Abstrak
Metode Montessori diyakini sebagai salah satu metode yang efektif dalam pendidikan
anak usia dini (PAUD) karena menerapkan pembelajaran yang berpusat pada anak. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran implementasi kurikulum mencakup
alasan atau rasional dari pengimplementasian kurikulum, proses perencanaan, strategi
pembelajaran, penataan lingkungan siapan, penilaian, dan respon guru terhadap faktor-faktor
pendukung dan penghambat. Penelitian menggunakan metode studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Penggalian data dilakukan dengan teknik diskusi kelompok terarah,
wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Keabsahan data dilakukan
menggunakan triangulasi sumber, metode, dan teori. Hasil penelitian menunjukkan a)
Rumah Bermain Padi mengimplementasikan kurikulum berlandaskan asas filosofis, historis,
sosiologis, dan psikologis: b) proses perencanaan melalui tahap observasi-penentuan tujuan
belajar-perancangan-revisi-pengesahan; c) strategi pembelajaran merupakan representasi
dari landasan kurikulum, strategi yang tidak direncanakan merupakan manifestasi dari
kurikulum aktual maupun tersembunyi, dan strategi ditetapkan guru melalui proses adaptasi
dan berdasarkan diagnosis; d) guru melakukan penataan lingkungan siapan pada semua
tahap implementasi kurikulum, guru merupakan bagian dari lingkungan siapan, dan
penataan lingkungan dilakukan antar guru dengan cara kerja sama, dan guru menata
lingkungan siapan untuk memfasilitasi seluruh aspek perkembangan anak; e) Penilaian
dilakukan guru berdasarkan pengamatan, penilaian dilakukan untuk mengevaluasi hasil
belajar dan untuk mendapatkan dasar pertimbangan perencanaan pembelajaran selanjutnya,
dan Kepala PAUD berperan sebagai pengawas pada proses penilaian; f) Respon guru dalam
menghadapi faktor-faktor pendukung dan penghambat menunjukkan bahwa implementasi
kurikulum merupakan interaksi sosial. Upaya guru dalam mengatasi hambatan dengan
memanfaatkan faktor pendukung menghasilkan kolaborasi guru yang terjadi secara formal
dan informal.
Abstract
The Montessori methods is widely believed to be one of the effective methods in early
childhood and care education (ECCE) because it implements child-centered learning. The
purpose of this study was to obtain an overview of the implementation of the curriculum
including the reason or rationale of implementing the curriculum, planning process,
learning strategies, prepared environment, assessment, as well as teachers’ responses to
supporting and inhibiting factors. The study used a case study method with qualitative
approach. Data was gathered through focus group discussion, depth interviews, observation
and document study techniques. Data validation was done using triangulation of sources,
methods, and theories. The results of the study showed that a) Rumah Bermain Padi
implemented the curriculum based on philosophical, historical, sociological, and
149
150
psychological bases: b) the planning process was carried out through stages: observation
— determining of the learning objectives — designing – revising - validating; c) learning
strategies used were representations of the curriculum foundation, unplanned strategies
were manifestations of actual and hidden curriculum, and the strategies were determined by
the teachers through a process of adaptation and based on diagnosis; d) the teachers
conducted environmental management at all stages of curriculum implementation, the
teachers were part of the prepared environment, and the environmental arrangement was
carried out among teachers, and the teachers arranged the prepared environment to
facilitate all aspects of child development; e) The assessments were carried out by the
teachers based on observations; they were undertaken to evaluate the learning outcomes
and to get a basis for consideration of further learning planning; and the headmaster acted
as a supervisor in the assessment process; f) The teachers' response in dealing with
supporting and inhibiting factors showed that the implementation of the curriculum was a
social interaction. Teachers' efforts in overcoming obstacles by utilizing supporting factors
brought about teachers’ collaboration formally and informally.
Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
152
Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
154
rencana kuartal, dan lembaran berita untuk dengan penetapan tujuan, pemilihan
orang tua yang disusun oleh tim pengalaman belajar, pengorganisasian
pengembang kurikulum. Produk selanjut- pengalaman belajar, kegiatan belajar, dan
nya, yaitu rencana kegiatan mingguan dan kembali pada pengamatan. Pengamatan
satuan kegiatan harian disusun oleh kembali yang dilakukan guru juga berperan
masing-masing guru yang bertugas sebagai evaluasi dari imple-
(incharge). mentasi/pembelajaran.
Sementara itu pada perencanaan Seperti perencanaan klasikal, draft
individual terdapat dua jenis, yaitu perencanaan individual ditelaah dulu oleh
perencanaan pembelajaran invidual yang Kepala PAUD sebelum disahkan dan
dilakukan untuk setiap anak dan pada anak dilaksanakan.
yang memiliki kasus khusus. Untuk Dalam pelaksanaan pembelajaran,
membedakannya Peneliti menyebutnya ada strategi yang dilakukan. Strategi
perencanaan pembelajaran individual merupakan serangkaian rencana mengenai
umum dan perencanaan pembelajaran penggunaan metode, pemanfaatan sumber
individual khusus. daya dan kekuatan pembelajaran yang
Sebagai PAUD dengan Metode disusun untuk mencapai tujuan
Montessori, pembelajaran individual meru- pembelajaran (Nasution, 2016). Berdasar-
pakan suatu keharusan. Dalam Metode kan pengertian tersebut, terdapat dua
Montessori, anak adalah master dari segala kelompok strategi pembelajaran yang
yang dilakukannya dan guru hanya dilakukan guru dalam mengimple-
bertindak sebagai pengamat dan fasilitator. mentasikan kurikulum, yaitu strategi yang
Oleh karena itulah anak menjadi pusat direncanakan dan strategi tidak direncana-
pembelajaran. Implikasinya dari hal itu kan.
adalah kurikulum bersifat individual, Strategi yang direncanakan adalah
bergantung pada anak didik dan bisa strategi yang termuat dalam dokumen
dirancang berbeda untuk tiap anak. Dengan kurikulum mencakup metode pembela-
demikian diperlukanlah peren-canaan jaran, sumber belajar, dan media
pembelajaran individual. pembelajaran. Strategi yang direncanakan
dapat dibagi kembali menjadi dua
kelompok, yakni strategi pembelajaran
yang baku dan strategi yang direncanakan
berdasarkan kreativitas guru. Strategi
pembelajaran yang baku adalah strategi
yang telah ditetapkan secara baku oleh
PAUD RBP. Strategi baku yang ditemui
Peneliti di antaranya adalah kegiatan
pembuka, penutup, dan pengenalan konsep
waktu saat salah satu anak berulang tahun.
Strategi yang tidak direncanakan
adalah strategi yang dilakukan secara
Gambar 2. Alur perencanaan pembelajaran
spontan tergantung kondisi dan situasi yang
individual
ditemui guru saat pembelajaran. Pada
umumnya, ada dua jenis situasi yang tidak
Gambar 2 menunjukkan siklus yang
direncanakan, yaitu (a) tindakan anak pada
dilakukan guru dalam merencanakan
saat Montessori Time, yaitu kegiatan satu
pembelajaran individual. Guru melakukan
jam di mana anak bebas bermain dan
tugas mengamati anak didik, baik terhadap
berkreasi dengan alat apa saja yang
minat, bakat, maupun perkembangan anak.
tersedia. (b) perilaku anak yang tidak
Saat guru memutuskan untuk memberikan
terduga atau tidak seperti biasanya.
stimuli, guru melakukannya berdasarkan
pengamatan, yang kemudian dilanjutkan
Fisik
2. Guru penanggung jawab kegiatan luar
Lingkungan fisik mencakup sekolah
kelas menentukan tempat dan prosedur
dan luar sekolah. Lingkungan sekolah kegiatan. dengan mempertimbangkan
terdiri dari ruang belajar, guru, dan alat usulan guru lain, Kepala PAUD, dan
Montessori. Luar sekolah adalah ling- orang tua.
kungan yang ada di luar rutinitas pembe- Guru mengusulkan penataan kelas pada
lajaran, misalnya saat melakukan study Esteti saat inset day secara musyawarah dan
tour, outing, dan sebagainya. Lingkungan kemudian menata kelas bersama-sama.
fisik terutama di sekolah direkayasa dengan 1. Pada inset day, guru menyampaikan
memenuhi prinsip Montessori dan nilai laporan material Montessori yang perlu
Islam, yaitu menyediakan peralatan dengan diperbaiki, ditambah, dan diganti.
ukuran anak, bersifat kongkrit, memiliki Keputusan pengadaan diambil secara
Intelektual
grouping), guru sebagai suri teladan area pembelajaran setiap hari sebelum
mengacu pada Alquran dan Hadits, digunakan, dan mengganti bahan organik
pendekatan positif pada anak, meng- setiap minggu.
gunakan nilai moral Islam dalam pergaulan
sehari-hari; misalnya dalam menyelesaikan
Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
156
Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
158
Selanjutnya, jika ada koreksi dari Kepala Profile Model) yang menyatakan imple-
PAUD, guru akan melakukan revisi. Tahap mentasi kurikulum adalah proses saling
akhir adalah perencanaan pembelajaran beradaptasi dan guru bebas melakukan
mendapat pengesahan dari Kepala PAUD. penyesuaian. Guru baru (junior) mela-
Langkah revisi dan pengesahan kukan adaptasi dengan banyak mengamati
menunjukan peran Kepala PAUD sangat banyak hal, dan guru senior dijadikan
signifikan dalam proses perencanaan model peran yang memberikan contoh
pembelajaran. Dalam hal ini Kepala PAUD praktis dalam menentukan strategi pembe-
melakukan tindakan campur tangan lajaran. Tindakan guru yang menempatkan
(intervening) sebagai seorang fasilitator posisi senior sebagai rujukan dalam bekerja
perubahan (change fasilitator). merupakan taktik pendatang baru dalam
Strategi yang diterapkan oleh guru di bersosialisasi organisasi, yang juga disebut
PAUD Rumah Bermain Padi merupakan sosialisasi serial. Taktik ini mengacu pada
representasi dari landasan Kurikulum tindakan pendatang baru yang
Montessori Bernafaskan Islam, hal ini menempatkan anggota organisasi lama
terkait dengan peran landasan kurikulum sebagai model peran bagi mereka.
sebagai pijakan bagi pengembang dalam Terakhir, baik strategi yang
menentukan keputusan dalam kurikulum. direncanakan maupun strategi yang tidak
Pembahasan selanjutnya, strategi direncanakan ditetapkan berdasarkan
yang telah direncanakan tidak seluruhnya diagnosis. Dalam menetapkan strategi
dapat dilaksanakan guru karena ada kondisi pembelajaran perlu dilakukan identifikasi
yang tidak diperkirakan guru sebelumnya. tujuan, identifikasi perbedaan inovasi dan
Hal ini merupakan mani-festasi dari praktik yang bisa dilakukan, dan hambatan-
kurikulum aktual maupun tersembunyi. hambatan yang mungkin dihadapi guru
Kurikulum aktual adalah “kurikulum yang dalam menerapkan strategi. Di PAUD
dilaksanakan oleh guru sesuai dengan Rumah Bermain Padi, langkah-langkah
kenyataan dan kondisi yang ada” (Sanjaya, tersebut tidak hanya dilalui dalam
2008). Ini berbeda dengan kurikulum menetapkan strategi yang direncanakan,
tertulis yang telah direncanakan dan tapi juga strategi yang tidak direncanakan.
diperkirakan sebelum oleh guru, yang Perbedaannya, guru harus melakukan
disebut kurikulum ideal/kurikulum formal. proses identifikasi dengan cepat dan
Di PAUD Rumah Bermain Padi, memutuskan strategi dengan cepat pada
tidak semua dapat direncanakan secara rinci saat menentukan strategi yang tidak
oleh guru. Misalnya pada Montessori Time, direncanakan. Dengan karakteristik seperti
anak-anak mendapat kebebasan dalam itu guru pun kerap melakukan strategi yang
memilih alat-alat belajar yang ia gunakan bersifat percobaan (trial and error) pada
dan mengerjakan aktivitas belajar. Pada strategi yang tidak direncanakan, seraya
saat itu, guru tidak bisa menentukan kemudian diamati apakah strategi yang
aktivitas yang dilakukan kecuali dilakukan berhasil, perlu diganti, ataukah
memberikan stimulus kepada anak sesuai ada hambatan dalam menerapkan strategi
dengan pengamatan. Demikian juga bila sehingga perlu diatasi. Guru bisa jadi
siswa melakukan tindakan di luar dugaan meneruskan observasinya untuk
misalnya menangis, bertengkar dengan mendapatkan strategi yang lebih efektif jika
teman, merusak, dan lainnya, semua menemui kejadian yang serupa. Observasi
peristiwa seperti itu tidak dapat dipre- dilakukan dengan mendapatkan bantuan
diksikan sebelumnya. dari pengalaman guru lain ataupun media
Lainnya, strategi yang diterapkan lain.
guru ditetapkan melalui proses adaptasi Dalam menata lingkungan siapan
atau penyesuaian terhadap pelaksanaan (prepared environment), guru melakukan
kurikulum. Ini sejalan dengan asumsi penataan pada tiap tahap implementasi
Model Inovasi Profil (The Innovation kurikulum, yaitu pada tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. siapan yang sama serta setiap guru
Tidak hanya menjadi penata lingkungan memainkan peran yang bermacam-macam
siapan, tapi guru juga menjadi bagian dari secara bergantian. Keadaan di mana guru
lingkungan siapan. Peran guru sebagai bekerja sama dalam menata lingkungan itu
lingkungan pembelajaran karena interaksi merupakan situasi yang kondusif bagi guru
antara guru dan anak didik juga merupakan untuk menjalankan perannya secara
bagian dari lingkungan, yang disebut profesional. Dikatakan Hamilton-Jones &
sebagai lingkungan interpersonal. Vail (2014) kemampuan guru dalam
Lingkungan interpersonal di antaranya bekerja sama secara efektif merupakan
adalah hubungan antara pendidik dan anak, keterampilan yang sangat penting dalam
selain dengan sesama anak didik (Halimah, pengajaran. Kerja sama profesional yang
2016; Harjali, Degeng, Setyosari, & dilakukan guru dilakukan dengan sesama
Dwiyogo, 2016). guru, kepala sekolah, orang tua, dan
Sebagai lingkungan siapan, guru lembaga. Guru harus secara aktif menjalin
melakukan peran sebagai pengurus, kerja sama untuk dapat mendidik anak
fasilitator, pembimbing, dan teladan. secara efektif dan memenuhi kebutuhan
Peran pengurus adalah penjaga ruang anak.
kerja, perabot, sekaligus bahan. Dikatakan Di PAUD Rumah Bermain Padi, guru
Gettman (2016), peran sebagai pengurus menata lingkungan siapan untuk
sangat penting karena anak memfasilitasi seluruh aspek perkembangan
mengembangkan diri melalui lingkungan anak. Aspek yang dikembangkan mulai dari
secara mandiri. Oleh karena itu guru harus fisik, moral, agama, kognitif, dan sosial
dapat mengurus lingkungannya agar tetap emosional. Penataan lingkungan untuk
menarik dan nyaman bagi anak. Peran guru mengembangkan seluruh aspek
lainnya adalah sebagai fasilitator, yaitu perkembangan anak selaras dengan
mempresentasikan aktivitas Montessori. penggunaan istilah prepared environment
Peran ini harus berlandaskan tahapan (lingkungan siapan) oleh Montessori (
belajar, yaitu menyerap, menghubungkan, (Gettman, 2016) terhadap lingkungan
dan menerapkan. Peran guru yang terakhir belajar, yakni lingkungan sengaja disiapkan
dalam pendidikan Montessori adalah untuk memenuhi semua kebutuhan anak.
sebagai pengamat. Sebagai impelementator Kemudian, pada proses penilaian,
kurikulum, guru di PAUD Rumah Bermain guru melakukan penilaian berdasarkan
Padi banyak mengambil langkah dan pengamatan. Guru melakukan pengamatan
keputusan berdasarkan pengamatan. untuk mengetahui kemampuan apa yang
Sementara itu, dari sudut pandang sudah dikuasai anak, yang kemudian
pendidikan Islam, guru di PAUD Rumah dilaporkan guru pada format Pelaporan
Bermain Padi juga menempatkan diri Penilaian. Dijadikannya pengamatan
sebagai teladan. Metode keteladanan sebagai instrumen penilaian oleh guru
dikatakan Ulwan (Atabik & Burhanuddin, sejalan dengan konsep Montessori yakni
2015) merupakan metode yang paling observasi adalah satu-satunya cara untuk
efektif bagi pembentukan moral spiritual mempelajari anak. Observasi memung-
dan sosial anak terlebih anak usia dini sebab kinkan guru untuk menyimpulkan anak
anak usia dini adalah peniru ulung. Oleh berdasarkan bukti tanpa prasangka atau
karena itu, guru sebagai orang yang paling stereotip. Melalui observasi pula guru dapat
berperan besar dalam mendidik setelah meningkatkan, memperluas, meningkatkan,
orang tua, harus bisa senantiasa menjadi dan memvalidasi pengeta-huan mengenai
teladan yang baik Ragab et al., 2017). anak, apakah anak sudah menguasai
Penataan lingkungan dilakukan antar aktivitas atau tidak (Gettman, 2016;
guru dengan cara bekerja sama. Kerja sama Sackett, 2016).
di PAUD Rumah Bermain Padi dilakukan Dalam perihal tujuan penilaian, guru
karena guru menggunakan lingkungan melakukan penilaian terhadap hasil belajar
Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
160
ialah untuk mengevaluasi hasil belajar dan untuk mencapai dampak terhadap siswa.
untuk mendapatkan dasar pertimbangan Di PAUD Rumah Bermain Padi,
dalam merancang perencanaan pembela- upaya guru dalam mengatasi hambatan
jaran selanjutnya. dengan meningkatkan faktor pendukung,
Dalam proses penilaian, Kepala menghasilkan kolaborasi guru yang terjadi
PAUD Rumah Bermain Padi memiliki secara formal dan informal.
peran yang sangat besar sebagai pengawas Kolaborasi guru terjadi secara formal
yang mengontrol laporan penilaian agar dan informal. Kolaborasi secara formal
sesuai dengan konsep Montessori yang adalah dua guru atau lebih berbagi
tidak menjustifikasi, tidak mengandung pengalaman pedagogi dan instruksi dalam
pernyataan negatif, dan dapat memotivasi upaya peningkatan pembelajaran siswa.
anak. Dalam pengembangan kurikulum, Sementara secara informal adalah guru
peran kepala PAUD/ kepala sekolah salah berkomunikasi, berbagi sumber daya dan
satunya adalah sebagai pemimpin tugas secara spontan. Hal ini sesuai dengan
kurikulum. Penilaian, sebagai bagian dari yang terjadi di PAUD Rumah Bermain
implementasi kurikulum juga menjadi Padi, di mana guru berbagi pengalaman,
bagian dari hal yang dimanajemen oleh informasi, dan pengetahuan dalam kegiatan
kepala sekolah. Dinyatakan Lunenberg informal, serta bekerja sama dalam kegiatan
(2010), kepala sekolah harus memastikan formal termasuk mengajar.
bahwa penilaian pembelajaran siswa selaras Tindakan guru dalam melakukan
dengan kurikulum pembelajaran yang kolaborasi guru merupakan perilaku
dilakukan oleh guru. Ketika penilaian adaptasi guru dalam mengimplementasikan
dilakukan dengan baik, makanya hasilnya kurikulum. Setiap yang dialami oleh guru
dapat mengubah sifat pengajaran dan saat beradaptasi merupakan pengalaman
pembelajaran selanjutnya. yang berbeda karena tingkat kesiapan dan
Terakhir, dalam mengimplementasi- keterampilan guru juga berbeda. Oleh
kan kurikulum, guru menghadapi faktor- karena itulah proses penyesuaian guru
faktor yang mendukung dan faktor-faktor terhadap implementasi kurikulum memer-
yang menghambat. Respon guru dalam lukan waktu karena guru mengalami
menghadapi faktor-faktor tersebut berbagai proses penyesuaian, termasuk
menunjukkan bahwa implementasi kuriku- dalam mengatasi hambatan dan me-
lum merupakan interaksi sosial. Dalam manfaatkan pendukung. Ini selaras dengan
mengimplementasikan kurikulum, peru- asumsi-asumsi pada model implementasi
bahan dilakukan oleh individu, akan tetapi kurikulum Model Inovasi Profil dan Model
guru sebagai individu tidak bisa melakukan Kepedulian-Berbasis Adopsi (Loucks &
perubahan sendirian. Oleh karena itu, guru Pratt, 1979; Miller & Seller, 1985). Pada
harus berinteraksi dengan Kepala PAUD, Model Kepedulian-Berbasis Adopsi, guru
guru, siswa, dan orang tua dalam yang telah beradaptasi sangat berpeluang
melakukan implementasi kuriku-lum. Ini untuk mencapai tingkat 5 integrasi
sejalan dengan Model Kepedulian Berbasis (integration), bahkan tingkat 6 pemba-
Adopsi (MKBA). Pada model tersebut guru haruan (renewal) pada Tingkat Penggu-
memasuki tahapan kepe-dulian (stages of naan (Level of Use).
concern) dengan ber-interaksi dengan guru
lain, yakni dengan mencari informasi, PENUTUP
memperhatikan perubahan, peduli, serta Hasil penelitian menunjukkan
melakukan kolaborasi dengan guru lain. implementasi kurikulum dapat
Demikian pula pada tingkat penggunaan digambarkan sebagai berikut:
(level of use), guru melakukan interaksi
sosial saat memperoleh pengetahuan dan
mengga-bungkan usaha dirinya dengan
guru lain dalam menggunakan inovasi
Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
162
Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini