Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Etika merupakan salah satu hal terpenting dalam kepribadian seseorang,
yang dapat menjelaskan apakah orang tersebut memiliki kepribadian yang baik
atau tidak. Indonesia adalah negara yang dikenal dengan etikanya yang baik dan
ramah terhadap orang lain yang sesama warga negara Indonesia maupun warga
negara asing. Seseorang yang tidak memiliki etika yang baik dalam
berkepribadian akan dipandang rendah oleh orang lain dan dianggap sebagai
keturunan dari keluarga yang tidak baik.
Namun pada saat ini terdapat persoalan-persoalan mengenai etika.
Persoalan-persoalan tersebut membuat keberadaan etika menjadi lemah dan
runtuh. Persoalan-persoalan tersebut muncul akibat dari menurunnya nilai-nilai
moral dalam masyarakat. Dampak dari persoalan-persoalan tersebut rentan
mengenai anak-anak dan remaja yang merupakan generasi penerus bangsa, yang
seharusnya menerima pembelajaran etika yang baik untuk membentuk
keperibadiannya. Baik dari keluarga, lingkungan, maupun sekolah. Dampak dari
adanya persoalan tersebut misalnya kenakalan remaja yang kini semakin
meningkat dan merajalela. Bahkan pada saat ini sering disebut dengan sebutan
Kids Zaman Now.
Dalam etika islam, kenakalan adalah hal yang tidak baik dan perlu
dihindari. Butuh perhatian dan penanganan, seperti menanamkan kembali nilai-
nilai moralitas pada anak-anak dan remaja. Untuk mengetahui dan memahami
persoalan-persoalan tersebut maka dibuatlah makalah yang berjudul “Persoalan-
Persoalan Kontemporer dengan Perspektif Etika sebagai Disiplin Berhadapan
dengan Gerak Zaman”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apa saja persoalan-persoalan kontemporer tentang etika sebagai disiplin
berhadapan dengan gerak zaman?
2. Bagaimana solusi dari persoalan-persoalan kontemporer tentang etika
sebagai disiplin berhadapan dengan gerak zaman?
3. Bagaimana dorongan berakhlak pada manusia dalam menerapkan etika
sebagai disiplin berhadapan dengan gerak zaman?

C. Maksud dan Tujuan Makalah


Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui persoalan-persoalan kontemporer tentang etika
sebagai disiplin berhadapan dengan gerak zaman.
2. Untuk mengetahui solusi dari persoalan-persoalan kontemporer tentang
etika sebagai disiplin berhadapan dengan gerak zaman.
3. Untuk mengetahui dorongan berakhlak pada manusia dalam menerapkan
etika sebagai disiplin berhadapan dengan gerak zaman.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Persoalan-Persoalan Kontemporer tentang Etika sebagai Disiplin


Berhadapan dengan Gerak Zaman
Al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW. telah memberi petunjuk
tentang perbuatan terpuji dan perbuatan tercela. Perbuatan terpuji diantaranya
tolong menolong dalam kebaikan, menjaga kesucian diri termasuk kehormatan,
menepati janji, adil, shidiq, bersifat ramah dan pemaaf. Sedangkan perbuatan
tercela yaitu judi, zina, pencurian, perampokan, penganiayaan dan pembunuhan.
Perbuatan-perbuatan tercela yang biasa dilakukan remaja antara lain sebagai
berikut.
1. Perbuatan Zina
Menurut pengertian umum, perbuatan zina adalah hubungan seksual
yang tidak sah. Islam telah melarang segala bentuk hubungan seksual diluar
pernikahan, dan menetapkan hukuman yang berat terhadap pelanggaran hukum
yang telah ditentukan. Didalam ajaran Islam perzinaan dinilai sebagai salah satu
perbuatan yang sangat dicela. Sebagai landasannya didalam Al-Qur’an Allah
SWT. berfirman:

Artinya:
“Dan janganlah kamu dekati zina, karena sesungguhnya zina itu perbuatan keji
dan jalan yang jahat.” (Q.S. al-Isra: 32).

Mengenai batas perbuatan zina dapat dipahami melalui hadits Nabi


Muhammad SAW.. Sahabat Abu Hurairah berkata: “Seorang bernama Aslamah
datang kepada Nabi Muhammad SAW. dan mengaku telah berzina dengan
seorang perempuan. Kedatangan Aslamah ini sampai empat kali, dan pada tiap-

3
tiap kali datang dan mengaku zina, Nabi Muhammad SAW.. selalu berpaling
darinya. Setelah datang kelima kalinya beliau menerimanya dan bersabda:
Nabi : Apakah anda bergurau dengan dia?
Aslamah : Ya.
Nabi : Sehingga lenyap kepunyaan anda kedalam kepunyaannya?
Aslamah : Ya.
Nabi : Sebagaimana lenyapnya sebatang golok kedalam sarung golok?
Atau sebagai timba kedalam telaga?
Aslamah : Ya.
Nabi : Apakah anda tahu apakah perzinaan itu?
Aslamah : Ya, saya telah mendatangi secara haram apa yang seorang laki-
laki mendatangi seorang istrinya secara halal.
Nabi : Dan apakah kehendak anda dengan perkataan ini?
Aslamah : Agar anda membersihkan saya.
Maka beliau memerintahkan untuk dirajam.

Dikalangan ulama fiqh, pezina dibagi menjadi dua bagian:


a. Pezina muhshan, yaitu laki-laki dan perempuan yang sudah menikah atau
pernah menikah.
b. Pezina ghairu muhshan, yaitu laki-laki dan perempuan yang belum pernah
menikah.
Secara biologis, kenakalan remaja di bidang hubungan laki-laki dan
perempuan agak sulit untuk diatasi. Sebab disamping pengaruh lingkungan yang
begitu kuat juga merupakan tuntutan biologis bagi laki-laki dan perempuan yang
normal. Islam menyediakan cara-cara menghindari atau memperkecil usaha
timbulnya hubungan seks diluar pernikahan yang sah, yaitu diperintahkan kepada
kaum wanita untuk berpakaian yang sederhana serta menutup aurat. Islam
melarang pertemuan campuran antara laki-laki dan perempuan dan semacam itu
yang menjurus kepada situasi yang bisa membawa kepada terjadinya hubungan
seks sebelum atau tanpa nikah.

4
Perbuatan zina merusak atau melanggar nilai-nilai etika islam, sebab
zina menodai kesucian hidup keluarga dan dipandang tidak memelihara kesucian
diri yang oleh etika diperintahkan agar selalu dipelihara. Selain itu,
menghilangkan nilai ihsan sebagai salah satu dari sifat-sifat baik utama dalam
moralitas islam.

2. Perbuatan Kekerasan
Anak-anak remaja melakukan perbuatan kekerasan seperti
penganiayaan dan pembunuhan. Pada hakikatnya perbuatan tersebut melanggar
nilai-nilai yang terpuji (mahmudah), kasih sayang (ar-rahmah), perlakuan baik
(ihsan), dan penyantun (hilm).
Penganiayaan yang merupakan ancaman terhadap kesehatan dan
anggota-anggota tubuh tertentu yang dilakukan oleh anak-anak remaja pada
umumnya diawali oleh pertengkaran-pertengkaran kecil. Kadang-kadang
pertengkaran tersebut berkembang menjadi lebih serius dan lebih kompleks efek
negatifnya. Sering terjadi pertengkaran antara anak sekolah dengan anak sekolah,
antara kelompok pemuda yang terorganisir dengan kelompok pemuda yang
lainnya.
Melukai didalam ajaran islam dipandang sebagai perbuatan-perbuatan
yang membahayakan jasmani. Didalam surah al-Baqarah ayat 194 Allah SWT.
berfirman:

Artinya:
“Bulan haram dengan bulan haram, dan pada sesuatu yang patut dihormati,
berlaku hukum qishaash. Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu,
maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah

5
kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa”.
(Q.S. al-Baqarah: 194).
Allah menjelaskan bahwa barang siapa yang menganiaya kamu, maka
balaslah sebagaimana ia menganiaya kamu. Demikian pula surah an-Nahl ayat
126 Allah SWT. berfirman:

Artinya:
“Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama
dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Akan tetapi jika kamu bersabar,
sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”. (Q.S. an-
Nahl: 126).
Allah menjelaskan dan apabila mereka melukaimu, maka balaslah
sebagaimana ia melukaimu. Maksudnya pembalasan yang dijatuhkan atas mereka
janganlah melebihi dari siksaan yang ditimpakan atas kita.
Dari ayat-ayat tersebut nyatalah adanya pedoman yang bersifat mutlak
(absolut) bahwa perbuatan-perbuatan kekerasan baik pembunuhan, penganiayaan
dan perlukaan merupakan perbuatan-perbuatan yang tidak berprikemanusiaan dan
tercela disisi Allah SWT.

3. Anak-Anak Durhaka
Keharmonisan hidup keluarga menjadi dasar utama ketentraman hidup
masyarakat, dan sebaliknya. Anak-anak baik, sholeh, berbakti dan patuh kepada
orang tua merupakan sendi yang paling mendasar keluarga harmonis. Anak-anak
durhaka gemar melakukan kejahatan, pelanggaran, fakhsya’ dan munkar sebagai
petunjuk nyata ketidakhamonisan keluarga. Sikap anak terhadap orangtua dan
kerabatnya serta tingkah laku anak ditengah-tengah masyarakat ikut menjadi
faktor penentu terpelihara atau dilanggarnya nilai-nilai akhlaqul-karimah sebagai

6
ciri khusus masyarakat ideal menurut islam yang “theosentris” dan
“etikoreligius”.
Dalam kenyataan terbukti bahwa sebagian anak remaja menjunjung
tinggi nilai-nilai akhlaqul-karimah sebagai cermin nyata anak sholeh dan sebagian
lainnya melanggar nilai-nilai luhurnya sebagai ciri utama anak durhaka. Anak
sholeh pada dasarnya menjadi cita-cita utama akhlaqul-karimah, sedangkan anak-
anak durhaka menjadi faktor perusak nilai-nilai luhur akhlaqul-karimah.
Dalam hal ini Umar Hasyim berpendapat bahwa anak durhaka ialah
anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya. Durhaka karena tidak mau
berbakti atau berbuat ihsan kepada kedua orang tuanya, menentang tidak mau
menurut perintah orang tua dalam hal kebaikan, menyakitkan atau melukai hati
orang tua, menyengsarakan atau memakinya, merusak kehidupan orang tua baik
lahir maupun bathin, secara langsung maupun tidak langsung berbuat kejahatan
yang memalukan dan menjatuhkan nama baiknya orang tuanya. Adapun menurut
syari’at Islam, kejahatan adalah suatu perbuatan yang disebut munkar atau
fakhsya’ yang artinya keji atau jahat, perbuatan yang melanggar aturan atau
larangan Allah SWT. dan rasul-Nya.
Ditinjau dari segi tuntunan “akhlaqul-karimah”, durhaka kepada orang
tua merupakan perbuatan tercela dan disisi Allah SWT. termasuk dosa besar.
Sabda Nabi Muhammad SAW. ialah:
“Maukah engkau saya terangkan tentang tiga dosa besar? (Rasulullah SAW,
mengulangi kalimat tersebut hingga tiga kali). Para sahabat menjawab: Sangat
kami harapkan sekali, wahai Rasulullah! Maka bersabdalah Rasulullah SAW.
tiga dosa besar ialah: menyekutukan Allah SWT., durhaka kepada ibu-bapak,
ucapan dan kesaksian bohong.” (H.R. Bukhari dan Abu Bakrah).

4. Khamr dan Masalah Narkotika


a. Khamr
Khamr termasuk salah satu minuman yang tercela menurut agama Islam
untuk diminum oleh pemeluknya. Ajaran Islam menilai minuman khamr sebagai
perbuatan keji, sejajar dengan perbuatan judi dan kurban-kurban untuk berhala.

7
Dari segi kemanusiaan, celaan minum khamr tidak hanya terbatas pada pemeluk
agama Islam, celaan tersebut berkembang lebih luas lagi baik subyek maupun
obyeknya. Dari segi subyeknya, tercela untuk setiap orang yang melakukan.
Sedangkan dari segi obyeknya tidak hanya sebatas pada khamr, akan tetapi
meliputi semua minuman keras dan yang sejenis.
Pada asalnya, celaan minum khamr lebih dititikberatkan pada
penderitaan yang akan menimpa peminumnya yakni penyakit jiwa, penyakit otak
dan jantung. Dari segi keturunan, peminum minuman keras dapat merusak
kesehatan dan kebersihan keturunan. Berdasarkan penyelidikan ilmiah dibidang
ilmu kedokteran, peminum khamr dan minuman-minuman keras lainnya ada
kemungkinan dapat berakibat buruk terhadap keturunannya. Dewasa ini, timbul
gejala kebiasaan minum minuman keras yang terjadi dikalangan usia remaja pada
umumnya untuk pemuasan nafsu belaka dan dorongan mental tidak sehat.
b. Narkotika
Pemakaian zat-zat jenis narkotika telah meluas hampir seluruh lapisan
masyarakat yang tidak homogen dalam tingkatan sosial ekonomi, tingkatan umur,
juga di kalangan kelompok intelektual dan bukan intelektual. Sebagian pemakaian
tersebut bertujuan positif, akan tetapi sebagian lainnya bertujuan negatif.
Pemakaian narkotika dengan tujuan negatif bervariasi pula motivasinya salah
satunya sebagai obat perangsang dan untuk pelarian dari konflik kejiwaan yang
dialami. Akibatnya pun bervariasi, sebagian menjadi pecandu narkotika dan
sebagian lainnya tidak demikian. Menurut Soedjono D, S.H. pecandu yang
sesungguhnya biasanya adalah orang-orang yang mempunyai emosi yang
mendalam atau hidup dalam kondisi putus asa (frustasi). Dan sebagai pelariannya
dipakai obat bius sebagai cara untuk menghibur dirinya (euphoria feeling of
health and well being).
Penyalahgunaan narkotika pada dasarnya dapat dinilai sebagai salah
satu jenis kriminalitas yang tidak ringan, perbuatan tersebut merupakan jenis
kejahatan berat dan secara kriminologis si pemakai dipandang sebagai subyek
yang berpotensi besar bagi timbulnya beberapa jenis kejahatan antara lain
pencurian, penipuan, pemerasan dan penggelapan bahkan pembunuhan.

8
Demikian pula yang terjadi di kalangan remaja, penyalahgunaan
narkotika oleh kaum remaja berakibat sosial yang negatif dan destruktif secara
menyolok. Pada dasarnya pecandu yang sedang ketagihan disamping pribadinya
tersisa, maka upaya untuk mendapatkan uang guna membeli zat-zat jenis
narkotika agar ketagihannya terpenuhi akan melakukan perbuatan-perbuatan yang
tidak wajar, seperti pencurian, merampas barang milik orang lain dengan paksaan,
menganiaya dan membunuh. Perbuatan-perbuatan tersebut mengganggu
masyarakat dan merusak pergaulan hidup.

B. Solusi dari Persoalan-Persoalan Kontemporer tentang Etika sebagai


Disiplin Berhadapan dengan Gerak Zaman
1. Bantulah Mereka untuk Mewujudkan Kepribadiannya.
Sebaiknya para orang tua dapat mengkondisikan kehidupan gotong
royong pada diri anak, sehingga mereka dapat menyalurkan tuntunan-tuntunan
internal serta hak-haknya yang bersifat pribadi. Muslim meriwayatkan dari Shal
bin Sa'ad Ash Saa'idy Ra. bahwa Rasulullah SAW. datang dengan membawa
minuman kemudian beliau meminumnya, sedang di samping kanannya ada
seorang anak sementara di samping kirinya ada orang-orang tua Rasulullah SAW.
berkata kepada si anak: "Apakah kau mengizinkan aku untuk memberi minuman
ini kepada mereka (para orang tua)." Si anak menjawab : "Tidak, demi Allah
janganlah engkau limpahkan bagianku darimu kepada siapa pun." Rasulullah
SAW. akhirnya memberikan minuman itu kepadanya atas permintaannya."
Pada kasus ini, Rasulullah SAW. sama sekali tidak mengekspresikan
penolakan si anak sebagai pembangkangan dan penentangan. Beliau tetap konsis
pada etika bahwa si anak memang berhak mendapatkan minuman itu terlebih
dahulu karena dia berada di kanan Rasulullah SAW. dan memang semacam itulah
aturan yang dianjurkan oleh Islam tentang urutan minum dalam sebuah majelis.
Karena disebelah kiri beliau duduk para orang tua maka atas pertimbangan etika
pula Rasulullah SAW. meminta izin terlebih dahulu kepada yang lebih muda agar
minuman tersebut diberikan lebih dahulu kepada yang tua yang kebetulan duduk
di sebelah kiri Rasullullah SAW. Akan tetapi, karena si anak tetap konsis kepada

9
haknya untuk memperoleh giliran minum setelah Rasulullah, Rasulullah pun
mengabulkannya untuk memenuhi hak si anak tersebut. Beliau tidak memaksakan
keinginan pribadi si anak atau menyalahkannya (mencelanya).

2. Gunakan Pendekatan Dialog untuk Membangun Pemahaman Anak


Remaja
Di sela-sela diskusi atau dialog yang berlangsung dari hati ke hati,
orang tua atau guru dapat memanfaatkannya untuk membangun jembatan yang
kokoh untuk saling berinteraksi dengan si remaja. Demikian juga, dengan
terciptanya rasa saling percaya, amat memungkinkan terkikisnya bahaya-bahaya
yang ditimbulkan oleh sikap anak remaja. Sedangkan, sikap mencurigai serta
ancaman-ancaman terhadap mereka hanyalah akan berdampak negatif.
Hal yang sangat dikhawatirkan dari sikap anak remaja adalah adanya
ketidakstabilan dalam masalah seksualitas. Para guru dan orang tua serta semua
pihak yang bertanggung jawab terhadap kestabilan dan keselamatan masyarakat,
hendaklah memberikan perhatian yang besar serta pengarahan yang memuaskan
terhadap mereka. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk mengontrol dan
meredam kecenderungan-kecenderungan untuk memuaskan diri secara sepintas
terhadap tuntutan-tuntutan seksualitas yang menyimpang.

3. Rangsanglah Mereka agar Berterus Terang Mengungkapkan


Kesulitannya.
Diantara aspek terpenting dalam pendidikan remaja adalah merangsang
serta memberikan kepada mereka keleluasaan untuk mengungkapkan segala
permasalahan yang sedang mereka hadapi beserta kesalahan-kesalahan yang
pernah mereka perbuat. Seringkali diantara remaja dengan orang tuanya terjadi
kesenjangan. Di satu sisi remaja ingin bersikap dan berpenampilan seperti apa saja
yang mereka inginkan, tanpa memperdulikan apakah itu sesuatu yang dilarang
atau yang berbahaya. Mereka hanya sependapat dengan dirinya atau dengan
orang-orang yang sekitarnya memberikan angin bagi apa yang diinginkannya.

10
Sementara itu, di sisi lain pihak orang tua terlalu keras dan kaku dalam
menghadapinya.
Oleh karena itu, keterusterangan harus dibangun di atas dasar interaktif
yang positif antara orang tua dan anak. Barangkali beberapa contoh praktis yang
telah disebutkan di atas dapat membantu Anda dalam menyikapi anak. Nah,
sekarang ada pertanyaan yang dapat kami ajukan kepada orang tua: "Apa yang
akan Anda perbuat jika anak Anda sudah berterusterang mengungkapkan
kesalahan-kesalahannya kepada Anda? Atau sudah mengungkapkan permasalahan
beserta latar belakang yang menyebabkan dia berbuat demikian? Apakah Anda
akan menghadapinya dengan membunuh sikap keterbukaan yang sudah ada pada
dirinya? Atau Anda akan menggunakan metode yang bijaksana dan tenang untuk
menyelesaikan permasalahannya?
Coba kita baca dan kemudian kita pelajari prinsip-prinsip pendidikan
yang ada dalam hadits berikut:

"Dari Ibnu Mas'ud Ra. bahwa ada seorang pemuda mencium seorang
perempuan. Lantas pemuda itu pergi menemui Rasulullah SAW. dan
mengabarkan padanya tentang peristiwa itu. Turunlah ayat: "Dan dirikanlah
shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan
daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu
menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi
orang-orang yang ingat". (Q.S. Huud:114).

Pemuda itu bertanya: "Maksudnya, (ayat itu) untuk aku wahai Rasulullah?".
Rasulullah menjawab: "Untuk semua umatku." (Diriwayatkan oleh Muttafaq
'Alaih).
Sesungguhnya metode mencela, memarahi, serta mendiskriminasi
bukanlah metode yang ideal untuk menanamkan nilai serta memecahkan

11
problematika. Untuk mengubah sikap dan menanamkan nilai semacam ini
haruslah dilakukan dengan kelapangan dada sambil memprioritaskan
pembangunan sisi nurani individu. Dalam prakteknya, perlakuan diarahkan untuk
membersihkan jiwa sehingga memungkinkan bagi seorang pemuda untuk
memahami dan menyadari permasalahan yang dihadapkan kepadanya.
Selain itu perlu juga ditanamkan kepercayaan bahwa dia pasti mampu
menyelesaikan problemnya. Dan yang tak kalah penting, para pemuda perlu
didorong untuk memperkokoh hubungan dengan Allah SWT., misalnya dengan
mengkhusyu’kan shalat, karena tindakan ini akan mampu menghapus dosa-dosa
dan kesalahan yang telah dia perbuat sekaligus mencegahnya melakukan
perbuatan-perbuatan kotor dan keji.
Sesungguhnya menanamkan perasaan takut akan dosa dapat membuat
kebanyakan pemuda tunduk untuk mau meluruskan sikapnya, untuk kemudian
menyadarkannya serta membangkitkannya memulai kehidupan yang lurus. Akan
tetapi, metode pendekatan sosial (mengakrabi) sebagaimana yang telah diuraikan
dalam berbagai contoh praktik diatas mempunyai dampak psikologis yang amat
positif dan sangat efektif sebagai pelaksanaan pendidikan selanjutnya. Akan tetapi
harus diingat bahwa Rasulullah SAW. tidak menjadikan ikatan kejiwaan ini
sebagai obyek dalam kehidupan muslim. Allah SWT. berfirman:

Artinya:
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap
dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada
Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka
mengetahui." (Q.S. Ali Imran:135).

12
Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana
mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina,
riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya
hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil.

C. Dorongan Berakhlak pada Manusia dalam Menerapkan Etika sebagai


Disiplin Berhadapan dengan Gerak Zaman
Akhlak manusia terbentuk karena adanya dorongan tertentu yang
mendorong manusia melakukan perbuatan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Persepsi
Persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi
(sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk
memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu
situasi tertentu. Persepsi mengandung arti yang sama dengan proses sistem
berpikir yang membutuhkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuan verbalistik
yang dijadikan rujukan persepsional seseorang.
Terbentuknya akhlak manusia didorong oleh adanya pemahaman
tentang sesuatu yang akan diperbuatnya. Oleh karena itu, tingkah laku manusia
berkaitan dengan pola pikir dan pola rasa manusia. Jika persepsinya tentang
perbuatan yang dilakukan diterima oleh akal dan hatinya, akhlaknya akan
terbentuk dengan jelas sesuai kapasitas pemikirannya.
Dalam kehidupan profesional, akhlak manusia yang dibentuk oleh
persepsinya tentang objek yang dimaksudkan adalah perbuatan yang sesuai
dengan keterampilan atau kecakapannya. Pengetahuan sangat penting dalam
mendukung akhlaknya sehingga bentuk-bentuk akhlaknya mengikuti kehendak
naluri dan kecerdasannya, tanpa ada campur tangan pihak luar.

2. Belajar
Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan yang relatif permanen
pada perilaku yang disebabkan oleh berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan.

13
Belajar juga merupakan proses saling menukar dan mengisi pengalaman dan ilmu
pengetahuan secara teratur dan berkesinambungan.
Dalam belajar terdapat proses pelatihan melakukan perbuatan tertentu,
dan pemberian ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman yang lebih
banyak mengisi kekosongan jiwa orang yang diajar.
Dengan proses belajar itulah, manusia berakhlak. Jadi, akhlak manusia
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalamannya dalam belajar. Kedua orang tuanya
bertanggung jawab mengajar dan mendidik anaknya sejak balita. Lalu, orang tua
pula yang menentukan pilihan sekolah anaknya, dan demikian seterusnya.
Sementara anak terus menimba ilmu pengetahuan dan pengalaman, kemudian ia
terapkan dalam akhlaknnya sehari-hari.

14
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Persoalan-persoalan kontemporer tentang etika sebagai disiplin
berhadapan dengan gerak zaman banyak sekali. Diantaranya yang berkaitan
dengan keperibadian remaja yaitu perbuatan zina, perbuatan kekerasan, etika
terhadap orang tua (durhaka) serta khamr dan narkotika.
Solusi dari persoalan-persoalan kontemporer tersebut diantaranya
membantu mereka para anak-anak dan reamja untuk mewujudkan kepribadiannya,
menggunakan pendekatan dialog untuk membangun pemahaman anak remaja, dan
mangsang mereka agar berakata jujur dan berterus terang mengungkapkan
kesulitannya yang dihadapinya.
Dorongan berakhlak pada manusia dalam menerapkan etika sangatlah
diperlukan. Akhlak manusia terbentuk karena adanya dorongan tertentu yang
mendorong manusia melakukan perbuatan, diantaranya adalah persepsi dan
belajar, agar timbulnya dorongan dalam diri mereka.

B. Saran
Terapkanlah pendidikan keperibadian dan ajaran etika yang baik sejak
dini agar pada saat remaja mereka siap untuk menghadapai persoalan-persoalan
yang ada di luar yang dibawa oleh globalisasi.
Tinggallah di lingkungan yang memiliki pergaulan etika yang baik, dan
hidarkan dari orang-orang yang mungkin memberikan pengaruh buruk yang akan
mempengaruhi etika dan keperibadian seorang anak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ghanim, Adil Rasyad. 1997. Bersikap Islami. Jakarta: Gema Insani Press.

Saebani, Beni Ahmad dan Abdul Hamid. 2010. Ilmu Akhlak. Bandung: Pustaka
Setia.

Sudarsono. 1989. Etika Islam tentang Kenakalan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta.

16

Anda mungkin juga menyukai