Anda di halaman 1dari 13

TARBIYATUL JINSIYAH

UNTUK
BAYI DAN BALITA
Oleh :
Seruni Nurul Qalbi
Diah Rodiah
Tarbiyah Jinsiyah menurut konsep Islam adalah
upaya mendidik nafsu syahwat agar sesuai
dengan nilai-nilai Islam, sehingga menjadi nafsu
yang dirahmati Allah. Yang merupakan bagian
dari membangun masyarakat yang beradab.
Tarbiyah jinsiyah mengandung makna yang lebih luas, bahwa pendidikan seksualitas
menyangkut masalah keyakinan, keimanan, ibadah dan juga akhlak.

•Kita meyakini hanya ada dua gender atau jenis kelamin yang diciptakan di dunia ini, yaitu
laki-laki dan perempuan.
•Keimanan seseorang akan menyetir perilakunya, mengekang nafsu dan menjaga
kehormatan diri.
•Manusia diciptakan untuk menghamba pada Tuhan. Memberikan yang terbaik sebagai
wakil Tuhan di muka bumi. Setiap perbuatannya adalah bagian dari ibadahnya, termasuk
cara ia berpakaian, bergaul, berumah tangga dan memiliki anak-anak.
•Ketinggian akhlak akan berpengaruh pada ketinggian peradaban. Generasi yang
berkualitas tergantung dari pendidikan moral dan perilaku mereka.
Dasar Tarbiyatul Jinsiyah

QS. Al-Hujurat : 13 Penciptaan laki-laki dan perempuan berbagai


bangsa dan suku. Yang paling mulia bukan jenis kelamin
atau kesukuannya, melainkan ketakwaan kepada Allah.

QS. Ali Imran : 36 Anak laki-laki tidaklah sama dengan anak


perempuan.

HR Al-Bukhari : Rasulullah melaknat laki-laki yang menyerupai


perempuan dan juga sebaliknya.
Tujuan pendidikan seksualitas :

• Menangkal efek buruk media dan lingkungan


• Membangun kepercayaan antara orangtua dengan
anak
• Mendukung perkembangan dan pemahaman anak
 Menjadi manusia seutuhnya sesuai kodrat
gendernya
Tahap pendidikan seksual :
•Usia 0-2 tahun adalah usia bayi pada masa menyusui.
Sekalipun bayi seolah belum mengerti apa-apa, sesungguhnya mereka selalu belajar
melalui indera dan rasa. Maka selayaknya orang tua mulai menanamkan rasa malu
dengan cara tidak mengumbar aurat bayi disembarang tempat. Saat memandikan,
mengganti baju, mengganti popok, dan mencebok bayi, usahakan dalam ruang
tertutup. Jika di tempat terbuka, tutuplah auratnya dari pandangan orang lain
dengan selembar kain. Saat berjemur pun bayi dalam keadaan berpakaian. Ketika ibu
menyusui bayi, maka hanya bayinya yang berhak untuk berinteraksi dan melihat
aurat bagian atas ibunya. Saat orangtua melakukan proses hubungan suami istri,
tidak boleh disaksikan oleh anaknya sekalipun masih bayi. Bahkan suaranya pun
tidak boleh terdengar oleh bayinya.

Prinsip pada masa ini: Berusaha menutup aurat anak dan aurat diri.
• Usia 2-4 tahun memasuki masa penyapihan.
Semestinya anak sudah tidak boleh melihat payudara. Pada usia ini, anak mulai
diberikan pemahaman tentang menutup aurat mugholadzoh (aurat berat), yakni
qubul dan dubul.

Sudut pandang psikologi menyebut usia 1,5-3 tahun adalah fase anal dan dilanjut
dengan fase uretral. Ditandai dengan matangnya syaraf otot sfingter anus,
sehingga anak mulai belajar mengatur BAB dan BAK. Terkadang anak memegang-
megang alat kelaminnya. Anda dapat mengalihkan tangan anak untuk melakukan
aktivitas lain yang lebih bermanfaat seperti melipat kertas, memainkan tali dan
mainan lain yang akan menyibukkan dan melatih tangannya. Pada saat yang tepat,
beri pengertian untuk tidak banyak menyentuh alat kelaminnya kecuali ada
keperluan seperti mau pipis, atau ada keluhan sakit.
Toilet training memasuki saat yang penting untuk tuntas pada masa ini, sehingga
anak belajar mengontrol kapan ia harus BAB dan BAK. Anak diajari untuk tahu
dimana dan dengan siapa ia harus meminta tolong melakukan aktivitas tersebut.
Beritahukan pada anak, siapa saja orang yang boleh menolongnya. Semua
larangan yang berlaku pada masa bayi, terus berlaku pada masa ini, seperti
menutup aurat orang tua dan anak.

Jika orangtua dan anak mandi bersama, usahakan lakukan dengan anak yang
berjenis kelamin sama dan orang tua tetap memakai baju basahan/baju renang.
Tidak boleh membuka aurat di depan anak. Jangan memandikan beberapa anak
secara bersama-sama dalam keadaan mereka telanjang bulat. Minimal pakailah
celana dalam jika terpaksa anak mandi bersama. Hal ini menghindarkan mereka
saling melihat aurat.
•Usia > 4 tahun anak sudah sampai pada pemahaman bahwa dia hanya boleh
dicebok dan dilihat auratnya oleh mahram atau pengasuh yang dipercaya (atau ibu
guru di sekolah). Seiring proses, anak dilatih untuk melakukan proses istinjak
sendiri secara benar. Inilah saat anak mengenal secara istilah dan praktik bahwa
prosesi cebok, adalah bagian dari ibadah, yakni bersuci.

Proses identifikasi gender biasanya mulai usia ini. Ia bertanya dan mulai mengerti
perbedaan laki-laki dan perempuan. Bagian dari pendidikan seksual adalah
orangtua mengawal masa pembentukan identitas ini agar tidak terjadi
penyimpangan.

Saat anak melihat tontonan yang merancukan pemahaman gender, lelaki


berpakaian dan bertingkah seperti perempuan atau sebaliknya, berikan penjelasan
bahwa Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Maka masing-masing harus
menjalankan perannya dan tidak boleh bertukar karakter atau jenis kelamin.
Ajarkan dan contohkan sikap dan pakaian yang sesuai.
Jika Anda enggan mendiskusikannya, anak akan mencari
tahu tentang pendidikan seksual dari sumber lain yang
belum tentu tepat. Dengan memberikan edukasi seksual
yang benar, Anda bisa membantu pemahaman anak serta
mencegah pengaruh negatif dari lingkungan dan media
informasi.
Referensi :

Tahapan Mendidik Anak, Jamaal ‘Abdur Rahman


Prophetic Parenting, DR Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid
http://bit.ly/2mu33T6
http://bit.ly/2Ez8dnz
http://bit.ly/2CV9bda

Anda mungkin juga menyukai