TUJUAN
RINCIAN BAHASAN
Makna dan Hakikat Pendidikan Islam Dalam bahasa Arab pendidikan Islam disebut AtTarbiyah Al-Islamiyah.
Secara bahasa, tarbiyah memiliki beberapa arti:
- Roba-Yarbu = tumbuh berkembang
- Robiya-Yarba = tumbuh secara alami
- Robba-Yarubbu = memperbaiki, meningkatkan
Berarti proses pendidikan Islam seharusnya menumbuhkembangkan secara alami, juga
sebagai proses perbaikan peningkatan diri bagi orang yang terlibat di dalamnya. Pendidikan
Islam bukan hal yang mengada-ada, dia memang ada.
Secara istilah makna tarbiyah adalah:
1. Menyampaikan sesuat sampai pada tingkat sempurna sedikit demi sedikit (Al-Baydowi)
2. Menumbuhkan sesuatu sedikit demi sedikit sampai dengan tahap sempurna (AlAsmahadi)
Kontinu (Mustamiroh)
Bertahap/terprogram
(Mutadarrijah)
menjaga keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan potensi akal, jasad dan ruh
manusia. Dengan adanya keseimbangan diharapkan dapat membentuk manusia secara
utuh, manusia yang memiliki kepribadian kokoh, tahan menghadapi tantangan hidup dan
berguna bagi orang lain.
- Penyebabnya:
1. Kecintaan kepada dunia yang berlebihan dan takut mati
2. Saling berpecah-belah
3. Mengkotak-kotakkan ajaran Islam
4. Meninggalkan jihad
pembinaan islami (tarbiyah islamiyah) adalah terciptanya sosok pribadi Muslim yang ideal,
pribadi muslim yang kaffah. Yaitu pribadi muslim yang mengimplemetasikan nilai-nilai Islam
secara keseluruhan, tidak hanya bagian per bagian.
Beberapa deskripsi tentang pribadi muslim yang kaffah yang harus diketahui oleh seorang
muslim, antara lain:
1. Lurus aqidahnya
Kelurusan akidah merupakan pokok terpenting bagi pribadi muslim. Demikian pula yang
dilakukan Rasulullah SAW pertama kali dapat ditelusuri bahwa ayat-ayat Al Quran
Makiyyah turun selama 13 tahun yang menjelaskan kalimat Laailaaha illallah. Yang demikian
itu karena din ini seluruhnya tegak di atas kalimat Laa ilaaha illallah. Memahamkan pada
manusia bukan membuat tertarik pada cabang-cabang Islam saja, namun dengan pemahaman
akidah dalam hati mereka yang kemudian secara otomatis akan melaksanakan segala
syariatnya.
2. Benar Ibadahnya
Ibadah adalah segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah SWT, baik berupa perkataan,
kepasrahan, dan ketundukan yang sempurna serta membebaskan diri dari segala yang
bertentangan. Dengan demikian serang muslim harus paham bahwa ibadah kepada Allah
merupakan kebutuhan dan kepentingan manusia, baik ibadah khusus (khashah), shalat, puasa,
zakat, dsb. Ataupun ibadah umum (ammah), menuntuk ilmu, jual beli, dsb. Seorang muslim
dalam beribadah haruslah benar yaitu niat ikhlas karena Allah dan berdasar atas syariat Islam.
3. Terpuji Akhlaknya
Islam mengatur dalam segala aspek dari mulai bangun tidur smpai pada pagi berikutnya.
Sehingga gerak langkah seorang muslim senantiasa indah karena mengikuti irama kehidupan
yang diatur oleh Allah SWT. Seorang muslim yang berakhlak membawa dampak tidak hanya
pada dirinya sendiri tapi juga lingkungan sekitar. Sehingga nantinya akan tercipta umat yang
berakhlak mulia. Kesempurnaan iman seseorang dapat dilihat dari kualitas akhlaknya.
4. Berwawasan Luas
Wawasan disini bermaksud senantiasa memikirkan sesuatu yang membangun, memperbaiki
bukan membuat hal yang tidak berguna, dan menjauhkan diri dari sifat yang merendahkan.
Karena pentingnya berwawasan luas inilah maka setiap muslim diwajibkan untuk senantiasa
menuntut ilmu, baik ilmu keagamaan maupun ilmi-ilmu alam dan ilmu yang lainnya.
5. Kuat Fisiknya
Rasulullah bersabda Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada
mukmin yang lemah pada keduanya ada kebajikan (HR. Muslim)
Rasulullah telah menegaskan pentingnya pembentukan badan yang sehat dan menjaga dari
berbagai penyakit. Kewajiban dan tanggung jawab pribadi muslim ideal tidak akan terlaksana
dengan baik tanpa adanya badan/fisik yang sehat.
ALASAN PERLU TARBIYAH : DARI ASPEK INTERNAL AJARAN ISLAM
Apa yang dilakukan semata-mata mencari ridho Allah dan memakmurkan bumi
dengan aturan Allah (Rabbaniyah).
Menggunakan sarana dan akhlak islami (Akhlaqiyyatu al-wasail).
Pembinaan secara menyeluruh antara potensi akal, jasad dan ruh manusia
(Syumuliyah)
TUJUAN TARBIYAH :
Memahami gambaran yang jelas mengenai Islam yang sempurna dan benar.
Membentuk kepribadian muslim secara utuh.
Menumbuhkan harga diri dan pribadi yang tidak mudah dipecah belah
Keimanan dan ketakwaan penduduk merupakan asas terwujudnya kemakmuran yang
penuh berkah.
Mewujudkan ketentraman dan kestabilan masyarakat.
Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi
yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)
Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia
tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan.
Muadz bin Jabal ra. berkata: Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi
dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari
dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan
kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak
bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.
Ada yang bertanya, Bagaimana hal itu bisa terjadi? Ia menjawab, Sesungguhnya jika
orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan
menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang
membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan
apa yang bisa merusak amal shalihnya.
Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena
itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT.
Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk
mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah
kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan metode
pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki
ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat,
kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.
II. Pentingnya Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya
dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini
pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan
beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia
yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat
Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan talimul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al
hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan
pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman
Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan
atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan
membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal.
Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan
amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan
selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia.
Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan
memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103)
Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Quran
sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang
sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja.
Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah
kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan.
Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam
yang jelas, utuh dan menyeluruh.
Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan
amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui
latihan membaca dan mengkaji Al Quran, sholat malam, shoum (puasa) sunnah,
berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka
semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan
menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari.
III. Kesinambungan dalam Pendidikan Islam
Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan
kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW: Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat. Maka
menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semaki
banyak ilmu yang kita peroleh maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang
lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan.
Selain merupakan kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik adalah suatu usaha agar dapat
memiliki madzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di
sisi Allah SWT yakni telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak
orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW.
Untuk menghasilkan Pendidikan Islam yang berkesinambungan maka dibutuhkan beberapa
sarana, baik yang mendidik maupun yang dididik, yaitu:
1. Istiqomah
Setiap kita harus istiqomah terus belajar dan menggali ilmu Allah, tak ada kata tua dalam
belajar, QS. Hud (11) : 112, QS. Al Kahfi (18) : 28
2. Disiplin dalam tanggung jawab
Dalam belajar tentu kita membutuhkan waktu untuk kegiatan tersebut. sekiranya salah satu
dari kita tidak hadir, maka akan mengganggu proses belajar. Apabila kita sering bolos
sekolah, apakah kita akan mendapatkan ilmu yang maksimal. Kita akan tertinggal dengan
teman-teman kita, demikian pula dengan guru, apabila ia sering membolos tentu anak
didiknya tidak akan maju karena pelajaran tidak bertambah.
3. Menyuruh memainkan peran dalam pendidikan
Setiap kita dituntut untuk memerankan diri sebagai seorang guru pada saat-saat tertentu,
memerankan fungsi mengayomi, saat yang lainnya berperan sebagai teman. Demikiannya
semua
peran
digunakan
untuk
memaksimalkan
kegiatan
pendidikan.