dengan mendasari diri
pada paham pendiri Mu’tazilah Washil bin Atha’, golongan Mu’tazilah mengembangkan
pemahamannya dengan kecerdasan berpikir dan memberi argumen. Sehingga pada masa
khalifah Al-Makmun, Al-Mu’tasim dan Al-Wasiq, paham mereka menjadi mazhab negara,
setelah bertahun-tahun tertindas di bawah Daulah Umayyah.
Semua golongan yang tidak menerima Mu’tazilah ditindas, sehingga masyarakat
bersifat apatis kepada mereka. Saat itulah muncul Abu Hasan Al-‘Asy’ary, salah seorang
murid tokoh Mu’tazilah Al-Jubba’i menentang pendapat gurunya dan membela aliran
Ahlussunnah wal Jama’ah. Dia berpandangan “jalan tengah” antara pendapat Salaf dan
penentangnya. Abu Hasan menggunakan dalil naqli dan aqli dalam menentang Mu’tazilah.
Usaha ini mendapat dukungan dari Abu al-Mansur al-Maturidy, al-Baqillani, Isfaraini,
Imam haramain al-Juaini, Imam al-Ghazali dan Ar-Razi yang datang sesudahnya. Usaha
para mutakallimin khususnya Al-Asy’ary dikritik oleh Ibnu Rusydi melalui bukunya
“Fushush Al-Maqal fii ma baina Al-Hikmah wa Asy-Syarizati min Al-Ittishal” dan “Al-
Kasyfu an Manahiji Al-Adillah”. Beliau mengatakan bahwa para mutakallimin mengambil
dalil dan muqaddimah palsu yang diambil dari Mu’tazilah berdasarkan filsafat, tidak
mampu diserap oleh akal orang awam. Sudah barang tentu tidak mencapai sasaran dan
jauh bergeser dari garis al-Quran. Yang benar adalah mempertemukan antara syariat dan
filsafat. Dalam mengambil dalil mengenai aqidah Islam jangan terlalu menggunakan
filsafat karena jalan yang diterangkan oleh al-Quran sudah cukup jelas dan sangat sesuai
dengan fitrah manusia. Disnilah letaknya agama Islam itu memperlihatkan kemudahan.
Dengan dimasukkan filsafat malah tambah sukar dan membingungkan.
106 | P a g e
8. Perkembangan Ilmu Tauhid di Masa Pasca Daulah Abbasyiah.
Sesudah masa Bani Abbasiyah datanglah pengikut Al Asy‘ari yang terlalu jauh
menceburkan dirinya ke dalam falsafah, mencampurkan mantiq dan lain-lain, kemudian
mencampurkan semuanya itu dengan ilmu kalam sebagaimana yang dilakukan oleh Al
Baidlawi dalam kitabnya Ath Thawawi dan Abuddin Al-Ijy dalam kitab Al-Mawaqif.
Madzhab Al-Asy‘ari berkembang pesat kesetara pelosok hingga tidak ada lagi madzhab
yang menyalahinya selain madzhab hambaliyah yang tetap bertahan dalam madzhab salaf,
yaitu beriman sebagaimana yang tersebut dalam alquran dan al hadits tanpa mentakwilkan
ayat-ayat atau hadits-hadits itu.
Pada permulaan abad kedelapan hijriyah lahirlah di Damaskus seorang ulama’ besar
yaitu Taqiyuddin Ibnu Taimayah menentang urusan yang berlebih-lebihan dari pihak-pihak
yang mencampur adukkan falsafah dengan kalam, atau menentang usaha usaha yang
memasukkan prinsip-prinsip falsafah ke dalam akidah islamiyah. Ibnu Tamiyah membela
madzab salaf (sahabat, tabi’in dan imam-imam mujahidin) dan membantah pendirian-
pendirian golongan al asy’ariyah dan lain-lain, baik dari golongan rafidhah, maupun dari
golongan sufiyah. Maka karenanya masyarakat islam pada masa itu menjadi dua golongan,
pro dan kontra, ada yang menerima pandapat pendapat ibnu taimiyah dengan sejujur hati,
karena itulah akidah ulama’ salaf dan ada pula yang mengatakan bahwa ibnu taimiyah itu
orang yang sesat.
Jalan yang ditempuh oleh Ibnu Taimiyah ini diteruskan oleh muridnya yang
terkemuka yaitu Ibnu Qayyimil Jauziyah. Maka sesudah berlalu masa ini, tumpullah
kemauan, lenyaplah daya kreatif untuk mempelajari ilmu kalam seksama dan tinggallah
penulis-penulis yang hanya memperkatakan makna-makna lafadz dan ibarat-ibarat dari
kitab-kitab peninggalan lama. Sesudah masa ini, tumpullah kemauan dan lenyaplah daya
kreatif untuk mempelajari ilmu kalam dengan seksama. Kemudian diantara gerakan ilmiah
yang mendapat keberkahan dari Allah, ialah gerakan al iman Muhammad ‘Abduh dan
gurunya jmaluddin Al-Afghani yang kemudian dilanjutka oleh As-Said Rosyid Ridla.
Usaha-usaha beliau inilah, yang telah membangun kembali ilmu-ilmu agama dan timbullah
jiwa baru yang cenderung untuk mempelajari kitab-kitab Ibnu Taimiyah dan muridnya.
Anggota-anggota gerakan ini dinamakan salafiyyin.
C. Ringkasan
Sejarah tentang Tauhid dimulai sejak diutusnya Nabi Adam a.s oleh Allah untuk
menganjarkan ketauhidan yang murni kepada anak dan cucunya. Ajaran Adam tentang
Tauhid yaitu tentang Ke-Esaan Allah. Ajaran Adam tentang Tauhid yaitu tentang Ke-Esaan
Allah SWT. Semenjak itulah manusia telah mengetahui dan meyakinkan tentang adanya
keEsaan Allah sebagai sang Pencipta alam semesta ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya ilmu tauhid ada 2 faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal diantaranya al-qur’an, kaum muslimin dan politik sedangkan faktor eksternal
diantaranya kepercayaan non muslim dan filsafat. Perkembangan ilmu tauhid telah melalui
beberapa masa diantaranya yaitu masa Rasulullah SAW, masa Khulafaurrasyidin, massa
Bani Umayyah, masa Bani Abbasiyah dan masa pasca masa Bani Abbasiyah. Masa
Rasulullah saw merupakan periode pembinaan aqidah dan peraturan-peraturan dengan
prinsip kesatuan umat dan kedaulatan islam. Dengan demikian Tauhid di zaman Rasulullah
SAW tidak sampai kepada perdebatan dan polemik yang berkepanjangan, karena Rasul
sendiri yang menjadi penengahnnya

107 | P a g e
Setelah Rasulullah wafat dalam masa khalifah pertama dan kedua pada zaman
khalifah Abu Bakar (632-634 M) dan Umar bin Khattab (634-644). Problema keagamaan
juga masih relative kecil termasuk masalah aqidah. Tapi setelah Umar wafat dan Ustman
bin Affan naik tahta (644-656) fitnah pun timbul. Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi asal
Yaman yang mengaku Muslim, salah seorang penyulut pergolakan. Di masa Khalifah
ketiga akibat terjadi kekacauan politik yang diakhiri dengan terbunuhnya Khalifah Usman.
Umat islam ter pecah menjadi beberapa golonngan. Perselisihan di kalangan Umat islam
terus berlanjut di zaman pemerintahan Ali bin Abi Thalib (656-661) dengan terjadinya
perang saudara.
Pada zaman Bani Umayyah (661-750 M) masalah aqidah menjadi perdebatan yang
hangat di kalangan umat islam. Di zaman inilah lahir berbagai aliran teologi seperti
Murji’ah, Qadariah, Jabariah dan Mu’tazilah. Penghujung abad pertama Hijriah muncul
pula kaum Khawarij yang mengkafirkan orang muslim yang mengerjakan dosa besar,
walaupun pada mulanya mereka adalah pengikut Ali bin Abi Thalib, akhirnya memisahkan
diri karena alasan politik. Pada zaman Bani Abbas (750-1258 M) Filsafat Yunani dan Sains
banyak dipelajari Umat Islam. Masalah Tauhid mendapat tantangan cukup berat. Masa
abbasiyah ini merupakan zaman keemasan dan kecemerlangan Islam, ketika terjadi
hubungan pergaulan dengan suku-suku di luar arab yang mempercepat berkembangnya
ilmu pengetahuan. Dalam masa abbasiyah ini muncul polemik-polemik menyerang paham
yang dianggap bertentangan. Sesudah masa Bani Abbasiyah datanglah pengikut Al Asy‘ari
yang terlalu jauh menceburkan dirinya ke dalam falsafah, mencampurkan mantiq dan lain-
lain, kemudian mencampurkan semuanya itu dengan ilmu kalam. Pada permulaan abad
kedelapan hijriyah lahirlah di Damaskus seorang ulama’ besar yaitu Taqiyuddin Ibnu
Taimayah menentang urusan yang berlebih-lebihan dari pihak-pihak yang mencampur
adukkan falsafah dengan kalam.

D. Rujukan
Hanafi, Ahmad. 1995. Pengantar Theology Islam. Jakarta: PT. Al Husna Zikra.
Nasution, Harun. 1987. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah. Jakarta:
Universitas Indonesia UI-Press.
Abduh, Syekh Muhammad. 1974. Risalah Tauhid. Jakarta: Bulan Bintang.
Nata Abuddin. 1993. Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf. Jakarta: Rajawali Pers.
Ghazali Munir M.A. Dr., Ilmu Kalam Pemikiran dan Kehidupan, Semarang: Rasail, 2008.

E. Latihan
Pertanyaan:
1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya ilmu tauhid!
2. Sebutkan masa perkembangan ilmu tauhid!
3. Jelaskan secara singkat perkembangan ilmu tauhid pada masa Rasulullah saw!
4. Jelaskan secara singkat sejarah perkembangan ilmu tauhid!

Jawaban:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya ilmu tauhid ada 2 faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya al-qur’an, kaum
muslimin dan politik sedangkan faktor eksternal diantaranya kepercayaan non muslim
dan filsafat.
2. Masa perkembangan ilmu tauhid:
108 | P a g e
a. Masa Rasulullah saw.
b. Masa Khulafaurrasyidin.
c. Masa Bani Umayyah.
d. Masa Bani Abbasiyah.
e. Pasca masa Bani Abbasiyah.
3. Masa Rasulullah saw merupakan periode pembinaan aqidah dan peraturan-
peraturan dengan prinsip kesatuan umat dan kedaulatan islam. Dengan demikian
Tauhid di zaman Rasulullah SAW tidak sampai kepada perdebatan dan polemik yang
berkepanjangan, karena Rasul sendiri yang menjadi penengahnnya.
4. Sejarah tentang Tauhid dimulai sejak diutusnya Nabi Adam a.s oleh Allah untuk
menganjarkan ketauhidan yang murni kepada anak dan cucunya. Ajaran Adam
tentang Tauhid yaitu tentang Ke-Esaan Allah. Ajaran Adam tentang Tauhid yaitu
tentang KeEsaan Allah SWT. Semenjak itulah manusia telah mengetahui dan
meyakinkan tentang adanya keEsaan Allah sebagai sang Pencipta alam semesta ini.
F. Daftar Istilah
Tauhid adalah meng-Esakan Allah SWT.
Aqidah adalah iman ataupun pegangan yang kuat atau suatu keyakinan.
Fisafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep
dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
Khalifah adalah gelar yang diberikan untuk pemimpin umat islam setelah Nabi wafat
Salaf adalah para pendahulu
Nadhara melihat secara absrak dalam arti berfikir dan merenungkan.
Faqiha adalah mengerti atau paham.
Qadariyah adalah suatu aliran yang percaya bahwa segala tindakkan manusia tidak
diintervensi oleh Allah.
Jabariyah adalah menghilangkan perbuatan dri hamba secara hakikat dan menyandarkan
perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Dalam istilah Inggris paham jabariyah disebut
fatalism atau predestination, yaitu paham yang menyatakan bahwa perbuatan manusia
ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar Tuhan.
Arbritrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan dengan
dibantu oleh seorang atau beberapa orang pihak ke tiga yang bersifat netral yang
diberi kewenangan untuk membantu para pihak menyelesaikan sengketa yang sedeng
mereka hadapi.
Taadzkkara yang berarti mengingat, memperhatikan atau mempelajari.
Fahima yang artinya memahami, dalam bentuk “fahama”.
1. Tadabbara adalah merenungkan.
BAB X
ALIRAN-ALIRAN ILMU KALAM

A. Tujuan
1. Menjelaskan macam-macam aliran ilmu kalam
2. Menjelaskan pengertian aliran khawarij
3. Menjelaskan pengertian aliran Murji'ahh
4. Menjelaskan pengertian aliran Syiah
5. Menjelaskan pengertian aliran Jabariyah
6. Menjelaskan pengertian aliran Qadariyah

109 | P a g e
7. Menjelaskan pengertian aliran Maturidiyah
8. Menjelaskan pengertian aliran Asy’ariyah
9. Menjelaskan pengertian aliran Mu'tazilah

B. Uraian Materi
Problematika teologis di kalangan umat Islam baru muncul pada masa pemerintahan
Khalifah Ali bin Abi Thalib (656-661M) yang ditandai dengan munculnya kelompok
pendukung Ali yang memisahkan diri mereka karena tidak setuju dengan sikap Ali yang
menerima tahkim dalam menyelesaikan konflik dengan muawiyah bin abi Sofyan,
gubernur syam, pada waktu perang siffin. Kelompok ini selanjutnya dikenal dengan
Kelompok Khawarij. Lahirnya Kelompok Khawarij ini dengan berbagai pendapatnya
selanjutnya, menjadi dasar kemunculan kelompok baru yang dikenal dengan nama
Murji’ah. lahirnya Aliran teologi inipun mengawali kemunculan berbagai Aliran-Aliran
teologi lainnya. Dalam perkembangannya telah banyak melahirkan berbagai Aliran teologi
yang masing-masing mempunyai latar belakang perkembangan yang berbeda-beda.
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan aliran tersebut berikut pokok-pokok
pikirannya masing-masing.

1. Khawarij
Khawarij ini merupakan suatu aliran dalam kalam yang bermula dari sebuah kekuatan
politik. Dikatakan khawarij (orang-orang yang keluar) karena mereka keluar dari barisan
pasukan Ali saat mereka pulang dari perang Siffin, yang dimenangkan oleh Mu’awiyah
melalui tipu daya perdamaian. Gerakan exodus itu, mereka lakukan karena tidak puas
dengan sikap Ali menghentikan peperangan, padahal mereka hampir memperoleh
kemenangan. Sikap Ali menghentikan peperangan tersebut, menurut mereka, merupakan
suatu kesalahan besar karena Mu’awiyah adalah pembangkang, sama halnya dengan
Thalhah dan Zutair. Oleh sebab itu tidak perlu ada perundingan lagi dengan mereka. dan
Ali semestinya meneruskan peperangan sampai para pembangkang itu hancur dan tunduk.
Kemudian orang-orang Khawarij mulai mengafirkan siapa saja yang dianggap melakukan
kesalahan, seperti Utsman bin Affan yang melakukan kesalahan karena mengubah sistem
politiknya sehingga menimbulkan huru-hara. Kemudian Thalhah. Zubair dan Mu’awiyah
yang melakukan pembangkangan terhadap Ali bin Abi Thalih sebagai khalifah yang sah.
Dan Ali bin Abi Thalib sendiri yang melakukan kesalahan karena menghentikan
pertempuran dalam perang Siffin, ketika menaklukkan mu’awiyah yang tidak mau bai’at
kepadanya.
Pada awalnya tuduhan kafir tersebut dilontarkan mereka kepada Mu’awiyah, Amru
bin Ash, Ali bin Abi Thalib dan Abu Musa al-Asy’ari, yang keempatnya ini pelaku utama
proses tahkim (damai) untuk mengakhiri peperangan. Namun, tahkim tersebut menurut
orang-orang khawarij tidak sesuai dengan ketentuan ajaran agama, karena Mu’awiyah
adalah pembangkang yang seharusnya diperangi sampai hancur dan tunduk. Dengan
demikian, jalan terakhir tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hukum Allah, dan barang
siapa menetapkan sesuatu dengan ketentuan yang tidak sesuai dengan hukum Allah
tergolong orang-orang kafir, sebagaimana dikemukakan dalam surah al-Maidah ayat 44;
Barang siapa yang tidak menentukan hukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah
adalah kafir”.
Kemudian sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa pada akhirnya mereka
mengafirkan orang-orang yang melakukan kesalahan (dosa) besar, karena tidak mengikuti
110 | P a g e
hukum Allah juga termasuk suatu kesalahan besar. Kendati semua yang mereka kafirkan
itu adalah para pelaku pilitik yang menuntut pandangannya melakukan kesalahan besar
dengan tidak mengikuti norma agama sesuai Al-Qur’an, namun demikian mereka juga
mengafirkan para pelaku dosa besar di luar politik, bahkan lebih jauh mereka mengafirkan
orang-orang yang tidak sependapat dan tidak sealiran dengan mereka. Akhirnya semakin
banyak konflik dan pertempuran akibat pemikiran teologinya itu, sehingga Ali bin Abi
Thalib penguasa sah saat itu menyerang mereka dan menghancurkannya tahun 37 H. Akan
tetapi salah seorang dari mereka ada yang selamat dan membunuh Ali bin Abi Thalib tahun
ke-40 H. Walaupun telah dihancurkan Ali bin Abi Thalib tahun ke-37 H, namun sisa-sisa
kekuatan mereka masih terus bergerak dan berhasil menghimpun kekuatan lagi, sehingga
terus melakukan gerakan oposisi terhadap daulah Umayah. Akan tetapi, kelompok ini
rentan sekali sehingga mudah pecah, dapat dihancurkan kembali oleh Banu Umayah pada
tahun 70 H. Sisa-sisanya dari sub sekte Ibadiyah (sebutan sub sekte Khawarij yang sangat
moderat) sampai kink masih ada di Sahara Al-Jazair, Tunisia, Pulau Zebra, Zanzibar,
Omman dan Arabia Selatan, dan tidak melakukan perlawanan politik apa-apa terhadap
penguasa yang sah.
Sesuai dengan uraian diatas, maka pemikiran kalam aliran khawarij yang paling
menonjol adalah tentang pelaku dosa besar yang menurut mereka tergolong orang kafir,
dan termasuk pada kategori dosa besar adalah sikap menentang terhadap pemikiran
khawarij sehingga orang-orang yang tidak sepaham dengan mereka tergolong kafir.
Di samping itu, mereka mempunyai pemikiran yang khas tentang definisi iman. Yakni
menurut mereka iman itu adalah meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan
mengamalkan dengan anggota badan. Sejalan dengan definisinya ini, maka orang-o rang
yang tidak mengamalkan ajaran agamanya, atau melakukan pelanggaran dalam kategori
dosa besar, termasuk kufur, karena amal mempengaruhi iman.
Dengan demikian pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam mereka dapat disimpulkan
sebagai beriku :
a. Orang Islam yang melakukan dosa besar adalah termasuk Kafir;
b. Orang yang terlibat perang Jamal, perang antara Ali-Aisyah, dan pelaku
tahkim, antara Ali dan Mua’awiyah dihukum Kafir;
c. Khalifah menurut mereka tidak harus keturunan Nabi atau suku quraisy.
Terlepas dari berapa banyak subsekte pecahan Khawarij, tokoh-tokoh seperti Al-
Bagdadi dan Al-Asfarayani, sepakat bahwa subsekte khawarij yang besar terdiri dari
delapan macam, yaitu: Al-Muhakkimah, Al-Azriqah, An-Nadjat, Al-Baihasiyah, Al-
Ajaridah, As-Sufriyah, Al-Ajaridah, As-Saalabiyah, Al-Abadiyah. Semua subsekte itu
membicarakan persoalan hukum bagi orang yang berbuat dosa besar, apakah ia masih
dianggap mukmin atau telah menjadi kafir.

2. Aliran Murji’ah
Sejak terjadinya ketegangan politik di akhir pemerintahan Utsman bin Affan, ada
sejumlah sahabat nabi yang tidak mau ikut campur dalam perselisihan politik. Ketika
selanjutnya terjadi salah menyalahkan antara pihak pendukung Ali dengan pihak penuntut
bela kematian Utsman bin Affan, maka mereka bersikap “irja” yakni menunda putusan
tentang siapa yang bersalah. Menurut mereka, biarlah Allah saja nanti di hari akhirat yang
memutuskan siapa yang bersalah di antara mereka yang tengah berselisih ini. Selanjutnya
mereka kaum khawarij berpendapat bahwa mukmin yang melakukan dosa besar itu
menjadi kafir dan kelak akan kekal dalam neraka, maka Kaum Murji’ah berpendapat
111 | P a g e
bahwa mukmin yang melakukan dosa besar tersebut masih tetap mukmin, yaitu mukmin
yang berdosa tidak berubah menjadi kafir. Lalu apakah mereka akan masuk ke dalam
neraka atau surga, atau masuk neraka terlebih dahulu baru kemudian ke dalam surga,
ditunda sampai ada putusan akhir dari Allah. Disamping itu, khusus bagi para pelaku dosa
besar, mereka juga berharap agar mereka mau bertaubat, dan berharap pula agar taubatnya
diterima di sisi Allah SWT.
Karena penundaan semua putusan terhadap Allah, serta senantiasa berharap Allah
akan mengampuni dosa-dosa para pelaku dosa besar tersebut, maka mereka ini kemudian
populer disebut sebagai golongan atau aliran “murji’ah” (orang yang mendapat putusan
para pelaku dosa besar sampai ada ketetapan dari Allah, sambil berharap bahwa Allah akan
mengampuni dosa-dosa mereka itu). Pendirian Murji’ah di atas sangat moderat, sehingga
menjadi pendirian umat Islam pada umumnya tentang mukmin yang berbuat dosa besar.
Mereka sendiri kemudian disebut sebagai penganut aliran Murji’ah moderat. Akan tetapi
pada akhir abad pertama dan awal abad kedua hijrah, muncul orang-orang murji’ah
ekstrim yang sangat meremehkan peran amal perbuatan. Mereka selanjutnya berpendapat
bahwa siapa saja yang meyakini keesaan Allah dan ke-Rasulan Muhammad SAW, adalah
orang beriman walaupun selalu melakukan perbuatan buruk. Bahkan seorang tidak boleh
dikatakan kafir kendati sering melakukan ibadah di dalam gereja, karena keimanan itu ada
dalam hati, dan hanya dapat diketahui oleh Allah. Tokoh-tokoh aliran murji’ah ekstrim ini
adalah Jaham bin Shafwan, Abu Hasan al-Shalih, Muqatil bin Sulaiman dan Yunus al-
Samiri.
Kaum murji’ah ekstrim ini banyak memperoleh kecaman dari para ulama saat itu, dan
tidak memperoleh pengikut, serta akhirnya lenyap. Sedang murji’ah moderat kemudian
menjadi pengikut aliran Ahlus Sunrah wal Jama’ah. Pemikiran yang paling menonjol dari
aliran ini adalah bahwa pelaku dosa besar tidak dikategori sebagai orang kafir, karena
mereka masih memiliki keimanan dan keyakinan dalam hati bahwa Tuhan mereka adalah
Allah, Rasul-Nya adalah Muhammad, serta Al-Qur’an sebagai kitab ajarannya serta
meyakini rukun-rukun iman lainnya. Disamping itu, mereka berpendapat bahwa iman itu
adalah mengetahui dan meyakini atas ke-Tuhanan Allah dan ke-Rasulan Muhammad.
Mereka tidak memasukkan unsur amal dalam iman, sehingga amal tidak mempengaruhi
iman. Oleh sebab itu pulalah mereka berpendapat bahwa pelaku dosa besar tetap mukmin,
dan tidak terkategori sebagai orang kafir sebagaimana dinyatakan ajaran khawarij.
Sedangkan dosanya harus mereka pertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Dengan demikian pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam mereka dapat disimpulkan sbb:
a. Pengakuan Iman Islam cukup di dalam hatinya saja dan tidak dituntut
membuktikan keimanan dengan perbuatan.
b. Selama seorang muslim meyakini dua kalimat syahadat apabila ia berbuat
dosa besar maka tidak tergolong kafir dan hukuman mereka ditangguhkan di
akhirat dan hanya Allah yang berhak menghukum
Kemunculan sekte-sekte dalam kelompok Murji’ah tampaknya dipicu oleh perbedaan
pendapat di kalangan para pendukung Murji’ah sendiri. Muncullah: Murji’ah Khawarij,
Murji’ah Qadariah, Murji’ah Jabariah, Murji’ah Murni, Murji’ah Sunni (tokohnya
AHanifah).

3. Aliran Syi’ah

112 | P a g e
Syi’ah dilihat dari segi bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok,
sedangkan secara istilah adalah sebagian kaum muslimin yang dalam bidang spiritual dan
keagamaan selalu merujuk kepada keturunan Nabi Muhammad saw. Syi’ah adalah
golongan yang menyanjung dan memuji Sayyidina Ali secara berlebih-lebihan. Karena
mereka beranggapan bahwa Ali yang lebih berhak menjadi khalifah pengganti Nabi
Muhammad SAW, berdasarkan wasiatnya. Sedangkan khalifah-khalifah seperti Abu Bakar
As Shiddiq, Umar Bin Khattab dan Utsman Bin Affan dianggap sebagai penggasab atau
perampas khilafah. Sebagaimana dimaklumi bahwa mulai timbulnya fitnah di kalangan
ummat Islam biang keladinya adalah Abdullah Bin Saba’, seorang Yahudi yang pura-pura
masuk Islam. Pitnah teresebut cukup berhasil, dengan terpecah-belahnya persatuan ummat,
dan timbullah Syi’ah sebagai firqoh pertama:
Sebenarnya Syi’ah bermula dari perjuangan politik yaitu khilafah, kemudian
berkembang menjadi agama. Adapun dasar pokok Syi’ah ialah tentang Khalifah, atau
sebagaimana mereka menamakannya Imam. Maka Sayyidina Ali adalah iman sesudah
Nabi Muhammad SAW. Kemudian sambung-bersambung Imam itu menurut urutan dari
Allah. Beriman kepada imam, dan taat kepadanya merupakan sebagian dari iman. Iman
menurut pandangan Syi’ah bukan seperi. pandangan Golongan Ahlus Sunnah. Menurut
golongan Ahlus Sunnah, khalifah atau imam adalah wakil pembawa syari’at (Nabi) dalam
menjaga agama. Dia mendorong manusia untuk beramal apa yang diperintahkan Allah. Dia
adalah pemimpin kekuasaan peradilan, pemerintahan dan peperangan. Akan tetapi baginya
tidak ada kekuasaan di bidang syari’at, kecuali menafsirkan sesuatu atau berijtihad tentang
sesuatu yang tidak ada nashnya.
Adapun menurut golongan Syi’ah, imam itu mempunyai pengertian yang
lain, dia adalah guru yang paling besar. Imam pertama telah mewarisi macam-
macam ilmu Nabi SAW. Imam bukan manusia biasa, tetapi manusia luar biasa,
karena dia ma’shum dari berbuat salah. Di sini ada dua macam ilmu yang dimiliki
imam yaitu; ilmu lahir dan ilmu batin. Sungguh Nabi SAW telah mengajarkan Al-
Qur’an dengan makna batin dan makna lahir, mengajarkannya rahasia-rahasia
alam dan masalah-masalah ghaib. Tiap imam mewariskan perbendaharaan ilmu-
ilmu kepada imam sesudahnya. Tiap imam mengajar manusia pada waktunya
sesuatu rahasia-rahasia (asrar) yang mereka mampu memahaminya. Oleh karena
itulah imam merupakan guru yang paling besar. Orang-orang Syi’ah tidak percaya
kepada ilmu dan hadits, kecuali yang diriwayatkan dari imam-imam golongan
Syi’ah sendiri.
Apabila berpadu pada kekuasaan khalifah urusan agama dan politik.
maka perselisihan antara golongan Syi’ah dengan golongan-golongan lainnya
adalah bercorak agama dan politik. Inti ajaran Syi’ah adalah berkisar masalah
khilafah. Jadi masalah politik, yang akhirnya berkembang dan bercampur dengan
masalah-masalah agama. Ajaran-ajarannya. yang terpenting yang berkaitan
dengan khilafah ialah Al’ Ishmah, Al Mahdi, At Taqiyyah dan Ar Raj’ah.
Doktrin-doktrin Syi’ah:
a. Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para imam syi’ah
b. Ali bin Abi Thalib sebagai imam syi’ah
c. Para imam syi’ah merupakan wajah Allah dan tangan-tangan Allah yang
membawa rahmat bagi para hamba Allah
d. Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dikatakan menjadi wakil Allah
e. Keinginan para imam syi’ah adalah keinginan Allah juga

113 | P a g e
f. Keinginan para imam syi’ah adalah keinginan Allah juga.
g. Para imam syi’ah mengetahui kapan datang ajalnya
h. Para imam syi’ah mengetahui apapun yang tersembunyi
i. Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi
j. Para imam syi’ah merupakan gudang ilmu Allah dan juga penerjemah
ilmu Allah
k. Para imam syi’ah sama dengan Rasululloh SAW
l. Yang dimaksud para imam syi’ah adalah Ali bin Abi Thalib, Husein bin
ali, Ali bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali.
m. Al-Quran yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan ditambah
n. Menurut syi’ah, Alquran yang dibawa jibril kepada Nabi Muhammad ada
17 ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat. (Ushulu Kaafi)
o. Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Usman bin Affan, Muawiyah,
Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek di
muka bumi
p. Menghalalkan nikah mut’ah
q. Menghalalkan saling tukar-menukar budak perempuan untuk disetubuhi
kepada sesama temannya
r. Rasululloh dan para sahabat akan dibangkitkan sebelum hari kiamat

Beberapa tokoh Syi’ah, diantaranya ialah sebagai berikut:


a. Abdullah bin Saba (sekitar 600 M – 670 M)
b. Muhammad Ibnun Nu’man
c. Abu Shal an-Naubakhti
d. Nashr bin Muzahim (120-212 H)
e. Ahmad bin Muhammad bin Isa Al-Asyari (abad ke-3 – 274 H)
f. Ahmad bin Abdillah Al-Barqi (penghujung abad kedua- 280 H)
g. Muhammad bin Hasan bin Furukh Ash-Shafar (permulaan abad
ketiga-290H)
h. Muhammad bin Hammam Al-Iskafi (258-336H)

Sekte-Sekte Syi’ah terdiri sebagai berikut:


a. Syi’ah Itsna Asy’ariyah (Syi’ah dua belas/ Syi’ah Imamiyah)
b. Syi’ah Sab’iyah (Syi’ah tujuh)
c. Syi’ah Zaidiyah
d. Syi’ah Ghullat

4. Aliran Jabariyah
Nama Jabriyah Berasal dri kata jabara yang mengandung arti Memaksa. sedangkan
menurut al-Syahrastani bahwa jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dri hamba
secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebut kepada Allah SWT. Dalam istilah
Inggris paham jabariyah disebut fatalism atau predestination, yaitu paham yang
menyatakan bahwa perbuatan manusia ditentukan sejak semula oleh qada dan qadar
Tuhan. Dengan demikian posisi manusia dalam paham ini tidak memiliki kebebasan dan
inisiatif sendiri, tetapi terikat pada kehendak mutlak Tuhan. Oleh karena itu aliran
Jabariyah ini menganut paham bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam
menentukan kehendak dan perbuatannya. Manusia dalam paham ini betul melakukan
perbuatan, tetapi perbuatannya itu dalam keadaan terpaksa.
Paham jabariyah ini duduga telah ada sejak sebelum agama islam datang kemsyarakat
114 | P a g e
Arab. Kehidupan bangsa arab yang diliputi oleh gurun pasir sahara telah memberi
pengaruh besar kedalam cara hidup mereka. Ditengah bumi yang disinari terik matahari
dengan air yang sangat sedikit dan udara panas ternyata tidak dapat memberi kesempatan
bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman. Disana sini yang tumbuh hanya
rumput keras dan beberapa pohon yang cukup kuat untuk mengahdapi panasnya musim
serta keringnya udara. Aliran jabariyah dibagi menjadi 2 yaitu aliran jabariyah yang
ekstrim dan moderat. Aliran jabariyah yang ekstrim tokohnya dalah jahm bin safwan
pendapatnya manusia sangat lemah, tak berdaya, terikat dengan kekuasaan dan kehendak
mutlak Tuhan, tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas sebagaimana dimiliki oleh
paham qodariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusai tidak boleh lepas dari aturan,
skenario, dan kehendak Allah.

5. Aliran Qadariyah
Qadariyah berasal dari bahasa arab, yaitu qadara yang artinya kemampuan dan
kekuatan. Adapun menurut pengertian terminologi, qadariyah adalah suatu aliran yang
percaya bahwa segala tindakan manusia diintervensi dari Tuhan. Aliran berpendapat bahwa
tiap-tiap orang adalah pencipta baagi segala mperbuatannyan; ia dapat berbuat sesuatu atau
meninggalkan atas kehendaknya sendiri. Dalam hal ini, Harun Nasution menegaskqan
bahwa kaum qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrahatau
kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasdal dari pengewrtian bahwa
manusia terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Seharusnya, sebutan qadariyah di berikan
kepdada aliran yang berpendapat bahwa qadar menetukan segala tingkah laku manusia,
baik yang bagus maupinyang jahat. Qadariyah pertama sekali di munculkan oleh Ma’bad
Al-Jauhani dan ghailan Ad-Dimasyqy. Ma’bad adalah seorang tabi’I yang dapat di percaya
dan pernah berguru pada Hasan Al-Basri. Adapun ghailan adalah serorang orator berasal
dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Husna bin affan.
Seperti yang telah dikemukakan di atas, Qadariyah berakar pada qadara yang dapat
berarti memutuskan dan memiliki kekuatan atau kemampuan. Sedangkan sebagai aliran
dalam ilmu Kalam, qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang
memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan
perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai qudrat
atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa
manusia terpaksa tunduk kepâda qàdar atau qada Tuhan. Tèntang kapan munculnya paham
qadariyah dalam Islam, secara pasti tidak dapat diketahui. Namun ada sementara para ahli
yang menghubungkan paham qadariyah ini dengan kaum Khawarij. Pemahaman mereka
tentang konsep iman, pengakuan hati dan amal dapat menimbulkan kesadaran bahwa
manusia mampu Sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri, baik atau
buruk.
Tokoh pemikir pertama kali yang menyatakan paham qadariyah ini adalah Ma’bad al-
Juhani, yang kemudian diikuti oleh Ghailan al-Dimasqi. Sementara itu Ibnu Nabatah
sebagaimana dikemukakan oleh Ahmad Amin berpendapat bahwa paham Qadariyah itu
pertama kali muncul dari seseorang asal Irak yang menganut Kristen dan kemudian masuk
Islam, tetapi kemudian masuk Kristen lagi. Dari tokoh inilah Ma’bad al-Juhani dan
Ghailan al-Dimasqi menerima paham qadariyah. Dalam ajarannya, aliran Qadariyah sangat
menekankan posisi manusia yang amat menentukan dalam gerak laku dan perbuatannya.
Manusia dinilai mempunyai kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya sendiri atau untuk

115 | P a g e
tidak melaksanakan kehendaknya itu. Dalam menentukan keputusan yang menyangkut
perbuatannya sendiri, manusialah yang menentukan, tanpa ada campur tangan Tuhan.

6. Aliran Maturidiyah
Aliran Maturidiyah didirikan oleh Muhammad bin Abu Mansur. Ia dilahirkan di
Maturid, sebuah kota kecil di daerah Samarqand (termasuk daerah Uzbekistan). Al-
Maturidy mendasarkan pikiran-pikiran dalam soal-soal kepercayaan kepada pikiran-
pikiran Imam Abu Hanifah yang tercantum dalam kitabnya Al-fiqh Al-Akbar dan Al-fiqh
Al-Absath dan memberikan ulasan-ulasannya terhadap kedua kitab-kitab tersebut. Al-
Maturidy meninggalkan karangan-karangan yang banyak dan sebagian besar dalam
lapangan ilmu tauhid. Maturidiyah lebih mendekati golongan Muktazillah.
Dalam membahas kalam, Maturidiyah mengemukakan tiga dalil, yaitu sebagai
berikut:
a. Dalil perlawanan arad: dalil ini menyatakan bahwa ala mini tidak akan mungkin
qasim karena didalamnya terdapat keadaan yang berlawanan, seperti diam dan
derak, baik dan buruk. Keadaan tersebut adalah baru dan sesuatu yang tidak
terlepas dari yang baru maka baru pula.
b. Dalil terbatas dan tidak terbatas: alam ini terbatas, pihak yang terbatas adalah baru.
Jadi alam ini adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya. Benda, gerak, dan
waktu selalu bertalian erat. Sesuatu yang ada batasnya adalah baru.
c. Dalil kausalitas: alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau memperbaiki
dirinya kalau rusak. Kalau alam ini ada dengan sendirinya, tentulah keadaannya
tetap msatu. Akan tetapi, ala mini selalu berubah, yang berarti ada sebab perubahan
itu.

7. Aliran Asy’ariyah
Aliran ini muncul sebagai reaksi terhadap paham Muktazillah yang dianggap
menyeleweng dan menyesatkan umat Islam. Dinamakan aliran Asy’ariyah karena
dinisbahkan kepada pendirinya, yaitu Abu Hasan al-Asy’ari. Dan nama aslinya adalah Abu
al-hasan ‘Ali bin Ismail al-Asy’ari, dilahirkan dikota Basrah (Irak) pada tahun 260 H/873
M dan wafat pada tahun 324 H/ 935 M, keturunan Abu Musa al-Asy’ari seorang sahabat
dan perantara dalam sengketa antara Ali r.a. dan Mu’awiyah r.a.
Setelah keluar dari kelompok Muktazillah, al-Asy’ari merumuskan pokok-pokok ajarannya
yang berjumlah tujuh pokok. Berikut ini adalah tujuh pokok ajaran aliran As’ariyah:
a. Tentang Sifat Allah. Menurutnya, Allah mempunyai sifat, seperti al-Ilm
(mengetahui), al-Qudrah (kuasa), al-Hayah (hidup), as-Sama’ (mendengar),
dan al-Basar (melihat).
b. Tentang Kedudukan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan
makhluk dalam arti baru dan diciptakan. Dengan demikian, Al-Qur’an bersifat
qadim (tidak baru).
c. Tentang melihat Allah Di Akhirat. Allah dapat dilihat di akhirat dengan
mata kepala karena Allah mempunyai wujud.
d. Tentang Perbuatan Manusia. Perbuatan-perbuatan manusia itu ciptaan
Allah.
e. Tentang Antropomorfisme. Menurut alAsy’ari, Allah mempunyai mata,
muka, dan tangan, sebagaimana disebutkan dalam surah al-Qamar ayat 14 dan
ar-Rahman ayat 27. akan tetapi bagaimana bentuk Allah tidak dapat diketahui.

116 | P a g e
f. Tentang dosa Besar. Orang mukmin yang berdosa besar tetap dianggap
mukmin selam ia masih beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
g. Tentang Keadilan Allah. Allah adalah pencipta seluruh alam. Dia milik
kehendak mutlak atas ciptaan-Nya.
Ketujuh pemikiran al-Asy’ari tersebut dapat diterima oleh kebanyakan umat Islam
karena sederhana dan tidak filosofis.

8. Aliran Mu'tazilah
Aliran ini muncul sebagai reaksi atas pertentangan antar aliran Khawarij dan aliran
Murji’ah mengenai persoalan orang mukmin yang berdosa besar. Menghadapi dua
pendapat ini, Wasil bin Ata yang ketika itu menjadi murid Hasan al-Basri, seorang ulama
terkenal di Basra, mendahuli gurunya dalam mengeluarkan pendapat. Wasil mengatakan
bahwa orang mukmin yang berdosa besar menempati posisi antara mukmin dan kafir.
Tegasnya, orang itu bukan mukmin dan bukan kafir. Aliran Mu’tazilah merupakan
golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mandalam dan bersifat
filosofis. Dalam pembahasannya mereka banyak memakai akal sehingga mendapat
nama kaum rasionalis Islam. Setelah menyatakan pendapat itu, Wasil bi Ata meninggalkan
perguruan Hasan al-Basri, lalu membentuk kelompok sendiri. Kelompok ini dikenal
dengan Muktazillah. Pada awal perkembangannya aliran ini tidak mendapat simpati umat
Islam karena ajaran Muktazillah sulit dipahami oleh beberapa kelompok masyarakat. Hal
itu disebabkan ajarannya bersifat rasional dan filosofis. Alas an lain adalah aliran
Muktaszillah dinilai tidak berpegang teguh pada sunnah Rasulullah SAW dan para sahabat.
Aliran baru ini memperoleh dukungan pada masa pemerintahan Khalifah al-Makmun,
penguasa Bani Abbasiyah.

Aliran Muktazillah mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-usul al-
khamsah. Berikut ini kelima doktrin aliran Muktazillah.
a. At-Taauhid (Tauhid). Ajaran pertama aliran ini berarti meyakini sepenuhnya bahwa
hanya Allah SWT. Konsep tauhid menurut mereka adalah paling murni sehingga
mereka senang disebut pembela tauhid (ahl al-Tauhid).
b. Ad-Adl. Menurut aliaran Muktazillah pemahaman keadilan Tuhan mempunyai
pengertian bahwa Tuhan wajib berlaku adil dan mustahil Dia berbuat zalim kepada
hamba-Nya. Mereka berpendapat bahwa tuhan wajib berbuat yang terbaik bagi
manusia. Misalnya, tidak memberi beban terlalu berat, mengirimkan nabi dan rasul,
serta memberi daya manusia agar dapat mewujudkan keinginannya.
c. Al-Wa’d wa al-Wa’id (Janji dan Ancaman). Menurut Muktazillah, Tuhan wajib
menepati janji-Nya memasukkan orang mukmin ke dalam sorga. Begitu juga
menempati ancaman-Nya mencampakkan orang kafir serta orang yang berdosa
besar ke dalam neraka.
d. Al-Manzilah bain al-Manzilatain (posisi di Antara Dua Posisi). Pemahaman ini
merupakan ajaran dasar pertama yang lahir di kalangan Muktazillah. Pemahaman
ini yang menyatakan posisi orang Islam yang berbuat dosa besar. Orang jika
melakukan dosa besar, ia tidak lagi sebagai orang mukmin, tetapi ia juga tidak
kafir. Kedudukannya sebagai orang fasik. Jika meninggal sebelum bertobat, ia
dimasukkan ke neraka selama-lamanya. Akan tetapi, sikasanya lebih ringan
daripada orang kafir.
e. Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Perintah Mengerjakan Kebajikan dan Melarang
Kemungkaran.
117 | P a g e
C. Ringkasan
Pada dasarnya aliran-aliran ilmu kalam ada delapan yaitu: Syiah, Khawarij, Murji’ah,
Jabariyah dan Qadariyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, maturidiyah, dan Salafiyah.
Aliran syiah adalah aliran yang mengikuti sahabat Ali bin Abi Thalib. Dalam
perkembangannya Syiah memiliki dua sekte yang terkenal, yaitu Imamiyah dan Zaidiyah.
Dalam ajaran Imamiyah dikenal lima doktrin fundamental, yaitu: imamah, ishmah,
mahdiyah, raj’ah, dan taqiyah.
Kelompok khawarij dikenal radikal dan ekstrim dalam pemahaman maupun tinddakan
kaegamaannya. Pokok-pokok pikiran aliran ilmu kalam kelompok khawarij yaitu Orang
Islam yang melakukan dosa besar termasuk Kafir. Orang yang terlibat perang Jamal yakni
perang antara Ali dan Aisyah dan pelaku arbitrase antara Ali dan Mua’awiyah dihukum
Kafir; dan Khalifah menurut mereka tidak harus keturunan Nabi atau suku quraisy. Sub
sekte khawarij terdiri dari delapan macam, yaitu: Al-Muhakkimah; Al-Azriqah; An-
Nadjat; Al-Baihasiyah; Al-Ajaridah; As-Salabiyah; Al-Abadiyah; As-Sufriyah.
Murjiah. Dalam pandangan murji’ah pelaku dosa besar tidaklah kekal di neraka, tetapi
hanya akan dihukum untuk sementara setimpal dengan atau bahkan mungkin diampuni
dari dosa dosanya. Jabariyah dan Qadariyah menganggap bahwa semua perbuatan manusia
adalah kehendaknya sendiri, perbuatan manusia berada di luar kekuasaan Allah. Aliran
mu’tazilah dalam banyak pemikirannya menjadikan akal sebagai sumber pengetahuan
utama tentang kewajiban serta kebaikan dan keburukan, sedangkan wahyu sebagai
pendukung kebenaran akal. Aliran ini mempunyai lima dokterin yang dikenal dengan al-
usul al- khamsah.
Asy’ariyah percaya bahwa fungsi akal adalah sebatas mengetahui hal hal yang empiri
(konkrit), sedangkan wahyu memberi informasi tentang hal hal yang lebih luas termasuk
soal metafisika. Al-Asy’ari merumuskan pokok-pokok ajarannya yang berjumlah tujuh
pokok: tentang Sifat Allah, Kedudukan Al-Qur’an, melihat Allah Di Akhirat, Perbuatan
Manusia, Antropomorfisme, dosa Besar dan Keadilan Allah. Pemikiran al Asy’ari sering di
sebut sebagai imam Ahl al sunnah wa al jama’ah. Dalam aliran maturidiyah seenarnya di
kenal dua corak aliran, yakni aliran samarkand dan bukhara. Dalam membahas kalam,
Maturidiyah mengemukakan tiga dalil yaitu, Dalil perlawanan arad, Dalil terbatas dan
tidak terbatas dan Dalil kausalitas. Salafiyah meyakini bahwa keesaan Allah merupakan
asas pertama islam yang meliputi tauhid rububiyah, uluhiyah dan asma’wa sifat

D. Rujukan
Asih Sapinah Kurni(2006). Akidah Akhlak Untuk MA kelas XI. Cetakan Pertama. Depok:
CV ARYA DUTA

Rizani, Rasyid. 2013. Aliran-aliran Dalam Ilmu Kalam. http://konsultasi-hukum-


online.com, diakses pada tanggal 25 April 2015 pukul 03.00.

Syahir, Hadi. 2014. Aliran Ilmu Kalam. http://hadisfile.blogspot.com, diakses pada tanggal
24 April 2015 pukul 20.00

E. Latihan Soal
Pilihan Ganda:

118 | P a g e
1. Aliran Khawarij muncul pada zaman Ali bin Abi Thalib, dilatarbelakangi
oleh ...
A. Ali yang menerima Tahkim
B. Perlawanan terhadap Khalifah Ali
C. Hebatnya kelompok Muawiyah dalam berpolitik
D. Menuntut pembunuhan Usman
E. Mendirikan Imamah baru

2. Aliran yang mengatakan bahwa orang yang berbuat dosa besar tidak
dihukumi kafir, mereka masih tetap dianggap sebagai orang mukmin. Sedang
mengenai dosanya diserahkan kepada Allah adalah ...
A. Syi’ah
B. Khowarij
C. Mu’tazilah
D. Murji’ah
E. Qodariya

3. Inti ajaran Jabariyah adalah ...


A. menusia tidak mampu untuk mewujudkan perbuatannya
B. kekuatan Allah tidak mutlak terhadap perbuatan manusia
C. membebaskan manusia dalam memilih
D. manusia mempunyai hak menolak atau menerima
E. Tuhan tidak berhak menuntut perbuatan manusia

4. Segala kewajiban manusia hanya dapat diketahui dengan wahyu, akal tak
dapat membuat sesuatu menjadi wajib, adalah pendapat ...
A. Asy’ariyah
B. Syi’ah
C. Mu’tazilah
D. Murji’ah
E. Khowarij

Essay:
1. Siapa kaum Khawarij dan bagaimana pendapatnya tentang status orang
mu’min yang melakukan dosa besar?
Jawab:
Kaum Khawarij adalah orang yang menentang kekhalfahan yang sah yang di jabat
oleh Ali Bin abi Thalib dan menyatakan keluar dari barisannya, mereka
mengangkat Abdullah Bin Wahhab sebagai pemimpin dan menyingkir ke Harura di
desa dekat Kaffah. Pendapat Kaum Khawarij adalah bahwa seseorang yang telah
mengucapkan kalimah syahadat tapi tetap melakukan dosa-dosa besar maka
hukumnya tetap dipandang kafir dan keluar dari Islam harta dan darahnya halal
diambil dan dibunuh.

2. Jelaskan pokok ajaran tentang kedudukan al-qur’an menurut aliran Al-


Asy’ari?
Jawab:
119 | P a g e
Al-Qur’an adalah firman Allah dan bukan makhluk dalam arti baru dan diciptakan.
Dengan demikian, Al-Qur’an bersifat qadim (tidak baru).

3. Sebutkan dan jelaskan 3 dalil yang dikemukan oleh aliran Maturidiyah?


Jawab:
a. Dalil perlawanan arad: dalil ini menyatakan bahwa ala mini tidak akan mungkin
qasim karena didalamnya terdapat keadaan yang berlawanan, seperti diam dan
derak, baik dan buruk. Keadaan tersebut adalah baru dan sesuatu yang tidak
terlepas dari yang baru maka baru pula.
b. Dalil terbatas dan tidak terbatas: alam ini terbatas, pihak yang terbatas adalah
baru. Jadi alam ini adalah baru dan ada batasnya dari segi bendanya. Benda,
gerak, dan waktu selalu bertalian erat. Sesuatu yang ada batasnya adalah baru.
c. Dalil kausalitas: alam ini tidak bisa mengadakan dirinya sendiri atau
memperbaiki dirinya kalau rusak. Kalau alam ini ada dengan sendirinya,
tentulah keadaannya tetap msatu. Akan tetapi, ala mini selalu berubah, yang
berarti ada sebab perubahan itu.

4. Sebutkan lima doktrin-doktrin aliran syiah?


Jawab:
a. Menghalalkan nikah mut’ah
b. Ali bin Abi Thalib sebagai imam syi’ah
c. Al-Quran yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan ditambah
d. Menurut syi’ah, Alquran yang dibawa jibril kepada Nabi Muhammad ada
17 ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat. (Ushulu Kaafi)
e. Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Usman bin Affan, Muawiyah,
Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek
di muka bumi

F. Daftar Istilah
Kalam: kalam itu adalah sebuah tanda atau ciri, atau kalam bisa juga diartikan sebagai
simbol.
Khawarij: Aliran teologi tertua yang merupakn Aliran pertama yang muncul dalam teologi
Islam
Syiah: di maksudkan pada kaum muslimin yang dalam bidang spritual dan keagamaannya
selalu merujuk pada keturuan Nabi Muhammad SAW, atau yang sebut sebagai ahl al-
bait.selanjutnya, istilah yiah ini untuk pertama kalinya di tujukan pada para pengikut ali
(syi’ah ali), pemimpin pertama ahl- al bait pada masa Nabi Muhammad SAW.
Jabariyah: Nama jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa.
Sedangkan menurut al-Syahrastani bahwa Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan
dari hamba secara hakikat dan menyandarkan perbuatan tersebutkepada Allah. Dan
dalam bahasa inggris disebut dengan fatalism atau predestination, yaitu paham yang
menyatakan bahwa perbuatan manusia di tentukan sejak semula oleh qada dan qadar
tuhan.
120 | P a g e
Qadariyah: Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan memiliki
kekuatan atau kemampuan.Sedangkan sebagai suatu aliran dalam ilmu kalam,
qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang memberikan penekanan
terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam menghasilkan perbuatan-
perbuatannya.
Mu'tazilah: Perkataan Mu’tazilah berasal dari kata Í’tizal” yang artinya memisahkan diri

121 | P a g e
BAB XI
TAKDIR DAN IKHTIAR

A. Standar Kompetensi
Adapun tujuan dari pembahasan materi tentang Takdir dan Ikhtiar, adalah sebagai
berikut:
1. Menjelaskan pengertian Takdir
2. Menjelaskan pengertian Ikhtiar
3. Menjelaskan takdir dalam perspektif Islam
4. Menjelaskan Kebebasan Manusia
5. Menjelaskan Kekuasaan Tuhan

B. Uraian Materi
1. Pengertian Takdir
Takdir berasal dari bahasa Arab al-qadr, yang memiliki beberapa makna yaitu: hukum,
ketetapan, kekuatan, daya, ukuran, batasan. Jadi, takdir adalah ketentuan Allah terhadap
segenap makhluk sesuai dengan ilmunya pada segala sesuatu sejak sebelumnya, serta
sesuai dengan hikmah-Nya.

2. Takdir dalam Islam


Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus
diimani sebagaimana dikenal dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat
dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah melalui Al Quran dan Al Hadits.
Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai segala
sesuatu yang sudah terjadi. Untuk memahami konsep takdir, jadi umat Islam tidak dapat
melepaskan diri dari dua dimensi pemahaman takdir. Kedua dimensi dimaksud ialah
dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan.

a. Dimensi Ketuhanan
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang menginfor-
masikan bahwa Allah maha kuasa menciptakan segala sesuatu termasuk menciptakan
Takdir.
1) Dialah Yang Awal dan Yang Akhir ,Yang Zhahir dan Yang Bathin (QS. Al Hadid
[57]:3). Allah tidak terikat ruang dan waktu, bagi-Nya tidak memerlukan apakah itu
masa lalu, kini atau akan datang).
2) Dia (Allah) telah menciptakan segala sesuatu dan sungguh telah menetapkannya
(takdirnya). (QS. Al-Furqaan25]:2);
3) Apakah kamu tidak tahu bahwa Allah mengetahui segala sesuatu yang ada di
langit dan bumi. Sesungguhnya itu semua telah ada dalam kitab, sesungguhnya itu
sangat mudah bagi Allah. (QS. Al-Hajj[22]:70)
4) Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya (QS. Al Maa'idah[5]:17);
5) Kalau Dia (Allah) menghendaki maka Dia memberi petunjuk kepadamu semuanya.
(QS. Al-An'am[6]:149)
6) Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat. (QS. As-Safat[37]:96)
7) Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan. (QS. Luqman[31]:22).
Allah yang menentukan segala akibat.
122 | P a g e
b. Dimensi Kemanusiaan
Dimensi ini merupakan sekumpulan ayat-ayat dalam Al Quran yang
meginformasikan bahwa Allah memperintahkan manusia untuk berusaha dengan sungguh-
sungguh untuk mencapai cita-cita dan tujuan hidup yang dipilihnya.
1) Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia (QS. Ar
Ra'd[13]:11)
2) (Allah) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa
di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun (QS. Al Mulk[67]:2)
3) Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, Nasrani,
Shabiin (orang-orang yang mengikuti syariat Nabi zaman dahulu, atau orang-orang
yang menyembah bintang atau dewa-dewa), siapa saja di antara mereka yang benar-
benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan beramal saleh, maka mereka akan
menerima ganjaran mereka di sisi Tuhan mereka, tidak ada rasa takut atas mereka, dan
tidak juga mereka akan bersedih (QS. Al-Baqarah[2]:62). Iman kepada Allah dan hari
kemudian dalam arti juga beriman kepada Rasul, kitab suci, malaikat, dan takdir.
4) ... barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan
barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir... (QS. Al Kahfi[18]:29)

3. Ikhtiar
Ikhtiar berasal dari bahasa Arab Ikhtiyaarun yang berarti mencari hasil yang lebih
baik. Adapun secara istilah, pengertian ikhtiar yaitu usaha manusia untuk memenuhi
kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar
tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Maka, segala sesuatu baru
bisa dipandang sebagai ikhtiar yang benar jika di dalamnya mengandung unsur kebaikan.
Tentu saja, yang dimaksud kebaikan adalah menurut syari’at Islam, bukan semata akal,
adat, atau pendapat umum. Dengan sendirinya, ikhtiar lebih tepat diartikan sebagai
“memilih yang baik-baik”, yakni segala sesuatu yang selaras tuntunan Allah dan Rasul-
Nya. Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya.
Akan tetapi, jika usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya
mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha,
antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu
sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar karena
orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar
atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat
ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah
yang diiringi dengan perbuatan baik, bidang usaha yang akan dilakukan harus dikuasai
dengan mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-hati mencari teman (mitra) yang
mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen
yang professional.
123 | P a g e
4. Kekuasaan Tuhan
Dalam menjelaskan kemuthlakan kekuasaan dan kehendak Tuhan ini, Asy’ari menulis
dalam Al-Ibanah-nya bahwa Tuhan tidak tunduk kepada siapapun, di atas Tuhan tidak ada
lagi suatu zat lain yang dapat membuat hukum dan dapat menentukan apa ada lagi suatu
zat lain yang dapat membuat hukum dan dapat menentukan apa yang boleh dibuat dan apa
yang tidak boleh dibuat oleh Tuhan. Tuhan bersifat absolute dalam kehendak dan
kekuasaan-Nya. Sebagaimana kata al-Dawwaniy sebagaimana dikutip oleh Muhammad
Abduh, Tuhan adalah Maha Pemilik (al-Malik) yang bersifat absolute dan berbuat apa saja
yang dikehendakiNya di dalam kerajaanNya dan tidak seorangpun yang dapat mencela
perbuatanNya. Sunggupun perbuatan-perbuatan itu oleh akal manusia dipandang bersifat
tidak baik dan tidak adil. Lebih tegas ia menulis : “Tuhan bersifat adil dalam segala
perbuatanNya. Tidak ada suatu laranganpun bagi Tuhan. Dia berbuat apa saja yang
dikehendakiNya. Seluruh makhluk milik-Nya dan perintahNya adalah di atas segala
perintah. Dia tidak bertanggungjawab tentang perbuatan-perbuatanNya kepada siapapun”.
Sejalan dengan pernyataan di atas, al-Ghazali juga sama berpendapat bahwasanya Tuhan
dapat berbuat apa saja yang dikehendakiNya, dapat memberikan hukuman menurut
kehendakNya, dapat menyiksa orang yang berbuat baik jika itu dikehendakiNya dan dapat
memberi upah kepada orang kafir jika yang demikian dikehendakiNya.
Bagi kaum Asy’ariyah, Tuhan sama sekali tidak terikat kepada apapun, tidak terikat
kepada janji-janji, kepada norma-norma keadilan dan sebagainya. Sementara menurut
kaum Mu’tazilah, kekuasaan Tuhan sebenarnya tidak bersifat muthlak lagi. Sebab,
kekuasaan Tuhan sudah dibatasi oleh kebebasan, yang menurut Mu’tazilah, telah diberikan
kepada manusia dalam menentukan kemauan dan perbuatannya. Selanjutnya kekuasaan
muthlak Tuhan itu dibatasi pula oleh keadilanNya. Tuhan tidak bisa lagi berbuat
sekehendakNya, Tuhan telah terikat kepada norma-norma keadilan yang kalau dilanggar,
membuat tuhan bersifat tidak adil. Bahkan zhalim. Sifat seperti ini tentu saja tidak bisa
diberikan kepada Tuhan. Kekuasaan dan kehendak muthlakNya dibatasi lagi oleh
kewajiban-kewajiban Tuhan terhadap manusia yang menurut kaum Mu’tazilah memang
demikian. Kekuasaan muthlak itu dibatasi pula oleh hukum alam (nature of law :
sunnatullah) yang tidak mengalami perobahan. Hal ini didasarkan pada QS. Al-Ahzab ayat
62 : (Tidak akan engkau jumpai perubahan pada Sunnatullah).
Adapun kaum: Muturidiyah, khususnya kelompok Bukhara, mereka menganut
pendapat bahwa Tuhan memiliki kekuasaan muthlak. Menurut al-Bazdawiy, Tuhan
memang berbuat apa saja yang dikehendakiNya dan menentukan segala-galanya menurut
kehendakNya. Tidak ada yang dapat menentang atau memaksa Tuhan, dan tidak larangan-
larangan terhadap Tuhan. Akan tetapi walau bagaimanapun juga faham mereka tentang
kekuasaan Tuhan tidaklah semuthlak faham Asy’ari.
Kaum Maturidiy kelompok Samarkand, tidaklah sekeras kelompok Bukhara dalam
mempertahankan kemuthlakan kekuasaan Tuhan, akan tetapi tidak pula memberikan
batasan sebanyak batasan yang diberikan oleh kaum Mu’tazilah bagi kekuasaan muthlak
Tuhan. Batasan-batasan yang diberikan oleh kaum Maturidiy kelompok samarkand ini,
adalah :
a. Kemerdekaan dalam kemauan dan perbuatan yang menurut pendapat
mereka ada pada manusia

124 | P a g e
b. Keadaan Tuhan menjatuhkan hukuman bukan sewenang-wenang, akan
tetapi berdasarkan atas kemerdekaan manusia dalam mempergunakan daya yang
diciptakan Tuhan dalam dirinya untuk berbuat baik atau berbuat jahat.
Keadaan hukuman-hukuman Tuhan, sebagaimana kata al-Bayadhi, tidak boleh tidak
mesti terjadi. tidak ada suatu zatpun yang lebih berkuasa. Tuhan adalah diatas segala-
galanya. Batasan-batasan itu ditentukan oleh Tuhan sendiri dan dengan kemauan-Nya
sendiri pula.

5. Kebbasan Manusia
Persoalan utama yang muncul berkaitan dengan kebebasan manusia adalah: Apa itu
kebebasan? Benarkah manusia itu bebas? Benarkah tindakan-tindakan yang kita lakukan
itu sungguh-sungguh keluar dari kebebasan kita? Atau justru sebaliknya: Apakah semua
yang terjadi dan yang akan terjadi dalam hidup kita ini sudah dideterminasi oleh
determinan-determinan yang melingkupi hidup kita? Seandainya hidup dan tindakan kita
ini sebenarnya merupakan produk dari determinasi-determinasi, di mana letak kebebasan
manusia? Apakah dalam situasi demikian itu manusia masih bisa dikatakan sebagai
makhluk yang bebas? Persoalan-persoalan di atas akan menjadi pusat perhatian penulis
dalam karya ilmiah ini, karena penulis melihat bahwa secara hakiki manusia menginginkan
kebebasan secara penuh. Namun apa yang ditemui dalam realitas kehidupan? Perang,
kelaparan, kemiskinan, perampokan, penindasan hak-hak asasi manusia, ketidakadilan, dan
lain sebagainya. Kenyataan itu menunjukkan bahwa sebenarnya harapan dan dambaan
manusia akan kebebasan belum teraktualisasikan secara penuh. Kebebasan manusia dan
segala macam persoalannya itu akan menjadi semakin rumit kalau kita kaitkan dengan
pandangan dari aliran determinisme. Baik filosof maupun guru-guru Agama berbeda
pendapat mengenai masalah ini. Sebagian mereka menganjurkan kebebasan manusia dan
bahwa apapun yang ia lakukan adalah atas kebebasan kemauannya sendiri; sebagian
menolak kebebasan ini dan berfikir bahwa apa yang nampaknya menjadi suatu tindakan
yang bebas atau tidak bebas dari manusia adalah tunduk pada aturan yang sudah digariskan
lebih dulu.
Dalam Islam mempercayai Takdir dan bahwa semua yang dikerjakan manusia telah
ditakdirkan oleh Tuhan, dan bahwa manusia tidak dapat merubah arah-arah yang sudah
ditetapkan. penulis mengemuakan juga bahwa perbedaan pandangan Islam yang
menganjurkan kebebasan manusia dan menolak pengertian Takdir pada tindakan manusia
atau tidak bertindaknya manusia. Saya sekarang ingin membicarakan dengan anda masalah
ini dan memeriksa apakah Islam benar-benar mengajarkan hal yang penting. Hal ini
memerlukan penjelasan bahwa pembicaraan kita tidak mencakup kondisi-kondisi tertentu
yang tidak disebabkan oleh keinginan manusia itu sendiri, seperti penyakit, kebutaan dan
kematian.
Di dalam hal ini ketidak bebasan manusia telah jelas. Tak seorangpun dapat
menggugat bahwa manusia mempunyai kebebasan di dalam kondisi-kondisi demikian,
sebab masalah ini tidak terjadi karena pilihan manusia. Pembicaraan kita hanya mencakup
kerja manusia dan tindakannya dimana manusia bertindak oleh pilihannya sendiri dan
kemauannya. Pertentangan lama masih ada dan membagi manusia menjadi dua bagian: ada
yang berpegang pada kebebasan manusia, dan yang lain berpegang pada takdir. Islam,
seperti yang anda ketahui, menerangkan pada kita bahwa Tuhan melahirkan firman-firman
tertentu: bahwa Dia akan menghadiahi orang-orang yang patuh pada firman-firmanNya,
dan bahwa Dia akan menghukum orang yang tidak patuh yaitu orang-orang yang tidak

125 | P a g e
memenuhi permintaan firman-firman ini. Suatu Agama dapat kukuh hanya bila
menganjurkan kebebasan manusia. Suatu Agama yang menganjurkan kedua-duanya yaitu
keadilan Tuhan dan Takdir, jelas akan bertentangan bila Agama itu menerangkan bahwa
Tuhan akan menghadiahi orang-orang yang patuh pada firman-firmanNya dan
menghukum yang tidak patuh. Bila bertindaknya manusia atau tidak bertindaknya adalah
tidak lebih dahulu ditentukan oleh Tuhan, manusia tidak akan dapat merubah tujuannya.
Dia tidak akan dapat melakukan sesuatu setelah dia ditakdirkan tidak melakukan hal itu.
Manusia akan seperti mesin. Sebuah mesin tidak dapat berputar dengan sendirinya,
merubah tujuannya, dan mustahil mengatakan sebuah mesin memenuhi permintaan
pesanan tertentu, mustahil menghadiahi mesin atau menghukum mesin. Melenyapkan
kebebasan manusia akan merusak seluruh pengertian (konsep) Agama. Sebenarnya, bila
kita menolak kebebasan manusia maka tidak akan perlu ilham atau wahyu. Dan tidak perlu
mengirim Nabi-nabi untuk mengajarkan dan memimpin manusia. Bila seseorang
ditakdirkan menjadi Atheist dia tidak akan menjadi orang yang beragama, dan tidak ada
nabi vang akan dapat merubah hatinya. Seorang yang ditakdirkan jahat, tidak akan menjadi
warga yang baik Kebebasan manusia sebenarnwa merupakan dasar seluruh pengertian
Agama, dan Islam dengan jelas menganjurkan kebebasan manusia.

6. Implikasi Iman Kepada Takdir


Kesadaran manusia untuk beragama merupakan kesadaran akan kelemahan dirinya.
Terkait dengan fenomena takdir, maka wujud kelemahan manusia itu ialah
ketidaktahuannya akan takdirnya. Manusia tidak tahu apa yang sebenarnya akan terjadi.
Kemampuan berfikirnya memang dapat membawa dirinya kepada perhitungan, proyeksi
dan perencanaan yang canggih. Namun setelah diusahakan realisasinya tidak selalu sesuai
dengan keinginannya. Manuisa hanya tahu takdirnya setelah terjadi. Oleh sebab itu
sekiranya manusia menginginkan perubahan kondisi dalam menjalani hidup di dunia ini,
diperintah oleh Allah untuk berusaha dan berdoa untuk merubahnya. Usaha perubahan
yang dilakukan oleh manusia itu, kalau berhasil seperti yang diinginkannya maka Allah
melarangnya untuk menepuk dada sebagai hasil karyanya sendiri. Bahkan sekiranya
usahanya itu dinialianya gagal dan bahkan manusia itu sedih bermuram durja menganggap
dirinya sumber kegagalan, maka Allah juga menganggap hal itu sebagai kesombongan
yang dilarang juga (QS. Al Hadiid[57]:23).
Kesimpulannya, karena manusia itu lemah (antara lain tidak tahu akan takdirnya)
maka diwajibkan untuk berusaha secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan
hidupnya yaitu beribadah kepada Allah. Dalam menjalani hidupnya, manusia diberikan
pegangan hidup berupa wahyu Allah yaitu Al Quran dan Al Hadits untuk ditaati.

7. Hubungan Takdir dan Ikhtiar


Dalam kehidupan beragama, mempercayai takdir yang datangnya dari Allah
merupakan sebuah kewajiban, karena telah menjadi salah satu rukun iman yang menjadi
dasar dari kepercayaan agama Islam. Percaya takdir Allah, baik atau buruk, merupakan
turunan atas komitmen seorang muslim atas keimanan seseorang kepada Allah atas kuasa-
Nya menguasai segala yang ada pada makhluk-Nya (Mahakuasa).
Persoalan dan pemahaman takdir memang begitu rumit, karena keberadaannya bersifat
gaib yang tidak mudah dipahami oleh nalar manusia. Terlebih lagi jika dikaitkan dengan
ikhtiar, yang terkesan berseberangan: takdir merupakan otoritas Allah dan manusia tidak
memiliki kebebasan, sedangkan dalam ikhtiar manusia memiliki kebebasan. Pada

126 | P a g e
akhirnya, muncul perdebatan di tengah umat Islam dan terbagi dalam tiga golongan;
Qadariyah, Asy’ariah dan Jabariah.
Dalam bahasa agama, qadha dan qadar sering diucapkan satu, yaitu takdir,
walaupun keduanya memiliki maksud yang berbeda. Menurut istilah Islam, yang dimaksud
dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang
segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk, sedangkan qadar merupakan perwujudan
atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk
tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Dengan arti ringkas, qadha merupakan ketetapan awal,
sedangkan qadar merupakan perwujudan dari qadha yang biasa disebut takdir.
Hanya pertanyaannya kemudian, ketika takdir menjadi sebuah ketetapan ilahi, di
mana posisi ikhtiar pada manusia? Bisa jadi, seseorang mengatakan, “Buat apa shalat dan
puasa, toh jika ditakdirkan masuk surga, tetap masuk surga.” Pemikiran seperti itulah yang
kemudian melemahkan semangat dalam beribadah. Sebenarnya, walaupun setiap manusia
telah ditentukan nasibnya, bukan berarti manusia hanya tinggal diam menunggu nasib
tanpa ada usaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha dan dilarang
berputus asa. Dengan arti lain, manusia dituntut untuk berusaha agar memperoleh yang
terbaik baginya. Berhasil atau tidak upaya yang dilakukan, biarkan takdir yang berjalan
(al-insan bi at-takhyir wa Allah bi at-takdir).
Dalam kaitan ikhtiar dan takdir ini, ada kisah menarik saat seorang Arab Badui
datang menghadap Rasulullah dengan mengendarai kuda. Setelah ia turun dari kudanya, ia
langsung menghadap tanpa mengikat kudanya. Rasulullah menegur orang tesebut,
“Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya
bertawakkal kepada Allah”. Rasulullah pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu
bertawakkalah kepada Allah”.
Pada masa Khalifah ‘Umar bin Khaththab juga ada kisah menarik. Saat itu, ada seorang
pencuri yang dalam persidangan ditanya oleh sang Khalifah, “Mengapa engkau mencuri?”.
Pencuri itu menjawab, “Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.”
Mendengar jawaban tersebut, Khalifah Umar marah, lalu berkata, “Pukul orang ini
dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang bertanya, “Mengapa
hukumannya diperberat seperti itu?” Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah hukuman yang
setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta
atas nama Allah”. Pada masa ‘Umar pula, beserta rombongan beliau berencana pergi ke
suatu desa. Beliau mendengar kabar bahwa di desa yang akan dihampirinya telah mewabah
suatu penyakit menular atau Thaun. Akhirnya Sayidina Umar tidak melanjutkan
perjalanannya. Keputusan Sayidina Umar ini sempat diprotes oleh sebagian sahabat.
Dikatakan, “Hai Amirul Mukminin, apakah Anda lari dari Takdir Allah?” Umar menjawab,
“Saya lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain.”
Kisah-kisah tersebut menjelaskan bahwa walaupun Allah telah menentukan segala
sesuatunya, tetapi manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar, dan setiap upaya dan
usaha dari manusia pasti dihargai oleh Allah. Pada posisi inilah, ulama menjelaskan
hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar dengan mengelompokkan takdir dalam
dua macam: Takdir Mu’allaq dan Mubram. Takdir Mu’allaq erat kaitannya dengan ikhtiar
manusia. Takdir mendapat upah dari sebuah pekerjaan erat kaitannya dengan ikhtiar yang
berarti bekerja. Adapun takdir Mubram terjadi pada diri manusia yang tidak dapat
diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Semisal takdir dilahirkan
dengan mata sipit, atau dengan kulit hitam, sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan
sebagainya.
127 | P a g e
Dengan demikian, tidak tepat jika seseorang merasa pesimis sehingga melalaikan
tugas sebagai hamba yang harus taat kepada Allah dengan landasan bahwa surga dan
neraka telah ditentukan. Bisa jadi, karena keengganannya untuk beribadah itulah yang
merupakan bagian dari jalan (ikhtiar) menuju takdir masuk neraka. Demikian pula ketika
berbuat taat yang merupakan bagian dari ikhtiar menuju takdir masuk surga. Dalam basa
‘Umar bin Khaththab, “Lari dari takdir Allah menuju takdir Allah yang lain”.
Perlu diketahui bahwa pahala dan dosa adalah rahasia ilahi sepertihalnya surga dan neraka.
Yang terpenting adalah bagaimana kita berusaha untuk mencapai ridha ilahi dengan
berusaha untuk taat pada perintahnya dan menjauhi larangannya sehingga ada harapan
untuk masuk surga. Sebab, bagaimanapun Allah Mahaadil yang tidak mungkin berbuat
zalim pada semua hambanya.

C. Ringkasan
Takdir berasal dari bahasa Arab, dari kata qadr, yang memiliki beberapa makna: hukum,
ketetapan, kekuatan, daya, ukuran. Takdir adalah ketentuan Allah terhadap segenap
makhluk sesuai dengan ilmunya pada segala sesuatu sejak sebelumnya, serta sesuai dengan
hikmah-Nya. Ikhtiar adalah usaha, segenap upaya untuk menyelesaikan persoalan yang
tengah membelit, yang melibatkan cara berpikir dan mengatasi permasalahan. Dalam
ikhtiar terkandung pesan taqwa, yakni menuntaskan masalah dengan mempertimbangkan
langkah yang terbaik menurut Islam. Kemudian menjadikannya sebagai pilihan, apapun
konsekuensinya dan meskipun tidak populer atau terasa berat. Dengan memahami konsep
takdir maka kita dapat memastikan, merasakan, meyakini adanya takdir Allah. Tugas
manusia adalah berusaha maksimal dan terus saja berdoa, secara berimbang. Berusaha
dengan cara yang terbaik, dan berdoa dengan cara yang terfokus, maka hasilnya bias
diprediksi, dan kepastiannya ada di tangan Allah Taala, kita bertawakal kepada-Nya. Tanpa
keduanya, ikhtiar dan doa, semua tidak ada artinya. Jika tidak ada ikhtiar dari manusia
maka takdir menjadi tidak bermakna.

D. Rujukan
Anwar, abdul, dkk. 20012. Ilmu Kalam Edisi Revisi. Bandung: CV Puskata Setia.
Muzakar, Kahar. 2006. Ilmu Kalam atau Ilmu Tauhid. Bandung: Solo Press.
Daudy, Ahmad. 1997. Kuliah Ilmu Kalam. Jakarta: Bulan Bintang.
Zaini, Syahminan. 1983. Kuliah Aqidah Islam. Surabaya: Al-Ikhlas
Devi. 2012: Konsep Takdir.[Online]. Tersedia di: http://devi-
ukhtie.blogspot.co.id/2012/04/konsep-takdir.html, diakses pada tanggal 28-Oktober-
2015, pukul 09:50 WIB
Anonim. 2013: Takdir Manusia. [Online]. Tersedia di:
https://aikirut.files.wordpress.com/2013/05/takdir-manusia-allamah-syahid-murtadha-
muthahhari-ra.pdf, diakses pada tanggal 28-Oktober-2015, pukul 09:58 WIB
Sidogiri. 2014: Hubungan Takdir dan Ikhtiar. [Online]. Tersedia di:
http://sidogiri.net/2014/04/hubungan-takdir-dan-ikhtiar/ , diakses pada tanggal 28-
Oktober-2015, pukul 10:20 WIB
Bang Nonki. 2010: Takdir dalam Pengertian Islam. [Online]. Tersedia di:
http://madrasahmassahar.blogspot.co.id/2010/03/takdir-dalam-pengertian-islam.html ,
diakses pada tanggal 28-Oktober-2015, pukul 10:55 WIB
Boedy. 2012: Makalah Konsep Takdir dan Ikhtiar. [Online]. Tersedia di:
http://cgeduntuksemua.blogspot.co.id/2012/03/makalah-konsep-takdir-dan-ikhtiar-
128 | P a g e
dalam.html, diakses pada tanggal 2-Oktober-2015, pukul 11:03 WIB

E. Latihan Soal
Pilihan Ganda
1. Diantara beberapa aliran di bawah ini, aliran manakah yang memunculkan
paham-paham kewajiban Allah ....
a. Aliran Qadariyah
b. Aliran Jabariyah
c. Alirah Mu’tazilah
d. Aliran Asy’ariyah
Jawaban: c. Aliran Mu’tazilah
2. Metode aqidah yang digunakan oleh aliran asy’ariyah adalah....
a. Sunah
b. Aqli
c. Naqli
d. Aqli dan Naqli
Jawaban: d. Aqli dan Naqli
3. Dibawah ini ayat yang tepat untuk mendukung pendapat aliran Qadariyah
adalah ...
a. QS. As-Sajdah ayat 7
b. QS. Ash-Shaffat ayat 96
c. QS. Al-Anbiya ayat 23
d. QS. An-Nisa ayat 111
Jawaban: d. QS. An-Nisa ayat 111

Essay
1. Mengapa ada yang harus berikhtiar mati-matian untuk menggapai Takdir-
nya?
Jawaban:
Karena takdir itu sudah menjadi suratan dan skenario Tuhan. bisa jadi ini termasuk
bagian dari dogma. meski demikian, ikhtiar menjadi hal yang wajib dilakukan,
bukan untuk melawan takdir, melainkan untuk menjaga harmoni kehidupan agar
selamat dunia akhirat.

2. Mengapa juga ada yang berikhtiar berdarah-darah namun akhirnya


menyerah pada Takdir?
Jawaban:
Karena setiap orang memang harus berikhtiar dan tidak memasrahkan diri pada
takdir semata, hanya saja jika segala macam ikhtiar tidak membuahkan hasil sesuai
yang diharapkan itu saatnya kita berserah diri pada takdir-Nya.

3. Perlukah Takdir diperjuangkan lewat Ikhtiar?


Jawaban:
Perlu, karena takdir ibarat jatah anggaran negara. Untuk mendapatkannya kita
harus membuat proposal yang disebut dengan ikhtiar. Jadi takdir bisa hangus kalau
ikhtiar tidak dilaksanakan

F. Daftar Istilah

129 | P a g e
Qadha: Ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala
sesuatu yang berkenan dengan makhluk.
Qadar: Perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam
kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya.
Absolutisme: Kekuasaan
Takdir: Ketentuan Allah terhadap segenap makhluk sesuai dengan ilmunya pada
segala sesuatu sejak sebelumnya, serta sesuai dengan hikmah-Nya.
Ikhtiar: Usaha

130 | P a g e
BAB XII
TAUHID DAN SYIRIK

A. Standar Kompetensi
1. Menjelaskan pengertian tauhid dan syirik
2. Menjelaskan Fungsi Tauhid
3. Menjelaskan Manfaat Tauhid
4. Menjelaskan Ciri-ciri Orang yang Bertauhid
5. Menjelaskan Macam-macam Syirik
6. Menjelaskan Akibat Perbuatan Syirik
7. Menjelaskan Hikmah dari Menghindari Perbuatan Syirik.

B. Uraian Materi
1. Tauhid
Esensi iman kepada Allah SWT adalah tauhid yaitu mengesakan-Nya, baik dalam zat,
sifat, maupun af’al-Nya. Secara sederhana, tauhid dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitu:
Tauhid Rububiyah, mengimani Allah SWT sebagai satu–satunya Rabb, pendidik alam
semesta; Tauhid Mulkiyah, mengimani Allah SWT sebagai satu–satunya Malik, penguasa
alam semesta; Tauhid ilahiyah, mengimani Allah SWT sebagai satu – satunya Ilah, yang
disembah oleh seluruh penduduk alam semesta. Tauhid, secara bahasa, berarti menjadikan
sesuatu satu saja. Kalimat itu mesti diikuti dengan penafian. Menafikan segala sesuatu
selain sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya. Demikian kata
Syaikh Muhammad bin Shalih. Kemudian, secara istilah syar’i, makna tauhid adalah
menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang disembah dengan segala kekhususannya.
Rupanya, banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat,
para Nabi, orang-orang salih, atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang
bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

a. Pembagian Tauhid
Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang dilakukan para ulama sejak
dahulu hingga sekarang, mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi menjadi tiga,
tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah dan tauhid asma wa sifat.
Pertama, tauhid rububiyyah. Yaitu mentauhidkan Allah dalam kejadian-kejadian
yang hanya bisa dilakukan oleh Allah, serta menyatakan dengan tegas bahwa Allah Taala
adalah Rabb, pencipta, pemelihara semua makhluk. Allahlah yang mengatur dan
mengubah keadaan mereka. Meyakini rububiyah Allah adalah meyakini kekuasaan Allah
dalam mencipta dan mengatur alam semesta. Meyakini bumi dan langit serta isinya
diciptakan oleh Allah, Dia-lah yang memberikan rizki. Allah yang mendatangkan badai
dan hujan, Allah menggerakkan bintang-bintang, dll. Dinyatakan dalam Al Qur’an:

‫ظلتشما ه‬
‫ت شوالننوشر‬ ‫ت شوايلشير ش‬
‫ض شوشجشعشل ال ن‬ ‫ايلشحيمتد هلله اللهذيِ شخلش ش‬
‫ق اللسشماشوا ه‬
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan
gelap dan terang (QS. Al An’am: 1)

131 | P a g e
Tauhid rububiyyah ini diyakini semua orang, baik mukmin maupun kafir, sejak
dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini
dikabarkan dalam Al Qur’an:
‫شولشئهين شسأ شيلتشهتيم شمين شخلشقشهتيم لشيشتقولتلن ل‬
‫ات‬
Sungguh, jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa
yang telah menciptakan mereka?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS.
Az Zukhruf: 87)

‫س شوايلقششمشر لشيشتقولتلن ل‬
‫ات‬ ‫ت شوايلشير ش‬
‫ض شوشسلخشر اللشيم ش‬ ‫شولشئهين شسأ شيلتشهتيم شمين شخلش ش‬
‫ق اللسشماشوا ه‬
Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir jahiliyah), ’Siapa
yang telah menciptakan langit dan bumi serta menjalankan matahari juga
bulan?’, niscaya mereka akan menjawab ‘Allah’ ”. (QS. Al Ankabut 61)

Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam
bernama Abdullah, yang artinya hamba Allah. Padahal ketika Abdullah diberi nama
demikian, Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam tentunya belum lahir. Adapun yang tidak
mengimani rububiyah Allah adalah kaum komunis atheis. Orang-orang komunis tidak
mengakui adanya Tuhan. Dengan keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka lebih
kufur daripada orang-orang kafir jahiliyah.
Kedua, tauhid uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk
peribadahan baik yang zhahir maupun batin. Firman Allah Taala:
‫ك نشيستشهعيتن‬
‫ك نشيعبتتد شوإهليإا ش‬
‫إهليإا ش‬
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami
meminta pertolongan (Al Fatihah: 5)

Sedangkan ibadah berarti semua hal yang dicintai oleh Allah, baik berupa
perkataan maupun perbuatan. Maksud dari yang dicintai Allah itu adalah segala sesuatu
yang telah diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan balasan
kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat, puasa, bersadakah, menyembelih. Termasuk
ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah dan isti’anah. Maka seorang yang
bertauhid uluhiyah hanya mempersembahkan semua ibadah ini kepada Allah semata, tidak
kepada yang lain. Sedangkan orang kafir jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka
juga memohon, berdoa, beristighatsah kepada selain Allah. Inilah yang diperangi
Rasulullah, ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul seluruhnya, mendakwahkan tauhid
uluhiyyah. Allah Ta’ala berfirman:
‫طاتغو ش‬
‫ت‬ ‫شولشقشيد بششعيثشنا هفيِ تكرل أتلممة شرتسوةل أشهن ايعبتتدوا ل‬
‫اش شوايجتشنهتبوا ال ل‬
Sungguh telah kami utus Rasul untuk setiap uumat dengan tujuan untuk
mengatakan: ‘Sembahlah Allah saja dan jauhilah thagut (QS. An Nahl: 36)

Ketiga, tauhid asma wa sifat. Mentauhidkan Allah Ta’ala dalam penetapan nama
dan sifat Allah, yaitu sesuai dengan yang Ia tetapkan bagi diri-Nya dalam Al Qur’an dan
Hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Cara bertauhid asma wa sifat Allah ialah
dengan menetapkan nama dan sifat Allah sesuai yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dan

132 | P a g e
menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya, dengan tanpa tahrif, tanpa
ta’thil dan tanpa takyif. Allah Ta’ala berfirman:
‫شوهلله ايلشيسشماتء ايلتحيسشنىَ شفايدتعوهت بهشها‬
Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya
dengan menyebut nama-nama-Nya (QS. Al A’raf: 180)

Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits tentang nama atau sifat Allah
dari makna zhahir-nya menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya kata ‘istiwa’ yang
artinya ‘bersemayam’ dipalingkan menjadi ‘menguasai’. Ta’thil adalah mengingkari dan
menolak sebagian sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang menolak bahwa
Allah berada di atas langit dan mereka berkata Allah berada di mana-mana. Takyif adalah
menggambarkan hakikat wujud Allah. Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan
makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang mampu menggambarkan hakikat
wujudnya. Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan bentuk tangan Allah,
bentuk wajah Allah, dan lain-lain.
Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh.
Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah
berfirman yang artinya:

‫س شكهميثلههه ششييِدء شوهتشو اللسهميتع ايلبش ه‬


‫صيتر‬ ‫لشيي ش‬
Tidak ada sesuatupun yang menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar Lagi Maha Melihat (QS. Asy Syura: 11)

Kemudian tafwidh, yaitu tidak menolak nama atau sifat Allah namun enggan
menetapkan maknanya. Misalnya sebagian orang yang berkata ‘Allah Ta’ala memang ber-
istiwa di atas ‘Arsy namun kita tidak tahu maknanya. Makna istiwa kita serahkan kepada
Allah’. Pemahaman ini tidak benar karena Allah Ta’ala telah mengabarkan sifat-sifat-Nya
dalam Qur’an dan Sunnah agar hamba-hambaNya mengetahui. Allah telah
mengabarkannya dengan bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka jika kita berpemahaman
tafwidh maka sama dengan menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-sifat-Nya
dalam Al Qur’an adalah sia-sia, karena tidak dapat dipahami oleh hamba-Nya.

b. Fungsi Tauhid
1) Membentuk seseorang yang sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai hamba
Allah;
2) Pembimbing umat manusia untuk menemukan kembali jalan yang lurus;
3) Melahirkan keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini adalah ciptaan Allah.

c. Manfaat Tauhid
1) Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan;
2) Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka agar
melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan;
3) Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup
yang dapat menyesatkan;
4) Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin

d. Ciri-ciri Orang Bertauhid


133 | P a g e
1) Memiliki komitmen utuh pada tuhannya;
2) Menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah;
3) Bersikap progresif dengan selalu memberikan penilaian terhadap kualitas
kehidupannya, adat istiadat, tradisi, dan faham hidupnya;
4) Tujuan hidupnya jelas. Ibadahnya, kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah
untuk Allah semata-mata;
5) Memiliki visi jelas tentang kehidupan yang harus dibangunnya bersama-sama
manusia lain.

e. Urgensi Tauhid
Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa
itu tauhid, bagaimana tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawab-
nya. Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain
sepakbola saja begitu hafal dengan nama, hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka
sehari-hari. Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal
Allah yang disembahnya. Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama
Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia
tidak mentauhidkan Allah dengan benar, dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Na’udzu
billahi min dzalik. Maka sangat urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar,
bahkan inilah ilmu yang paling utama, paling mulia, dan paling agung kedudukannya.
Setiap muslim wajib memahami ilmu ini, karena ini merupakan ilmu tentang Allah Swt,
tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya” (Syarh
Ushulil Iman, 4).

f. Kewajiban Untuk Bertauhid


Merupakan suatu perkara yang tidak bisa disangkal, bahwa alam semesta ini pasti
ada yang menciptakan. Yang mengingkari hal tersebut hanyalah segelintir orang. Itu pun
karena mereka tidak menggunakan akal sesuai dengan fungsinya. Sebab akal yang sehat
akan mengetahui bahwa setiap yang tampak di alam ini pasti ada yang mewujudkan. Alam
yang demikian teratur dengan sangat rapi tentu memiliki pencipta, penguasa, dan pengatur.
Tidak ada yang mengingkari perkara ini kecuali orang yang tidak berakal atau sombong
dan tidak mau menggunakan pikiran sehat. Mereka tidaklah bisa dijadikan tempat berpijak
dalam menilai. Dzat yang menciptakan, menguasai, dan mengatur alam semesta ini adalah
Allah subhanahu wa ta`ala. Inilah yang disebut dengan rububiyyah Allah. Tauhid
rububiyyah adalah sebuah keyakinan yang diakui bahkan oleh kaum musyrikin. Allah
subhanahu wa ta`ala berfirman:
Katakanlah: Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah
yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan
menjawab: “Allah”. Maka katakanlah: Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-
Nya)? (Yunus:31)

Oleh sebab itu, selayaknya manusia hanya menyembah kepada Allah subhanahu wa
ta`ala saja. Allah subhanahu wa ta`ala telah menciptakan untuk manusia berbagai
prasarana berupa alam semesta ini. Semua itu untuk mewujudkan peribadatan kepada-Nya.
Allah subhanahu wa ta`ala juga membantu mereka untuk mewujudkan peribadahan

134 | P a g e
tersebut dengan limpahan rezeki. Sedangkan Allah tidak membutuhkan imbalan apa pun
dari para makhluk-Nya.

2. Syirik
Syirik adalah mempersekutukan Allah SWT dengan mahkluk-Nya, baik dalam
dimensi Rububiyah, Mulkiyah, maupun Ilahiyah, secara langsung atau tidak, secara nyata
atau terselubung. Dalam dimensi rububiyah misalnya, meyakini bahwa ada makhluk yang
mampu menolak segala kemadaratan dan meraih segala kemanfaatan, atau dapat
memberikan berkat, seperti meyakini kesaktian para Wali Allah, sehingga dia meminta
bantuan kepada mereka untuk menolak petaka atau meraih keuntungan, apalagi wali
tersebut telah meninggal dunia. Dari segi bahasa, syirik berarti mempersekutukan. Secara
istilah berarti perbuatan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.
Diriwayatkan dari Abu Bakrah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
‫شوشجلش ش‬- ‫ق ايلشوالهشدييإهن‬
:-‫س شوشكاشن تمتلهكةئا فششقاشل‬ ‫ شياهليششرا ت‬:‫ شقاشل‬.‫ بششلىَ شيإا شرتسيوشل اه‬:‫ شقالتيوا‬،(‫أشلش أتنشبرئتتكيم بهأ شيكبشهر ايلشكشبائههر )ثشلشةثا‬
‫ك هباله شوتعقتيو ت‬
‫ فششما شزاشل يإتشكررترشها شحلتىَ قتيلشنا لشييتشهت شسشك ش‬:‫ شقاشل‬.‫أشلش شوقشيوتل النزيوهر‬.
‫ت‬
Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang dosa-dosa besar yang paling
besar?” (Beliau mengulanginya tiga kali.) Mereka (para Sahabat) menjawab:
“Tentu saja, wahai Ra-sulullah.” Beliau bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka
kepada kedua orang tua.” -Ketika itu beliau bersandar lalu beliau duduk tegak
seraya bersabda:- “Dan ingatlah, (yang ketiga) perkataan dusta!” Perawi
berkata: “Beliau terus meng-ulanginya hingga kami berharap beliau diam.”

Syirik, menyekutukan Allah, dikatakan dosa terbesar, dan kezhaliman yang paling
besar, karena ia menyamakan makhluk dan Khaliq. Orang yang melakukan perbuatan
syirik disebut musyrik.

a. Jenis–Jenis Syirik
Syirik, dilihat dari sifat dan tingkat sanksinya :
1) Syirik Besar. Syirik ini merupakan syirik yang tidak akan mendapat ampunan
Allah. Syirik ini dibagi dua, yaitu:
a) Syirik Jali, nyata. Menyembah kepada tuhan-tuhan selain Allah, baik tuhan
yang berbentuk berhala, bintang, bulan, matahari, batu, gunung, pohon besar, dan
sebagainya. Ataupun menyembah makhluk-makhluk ghaib seperti setan, jin,
malaikat.
b) Syirik Khafi, tersembunyi. Seperti meminta pertolongan kepada orang yang
telah meninggal, patuh pada undang-undang atau hukum yang bertentangan dengan
hukum Allah.

2) Syirik Keci. Syirik ini termasuk dosa besar, akan tetapi masih ada peluang
diampuni Allah jika pelakunya segera bertobat. Contohnya antara lain: bersumpah
dengan nama selain Allah. Memakai jimat, jimat termasuk syirik, karena mengandung
unsur meminta atau mengharap sesuatu kepada kekuatan lain selain Allah. Mantera,
mengucapkan kata-kata yang dilakukan oleh orang jahiliah dengan keyakinan, bahkan
kata-kata itu dapat menolak bala dengan bantun jin. Sihir, perbuatan ini dapat
mengelabui orang dengan bantuan jin. Peramalan, memberitahukan tentang hal-hal
gaib pada masa-masa yang akan datang baik itu dilakukan dengan ilmu perbintangan,

135 | P a g e
membaca garis tangan, dengan bantuan jin dan sebagainya. Dukun, tenung, yang
memberitahukan tentang hal-hal yang gaib pada masa mendatang, mengabarkan apa
yang tersirat dalam naluri manusia. Tukang tenun adalah peramal atau dukun.
Bernadzar kepada selain Allah, misalnya seorang bernadzar jika sembuh ia akan
mengadakan sesajian ke makam wali. Perbuatan seperti itu adalah perbuatan yang
sesat. Riya, beramal bukan karena Allah, tapi karena ingin mendapat pujian orang lain.

Menurut klasifikasi umum,syirik dibagi menjadi empat jenis yaitu :


1) Syirku Al-‘llmi. Umumnya terjadi pada ilmuan. Mereka mengagungkan ilmu
sebagai maha segalanya. Mereka tidak mempercayai pengetahuan yang di wahyukan
Allah. Sebagai contoh mereka mengatakan bahwa manusia berasal dari kera, mereka
juga percaya bahwa ilmu pengetahuan akhirnya akan dapat menemukan formula agar
manusia tidak perlu mengalami mati,dan lain-lain.
2) Syirku At-Tasarruf. Syirik jenis ini, disadari atau tidak oleh pelakunya, menentang
bahwa Allah Maha Kuasa dan segala kendali atas penghidupan manusia berada di
tangan-Nya. Mereka percaya adanya ‘perantara’ itu mempunyai kekuasaan.
Contohnya, adalah kepercayaan bahwa Nabi Isa anak Tuhan, percaya pada dukun,
tukang sihir atau sejenisnya.
3) Syirku Al-Ibadah. Inilah syirik yang menuhankan pikiran, ide-ide atau fantasi.
Mereka hanya percaya pada fakta-fakta kongrit yang berasal dari pengalaman lahiriah.
Misalnya seorang atheis memuja ide pengingkaran terhadap tuhan dalam berbagai
bentuk kegiatan.
4) Syirku Al-‘Addah. Ini adalah kepercayaan terhadap tahayul. Sebagai contoh
percaya bahwa angka tiga belas itu adalah angka sial sehingga tidak mau
menggunakan angka tersebut, menghubungkan kucing hitam dengan kejahatan, dan
lain sebagainya.

b. Akibat Negatif Perbuatan Syirik


1) Sulit menerima kebenaran firman Allah.
2) dikunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah ditutup, dan
mereka akan mendapat azab yang berat.(Q.S. Al-Baqarah:7)
3) Muncul perasaan ragu. Firman Allah: “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah
menambah penyakit itu, dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka
berdusta.” (Q.S Al Baqarah:10)
4) Tidak boleh diangkat menjadi pemimpin bagi kaum yang beriman. Karena
aturannya berkiblat pada taghut, berhala, kemusrikan, merendahkan mukmin.
5) Hanya akan memperoleh kesenangan sementara.
6) Amalan dan harta yang dinafkahkan sia-sia. “Perumpamaan harta yang mereka
infaqkan di dalam kehidupan ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin,
yang menimpa tanaman milik suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu angin itu
merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka yang menzalimi diri endiri.
(Q.S. Ali ‘Imran:117).
7) Dinilai sebagai makhluk terburuk, Allah menilai orang musyrik dengan penilaian
yang sangat rendah. Orang musrik itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih
rendah dan sesat dari pada binatang.
8) Menjadi musuh Allah. “sesungguhnyaAllah musuh bagi orang-orang kafir.” (2 :98)
9) Dijanjikan mendapat siksa neraka. “Pada hari itu ada wajah yang putih berseri, dan
ada pula wajah yang hitam muram. Adapun orang-orang yang berwajah hitam
136 | P a g e
muram(kepada mereka dikatakan), “Mengapa kamu syirik setelah beriman? Karena
itu rasakanlah azab yang disebabkan kekafiranmu itu.” (Q.S.Ali ;Imran:106).

c. Contoh Syirik
1) Syirik dalam berdoa. Meminta kepada selain Allah, disamping meminta kepada-
Nya. orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa meskipun
setipis kulit ari. Jika kamu meminta kepada mereka, mereka tiada mendengar
seruanmu, dan kalau mereka mendengar mereka tidak dapat memperkenankan
permintaanmu. (QS. Faathir: 13-14)
2) Syirik dalam sifat Allah. Seperti keyakinan bahwa para nabi dan wali mengetahui
perkara-perkara ghaib. Allah Taala telah membantah keyakinan seperti itu dengan
firman-Nya: pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib, tidak ada yang
mengetahuinya kecuali dia sendiri. (QS. Al-An'am : 59). Lihat QS. Al-Jin: 26-27.
Pengetahuan hal gaib merupakan salah satu hak istimewa Allah, menisbatkan hal
tersebut kepada selain-Nya adalah syirik.
3) Syirik dalam Mahabbah. Mencintai seseorang, baik wali atau lainnya layaknya
mencintai Allah, atau menyetarakan cintanya kepada makhluk dengan cintanya
kepada Allah Ta'ala. Mengenai hal ini Allah Ta'ala berfirman: di antara manusia ada
orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah, adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah. (QS. 2: 165). Mahabbah dalam ayat ini adalah
cinta yang mengandung unsur ibadah (mahabbatul ubudiyah), yaitu cinta yang
dibarengi dengan kepatuhan mutlak serta mengutamakan yang dicintai daripada
selainnya. Mahabbah seperti ini adalah hak istimewa Allah, hanya Allah yang berhak
dicintai seperti itu, tidak boleh disetarakan dengan-Nya sesuatu apapun.
4) Syirik dalam ketaatan. Yaitu ketaatan kepada makhluk, baik wali ataupun ulama
dan lain-lainnya, dalam mendurhakai Allah Ta'ala. Seperti mentaati mereka dalam
menghalalkan apa yang diharamkan Allah Ta'ala, atau mengharamkan apa yang
dihalalkan-Nya. Allah swt.berfirman: Mereka menjadikan orang-orang alim, dan
rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah. (QS. At-Taubah: 31). Taat kepada
ulama dalam hal kemaksiatan inilah yang dimaksud dengan menyembah berhala
mereka. Berkaitan dengan ayat tersebut di atas, Rasulullah SAW menegaskan: Tidak
ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada al-Khaliq. (Hadits Shahih,
diriwayatkan oleh Ahmad).
5) Syirik khauf (takut). Ada tiga: (1) Khauf Sirri; yaitu takut kepada selain Allah,
berupa berhala, tagut, mayat, makhluk gaib seperti jin, orang yang sudah mati, dengan
keyakinan bahwa mereka dapat menimpakan mudarat kepada makhluk. Allah Swt.
berfirman: Janganlah kamu takut kepada mereka, takutlah kamu kepada-Ku jika kamu
benar-benar orang beriman.(QS. Ali Imran: 175); (2) Takut penyebab meninggalkan
kewajiban, seperti: Takut kepada seseorang sehingga menyebabkan kewajiban
ditinggalkan. Takut seperti ini haram, termasuk syirik kecil. Berkaitan dengan hal
tersebut Rasulullah SAW bersabda: Janganlah seseorang dari kamu menghinakan
dirinya!" Shahabat bertanya: Bagaimana mungkin seseorang menghinakan dirinya
sendiri? Rasulullah bersabda: "Yaitu ia melihat hak Allah yang harus ditunaikan,
namun tidak ditunaikannya! Maka Allah akan berkata kepadanya di hari kiamat: Apa
yang mencegahmu untuk mengucapkan begini dan begini?".Ia menjawab: "Karena
takut kepada manusia!". Allah berkata: "Seharusnya hanya kepadaKu saja engkau

137 | P a g e
takut. (HR. Ibnu Majah dari Abu Said al Khudry, Shahih); (3) Takut secara tabiat,
takut yang timbul karena fitrah manusia seperti takut kepada binatang buas, atau
kepada orang jahat dan lain-lainnya. Tidak termasuk syirik, hanya saja seseorang
janganlah terlalu didominasi rasa takutnya sehingga dapat dimanfaatkan setan untuk
menyesatkannya.
6) Syirik hulul. Percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya. Ini adalah aqidah
Ibnu Arabi dan keyakinan sebagian kaum Sufi yang ekstrem.
7) Syirik Tasharruf. Keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk
bertindak dalam mengatur urusan makhluk. Keyakinan seperti ini jelas lebih sesat
daripada keyakinan musyrikin Arab yang masih meyakini Allah sebagai Pencipta dan
Pengatur alam semesta.
8) Syirik Hakimiyah. Misalnya, membuat undang-undang yang betentangan dengan
syariat Islam, serta membolehkan diberlakukannya undang undang tersebut, atau
beranggapan bahwa hukum Islam tidak sesuai lagi dengan zaman. Yang tergolong
musyrik dalam hal ini adalah para hakim yang membuat dan memberlakukan undang-
undang, serta orang-orang yang mematuhinya, jika meyakini kebenaran UU tersebut
dan rela dengannya.

d. Hikmah menghindari perbuatan syirik


(ii)Menjadikan manusia memiliki pandangan yang luas. Pandangan yang luas tentang
hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan, misalnya pengetahuan sains, agama, sosial
yang lebih.
(iii) Mengangkat manusia ke derajat yang tinggi. Allah senantiasa mengangkat
derajat manusia yang beriman dan bertaqwa kepadaNya.
(iv) Mengalirkan rasa kesahajaan. Hidup dengan kesahajaan tanpa ada campur
tangan dari tindakan syirik yang menjadikan hidup menjadi lebih bermakna.
(v)Membuat manusia menjadi suci. Menjadi bersih, suci, dan benar apabila selalu
mengingat Allah Swt, menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya.
(vi) Memunculkan kepercayaan yang teguh dalam segala hal. Optimisme yang
tinggi dalam segala bidang apabila kita percaya kepada sang Khalik serta selalu
mengingatnya dengan beribadah kepadanya.
(vii) Tidak mudah putus asa. Sabar, tabah, dalam menghadapi cobaan yang
diberikan Allah SWT. Setiap cobaan akan ada celah hikmah yang bisa diambil.
(viii) Menumbuhkan keberanian. Munculnya rasa optimis yang tinggi dalam
menjalani hidup agar tidak tersesat ke jalan yang salah.
(ix) Mengembangkan sikap cinta damai dan keadilan. Tumbuhnya rasa cinta dan
damai dalam kehidupan apabila kita selalu mengingat Allah SWT dengan menjalankan
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
(x)Menjadi patuh kepada hukum-hukum Allah. Selalu beribadah kepada-Nya dengan
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

e. Bahaya Syirik
1) Syirik kepada Allah adalah perubatan zalim yang besar. Karena ia melewati batas
terhadap hak Allah yang khusus dengan-Nya, yaitu Tauhid. Tauhid adalah keadilan
yang paling adil dan syirik adalah kezaliman yang paling bengis dan kejahatan yang
paling keji. Karena ia merendahkan Rabb semesta alam, menyombongkan diri dari taat

138 | P a g e
kepada-Nya dan memalingkan kemurnian hak-Nya kepada selain-Nya serta
memutarkan selain dengannya.
2) Syirik kepada Allah merupakan dosa besar. Siapa menyembah selain Allah berarti
dia telah meletakkan ibadah di tempat yang salah, dan memalingkan kepada yang tidak
berhak.
3) Syirik menggugurkan semua amal perbuatan dan memastikan kebinasaan dan
kerugian, ia adalah dosa yang besar.

C. Ringkasan
1. Tauhid. Tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang
benar dengan segala kekhususannya. Banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh manusia,
bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang salih atau bahkan makhluk Allah yang
lain, namun seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan saja. Fungsi Tauhid. Membentuk seseorang yang sadar akan tugas dan
kewajibannya sebagai hamba Allah. Pembimbing umat manusia untuk menemukan
kembali jalan yang lurus. Melahirkan keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini adalah
ciptaan Allah. Manfaat Tauhid. Sebagai sumber motivator perbuatan kebajikan dan
keutamaan. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong mereka agar
melaksanakan ibadah dengan penuh keikhlasan. Mengeluarkan jiwa manusia dari
kegelapan, kekacauan, dan kegoncangan hidup yang dapat menyesatkan. Mengantarkan
umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin. Ciri-ciri Orang Bertauhid. Memiliki
komitmen utuh pada tuhannya. Menolak pedoman hidup yang datang bukan dari Allah.
Bersikap progresif dengan selalu memberikan penilaian terhadap kualitas
kehidupannya,adat istiadat, tradisi, dan faham hidupnya. Tujuan hidupnya jelas. Ibadahnya,
kerja kerasnya, hidup dan matinya hanyalah untuk Allah semata-mata. Memiliki visi jelas
tentang kehidupan yang harus dibangunnya.

2. Syirik. Syirik adalah mempersekutukan Allah SWT dengan mahkluk-Nya, baik


dalam dimensi rubiyah. Mulkiyah maupun ilabiyah, secara langsung atau tidak, secara
nyata atau terselubung. Dalam dimensi rubiyah misalnya meyakini bahwa ada mahkluk
yang mampu menolak segala kemudharatan dan meraih segala kemanfaatan, atau dapat
memberikan berkat seperti meyakini kesaktian para Wali Allah, sehingga dia minta
meminta bantuan kepada mereka untuk menolak petaka atau meraih keuntunganapalagi
wali tersebut telahmeninggal dunia. Jenis–Jenis Syirik. Syirik Besar, Syirik kecil. Akibat
Syirik. Sulit menerima kebenaran, Munculnya perasaan ragu, Hanya akan memperoleh
kesenangan sementara, Amalan dan harta yang dinafkahkan sia-sia, dinilai sebagai
makhluk terburuk, Menjadi musuh Allah, Disiapkan mendapat siksa neraka. Hikmah
Menghindari Syirik. Mengalirkan rasa kesahajaan, menjadi suci, memunculkan
kepercayaan yang teguh dalam segala hal, tidak mudah putus asa dengan keadaan yang
dihadapi, menumbuhkan keberanian dalam diri manusia. mengembangkan sikap cinta
damai dan keadilan, meghalau rasa cemburu, dengki, dan iri hati, menjadi patuh kepada
hukum-hukum Allah. Bahaya Syirik. sebagai perubatan zhalim yang besar, dosa besar,
menggugurkan semua amal perbuatan, memastikan kebinasaan dan kerugian, ia adalah
dosa terbesar.

D. Rujukan
Asmuni, H.M,Yusron . (1988). Pengantar Ilmu Tauhid. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

139 | P a g e
Hallimudin. (1990). Kembali kepada Akidah Islam. Jakarta: Rirerka Cipta.
Syekh abduh Muhammad. (1979). Risalah Tauhid. Jakarta: Bulan Bintang.
Syahminan, Zaini. (1983). Kuliah Aqidah Islam. Surabaya: Al- Ikhlas.
Ziyad, Abu. (2007). Hakikat Syirik dan Macam-macamnya.[online]. Tersedia :
http://d1.islamhouse.com/data/id/ih_articles/id_haqeh_of_sairk.pdf. [27 Oktober 2015].

E. Latihan

Pilihan ganda
1. Berikut ini yang termasuk syirik asghar. Kecuali :
A. Menyembah jin
B. Memakai jimat
C. Mantera
D. Sihir
Jawaban : A
2. Yang bukan termasuk macam – macam tauhid adalah….
A. Tauhid uluhiyah
B. Tauhid mulkiyah
C. Tauhid rububiyah
D. Tauhid ilahiyah
E. Tauhid rohaniyah
Jawaban : E

3. ‫س شوايلقششمشر لشيشتقولتلن ل‬
‫ات‬ ‫ت شوايلشير ش‬
‫ض شوشسلخشر اللشيم ش‬ ‫شولشئهين شسأ شيلتشهتيم شمين شخلش ش‬
‫ق اللسشماشوا ه‬
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah adalah….
A. Tuhan yang maha menciptakan
B. Tuhan yang`maha mendengar
C. Tuhan yang maha melihat segalanya
D. Tuhan yang harus disembah
Jawaban : A
Essay
1. Menurutmu mengapa sangat penting mempelajari tauhid!
Jawaban : karena banyak orang yang mengaku islam tapi jika kita tanyakan kepeda
orang tersebut “apa itu tauhid? bagaimana tauhid yang benar?” maka sedikit sekali
orang yang dapat menjawabnya. Maka sangat penting bagi setiap muslim untuk
mempelajari tauhid.
2. Apa yang dimaksud tauhid uluhiyah?
Jawaban : Tauhid uluhiyah adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk
peribadahan baik yang zhahir maupun batin.
3. Setelah kita belajar tentang tauhid, apa fungsi dari tauhid?
Jawaban : Fungsi Tauhid
a. Membentuk seseorang yang sadar akan kewajibannya sebagai hamba Allah
b. Pembimbing umat manusia untuk menemukan kembali jalan yang lurus.
c. Melahirkan keyakinan bahwa semua yang ada di alam ini adalah ciptaan
Allah.
4. Sebutkan bahaya dari syirik!
Jawaban :

140 | P a g e
a. Syirik kepada Allah adalah zalim yang besar. Ia melewati batas terhadap
hak Allah yang khusus, yaitu Tauhid. kejahatan yang paling keji. Karena ia
merendahkan Rabb semesta alam, menyombongkan diri dari taat kepada-Nya
dan memalingkan kemurnian hak-Nya kepada selain-Nya.
b. Syirik kepada Allah merupakan dosa besar. Siapa menyembah selain Allah
berarti dia telah meletakkan ibadah di tempat yang salah, dan memalingkan
kepada yang tidak berhak.
c. Syirik menggugurkan semua amal perbuatan dan memastikan kebinasaan
dan kerugian, ia adalah dosa yang besar.

F. Daftar Istilah
Taubid Rububiyah: mengimani Allah SWT sebagai satu–satunya Rabb.
Tauhid Mulkiyah: mengimani Allah SWT sebagai satu–satunya Malik).
Tauhid ilahiyah: mengimani Allah SWT sebagai satu – satunya Illah).
Dzahirul Jali: tampak nyata, yaitu penyembahan kepada tuhan-tuhan selain Allah,
misalkan kepada matahari, berhala, dan lain-lain.
Bathinun Khafi: tersembunyi, antara lain meminta pertolongan kepada orang yang telah
meninggal.
Syirik kecil: as-syirku al-asghar, termasuk dosa besar, akan tetapi masih ada peluang
diampuni Allah jika pelakunya segera bertobat.
Syirku Al-‘llmi: syirik yang umumnya terjadi pada ilmuan. ilmu di atas segalanya.
Syirku At-Tasarruf: menentang bahwa Allah Maha Kuasa, dan segala kendali atas
penghidupan manusia. Mereka percaya adanya perantara yang mempunyai kekuasaan.
Syirku Al-Ibadah: inilah syirik yang menuhankan pikiran, ide-ide, fantasi.
Syirku Al-‘Addah: kepercayaan terhadap tahayul.
Khauf Sirri: yaitu takut kepada selain Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Syirik hulul: yaitu percaya bahwa Allah menitis kepada makhluk-Nya.
Syirik Tasharruf: yaitu keyakinan bahwa sebagian para wali memiliki kuasa untuk
bertindak dalam mengatur urusan makhluk.
Syirik Hakimiyah: yaitu membuat undang-undang yang betentangan dengan syariat Islam.

141 | P a g e
BAB XIII
REFLEKSI KALAM DALAM KESALEHAN INDIVIDU

A. Standar Kompetensi
1. Menjelaskan pengertian Ilmu Kalam.
2. Menjelaskan pengertian Refleksi Kalam.
3. Menjelaskan perbedaan antara sebab-sebab dalam dan luar.
4. Menjelaskan indikasi kesalehan individu.

B. Uraian Materi
1. Refleksi Ilmu Kalam
Ilmu Kalam adalah salah satu dari empat disiplin keilmuan yang telah tumbuh dan
menjadi bagian dari tradisi kajian tentang agama Islam. Tiga lainnya ialah disiplin-disiplin
keilmuan Fiqh, Tasawuf, dan Falsafah. Jika Ilmu Fiqh membidangi segi-segi formal
peribadatan dan hukum, sehingga tekanan orientasinya sangat eksoteristik, mengenai hal-
hal lahiriah, dan Ilmu Tasawuf membidangi segi-segi penghayatan dan pengamalan
keagamaan yang lebih bersifat pribadi, sehingga tekanan orientasinya pun sangat
esoteristik, mengenai hal-hal batiniah, kemudian Ilmu Falsafah membidangi hal-hal yang
bersifat perenungan spekulatif tentang hidup ini dan lingkupnya seluas-luasnya, maka Ilmu
Kalam mengarahkan pembahasannya kepada segi-segi mengenai Tuhan dan berbagai
derivasinya. Karena itu ia sering diterjemahkan sebagai Teologia, sekalipun sebenarnya
tidak seluruhnya sama dengan pengertian Teologia dalam agama Kristen, misalnya. Arti
teologia dalam agama kristen, memposisikan Ilmu Fikih termasuk di dalamnya.
Karena itu, makna yang lebih persis dari Ilmu Kalam, adalah teologia dialektis, atau
teologia rasional, dan sebagai suatu disiplin yang sangat khas dalam Islam. Pada zaman
Abbasiyah, telah banyak berlaku pembahasan di dalam perkara-perkara akidah termasuk
perkara-perkara yang tidak wujud pada zaman Nabi s.a.w. atau zaman para sahabatnya.
Berlaku pembahasan tersebut dengan memberi penumpuan agar ia menjadi satu ilmu baru
yang diberi nama Ilmu Kalam. Ilmu ini muncul dan berkembang atas sebab-sebab dalaman
dan luaran.

a. Sebab-Sebab Dalaman
Berikut ini sebab-sebab dalaman yang menjadi penyebab munculnya ilmu Kalam:
1) Al-Quran di dalam seruannya kepada tauhid membentangkan aliran-aliran penting
dan agama-agama yang bertebaran pada zaman Nabi s.a.w., lalu al-Quran menolak
perkataan-perkataan mereka. Secara tabiat, para ulama telah mengikuti cara al-Quran
di dalam menolak mereka yang menentang. Apabila penentang memperbaharui cara,
maka kaum muslimin juga memperbaharui cara menolaknya.
2) Pada zaman pemerintahan Bani Umayah, umat Islam di dalam keimanan yang
bersih dari sebarang pertikaian. Apabila kaum muslimin selesai melakukan
pembukaan negeri dan kedudukannya telah mantap, mereka beralih tumpuan kepada
pembahasan sehingga menyebabkan berlaku perselisihan pendapat di kalangan
mereka.
3) Perselisihan masalah politik menjadi sebab di dalam perselisihan mereka mengenai
soal-soal keagamaan. Jadilah parti-parti politik tersebut sebagai satu aliran keagamaan
yang mempunyai pandangannya sendiri. Kelompok Imam Ali r.a. membentuk
golongan Syiah, dan manakala mereka yang tidak bersetuju dengan Tahkim dari
142 | P a g e
kalangan Syiah telah membentuk kelompok Khawarij. Mereka yang membenci
perselisihan yang berlaku di kalangan umat Islam telah membentuk golongan
Murji’ah.

b. Sebab-Sebab Luaran
Berikut ini adalah sebab-sebab luaran yang menjadi penyebab muncul ilmu Kalam:
1) Ramai orang yang memeluk agama Islam selepas pembukaan beberapa negeri
adalah terdiri dari penganut agama lain seperti yahudi, Nasrani, Ateis dan lain-lain.
Mereka memunculkan pemikiran agama lama mereka bersalutkan pakaian agama
mereka yang baru (Islam).
2) Kelompok-kelompok Islam yang pertama, khususnya Muktazilah, perkara utama
yang mereka tekankan ialah mempertahankan akidah Islam dan menolak hujah
mereka yang menentangnya. Negeri-negeri Islam terpengaruh dengan semua
pemikiran-pemikiran ini dan setiap kelompok berusaha untuk membenarkan
pendapatnya dan menyalahkan pendapat kelompok lain. Orang-orang Yahudi dan
Nasrani telah melengkapkan diri mereka dengan senjata ilmu Falsafah, lalu
Muktazilah telah mempelajarinya agar mereka dapat mempertahankan Islam dengan
senjata yang telah digunakan oleh pihak yang menyerang.
3) Ahli-ahli Kalam memerlukan falsafah dan mantiq, ilmu logik, hingga memaksa
mereka untuk mempelajarinya supaya dapat menolak kebatilan, keraguan, yang ada di
dalam ilmu tersebut.

2. Refleksi Kalam dalam Kesalehan Individu


Istilah refleksi berarti pemantulan, pembiasan, renungan, pemikiran atau
pertimbangan. Syafi’i Ma’arif menyatakan diantara makna yang dikandung kata refleksi
adalah pemikiran serius, kerja mempertimbangkan kembali, kontemplasi, dan
fundamental. Pada bagian ini akan dikaji perenungan kalam tentang berbagai masalah
yang dinilai fundamental dalam aspek kesalehan individual. Perenungan dimaksud
didasarkan atas pemikiran kalam. Mengenai istilah kesalehan, Quraish Shihab menjelaskan
bahwa istilah itu berasal dari kata bahasa as-salih yang berarti yang baik, pada dirinya
terpenuhi nilai-nilai tertentu, sehingga ia berfungsi sesuai dengan tujuan kehadirannya,
tujuan penciptaannya. Lebih jauh dikatakan bahwa suatu pekerjaan dapat dikatakan baik
apabila ia membawa dampak berupa memberi manfaat atau menolak mudarat. Dengan
demikian, kesalehan dapat difahami sebagai fungsioalisasi atau operasionalisasi nilai-
nilai kebaikan dalam kehidupan baik kehidupan individu maupun sosial.
Uraian ini, mengambil beberapa contoh yang kurang lebih dipandang representatif
untuk menunjukkan pola pendekatan yang dipakai. Topik-topik pemikiran yang disoroti
pada bagian ini meliputi empat hal, yaitu makanan, pakaian, keluarga berencana, dan jihad.

a. Makanan
Dalam Al-Qur’an, istilah makanan, tha’am, berarti segala sesuatu yang dimakan dan
dicicipi, sehingga di dalam kata tersebut termasuk pula minuman. Lebih jauh dapat
dikatakan bahwa Al-Quran menjadikan kecukupan pangan sebagai salah satu sebab pokok
kewajaran dalam beribadah kepada Allah. Perinsip dasar pandangan Islam tentang
makanan, adalah segala sesuatu yang ada di alam raya ini adalah halal digunakan, sehingga
makanan yang terdapat didalamnya juga halal. Oleh karena itu, pengecualian, atau
pengharaman, harus bersumber dari Al-Qur’an maupun sunnah Rasulullah. Pengecualian
itu, tidak lain adalah disebabkan oleh kondisi manusia, karena pada makanan itu ada
143 | P a g e
sesuatu yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi jiwa raganya. Secara garis
besarnya, jenis-jenis makanan, dan minuman itu meliputi jenis makanan nabati, makanan
jenis hewani, dan jenis makana olahan.

Ada tiga perinsip yang mesti diperhatikan dalam kaitannya dengan makanan dan
pola makan.
1) makanan yang mengandung zat gizi yang berimbang.
2) proporsional, sesuai dengan kebutuhan pemakaian, tidak berlebihan, tdk
berkekurangan.
3) Aman, yakni tidak mengandung zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan.

Dalam kaitan ini, secara khusus tentang makanan bayi, yakni air susu ibu (ASI).
Masalah yang terutama ditekankan dalam hal ini bukan fakta bahwa ASI merupakan
makanan utama bayi, melainkan tanggungjawab ayah dan ibu untuk memenuhi makanan
bergizi dan menjaga kesehatan bayi. Fakta bahwa ASI merupakan makanan utama bayi,
menurutnya mengharuskan ayah untuk memberi pasokan kepada ibu menyusukan. Hal ini
antara lain dimaksudkan guna menjaga kondisi kesehatan ibu dan kesempurnaan ASI-nya.
Dalam pandangan Islam, sehat bukan hanya bebas dari penyakit atau cacat jasmani,
tetapi juga sehat secara rohani. Ada empat formula petunjuk agama Islam yang berkaitan
langsung dengan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit, yaitu:
1) Mukmin yang kuat, lebih utama disisi Tuhan daripada mukmin yang lemah.
2) Berobatlah, karena Tuhan tidak menurunkan penyakit tanpa menurunkan obatnya.
3) Kebersihan, adalah sebagian dari iman.
4) Mandi, adalah keharusan bagi setiap muslim.

b. Pakaian
Dalam islam, menurutnya, masalah pakaian berkaitan dengan prinsip menutup
aurat; menutup aurat merupakan fitrah manusia yang diaktualkan pada saat ia memiliki
kesadaran. Dengan menunjuk kepada surah al- A’raf/7: 20, 22, 26, 27, 31, dan 35,
disimpulkan bahwa ide dasar yang terdapat dalam diri manusia adalah tertutupnya aurat,
karena sejak dini Allah SWT, telah mengilhami manusia sehingga timbul dorongan untuk
berpakaian. Aurat yang ditutup dengan pakaian akan dikembalikan pada ide dasarnya itu
berarti ide membuka aurat adalah ide setan dan karena tanda-tanda kehadiran setan
adalah keterbukaan aurat.
Dari sudut pandang agama, pakaian mengandung empat fungsi pokok:
1) melindungi pemakainya dari sengatan panas matahari dan dingin serta segala
sesuatu yang mengganggu jasmani.
2) menunjukkan identitas, sehingga pemakainya dapat terpelihara dari gangguan
orang-orang yang usil.
3) menutup hal-hal yang tidak wajar terlihat, khususnya aurat.
4) menambah keindahan bagi pemakainya.

Pakaian memberi pengaruh psikologis kepada pemakainya, malah dapat


mempengaruhi tingkah laku dan emosinya. Memang harus diakui, pakaian tidak
menciptakan santri. Tetapi ia dapat mendorong pemakainya untuk berprilaku seperti santri
atau sebaliknya menjadi setan, tergantung dari cara dan mode pakaiannya. Pakaian yang
terhormat, akan mengudang seseorang berprilaku dan mendatangi tempat-tempat yang
terhormat, sekaligus mencegahnya menuju ke tempat-tempat yang tidak senonoh. Inilah
144 | P a g e
salah satu dari maksud al-Qur’an memerintahkan wanita-wanita memakai jilbab.

c. Keluarga Berencana
Kebijaksanaan kependudukan merupakan suatu persoalan yang menyentuh seluruh
bangsa. Kini kita hidup dalam satu kurun waktu dimana bangsa-bangsa tidak bersaing
dalam jumlah warganya, atau luas wilayahnya, tetapi bersaing dengan kualitas dan
prestasinya. Hal itu menunjukkan bahwa dalam membahas masalah kependudukan, atau
secara lebih khusus lagi maslah keluarga berencana, bertolak dari keprihatinan (concern)
terhadap realitas emperis. Namun sesungguhnya di lain sisi, titik tolaknya yang utamanya
ialah keprihatinan terhadap realitas teoretis, yakni bagaimana ajaran Islam bisa dipahami
umat secara benar, walaupun kemudian bergeser ke realitas emperis.
Menyangkut masalah kependudukan ini, atau lebih khusus lagi masalah Keluarga
Berencana (KB), sering kali semacam ada tuntunan dari umat, untuk memperoleh ayat-
ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW. Yang berbicara secara tegas tentang persoalan
yang dimaksud. Sampai-sampai ada ulama’ yang mencari-cari ayat al-Qur’an dengan
susah payah kemudian memaksakan penafsirannya diluar konteks tersebut serta
membebaninya dengan makna-makna diluar maksud yang dikandungnya. Hal ini
menimbulkan terjadinya semacam pemerkosaan terhdap ayat-ayat al-Qur’an. Tuntutan
tersebut lahir dari asumsi yang keliru, yang menyatakan bahwa Al-Qur’an membahas dan
menyinggung segala macam persoalan yang dihadapi oleh umat manusia. Para pengabul
tuntutan tersebut lupa bahwa prinsip-prinsip pokok agama serta jiwa dari ayat al-Qur’an
dan hadis Nabi dapat dijadikan landasan berpikir serta argumentasi keagamaan guna
menjawab semua persoalan yang dihadapi umat, bukannya dengan menggunakan ayat
yang tidak pada tempatnya.
Salah satu ayat al-Qur’an yang ditunjuknya ialah surah ar-Rum/30:21 yang
menjelaskan bahwa diantara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah Dia menciptakan
pasangan suami istri yang bisa hidup tentram dan saling mengasihi. Selain itu dikutip
sebuah hadits Nabi saw. Bersabda: Empat macam kebahagiaan akan dinikmati seseorang,
yaitu manakala pasangannya baik, anak-anaknya berbakti, lingkungan pergaulannya
sehat dan rizekinya diperoleh ditempat kediamannya (HR.ad-Dailami dari Ali ibn Abi Thalib).
Konsekuensi dari penerimaan atau pembenaran terhadap program keluarga itu
menunjukkan bahwa Islam membenarkan penggunaan kontrasepsi, apalagi hal tersebut
telah dipraktikkan oleh para sahabat Nabi dengan cara yang mereka kenal ketika itu, yakni
‘azl atau coitus interruptus”. M. Quraish Shihab menambahkan suatu kriteria normatif
yang agak paradoks, yaitu selama tidak membatasi jumlah anak. Mengenai ketentuan
“tidak mengakibatkan kemandulan abadi”, ia menyatakan “Kemandulan dapat dibenarkan
apabila pengabaiannya diduga keras dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan
jiwa ibu atau bapak, atau anak yang dikandung” Pelaksanaan keluarga berencana tidak
hanya dibenarkan sekedar dengan alasan untuk memelihara kecantikan wanita. Fatwa
terakhir ini, tentu saja akan memberikan iklim yang sejuk dan suasana yang nyaman bagi
kalangan salebriti dan wanita karir.

d. Jihad
Kebajikan dan keburukan sama-sama bersanding dalam jiwa setiap manusia,
demikian kata M. Quraish Shihab. Ungkapan tersebut bersumber dari al-Qur’an surah asy-
Syams/91:8, yang diterjemahkan sebagai berikut: Allah mengilhami manusia dengan
kedurhakaan dan ketakwaan. Inilah premis dasar yang menjadi titik tolak dalam

145 | P a g e
mengelaborasi pandangan tentang jihad. Dengan demikian, jihad mengandung makna dan
mencakup bidang aktivitas yang sangat luas. Ia berarti mencurahkan seluruh kemampuan
atau menanggung pengorbanan. Secara lebih teknis, jihad berarti kemampuan yang
menuntut sang mujahid mengeluarkan segala kemampuannya untuk mencapai tujuan
melalui pengeorbanan. Dalam konteks ini, dipastikan bahwa setiap mukmin pastilah
mujahid, dan tidak perlu menunggu izin atau restu untuk melakukannya.
Berdasarkan pemahaman makna jihad itu, ada kesalahpahaman yang tersebar luas
tentang konsep jihad, yang dipahaminya hanya dalam arti perjuangan fisik, perlawanan
bersenjata. Memang benar, bahwa salah satu bentuk jihad adalah perjuangan fisik, perang.
Tetapi bentuk tersebut hanya bagian kecil saja dari lapangan jihad, yang di luar bentuk itu
masih terdapat medan aktivitas jihad yang jauh lebih besar. Sejarah turunnya ayat-ayat al-
Qur’an, membuktikan bahwa Rasulullah saw. telah diperintahkan berjihad sejak beliau di
Mekah, dan hal ini jauh sebelum adanya izin mengangkat senjata untuk membela diri dan
agama.
Ada dua faktor yang menyebabkan timbulnya kesalahpahaman terhadap konsep
jihad itu. Pertama, adalah karena itu biasanya baru diucapkan dan menjadi wacana pada
saat-saat perjuangan fisik, dan kedua, adalah karena terjemahan yang kurang tepat
terhadap kata anfus pada ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang jihad. Kata anfus
dalam al-Qur’an, sebetulnya, memiliki banyak arti: nyawa, hati, jenis, dan totalitas
manusia. Al-Qur’an mempersonifikasikan wujud seseorang dihadapan Allah dan
masyarakat dengan menggunakan kata nafs. Jadi tidak salah jika kata itu dalam konteks
jihad dipahami sabagai totalitas manusia, sehingga kata nafs mencangkup nyawa, emosi,
pengetahuan, tenaga, pikiran, bahwa waktu dan tempat yang berkaitan dengannya, karena
manusia tidak dapat memisahkan diri dari kedua hal itu.
Jihad merupakan suatu aktivitas yang unik dan menyeluruh. Karenanya, tidak dapat
dipersamakan dengan aktivitas yang lain, bahkan dengan aktivitas keagamaan yang lain
mana pun. Tidak ada satu amalan keagamaan yang tidak disertai dengan jihad. Paling
tidak, jihad diperlukan untuk mengendalikan desakan nafsu yang selalu mengajak kepada
pengabaian tuntutan agama, berikutnya mengarah pada kedurhakaan. Dalam konteks inilah
kemudian muncul macam-macam jihad, yang secara garis besar meliputi jihad menghadapi
musuh, dalam arti mengatur strategi keamanan, politik, ekonomi, dan budaya. Jihad
menghadapi setan dan nafsu, dan jihad dengan senjata. Diantara tiga macam jihad
tersebut, jihad menghadapi nafsu merupakan jihad yang paling besar, jihad al-akbar, yang
aktualisasinya paling sempurna dilakukan dengan menjalankan ibadah puasa.
Keberagaman jihad itu, akan menghasilkan buah yang beragam pula. Jihad seorang
ilmuwan, adalah pemamfaatan ilmunya; sedangkan jihad seorang pemimpin adalah
keadilannya. Dahulu, ketika kemerdekaan belum diraih, jihad mengakibatkan terenggutnya
jiwa, dan hilngnya harta benda. Kini, jihad harus membuahkan terpeliharanya jiwa,
mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beadab, serta berkembangnya harta benda.
Jelaslah, meskipun sama-sama bertolak dari titik keprihatinan teoritis dan sama-
sama menggunakan pendekatan deduktif-normatif, konsep jihad yang diartikulasikan
Quraish Shihab nampak lebih anggun dibanding konsepsi jihad yang disodorkan oleh Abul
A’la al-Maududu, Hasan al-Banna, dan Sayyid Quthb. Pada tiga orang yang disebut
terakhir ini, konsepsi jihad lebih sarat nuansa perjuangan fisik dan perjuangan bersenjata,
dengan mengibarkan panji-panji revolusioner. Perbedaan seting sosial dan mind-set yang
dihadapi oleh yang pertama dan tiga yang terakhir agaknya merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan artikulasi konsepsi mereka menjadi relatif sangat berbeda, walaupun
146 | P a g e
dengan titik tolak dan pendekatan yang sama.

C. Ringkasan
Istilah kalam berarti pembicaraan. Artinya, pembicaraan yang bernalar dengan
menggunakan logika. Karena itu ciri utama Ilmu Kalam ialah logika, rasional. Kata kalam
sendiri memang dimaksudkan sebagai terjemahan kata Yunani logos yang juga berarti
pembicaraan. Dari kata itulah terambil kata logika, dan logis sebagai derivasinya. Kata
logos juga disalin ke dalam kata Arab manthiq, sehingga ilmu logika, khususnya logika
formal, silogisme ciptaan Aristoteles dinamakan Ilmu Mantiq. Maka kata Arab manthiqi
berarti logis. Uraian tersebut menunjukkan bahwa ilmu kalam yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan kehidupan kontemporer, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam kehidupan yang berkenaan dengan makanan dan pola makan. Pertama, makanan
yang mengandung zat gizi yang cukup seimbang. Kedua, proporsional, dalam arti sesuai
dengan kebutuhan pemakaian, tidak berlebihan dan tidak kurang. Ketiga, aman yakni
makanan yang dimakan tidak mengandung zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan.
Adapun yang berkenaan dengan menutup aurat, adalah pakaian yang terhormat. Bahwa
orang yang berpakaian terhormat, akan mengudang seseorang berprilaku dan mendatangi
tempat-tempat yang terhormat pula, sekaligus mencegahnya menuju ke tempat-tempat
yang tidak terhormat, tidak senonoh. Inilah, antara lain, dari maksud al-Qur’an
memerintahkan wanita-wanita memakai jilbab.

D. Rujukan
Rahardjo, Dawam. (2007). Filsafat Manusia. Bandung: Insan Kamil.
Madjid, DR. Nurcholis. (2008). Ilmu Kalam. Tersedia : http://media.isnet.org/.
http://kodiyaasri.blogspot.co.id/2014/09/refleksi-praktis-pemikiran.html diakses pada
tanggal 28 oktober pukul 10.03 WIB
http://emikahar.blogspot.co.id/2012/03/kesalehan-individual-dan-kesalehan.html diakses
pada tanggal 28 oktober pukul 10.09 WIB

E. Latihan
Pilihan Ganda
1. Topik-topik pemikiran yang dibahas pada refleksi kalam dan keshalehan
individu meliputi, kecuali....
a. Makanan halal-haram
b. Makanan bergizi-tdk bergizi
c. Makanan ekspor-impor
d. Makanan membahayakan-menyehatkan

2. Aspek terpenting yang harus diperhatikan berkenaan dengan pola makan.


a. Makanan yang mengandung zat gizi yang berimbang.
b. Proporsional, sesuai dengan kebutuhan pemakaian,
c. Makan yang tidak berlebihan tdk berkekurangan.
d. Makanan yang aman, yakni tidak mengandung zat membahayakan
kesehatan.

3. Jihad merupakan suatu aktivitas yang unik, tidak dapat dipersamakan


dengan aktivitas yang lain, keunikannya terutama muncul pada konteks berikut:
a. Nilai jihad lebih tinggi ketimbang amalan lain;
147 | P a g e
b. Tidak ada satu amalan keagamaan yang tidak disertai dengan jihad.
c. Jihad diperlukan untuk mengendalikan desakan nafsu yang mengajak
kepada
pengabaian tuntutan agama.
d. Jihad besarnya menhadapi musuh kafir dengan senjata mutakhir.

Essay
1. Berikan satu contoh jihad yang berkenaan dengan profesi!
2. Berikan satu contoh jihad yang berkenaan dengan status mahasiswa!

F. Daftar Istilah
Ilmu Kalam adalah disiplin keilmuan yang mempersoakan tentang ketuhanan.
Jihad: berpayah-payah mengerahkan segala kemampuannya untuk mencapai tujuan.
Refleksi: mengingat kembali, pemantulan, pembiasan, renungan, pemikiran serius.
Kesalehan individual: operasionalisasi nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan individu

BAB XIV
REFLEKSI KALAM DALAM KESHALEHAN SOSIAL

A. Standar Kompetensi
1. Menjelaskan pengertian refleksi Kalam.
2. Menjelaskan pengertian refleksi Kalam dalam kesalehan sosial.
3. Menjelaskan pengertian ukhuwah Islamiyah.
4. Menjelaskan pengertian prinsip dasar persaudaraan
5. Menjelaskan pengertian prinsip dasar toleransi beragama.
6. Menjelaskan bahwa kehidupan semua makhluk Tuhan di muka bumi ini
saling terkait secara organik.

B. Uraian Materi
1. Pengantar
Ilmu Kalam, yang intinya bertauhid, merupakan disiplin keilmuan yang telah tumbuh
dalam tradisi kajian tentang agama Islam. Jika Ilmu Fikih membidangi segi-segi yang
formal peribadatan, sangat eksoteristik, Ilmu Tasawuf membidangi segi-segi yang spiritual,
sangat esoteristik, Ilmu Falsafah membidangi segi-segi yang argumentatif, sangat
spekulatif, maka Ilmu Kalam membidangi segi-segi ketuhanan, sangat teologis. Karena itu
ia sering diterjemahkan sebagai Teologia, Teologia dialektis, Teologia Rasional, sebagai
suatu disiplin ilmu yang sangat khas. Pembahasan dalam persoalan akidah ini makin lama
semakin meluas dan mendalam sehingga mengkristal, dan berikutnya menjadi satu ilmu
baru yang disebut Ilmu Kalam.

2. Refleksi Kalam Dalam Kesalehan Sosial


Refleksi kalam dalam kesalehan sosial, dapat diartikan sebagai perenungan tentang
berbagai persoalan yang dinilai dan didasarkan atas pemikiran kalam, dalam rangka
fungsionalisasi dan operasionalisasi nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sosial. Pada

148 | P a g e
bagian ini akan ditelaah beberapa aspek pemikiran yang berkaitan dengan persoalan
kesalehan sosial, yang kurang lebih dapat dipandang cukup representatif untuk
menunjukkan pola pendekatan dan corak pemikiran dalam bidang ini. Aspek-aspek
tersebut meliputi masalah ukhuwah islamiah, pluralitas dan toleransi kehidupan beragama,
lingkungan hidup, islam dan pembangunannya, serta masalah keadilan sosial.

a. Ukhuwah Islamiah
Istilah ukhuwah yang biasanya diartikan sebagai persaudaraan, pada mulanya
berarti persamaan dan keserasian dalam banyak hal. Istilah tersebut berasal dari akar kata
yang semula berarti memperhatikan. Dari sudut analisis kebahasaan ini, ukhuwah
mengandung dua ide pokok: (1) prinsip dasar yang melahirkan persaudaraan adalah
persamaan: keturunan, suku, kebangsaan, organisasi, agama, dan sebagainya;
(2) persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.
Ukhuwah islamiah umumnya dipahami sebagai persaudaraan antar-sesama muslim. Tetapi
pemahaman demikian, adalah kurang tepat. Karena sebetulnya secara konseptual, istilah
ukhuwah islamiah bermakna persaudaraan yang bersifat alami atau persaudaraan yang
diajarkan oleh islam. Dalam hal ini ada dua argumen yang mendukung pemahaman makna
ukhuwah islamiah tersebut. Pertama, al-Qur’an dan hadits memperkenalkan bermacam-
macam persaudaraan. Kedua, kata islamiyah yang dirangkaikan dengan kata ukhuwah
adalah kata sifat, bukan subyek (pelaku).

Bahwa al-Qur’an dan hadis memperkenalkan bermacam-macam persaudaraan.


Yang dimaksud adalah :
1) Persaudaraan kemakhlukan dan ketundukan kepada Allah (ukhuwah fi al-
ubudiyyah).
2) Persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah fi al-insaniyyah, basyariyyah)
3) Persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan (ukhuwah fi an-nasab wa al-wataniyyah).
4) Persaudaraan antar sesama muslim, yang seiman (ukhuwah fi ad-din al-islam).

Pertama, pemantapan persaudaraan secara umum. Untuk memantapkan


persaudaraan secara umum, islam memperkenalkan konsep khalifah. Menurut islam,
manusia diangkat oleh Allah sebagai khlifah. Konsep ini menuntut manusia untuk
memelihara, membimbing, dan mengarahkan segala sesuatu agar mencapai maksud dan
tujuan penciptaannya. Kedua, pemantapan persaudaraan intern umat islam. Untuk
memantapkan persaudaraan intern umat islam, maka islam memberikan pedoman agar
semua pihak menghindari segala macam sikap lahir dan batin yang dapat memperkeruh
hubungan sesama muslim. Seandainya terjadi kesalahpahaman diantara dua orang
(kelompok) muslim, islam memerintahkan untuk melakukan islah, perbaikan hubungan.
Dalam upaya memantapkan persaudaraan intern umat islam ini, ada tiga konsep dasar yang
harus selalu dihayati dan dipedomi oleh setiap muslim menyangkut perbedaan pemahaman
dan pengalaman ajaran agama.

Ketiga konsep dasar dimaksud adalah:


a) Konsep keragaman cara beribadah (tanawwu’ al-‘ibadah)
b) Konsep bahwa yang salah dalam menetapkan hukum tetap mendapat ganjaran, dan
konsekuensinya mereka yang mengikuti, jika ijtihad itu dilakukan oleh orang yang
memang memiliki otoritas dan dilakukan secara bertanggungjawab juga mendapat
ganjaran.
149 | P a g e
c) Konsep bahwa Allah belum menetapkan suatu hukum sebelum upaya ijtihad
dilakukan oleh seorang mujtahid; artinya, hasil ijtihad yang merupakan hukum Allah
bagi masing-masing mujtahid dan orang-orang yang mengikutinya, meskipun hasilnya
mungkin berbeda-beda.

Mengenai aliran Syiah misalnya, golongan Syi’ah Imamiyah adalah bahwa ajaran-
ajarannya tidak sedikit yang berbeda dengan ajaran Ahl As-sunnah. Selanjutnya kalaupun
kita menoleransi sebagian ajaran-ajarannya, namun bila dipaparkan kepada masyarakat
maka akan timbul keresahan dan penolakan. Maka kewajiban pemerintah, antara lain,
adalah memelihara ketenangan masyarakat sehingga tidak terusik dengan aliran, atau
pandangan yang tidak sejalan dengan pandangan mereka.

b. Pluralitas dan Toleransi Kehidupan Beragama


Dari sudut pandangan ajaran Islam, titik tolak toleransi kehidupan beragama.
adalah kesadaran terhadap pluralitas agama dan pemeluk agama. Kesadaran ini tidak
sekedar kesadaran atas dasar realitas sosiologis, melainkan juga, yang lebih utama, adalah
kesadaran teologis, yakni bahwa pluralitas itu memang merupakan kebijaksanaan Tuhan.
Dengan mengutip ayat al-Qur’an surah an-nahl/16:93 yang menyatakan: Seandainya Allah
menghendaki, niscaya Dia menjadikan seluruh manusia menjadi satu umat saja. Akan
tetapi, Allah tidak menghendaki yang demikian, karena itu Dia memberikan kebebasan
kepada manusia untuk memilih sendiri jalan yang dianggapnya baik, mengemukakan
pendapatnya secara jelas dan bertanggungjawab. Di sini dapat ditarik kesimpulan bahwa
kebebasan berpendapat, termasuk kebebasan memilih agama, adalah hak yang dianu-
gerahkan Tuhan kepada setiap insan.
Dengan demikian, terlihatlah bahwa kebebasan beragama, mengemukakan
pendapat, dan demokrasi, merupakan prinsip-prinsip ajaran Islam. Namun di sini ada yang
patut digarisbawahi bahwa kebinekaan diakui atau ditampung selama bercirikan
kedamaian.Untuk mewujudkan toleransi kehidupan beragama, pertama-tama, Islam
memperkenalkan prinsip pengakuan timbal-balik dan hidup berdampingan secara damai.
Prinsip ini adalah suatu bentuk toleransi yang pasif. Tetapi lebih dari itu, Islam
menganjurkan agar dikembangkan toleransi kehidupan beragama yang aktif melalui proses
dialog. Dalam proses dialog ini, kaum muslim tidak dianjurkan untuk melakukan truth-
claim kepada mitra dialognya, yakni klaim bahwa kebenaran hanya menjadi miliknya.
Menurut banyak pengamat, truth-claim itulah yang sering menjadi sumber ketegangan
dalam hubungan antar umat beragama, atau sekurang-kurangnya merupakan kendala
terwujudnya dialog yang konstruktif.
Dalam rangka toleransi kehidupan beragama yang aktif, umat Islam dibenarkan
menjalin persaudaraan, yakni persaudaraan kemanusiaan, dan kerjasama sosial dengan
pihak non-muslim, selama hal itu tidak menimbulkan ekses pencemaran akidah. Dalam
konteks ini pula seorang muslim menyampaikan ucapan Selamat Natal kepada kaum
Nasrani yang merayakan hari Natal, selama hal itu, sekali lagi, tidak mengusik kemurnian
akidah yang bersangkutan serta tidak pula menimbulkan keraguan akidah di kalangan
muslim yang lain.
Di pihak lain, dengan mengacu kepada kebijakan ‘Umar ibn Khattab yang menolak
ketika dipersilakan salat di gereja dalam kunjungannya ke Masjid al-Aqsa, oleh karena itu,
kaum muslimin tidak boleh salat di Gereja-ini, juga berlaku bagi tempat ibadah agama lain
di luar Islam. Alasannya, karena itu dapat menimbulkan kesalah-pahaman, baik dari pihak

150 | P a g e
muslim maupun dari non-muslim. Dalam konteks gereja, biasanya berisi lambang-lambang
“berhala” yang menunjukkan kepercayaan yang berbeda dengan akidah Islam. Pada kasus-
kasus yang dikemukakan di atas, dasar argumentasinya lebih pada pertimbangan
kemaslahatan dan kemudaratan. Satu pandangan yang boleh dikatakan cukup liberal dalam
aspek pluralitas dan toleransi kehidupan beragama ini adalah bahwa memilih pemimpin
yang bukan muslim tidak terlarang, selama membawa manfaat untuk semua. Alasan yang
diajukannya adalah kenyataan historis bahwa petunjuk jalan Nabi saw. ketika hijrah ke
Madinah adalah non-muslim. Selain itu, Khalifah ‘Umar ibn Khattab dan khalifah-
khalifah sesudahnya pernah memberikan posisi kepemimpinan untuk sektor-sektor jabatan
tertentu kepada non-muslim. Mengenai ayat-ayat al-Qur’an yang melarang kaum Muslim
mengangkat pemimpin selain Muslim, hal itu, menurutnya, bersifat situasional
kontekstual.
Dari uraian di atas, bahwa dalam mengelaborasi pandangan tentang pluralitas dan
toleransi kehidupan beragama, berada pada tingkat normativitas teks, dan juga bergerak
memasuki fakta-fakta historis dan pertimbangan-pertimbangan sosialogis. Namun
demikian, upaya turun ke dunia empiris masih perlu didukung oleh pendekatan dan
analisis sosio-historis-antropologis yang memadai. Bagaimanapun, akhirnya dikatakan:
Demikianlah, sekelumut ajaran Islam. Kalau kenyataan di dunia Islam berbeda dengan
apa yang tersurat dalam petunjuk agama ini, maka yang keliru adalah pelaku ajaran
bukan ajarannya itu sendiri, suatu pernyataan yang lebih bernada ketidakberdayaan
daripada menjelaskan faktor-faktor terjadinya paradoks tersebut.

c. Lingkungan Hidup
Isu lingkungan hidup untuk pertamakali memperoleh momentumnya secara
menentukan pada konferensi Stockholm tahun 1972 yang diprakarsai Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB). Bertitik tolak dari konferensi itu, maka oleh negara-negara industri maju
isu lingkungan hidup dibawa kewilayah kebijakan dan kepentingan politik, dengan
mengajukan persyaratan perlunya pengkaitan dana bantuan luar negeri dari negeri maju
kepada negara-negara sedang berkembang dan terbelakang dengan isu lingkungan hidup
dan pelestarian lingkungan. Dari perspektif Islam, persoalan lingkungan hidup berkaitan
erat, bahkan merupakan bagian yang tak terpisahkan, dengan konsep teologis tentang
kesatuan ciptaan dan persaudaraan kemakhlukan (ukhuwah ‘ubudiyyah). Pengakuan akan
keesaan Allah melahirkan sekian banyak buah. Salah satunya adalah keyakinan bahwa
segala sesuatu adalah ciptaan Allah dan milik-Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang
muslim untuk menyadari bahwa ada persamaan antara dirinya dengan makhluk lain.
Semua adalah umat Tuhan.

Konsep kesatuan ciptaan dan persaudaraan kemakhlukan ini mempunyai dua


konsekuensi yang sangat fundamental dalam pandangan Islam tentang lingkungan hidup
dan pelestarian lingkungan.
1) Konsep kesatuan ciptaan menyarankan pandangan bahwa kehidupan semua
makhluk Tuhan di muka bumi ini saling terkait secara organik, yang semuanya tersusun
dalam keseimbangan dan keserasian. Terjadinya gangguan yang serius terhadap salah
satu komponen dari struktur ciptaan tersebut, karena itu, akan mengganggu suasana
keseimbangan dan keserasian, yang pada gilirannya juga akan mengganggu komponen
(makhluk) yang lain dalam lingkungan hidup tersebut.
2) Konsep persaudaraan kemakhlukan menyarankan bahwa pola hubungan manusia

151 | P a g e
dengan lingkungan alam adalah hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada
Tuhan, bukan dalam pola hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan atau antara
tuan dan hamba. Sebab, sebagaimana sudah ditegaskan sebelumnya, bukan manusia
tetapi Tuhan-lah yang telah menaklukkan atau menundukkan alam buat manusia
sebagai anugerah-Nya kepada makhluk yang tersebut terakhir ini.

Sikap tidak bersahabat terhadap alam, muncul dari pandangan mitologi Yunani
yang beranggapan bahwa benda-benda alam adalah dewa-dewa yang memusuhi manusia
dan, karena itu, harus ditaklukkan. Dalam pola hubungan kebersamaan dan ketundukan
kepada Tuhan itulah, maka yang diperlukan dalam kehidupan ini, bukan sekularisasi tetapi
spiritualisasi kehidupan dan dunia. Namun harus dicatat bahwa spiritualisasi kehidupan
dan dunia, termasuk alam, bukan berarti meng-coup lembaga-lembaga sosial budaya dan
alam, tetapi ia harus berarti bahwa nilai-nilai spiritual atau agama sesuai dengan dan
harus menjadi pedoman dalam mengelola lembaga-lembaga sosial budaya dan
lingkungan alam. Perspektif seperti inilah, yang oleh Hossein Nasr, disebut sebagai
teologi alam, walaupun yang disebut terakhir ini mengelaborasinya dari sudut pandang
tradisi mistik Islam. Dalam Islam, seluruh alam raya ini diciptakan untuk digunakan oleh
manusia dalam melanjutkan kelangsungan hidupnya sebagai khalifah di muka bumi.
Konteks hubungan manusia dengan alam ini, konsep kekhalifahannya mengandung makna
tuntunan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya, dan tidak bermakna
penguasaan terhadap alam.

Konsep kekhalifahan ini mempunyai tiga unsur yang saling terkait, yang kemudian
ditambah unsur keempat yang berada di luar tiga unsur dimaksud, namun sangat
menentukan artinya dalam pandangan al-Qur’an. Ketiga unsur yang saling terkait
dimaksud adalah (1) manusia, dengan kedudukan dan fungsi sebagai khalifah, (2) alam
raya, dan (3) hubungan manusia dengan alam. Sedangkan unsur (4) yang berada di luar
adalah yang memberi penugasan itu, yaitu Allah SWT. Dalam hal ini, menurutnya, pihak
yang diberi tugas harus selalu memperhatikan ketentuan yang memberi tugas.
Bertolak dari konsep kekhalifahan seperti dijelaskan di atas, ada dua prinsip dasar
yang harus menjadi pedoman dalam pemanfaatan sumber daya alam demi pelestarian
lingkungan. (1) manusia, sebagai khalifah, dituntut menghormati proses-proses yang
sedang tumbuh, terhadap apa saja yang ada. Etika agama terhadap alam meminta manusia
untuk bertanggung jawab agar tidak melakukan pengrusakan, fasad; setiap perusakan
terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan atas diri manusia sendiri. (2) dalam
memanfaatkan sumber daya alam, manusia diminta untuk tidak sekedar memikirkan
kepentingan diri, kelompok, bangsa, dan jenisnya sendiri, tetapi harus berpikir dan
bersikap untuk kemaslahatan semua pihak; dia tidak boleh bersikap sebagai penakluk
alam, yang berlaku sewenang-wenang terhadapnya. Demikian beberapa petunjuk-
petunjuk agama yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

d. Islam dan Pembangunan


Dalam membahas pandangan Islam tentang pembangunan, bertolak pada empat
premis dasar yang berpusat pada manusia, dengan tetap mengaitkan pada dimensi
transendental. Manusia sebagai pusat untuk membangun premis-premis pembangunan
tersebut adalah manusia dalam kapasitasnya sebagai khalifah, (yang sekaligus pula sebagai
hamba).

152 | P a g e
Premis pertama, menyatakan bahwa fungsi eksistensi manusia di dunia adalah
melaksanakan tugas kekhalifahan, yakni membangun dan mengolah dunia ini sesuai
dengan kehendak Tuhan. Untuk menjalankan fungsi eksistensialnya tersebut, maka oleh
Tuhan diberi kemampuan untuk mengetahui sifat, fungsi, dan kegunaan segala macam
benda. Dengan potensi ini manusia dapat menemukan hukum-hukum dasar alam raya dan
pandangan yang menyeluruh terhadapnya, untuk kemudian meramu berbagai aspek
bentukan alam guna dimanfaatkan dalam kehidupan ini.
Premis kedua, sebelum manusia diturunkan ke bumi ini, terlebih dahulu transit di
surga, kisah Adam dan Hawa sebagai nenek moyang ras manusia. Pengalaman selama di
surga, manis maupun pahit. membekali manusia, bagi Adam dan Hawa pengalaman itu
dialami secara langsung, sedangkan bagi keturunannya pengalaman itu diperoleh melalui
informasi wahyu, dengan cita-cita dan arah tugas kekhalifahan di dunia. Dalam konteks
pembangunan, maka cita-cita dan arah pembangunan ialah mewujudkan bayang-bayang
surgawi di dunia ini: kesejahteraan jasmani dan rohani.
Ketiga, kemudahan yang diperoleh manusia dalam mengolah dan memanfaaatkan
sumber daya alam adalah berkat anugerah Tuhan yang telah menundukkan alam untuk
manusia. Ini menuntut bahwa dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia harus
melakukannya secara bertanggung jawab. Dalam konteks pembangunan, hal ini
menyarankan kebijakan pembangunan yang bewawasan lingkungan.
Keempat, dalam rangka melaksanakan fungsi kekhalifahannya di muka bumi,
Tuhan telah memberikan petunjuk-petunjuk kepada manusia. Petunjuk-petunjuk tersebut
dapat dibedakan menjadi dua macam: (1) petunjuk rinci dan pasti, sehingga tidak
dibenarkan adanya campur tangan pemikiran manusia dan tidak pula dibenarkan
penyesuaian-penyesuaian dengan kondisi dan situasi sosial apapun, petunjuk seperti ini
sedikit; dan (2) petunjuk yang bersifat umum, nilai-nilai, yang dalam hal ini manusia diberi
wewenang untuk memikirkan dan melakukan penyesuaian melalui ijtihad.
Empat premis (kaidah) itu menjadi titik tolak dalam menjabarkan pandangan
tentang konsep pembangunan dalam Islam, yang bersifat menyeluruh, menyentuh, dan
menghujam ke dalam jatidiri manusia. Dalam konsep Islam, program pembangunan
manusia seutuhnya, jasmani dan rohani. Tanpa hal ini, maka pembangunan pada sektor-
sektor yang lain akan runtuh sendiri oleh manusia. Dalam hal ini, ada empat prinsip yang
menjadi pokok pembangunan Islam, yaitu: (1) prinsip tauhid, (2) prinsip rububiyah
(pemeliharaan Tuhan), (3) prinsip khalifah (kedudukan dan peranan manusia sebagai
makhluk yang telah menerima amanah), dan (4) prinsip tazkiyah (penyucian).
Dalam menjabarkan lebih jauh pandangan tentang konsep pembangunan dalam
Islam, berpijak pada landasan ekonomi Islam. Dalam garis besarnya, pandangan tentang
landasan ekonomi Islam ada empat poin: (1) bahwa harta kekayaan harus mempunyai
fungsi sosial, (2) kebutuhan-kebutuhan pokok manusia tidak boleh dimonopoli oleh satu
orang atau satu kelompok, (3) kerja merupakan aksioma dalam kehidupan: setiap orang
(yang mampu) wajib bekerja untuk menopang penghidupannya, dan (4) dalam hal-hal
yang menyangkut hajat hidup orang banyak, umat dan negara mempunyai wewenang dan
berhak mengawasi atau bahkan membatasi hak individu.
Bertolak dari empat premis pembangunan dan empat landasan ekonomi Islam di
atas, berikutnya membahas asas-asas pembangunan, yang dijabarkan menjadi tujuh asas.
Ketujuh asas dimaksu adalah: (1) asas manfaat, (2) asas usaha bersama dan kekeluargaan,
(3) asas demokrasi, (4) asas adil dan merata, (5) asas perikehidupan dan keseimbangan, (6)
asas kesadaran hukum, (7) asas kepercayaan kepada diri sendiri.

153 | P a g e
C. Ringkasan
Ciri utama Ilmu Kalam ialah logika, rasional. Ilmu kalam yang berkaitan dengan
persoalan-persoalan kehidupan kontemporer, Ada hal yang harus diperhatikan yaitu:
persoalan lingkungan hidup. Pertama, manusia-sebagai khalifah-dituntut menghormati
proses-proses yang sedang tumbuh, terhadap apa saja yang ada. Etika agama terhadap
alam meminta manusia untuk bertanggung jawab agar tidak melakukan pengrusakan
(fasad); setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan atas diri
manusia sendiri. Kedua, dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia diminta untuk
tidak sekedar memikirkan kepentingan diri, kelompok, bangsa, dan jenisnya sendiri, tetapi
harus berpikir dan bersikap untuk kemaslahatan semua pihak; dia tidak boleh bersikap
sebagai penakluk alam atau berlaku sewenang-wenang terhadapnya.

D. Rujukan
Rahardjo, Dawam. (2007). Filsafat Manusia. Bandung: Insan Kamil.
Madjid, DR. Nurcholis. (2008). Ilmu Kalam. Tersedia : http://media.isnet.org/.
http://kodiyaasri.blogspot.co.id/2014/09/refleksi-praktis-pemikiran.html diakses pada
tanggal 28 oktober pukul 10.03 WIB
http://emikahar.blogspot.co.id/2012/03/kesalehan-individual-dan-kesalehan.html diakses
pada tanggal 28 oktober pukul 10.09 WIB

E. Latihan
Pilihan Ganda
1. Istilah ukhuwah akar katanya berarti memperhatikan. Istilah ini
mengandung ide pokok, yaitu:
a. prinsip dasar persamaan: keturunan, suku, yang melahirkan persaudaraan.
b. persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yg merasa
bersaudara.
c. Persaudaraan sesama muslim
d. Persaudaraan sesama manusia

2. Ukhuwah islamiah yang paling tepat berarti:


a. persaudaraan antar-sesama muslim.
b. persaudaraan yang bersifat alami
c. persaudaraan yang diajarkan oleh islam.
d. kata islamiyah dirangkaikan dg kata ukhuwah adalah kata sifat, bukan
subyek.
3. Aspek yang paling asasi dari pokok pembangunan Islam, yaitu:
a. prinsip tauhid,
b. prinsip rububiyah, pemeliharaan Tuhan,
c. prinsip khalifah, kedudukan manusia yang telah menerima amanah
d. prinsip tazkiyah, penyucian.

F. Daftar Istilah
Sifat persaudaraan: persaudaraan ketundukan kepada Allah, persaudaraan kemanusiaan,
persaudaraan keturunan, kebangsaan, antar sesama muslim, seiman.
Tugas kekhalifahan: membangun dunia ini sesuai dengan kehendak Tuhan, bermodalkan
kemampuan untuk mengetahui karakteristik segala macam benda. Lalu, menemukan

154 | P a g e
hukum-hukum dasar alam raya, kemudian, meramu berbagai aspek bentukan alam
guna dimanfaatkan dalam kehidupan.
Toleransi beragama yang pasif: kebinekaan ditampung selama bercirikan kedamaian,
pengakuan timbal-balik, hidup berdampingan secara damai.
Toleransi beragama yang aktif: pengakuan timbal-balik, melalui proses dialog, tidak
dianjurkan untuk melakukan truth-claim kepada mitra dialognya, yakni klaim bahwa
kebenaran hanya menjadi miliknya.

155 | P a g e
BAB XV
REFLEKSI KALAM DALAM PERKEMBANGAN IPTEK

A. Tujuan
1. Menjelaskan Refleksi Ilmu Kalam dalam Iptek.
2. Menjelaskan resep moral pada perkembangan iptek
3. Menjelaskan etos penguasaan iptek di lingkungan muslim
4. Menjelaskan peran khalifah dalam pengembangan iptek

B. Uraian
1. Pengantar
Ilmu Kalam merupakan disiplin keilmuan yang telah tumbuh dalam tradisi kajian
tentang agama Islam. Membidangi segi-segi ketuhanan, sangat teologis, teologi rasional.
Pembahasan persoalan akidah ini semakin meluas dan mendalam, bahkan merefleksi ke
bidang-bidang lain. Refleksi Kalam dalam Realitas Perkembangan Iptek masa kini dan
masa depan pada dasarnya berhadapan dengan problem ganda: memberikan resep moral
kepada perkembangan iptek, dan menumbuhkan etos penguasaan iptek di lingkungan
masyarakat islam. Dua problem inilah yang dijadikan titik tolak dalam mencermati refleksi
pemikiran kalam dalam realitas perkembangan iptek ini.

2. Perkembangan Iptek
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan saja akan terus berkembang
tanpa henti, melainkan juga kian hari perkembangannya akan terus menjadi semakin cepat.
Hal ini tak terelakkan lagi akan membuat usia ilmu dan teknologi yang lahir hari ini, sudah
menjadi out of date pada beberapa tahun atau bahkan beberapa bulan berikutnya, karena
lahirnya temuan teknologi baru yang lebih mutakhir dan lebih canggih. Di tengah
dinamika perkembangan iptek yang demikian cepat itu, yang ditopang dan dipacu oleh
gelombang industrialisasai yang begitu kompetitif, maka sebuah komunitas umat (negara)
yang tidak mampu mengikuti revolusi industri mutakhir, menurut Soedjatmoko,
dipastiakan akan menerima resiko ketertinggalan dan berangsur–angsur akan kehilangan
kemampuan untuk mempertahankan kedudukannya sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat.7

3. Resep Moral dan Penguasaan Iptek


Ungkapan ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta. Seyogyanya dibaca
sebagai suatu undangan kepada cendekiawan muslim untuk menawarkan dan memberikan
preskripsi–preskripsi, resep, moral kepada perkembangan iptek. Sebab, bagaimanapun,
dewasa ini telah diinsyafi bahwa iptek bersifat ambivalen. Artinya, di samping
mengahdirkan hal–hal yang positif, ia juga terbukti membawa dampak dampak negatif.
Tetapi, mengaitkan iptek dengan moral, tidak berarti mencampuri otonomi ilmu yang
harus obyektif dalam metode dan prosedurnya. Namun karena teknologi sebagai penerapan
ilmu teoretis, tidak hanya bergumul dengan pertanyaan bagaimana, (problem
epistimologis, bagaimana metode dan prosedurnya), melainkan juga memasuki wilayah
pertanyaan untuk apa, (problem aksiologi, digunakan untuk tujuan macam apa), maka,

7 Sodjatmoko, “nasionalisme sebagaiprospek belajar”, Prisma, No. 2 Tahun XXI/1991, hlm. 27 - 31


156 | P a g e
tidak bisa tidak, mesti berjumpa dengan nilai moral.8 Di pihak lain, ungkapan agama
(beragama) tanpa ilmu adalah lumpuh, menyarankan bahwa eksistensi, harkat, dan
martabat umat islam dalam pergaulan global hanya bisa ditegakkan secara terhormat
apabila umat ini mampu menguasai iptek dalam arti yang sebenarnya, bukan sekedar
menjadi konsumen IPTEK. Fakta menunjukan bahwa bangsa–bangsa yang belum berhasil
menguasai iptek seringkali menjadi objek permainan dari negara–negara industri maju,
yang menguasai iptek dengan sangat maju, walaupun mereka yang disebut pertama
memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sebaliknya, bangsa–bangsa yang telah
berhasil menguasai iptek dapat hidup makmur, meskipun tidak di dukung sumber daya
alam yang memadai.
Dengan demikian, reflekski pemikiran kalam dalam dinamika perkembangan iptek
masa kini da masa depan pada dasarnya berhadapan dengna problem ganda: memberikan
preskripsi – preskripsi moral kepada perkembangan iptek di satu pihak dan menumbuhkan
etos penguasaan iptek di lingkungan masyarakat islam di pihak lain. Dua problem inilah
yang dijadikan titik tolak dalam mencermati refleksi pemikiran kalam dalam realitas
perkembangan iptek. Dalam pengembangan ilmu dan teknologi, sesungguhnya agama
sangat berperan, terutama jika manusia tetap ingin jadi manusia”. 9 Dalam perkembangan
iptek dewasa ini, jika tidak dituntun oleh moralitas agama, iptek dapat menjerumuskan
manusia ke jurang kehancuran, sekurang–kurangnya dapat menghancurkan harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang terhormat. Hal ini jelas bukan sekedar ilusi. Salah
satu contoh teknologi rekayasa genetika. Bagaimanapun, menurutnya jika teknologi ini
tidak dituntut oleh moralitas agama, maka dikhawatirkan dapat menjadikan alat sebagai
majikan. Bahkan mamapu menciptakan bakal – bakal ‘majikan’ yang akan diperbudak dan
ditundukkan oleh alat.10

4. Peran Khalifah
Dalam mencermati perkembangan iptek ewasa ini, kembali kepada konsep tentang
manusia sebagai khalifah dan konsep penundukan alam kepada manusia oleh Tuhan.
ketika menjelaskan penundukan alam kepada manusia, Al – Quran menggunakan istilah
sakhkhara, yang makna harfiahnya menudukan atau merendahkan. Makna ini mengandung
konotasi kemampuan meraih segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam melalui
keahlian dalam bidang teknik. Tetapi selain itu, istilah itu juga mengandung pesan moral
bahwa alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih daripadanya harus tunduk dan
dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia. Dengan kata lain,
Tuhan sebagai pencipta manusia dan pencipta alam telah memberikan posisi yang
terhormat kepada manusia dengan mengangkatnya sebagai khalifah di bumi di atas posisi
alam. Dari sudut pandang ini, karena itu tidaklah wajar seorang khalifah tunduk dan
merendahkan diri kepada sesuatu yang telah ditundukkan Tuhan kepadanya. Jika khalifah
tunduk atau ditundukkan oleh alam, maka hal itu tidak sejalan dengan maksud Tuhan.
Berpijak pada argument diatas, kemudian diajukan preskripsi, pedoman moral
dalam menghadapi dan menyikapi perkembangan serta penerapan iptek. Preskripsi moral
yang diajukan dapat dirumuskan dalam dua rumus. Pertama, iptek dan hasil – hasil
teknologi harus mengingatkan manusia kepada tuhan dan mengingatkan bahwa manusia
8 Bertens, etika, hlm. 248 - 88

9 Shihab, wawasan, hlm 377

10 Ibid., hlm. 446


157 | P a g e
adalah khalifah yang kepadanya tunduk segala yang berada di alam raya ini. kedua,iptek
dan hasil – hasil teknologi yang dapat diterima seorang muslim adalah yang sumbernya
netral, tidak menyebabakan maksiat, dan bermanfaat bagi manusia.11 Makna netral pada
sumbernya, adalah bahwa bahan baku dari produk teknologi itu berasal dari sumber –
sumber, diperoleh dengan cara cara yang tidak bertentangan dengan ketentuan hukum dan
prinsip–prinsip moral.
Seandainya penggunaan suatu hasil teknologi telah melalaikan sesorang dari dzikir
dan tafakur, serta mengantarkannya kepada keruntututan nilai – nilai kemanusiaan, maka
ketika itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus
memperingatkan dan mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil
teknologi sejak semula diduga dapat mengalahkan manusia dari jatidiru dan tujuan
penciptaan, sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh islam. Karena itu, menjadi suatu
persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik
demi penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai – nilai fitrahnya.12
Ilmu dan Teknologi. Al-Quran memerintahkan manusia untuk terus berupaya
meningkatkan kemampuan ilmiahnya. Jadi, islam tidak sekedar mempersilahkan, tetapi
juga memerintahkan penggalian dan pengembangan iptek “jangankan manusia biasa”,
tulisnya lebih lanjut, “Rasul Allah Muhammad Saw. Pun diperintahkan agar berusaha dan
berdoa agar selalu ditambah pengetahuannya”.13 Dengan merujuk kepada hadis nabi Saw.
Yang diriwayatkan at – Tabrani, dari Ibn Mas’ud, yang menyatakan: “dua keinginan yang
tidak pernah puas, keinginan menuntut ilmu dan keinginan menuntut harta”,

5. Pengembangan Potensi: akal, hati, iklim keilmuan


Hal ini dapat menjadi pemicu manusia untuk terus mengembangkan teknologi
dengan memanfaatkan anugrah Allah yang dilimpahkan kepadanya. Karena itu, laju
teknologi memang tidak dapat dibendung. Hanya saja manusia dapat berusaha
mengarahkan diri agar tidak memperturutkan nafsunya untuk mengumpulkan harta dan
teknologi yang dapat membahayakan dirinya. Agar ia tidak menjadi seperti kepompong
yang membahayakan dirinya sendiri karena kepandaiannya.14 Mengumpulkan ilmu dan
teknologi yang dapat membahayakan diri, ialah bahwa islam tidak mengenal dan
tidakmembenarkan semboyan “ilmu untuk Ilmu. Adapun jenis ilmu dan materi
pembahasan-nya, adalah ilmu harus bismi Rabbik, harus bernilai Rabbani. Ilmu yang
“bebas nilai”, dengan demikian, harus diberi nilai Rabbani oleh ilmuwan islam. Lebih
jauh ditegaskan , kaum muslimin hendaknya “menghindari cara berpikir tentang bidang
bidang yang tidak menghasilkan manfaat , apalagi tidak memberikan hasil kecuali
menghabiskan energi. Atas dasar ini pula menggunakan akal untuk mengungkapkan
rahasia alam metafisika, tidak boleh dilakukan. Artinya, hati mesti digunakan untuk
menjelajahi alam metafisika.15
Bahwa batas operasi akal adalah wilayah alam fisik. Tetapi kutipan terakhir di atas
sekaligus hendak menegaskan bahwa proses keilmuwan tidak hanya terbatas pada aktivitas

11 Ibid., hlm. 445; Cfatwa Agama, hlm. 69 – 70.

12 Ibid., hlm. 446

13 Shihab, Wawasan, hlm. 446.Shihab mengacu kepada QS. Yusuf/12:72 dan QS. Taha/20:114

14 Ibid., hlm. 440

15 Ibid., hlm. 440


158 | P a g e
intelektual, tetapi juga harus melibatkan aktivitas hati atau nurani (qalb). Pada titik inilah
dia menolak pandangan dari filsafat sains mutakhir yang membatasi wilayah keilmuwan
hanya pada alam materi. Dalam islam, menurutnya, obyek ilmu dapat dibagi menjadi dua
bagian pokok, yaitu alam materi dan diakui dua macam ilmu yang berbeda namun tidak
saling bertentangan. Pertama, ilmu yang diperoleh tanpa usaha manusia, disebut ‘ilm al-
laduni (perennial knowledge), yang diterima melaui informasi wahyu. Kedua, Ilmu yang
diperoleh atas usaha manusia, disebut adna (ilmu yang dicari). Untuk menumbuhkan etos
penguasaan iptek dalam masyarakat (Islam), maka mewujudkan iklim ilmu pengetahuan
jauh lebih penting daripada sekedar menemukan teori ilmiah. Sebab, tanpa adanya iklim
keilmuwan yang kondusif, bukan tidak mungkin para ahli yang menemukan teori ilmiah
justru menjadi korban dari hasil temuannya, seperti yang menimpa Galileo Galilei. Karena
itu, menurutnya, kemajuan Iptek dalam suatu masyarakat tidak dapat dinilai dengan apa
yang dipersembahkan kepada masyarakat, tetapi juga harus diukur dengan wujudnya suatu
iklim yang dapat mendorong kemajuan iptek.16
Dengan anjuran anjurannya yang kuat agar manusia menggunakan pikiran untuk
mencapai hasil hasil tertentu, maka “al – Quran”, telah membentuk satu iklim baru yang
dapat mengembangkan akal pikiran manusia, serta menyingkirkan hal – hal yang dapat
mengahalangi kemajuannya.17 Dalam kaitan ini menurut pendapat para psikolog yang
menjelaskan mengenai tiga tahap perkembangan kejiwaan dan alam pikiran manusia
dalam meniali suatu ide. Pertama, fase menilai baik dan buruknya suatu ide dengan ukuran
yang mempunyai hubungan dengan alam kebendaan atau berdasarkan pada pancaindera
yang timbul dari kebutuhan – kebutuhan primer. kedua, fase menilai ide atas dasar
keteladanan yang diberikan oleh seseorang, sekurang kurangnya tidak terlepas dari
penjelmaan dalam diri seseorang,. ketiga, fase menilai suatu ide itu sendiri, tanpa
terpengaruh oleh faktor–faktor eksternal yang menguatkan atau melemahkan, yakni fase
kedewasaan.18

C. Ringkasan
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang tanpa henti, kian
hari perkembangannya kian cepat. Teknologi yang lahir tahun ini, sudah menjadi out of
date pada tahun depan, karena lahirnya temuan baru yang lebih canggih. Di tengah
dinamika yang demikian cepat itu, maka sebuah negara yang tidak mampu mengikuti
revolusi industri mutakhir, dipastiakan harus menerima resiko ketertinggalan, berikutnya,
akan kehilangan kedudukannya sebagai negara berdaulat. Semboyan: ilmu tanpa agama
adalah buta, merupakan undangan kepada cendekiawan muslim untuk memberikan resep
moral kepada perkembangan iptek. Dewasa ini, iptek bersifat ambivalen. Disamping
mengahdirkan hal–hal positif, ia juga terbukti membawa dampak negatif. Karena teknologi
sebagai penerapan ilmu, bergumul dengan pertanyaan: bagaimana metodenya?, juga
memasuki wilayah pertanyaan: digunakan untuk tujuan macam apa produk ini? maka,
tidak bisa tidak, mesti berjumpa dengan nilai moral. Ungkapan agama tanpa ilmu adalah
lumpuh, menyiratkan bahwa eksistensi umat islam dalam pergaulan global hanya bisa
ditegakkan secara terhormat apabila umat ini mampu menguasai iptek dalam arti yang
sesungguhnya. Bangsa yg belum menguasai iptek meski memiliki sumber daya alam
16 Shihab, “membumikan”, hlm. 42 dan 44

17 Ibid., hlm. 42

18 Ibid., hlm 42- 43


159 | P a g e
melimpah, terkalahkan telak oleh bangsa yang telah menguasai iptek, yang hidup makmur,
meski sumber daya alamnya tidak memadai. Reflekski pemikiran kalam dalam dinamika
perkembangan iptek pada dasarnya berhadapan dengan problem ganda: memberikan resep
moral kepada perkembangan iptek di satu pihak dan menumbuhkan etos penguasaan iptek
di lingkungan masyarakat islam di pihak lain. Agama sesungguhnya sangat berperan, jika
manusia tetap ingin jadi manusia. Perkembangan iptek dewasa ini, jika tidak dituntun oleh
moralitas agama, dapat menjerumuskan manusia ke jurang kehancuran, paling tidak,
menghancurkan martabat manusia sebagai makhluk terhormat.
Peran Khalifah. Istilah sakhkhara, berarti menudukkan, merendahkan. Kemampuan
meraih segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam melalui keahlian dalam
bidangnya. Pesan moralnya, bahwa alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraihnya
harus tunduk kepada “keahlian” manusia. Tuhan telah memberikan posisi yang terhormat
kepada manusia, sebagai khalifah di bumi. Karena itu tidaklah wajar seorang khalifah
tunduk kepada sesuatu yang telah ditundukkan Tuhan kepadanya. Pedoman moral dalam
menghadapi penerapan iptek. Pertama, hasil–hasil teknologi harus mengingatkan manusia
kepada tuhan, dan mengingatkan bahwa manusia adalah khalifah. kedua, hasil–hasil
teknologi yang dapat diterima adalah yang memiliki manfaat bagi manusia. Mengingatkan
manusia kepada Tuhan, tidak menyebabkan maksiat. Produk teknologi yang akan
mengingatkan manusia kepada tuhan, sekedar untuk memberikan pedoman etik bagi umat
islam dalam mengahadapi dan menyikapi iptek,
Penggunaan hasil teknologi telah melalaikan sesorang dari dzikir dan tafakur, serta
mengantarkannya kepada keruntututan nilai – nilai kemanusiaan, maka ketika itu bukan
hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan dan
mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak semula
diduga dapat mengalahkan manusia dari jatidiru dan tujuan penciptaan, sejak dini pula
kehadirannya harus ditolak. Karena itu, menjadi suatu persoalan besar bagi martabat
manusia mengenai cara memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi
dengan pemeliharaan nilai–nilai fitrahnya. al- Quran memerintahkan manusia untuk terus
berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya”. Islam tidak sekedar mempersilahkan
(netral), tetapi juga memerintahkan (imperative) penggalian dan pengembangan iptek.

D. Rujukan
Shihab, Quraish, Membumikan Kalam di Indonesia, Yogyakarta : Pustaka Pelajar,2010
Abduh, Muhammad, Risalah Tauhid, terj. Firdaus A. N., Jakartta: Bulan Bintang. 1979.
Anwar, Rosihon, dan Abdul, Razak, Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 2001.
Bertens, K., Etika, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2000.
Abidin Zainal, Filsafat Manusia: Memahami Manusia, Bandung : Remaja Rosdakarya,
2000.
Anshari, Endang Saifuddin, Agama dan Kebudayaan, Surabaya: Bina Ilmu, 1982.
Abdulgani, Roeslan, Teologi dalam Tuntutan Keadilan dan Pembebasan Sosial, Kiblat,
No. 18, Tahun XXXII, 1985.
Abdullah, M. Amin, Dinamika Islam Kultural: Pemetaan atas Wacana Keislaman
Kontemporer, Bandung: Mizan, 2000.

E. Latihan Soal
1. Perkembangan teknologi kian hari perkembangannya kian cepat. Teknologi
yang lahir tahun ini, sudah menjadi out of date pada tahun depan. Di tengah
160 | P a g e
dinamika yang demikian cepat itu, maka negara yang tidak mampu mengikuti
revolusi industri mutakhir, dipastiakan harus menerima resiko ketertinggalan.
Tuliskan dua hal yang diyakini dapat mengatasi ketertinggalan itu!

2. Jelaskan makna dari semboyan: ilmu tanpa agama adalah buta!


3. Perkembangan iptek bersifat ambivalen. Jelaskan maknanya!

4. Eksistensi umat islam dalam pergaulan global hanya bisa ditegakkan secara
terhormat apabila umat ini bagaimana?

5. Refleksi pemikiran kalam dalam dinamika perkembangan iptek berhadapan


dengan problem ganda: (1) memberikan resep moral kepada perkembangan iptek
dan (2) menumbuhkan etos penguasaan iptek di lingkungan masyarakat islam.
Jelaskan makna kedua hal tersebut!

F. Daftar Istilah
Khalifah: Pemimpin, kemampuan meraih segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari
alam melalui keahlian dalam bidang teknik. Alam raya harus tunduk kepada keahlian
manusia yang berperan sebagai khalifah itu.
Out of date: ketinggalan zaman
Kompetitif: suasana kompetisi di tengah dinamika perkembangan iptek yang demikian
cepat itu. Teknologi yang lahir bulan ini, sudah menjadi out of date pada bulan depan.

161 | P a g e
BAB XVI
UJIAN AKHIR SEMESTER

1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya ilmu tauhid!


2. Sebutkan masa perkembangan ilmu tauhid!
3. Jelaskan secara singkat perkembangan ilmu tauhid pada masa Rasulullah saw!
4. Jelaskan secara singkat sejarah perkembangan ilmu tauhid!
5. Siapa kaum Khawarij dan bagaimana pendapatnya tentang status orang mu’min
yang melakukan dosa besar?
6. Jelaskan pokok ajaran tentang kedudukan al-qur’an menurut aliran Al-Asy’ari?
7. Sebutkan dan jelaskan 3 dalil yang dikemukan oleh aliran Maturidiyah?
8. Mengapa juga ada yang berikhtiar berdarah-darah namun akhirnya menyerah
pada Takdir?
9. Perlukah Takdir diperjuangkan lewat Ikhtiar?
10. Menurutmu mengapa sangat penting mempelajari tauhid ?
11.Setelah kita belajar tentang tauhid, apa fungsi dari tauhid ?
12. Bandingkan antara kesholehan individu dan kesholehan social! Jelaskan
secara rinci perbedaannya!
13. Jelaskan apa saja yang termasuk sebab dalam dan sebab luar!
14. Sebutkan pengertian refleksi kalam dan Iptek!
15. Sebutkan kaitan Ilmu kalam dan Iptek!

162 | P a g e
PENUTUP

Pada bagian ini, dengan berpeoman pada isi bahan ajar yang tercantum di dalam buku
daras ini, berupaya memfokuskan pada pentingnya tindak lanjut dari hasil perkuliahan
selama satu semester. Setelah beberapa persoalan akidah yang berkenaan dengan
kehidupan praktis sudah dipahami mahasiswa, dan diantaranya sudah dipraktekkan,
kemudian berikutnya, dievaluasi secara menyeluruh, sejak dari perencanaan, pelaksanaan,
hingga ada hasilnya yang diperoleh.
Pertama-tama, dilihat kualifikasi hasilnya. Seberapa kuat pemahaman mereka tentang
nilai-nilai tauhid ini, sudah sesuaikah dengan target yang diharapkan sejak awal?
Kemudian berikutnya dikaji ulang mengenai target-target yang paling layak diharapkan
untuk dimiliki mereka di akhir perkuliahannya. Targetnya direkonstruksi, lalu dipilah
menjadi dua bagian, pertama, target pada paruh kesatu, dan kedua, target pada paruh
kedua. Selanjutnya, ditelusuri proses-proses yang harus dilakukan untuk mencapai target-
target tersebut, yang tentunya berpedoman pada bahan ajar yang sudah tersedia. Oleh
karena itu, bahan ajar pun turut pula direkonstruksi, untuk disesuaikan dengan target-target
yang baru dan proses-proses pembelajaran yang hendak dijalankan. Pada akhirnya, desain
pembelajaran pun direformulasikan kembali dalam berbagai aspeknya hingga tertata
dengan jelas sistematis dan kondusif. Catatan pembetulan, perbaikan, penyempurnaan,
penekanan aspek-aspek tertentu menjadi penting untuk dilakukan, agar hasil berikutnya
menjadi semakin baik, semakin unggul, semakin terasa maknanya bagi para mahasiswa.
Pendek kata: mata kuliah ini benar-benar dirasakan fungsinya bagi mereka yang
mempelajarinya. Jika tidak begitu, tentulah ada sesuatu yang tidak beres di dalamnya.
Lalu, cari sesuatu itu, dan selesaikan dengan serius dan terfokus.
Terakhir, semoga tulisan ini menjadi setitik sumbangan bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, teristimewa mahasiswa yang berkehendak imannya semakin bertambah
kokoh, bukan malah sebaliknya.

Wassalam.

163 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai