Anda di halaman 1dari 15

IMPLEMENTASI KURIKULUM MONTESSORI BERNAFASKAN ISLAM PADA

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI RUMAH BERMAIN PADI DI KOTA BANDUNG

Dina Julita1 dan Rudi Susilana2


1
Pusat Pengembangan PAUD & Pendidikan Masyarakat Jawa Barat
dan 2Universitas Pendidikan Indonesia
e-mail: dina.julita@kemdikbud.go.id

Abstrak
Metode Montessori diyakini sebagai salah satu metode yang efektif dalam pendidikan
anak usia dini (PAUD) karena menerapkan pembelajaran yang berpusat pada anak. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran implementasi kurikulum mencakup
alasan atau rasional dari pengimplementasian kurikulum, proses perencanaan, strategi
pembelajaran, penataan lingkungan siapan, penilaian, dan respon guru terhadap faktor-faktor
pendukung dan penghambat. Penelitian menggunakan metode studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Penggalian data dilakukan dengan teknik diskusi kelompok terarah,
wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Keabsahan data dilakukan
menggunakan triangulasi sumber, metode, dan teori. Hasil penelitian menunjukkan a)
Rumah Bermain Padi mengimplementasikan kurikulum berlandaskan asas filosofis, historis,
sosiologis, dan psikologis: b) proses perencanaan melalui tahap observasi-penentuan tujuan
belajar-perancangan-revisi-pengesahan; c) strategi pembelajaran merupakan representasi
dari landasan kurikulum, strategi yang tidak direncanakan merupakan manifestasi dari
kurikulum aktual maupun tersembunyi, dan strategi ditetapkan guru melalui proses adaptasi
dan berdasarkan diagnosis; d) guru melakukan penataan lingkungan siapan pada semua
tahap implementasi kurikulum, guru merupakan bagian dari lingkungan siapan, dan
penataan lingkungan dilakukan antar guru dengan cara kerja sama, dan guru menata
lingkungan siapan untuk memfasilitasi seluruh aspek perkembangan anak; e) Penilaian
dilakukan guru berdasarkan pengamatan, penilaian dilakukan untuk mengevaluasi hasil
belajar dan untuk mendapatkan dasar pertimbangan perencanaan pembelajaran selanjutnya,
dan Kepala PAUD berperan sebagai pengawas pada proses penilaian; f) Respon guru dalam
menghadapi faktor-faktor pendukung dan penghambat menunjukkan bahwa implementasi
kurikulum merupakan interaksi sosial. Upaya guru dalam mengatasi hambatan dengan
memanfaatkan faktor pendukung menghasilkan kolaborasi guru yang terjadi secara formal
dan informal.

Kata Kunci: kurikulum, Montessori, PAUD, Islam, implementasi kurikulum

THE IMPLEMENTATION OF ISLAMIC MONTESSORI CURRICULUM AT


“RUMAH BERMAIN PADI” PRESCHOOL IN BANDUNG

Abstract
The Montessori methods is widely believed to be one of the effective methods in early
childhood and care education (ECCE) because it implements child-centered learning. The
purpose of this study was to obtain an overview of the implementation of the curriculum
including the reason or rationale of implementing the curriculum, planning process,
learning strategies, prepared environment, assessment, as well as teachers’ responses to
supporting and inhibiting factors. The study used a case study method with qualitative
approach. Data was gathered through focus group discussion, depth interviews, observation
and document study techniques. Data validation was done using triangulation of sources,
methods, and theories. The results of the study showed that a) Rumah Bermain Padi
implemented the curriculum based on philosophical, historical, sociological, and

149
150

psychological bases: b) the planning process was carried out through stages: observation
— determining of the learning objectives — designing – revising - validating; c) learning
strategies used were representations of the curriculum foundation, unplanned strategies
were manifestations of actual and hidden curriculum, and the strategies were determined by
the teachers through a process of adaptation and based on diagnosis; d) the teachers
conducted environmental management at all stages of curriculum implementation, the
teachers were part of the prepared environment, and the environmental arrangement was
carried out among teachers, and the teachers arranged the prepared environment to
facilitate all aspects of child development; e) The assessments were carried out by the
teachers based on observations; they were undertaken to evaluate the learning outcomes
and to get a basis for consideration of further learning planning; and the headmaster acted
as a supervisor in the assessment process; f) The teachers' response in dealing with
supporting and inhibiting factors showed that the implementation of the curriculum was a
social interaction. Teachers' efforts in overcoming obstacles by utilizing supporting factors
brought about teachers’ collaboration formally and informally.

Keywords: curriculum, Montessori, early childhood education, Islam, curriculum


implementation

PENDAHULUAN menekankan siswa sebagai sumber isi


Dalam penyelenggaran kegiatan kurikulum. Dalam perspektif kehidupan
belajar di PAUD, berbagai metode dise- anak di masyarakat, dengan kurikulum ini
lenggarakan oleh masing-masing lembaga siswa belajar secara riil dari kehidupan
PAUD. Salah satunya adalah metode masyarakat. Pada metode Montessori, hal
Montessori. Metode Montessori memiliki ini disebut sebagai mempersiapkan anak
keunikan dibandingkan metode lainnya didik menjadi warga dunia yang membawa
pada pendidikan anak usia dini. Keunikan tatanan sosial menjadi lebih baik. Oleh
yang menonjol adalah menjadikan anak karena itu, salah satu aktivitas penting di
didik sebagai pusat pembelajaran. Montessori adalah keterampilan hidup.
Montessori menyatakan seorang anak Dalam perspektif psikologis, kurikulum
adalah master dari tindakan dan latihan berorientasi siswa adalah kurikulum yang
yang ia lakukan. Guru hanya bertindak mengembangkan seluruh pribadi manusia
sebanyak pengamat pekerjaan dan sehingga siswa dapat menjadi manusia
perkembangan anak, pengurus ruang kerja seutuhnya (humanistik). Terkait pengem-
dan peralatan, dan fasilitator saja (Gettman, bangan pribadi manusia seutuhnya,
2016; Montessori, 2004). Montessori percaya bahwa metodenya akan
Keunikan yang juga menjadi memuaskan insting dan kebutuhan anak
karakteristik metode Montessori lainnya dan kelak akan menciptakan sosok orang
adalah penekanan pada lingkungan. dewasa yang terpenuhi dan seimbang. Ini
Montessori menyebut hal ini sebagai sesuai dengan konsep manu-sia seutuhnya
prepared environment karena lingkungan (Ahmad, 2016; Gettman, 2016; Sanjaya,
sengaja disiapkan untuk memenuhi semua 2008; Sarasvati & Sumardianta, 2016).
kebutuhan anak. Pada praktiknya, prepared Salah satu lembaga PAUD yang
environment adalah lingkungan yang di menggunakan metode Montessori adalah
dalamnya terdapat ruang kerja anak Rumah Bermain Padi di Jln. Cigadung
dilengkapi dukungan dari orang dewasa Raya Timur No. 106, Kota Bandung.
yang memberi kebebasan pada anak dalam Lembaga ini menjadi satu di antara lima
“bekerja”. PAUD di Kota Bandung yang menyatakan
Dengan ciri metode Montessori diri menggunakan metode Montessori
tersebut, maka Kurikulum Montessori sebagai metode utama dalam kurikulum
berorientasi pada siswa. Kurikulum ini

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


151

dan pembelajaran yang diselenggarakan- ssori dibangun kembali menjadi sesuatu


nya. yang baru.
PAUD Rumah Bermain Padi Di Rumah Bermain Padi, Kurikulum
memiliki keistimewaan dibanding dengan Montessori tidak sekedar dipadukan dengan
PAUD Montessori lainnya karena satuan nilai Islam tapi juga harus selaras dengan
pendidikan ini menggunakan metode kurikulum nasional sebagai konsekuensi
Montessori yang bernafaskan Islam, yang dari satuan pendidikan yang ada di
mana tertulis dalam slogannya, “Sekolah Indonesia. Dengan kondisi itu, maka
Montessori Bernafaskan Islam”. terdapat perbedaan antara implementasi
Lumrahnya, pendidikan dengan metode Kurikulum Montessori pada lazimnya
Montessori menggunakan pendekatan dengan Kurikulum Montessori yang ada di
sekuler atau bersikap netral dalam Rumah Bermain Padi. Keunikan ini patut
memperkenalkan agama. Akan tetapi, di untuk diteliti untuk diketahui mengapa dan
Rumah Bermain Padi Islam menjadi bagaimana implementasi dari kurikulum
“nafasnya” karena Montessori diintegrasi- tersebut. Dengan mengetahui mengapa dan
kan dengan nilai-nilai Islam. bagaimana Kurikulum Montessori Berna-
Metode Montessori dengan Islam faskan Islam diimplementasikan, maka
memiliki konsep dan karakteristik yang akan diperoleh mengenai gambaran
berbeda. Konsep pendidikan dalam Islam mengenai pelaksanaan, tantangan, dan hasil
ialah berasal dari Ilahi sedangkan metode dari implementasi Kurikulum Montessori
Montessori berasal dari buah pemikiran yang direkontruksi.
manusia. Pedoman dalam menjalankan Penemuan penelitian dapat menjadi
pendidikan yang islami bersumber dari Al- acuan lebih lanjut untuk pengembangan
Quran dan As-Sunah, sementara Metode model Kurikulum Montessori bernafaskan
Montessori bersumber dari pengalaman Islam yang ideal. Dengan alasan itu,
pribadi seorang tokoh Montessori yang penelitian mengenai implementasi Kuriku-
merupakan seorang nasrani. Demikian pula lum Montessori Bernafaskan Islam ini
dari tujuan pendidikan, Islam bertujuan layak untuk dilakukan.
untuk membentuk anak mulai dari aspek Alasan pendukung untuk meneliti
kepercayaan, kesehatan, mental, intelek- Kurikulum Montessori bernafaskan Islam
tual, spiritual, moral dan kemanusiaan di Rumah Bermain Padi ialah karena satuan
sehinga anak dapat berperilaku sesuai pendidikan ini memiliki kredibilitas yang
dengan Al-Quran dan As-Sunah dan sangat baik. Ini dibuktikan dengan
tumbuh menjadi orang yang baik (good perolehan akreditasi A kepada Rumah
man). Pada metode Montessori, tujuan Bermain Padi pada tahun 2015. Rumah
pendidikan adalah untuk mencapai Bermain Padi juga seringkali menjadi
keseimbangan yang harmonis antara rujukan bagi penggiat PAUD untuk
perkembangan biologis dan sosial, yakni mempelajari Montessori. Hingga Februari
anak mencapai perkembangan sesuai tahap 2018, sudah ada 185 peserta dari dalam dan
tumbuh kembang sekaligus siap mengha- luar kota untuk mengikuti pelatihan
dapi lingkungannya (Ahmad, 2016; Al- Montessori yang diselenggarakan oleh
Khalediy, 2011; Montessori, 2015; Yasin & PAUD Rumah Bermain Padi.Selain itu,
Jani, 2013). hingga Februari 2018 pula, sudah ada 30
Dengan perbedaan-perbedaan yang lembaga yang mengadakan studi banding
disebut di atas, metode Montessori dan ke PAUD Rumah Bermain Padi. Hal ini
nilai-nilai Islam bisa saja selaras, atau menandakan lembaga PAUD ini dipandang
malah bertentangan. Oleh karena itu, untuk memiliki kredibilitas dalam menyusun
memadukan metode Montessori dan Islam Kurikulum Montessori berna-faskan Islam
diperlukan rekonstruksi Kurikulum untuk tingkat PAUD.
Montessori. Artinya Kurikulum Monte- Atas latar belakang itu, Peneliti
memutuskan untuk meneliti tentang

Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
152

implementasi kurikulum di Rumah memungkinkan bagi Peneliti untuk


Bermain Padi. Tahapan implementasi mengembangkan pemahaman tentang
kurikulum menarik perhatian Peneliti fenomena dari pandangan guru.
karena implementasi kurikulum meru- Dalam penelitian ini, Peneliti
pakan penerapan rencana kurikulum ke berusaha mengamati, memahami, dan
dalam bentuk pembelajaran. Di tahap inilah menganalisa implementasi kurikulum yang
kurikulum diwujudkan dalam bentuk nyata dilakukan oleh subjek penelitian, yaitu
dan diuji coba, bukan hanya menjadi kepala PAUD dan guru. Alasan Kepala
rencana semata (Rusman, 2009; Wahyudin, PAUD dan guru menjadi subjek penelitian
2014). karena mereka adalah pelaku atau aktor
Tujuan umum penelitian adalah untuk yang berperan dalam mengimplementasi-
mengetahui implementasi Kuriku-lum kan kurikulum. Guru merupakan imple-
Montessori Bernafaskan Islan di PAUD mentator kurikulum dalam kegiatan
Rumah Bermain Padi. Sedangkan tujuan pembelajaran, sementara kepala PAUD
penelitian khusus ialah; a) untuk adalah pendiri PAUD sekaligus pihak yang
mendeskripsikan alasan dan rasional berperan besar dalam memanajemen guru
pengimplementasian kurikulum; b) untuk dalam mengimplementasikan kurikulum.
menganalisis proses perencanaan pembela- Secara umum, prosedur pengumpul-
jaran; c) untuk mengeksplorasi penerapan an data yang dipakai Peneliti dalam
strategi pembelajaran; 4) untuk mengana- penelitian ini adalah diskusi kelompok
lisis proses penataan lingkungan siapan terarah, wawancara mendalam, observasi/
(prepared environment); 5) untuk meng- pengamatan, dan studi dokumentasi. Oleh
analisis proses penilaian hasil belajar; 6) karena data yang dikumpulkan bersifat
untuk mengeksplorasi respon guru terhadap kualitatif, maka hasil penelitian berupa
faktor-faktor pendukung dan penghambat dekripsi kata-kata ataupun gambar.
implementasi kurikulum. Analisis data dilakukan di lapangan
maupun saat data sudah terkumpul. Proses
METODE menganalisis data dimulai dari menelaah,
Metode penelitian yang digunakan kemudian direduksi dengan cara abstraksi
dalam penelitian ini adalah pendekatan Selanjutnya, data disusun ke dalam satuan-
kualitatif. Alasan penelitian ini mengguna- satuan yang selanjutnya dikategorisasi
kan pendekatan kualitatif karena sesuai sambil melakukan koding. Setelah
dengan tujuan penelitian kualitif yakni pengkodingan, data diperiksa keabsahan-
untuk mengeksplorasi dan memahami nya. Terakhir, data ditafsirkan menjadi teori
persoalan individu atau kelompok yang substantif dengan menggunakan beberapa
menjadi subjek penelitian, misalnya metode tertentu (Moleong, 2017).
perilaku, motivasi atau tindakan lainnya Untuk memeriksa keabsahan data,
secara holistik (Creswell, 2014; Moleong, data harus melewati tahap triangulasi data.
2017). Yang mana dalam penelitian ini Triangulasi data berarti membandingkan
perilaku yang diamati adalah implementasi dan mengecek balik derajat kepercayaan
kurikulum di Rumah Bermain Padi yang suatu informasi yang diperoleh melalui
dilakukan oleh guru waktu dan alat yang berbeda dalam metode
Bentuk penelitian kualitatif yang kualitatif. Ada empat macam triangulasi
dilakukan Peneliti ialah studi kasus. Peneliti yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
memutuskan menggunakan format studi triangulasi sumber (triangulasi data),
kasus karena Peneliti akan meneliti triangulasi pengamat, triangulasi teori, dan
implemetasi kurikulum di PAUD Rumah triangulasi metode (Moleong, 2017).
Bermain Padi saja, yang mana merupakan Pra penelitian dimulai sejak 2016,
objek penelitian tunggal. Pendekatan studi dan penelitian dilakukan sejak Januari 2018
kasus sangat sesuai untuk menyelidiki hingga Juni 2018.
implementasi kurikulum. Pendekatan ini

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


153

HASIL DAN PEMBAHASAN akidah, praktik ibadah, penyebuthan nama


Hasil Allah SWT dalam setiap kegiatan
Rasional atau alasan dari peng- pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
implementasian Kurikulum Montessori sesuai dengan fitrah anak, baik fitrah iman,
bernafaskan Islam di PAUD Rumah fisik maupun jiwa anak
Bermain Padi (RBP) sangat terkait dengan Selanjutnya, perencanaan pembela-
pengalaman dan harapan Kepala PAUD jaran yang dilakukan guru di PAUD Rumah
RBP yaitu JMA sebagai seorang individu. terbagi menjadi dua kriteria, yaitu
Hal ini dapat dipahami karena JMA perencanaan pembelajaran klasikal dan
merupakan inisiator, pendiri, pemilik, dan perencanaan pembelajaran individual.
pemimpin PAUD RBP. Dengan peran Perencanaan pembelajaran klasikal ialah
tersebut tentu saja JMA memiliki otoritas perencanaan yang ditujukan untuk semua
dalam menentukan kurikulum yang ingin anak didik, sedangkan perencanaan
diimplemetasikan di PAUD RBP. pembelajaran individual merupakan peren-
Pengalaman yang terkait dengan canaan yang dirancang untuk tiap anak.
pembentukan dan penerapan Kurikulum Perencanaan Pembelajaran Klasikal dibuat
Montessori bernafaskan Islam adalah ke dalam beberapa format. Mulai dari
pengalaman JMA menjadi guru di lembaga Rencana Kegiatan Kuartal (RKK), Rencana
pendidikan prasekolah bermetodekan Kegiatan Mingguan (RKM), hingga Satuan
Montessori di London dan Bandung, serta Kegiatan Harian (SKH). Dari berbagai
pengalaman sebagai guru agama dan perencanaan klasikal tersebut, hanya SKH
mengaji anak. Seluruh latar belakang dirancang oleh guru yang bertugas
tersebut membawa pengaruh terhadap (incharge), sementara perencanaan klasikal
kebijakan Kurikulum Montessori lainnya dirancang oleh tim pengembang
Bernafaskan Islam. kurikulum. Setiap kuartal masing-masing
guru membuat SKH untuk 1-2 minggu saja.
Tabel 1. Pengalaman Kepala PAUD Guru yang merancang perencanaan
terhadap Kurikulum Montessori pembelajaran bertindak sebagai pelaksana
Guru Montessori Guru dan penang-gungjawab pembelajaran,
Sikap Sikap Tidak agama sementara guru lainnya berperan sebagai
Setuju Setuju guru pendukung.
- Prinsip - Merayakan Metode
setiap anak berbagai hari Alif dalam
adalah unik raya dari penanaman
- Membantu berbagai akidah
anak untuk agama anak usia
mandiri - Merujuk dini
-Mendidik pada nilai
anak sesuai moral positif
fitrah lokal
(periode -Tidak
sensitif) mengenalkan
tata cara
ibadah sesuai
yang dianut Gambar 1. Alur perencanaan pembelajaran
anak/orang tua klasikal

Segala pengalaman itu membawa Gambar 1 menggambarkan tema


JMA untuk mendirikan PAUD RBP pembelajaran merupakan pokok penting
sebagai pemenuhan harapan pribadi dan dalam merencanakan pembelajaran. Tema
kebutuhan masyarakat. yang ditetapkan kemudian dipecah menjadi
Implikasi pengalaman JMA terhadap beberapa subtema yang akan
kurikulum adalah terdapatnya penanaman dikembangkan menjadi produk KTSP,

Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
154

rencana kuartal, dan lembaran berita untuk dengan penetapan tujuan, pemilihan
orang tua yang disusun oleh tim pengalaman belajar, pengorganisasian
pengembang kurikulum. Produk selanjut- pengalaman belajar, kegiatan belajar, dan
nya, yaitu rencana kegiatan mingguan dan kembali pada pengamatan. Pengamatan
satuan kegiatan harian disusun oleh kembali yang dilakukan guru juga berperan
masing-masing guru yang bertugas sebagai evaluasi dari imple-
(incharge). mentasi/pembelajaran.
Sementara itu pada perencanaan Seperti perencanaan klasikal, draft
individual terdapat dua jenis, yaitu perencanaan individual ditelaah dulu oleh
perencanaan pembelajaran invidual yang Kepala PAUD sebelum disahkan dan
dilakukan untuk setiap anak dan pada anak dilaksanakan.
yang memiliki kasus khusus. Untuk Dalam pelaksanaan pembelajaran,
membedakannya Peneliti menyebutnya ada strategi yang dilakukan. Strategi
perencanaan pembelajaran individual merupakan serangkaian rencana mengenai
umum dan perencanaan pembelajaran penggunaan metode, pemanfaatan sumber
individual khusus. daya dan kekuatan pembelajaran yang
Sebagai PAUD dengan Metode disusun untuk mencapai tujuan
Montessori, pembelajaran individual meru- pembelajaran (Nasution, 2016). Berdasar-
pakan suatu keharusan. Dalam Metode kan pengertian tersebut, terdapat dua
Montessori, anak adalah master dari segala kelompok strategi pembelajaran yang
yang dilakukannya dan guru hanya dilakukan guru dalam mengimple-
bertindak sebagai pengamat dan fasilitator. mentasikan kurikulum, yaitu strategi yang
Oleh karena itulah anak menjadi pusat direncanakan dan strategi tidak direncana-
pembelajaran. Implikasinya dari hal itu kan.
adalah kurikulum bersifat individual, Strategi yang direncanakan adalah
bergantung pada anak didik dan bisa strategi yang termuat dalam dokumen
dirancang berbeda untuk tiap anak. Dengan kurikulum mencakup metode pembela-
demikian diperlukanlah peren-canaan jaran, sumber belajar, dan media
pembelajaran individual. pembelajaran. Strategi yang direncanakan
dapat dibagi kembali menjadi dua
kelompok, yakni strategi pembelajaran
yang baku dan strategi yang direncanakan
berdasarkan kreativitas guru. Strategi
pembelajaran yang baku adalah strategi
yang telah ditetapkan secara baku oleh
PAUD RBP. Strategi baku yang ditemui
Peneliti di antaranya adalah kegiatan
pembuka, penutup, dan pengenalan konsep
waktu saat salah satu anak berulang tahun.
Strategi yang tidak direncanakan
adalah strategi yang dilakukan secara
Gambar 2. Alur perencanaan pembelajaran
spontan tergantung kondisi dan situasi yang
individual
ditemui guru saat pembelajaran. Pada
umumnya, ada dua jenis situasi yang tidak
Gambar 2 menunjukkan siklus yang
direncanakan, yaitu (a) tindakan anak pada
dilakukan guru dalam merencanakan
saat Montessori Time, yaitu kegiatan satu
pembelajaran individual. Guru melakukan
jam di mana anak bebas bermain dan
tugas mengamati anak didik, baik terhadap
berkreasi dengan alat apa saja yang
minat, bakat, maupun perkembangan anak.
tersedia. (b) perilaku anak yang tidak
Saat guru memutuskan untuk memberikan
terduga atau tidak seperti biasanya.
stimuli, guru melakukannya berdasarkan
pengamatan, yang kemudian dilanjutkan

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


155

Dalam menentukan strategi, sumber konflik, memuji, dll.


yang digunakan guru adalah dokumen Dalam menentukan lingkungan
kurikulum terdahulu; pengetahuan guru siapan, berikut proses yang dilakukan oleh
mengenai Teori Montessori, psikologi guru yang ditampilkan berdasarkan empat
anak, tingkat perkembangan anak; hasil kriteria lingkungan:
observasi, pengalaman pribadi, pengalaman
guru lain, informasi dari media; usulan, Tabel 2. Proses penataan lingkungan
masukan, dan arahan dari Kepala PAUD.
Selanjutnya, lingkungan siapan Persiapan
(prepared environment) mencakup empat 1. Guru mempersiapkan diri, media
karakteristik, yaitu lingkungan fisik, (material Montessori/non-Montessori),
lingkungan estetika, lingkungan intelek- sumber belajar sesuai perencanaan
tual, serta lingkungan sosial dan emosional. pembelajaran.

Fisik
2. Guru penanggung jawab kegiatan luar
Lingkungan fisik mencakup sekolah
kelas menentukan tempat dan prosedur
dan luar sekolah. Lingkungan sekolah kegiatan. dengan mempertimbangkan
terdiri dari ruang belajar, guru, dan alat usulan guru lain, Kepala PAUD, dan
Montessori. Luar sekolah adalah ling- orang tua.
kungan yang ada di luar rutinitas pembe- Guru mengusulkan penataan kelas pada
lajaran, misalnya saat melakukan study Esteti saat inset day secara musyawarah dan
tour, outing, dan sebagainya. Lingkungan kemudian menata kelas bersama-sama.
fisik terutama di sekolah direkayasa dengan 1. Pada inset day, guru menyampaikan
memenuhi prinsip Montessori dan nilai laporan material Montessori yang perlu
Islam, yaitu menyediakan peralatan dengan diperbaiki, ditambah, dan diganti.
ukuran anak, bersifat kongkrit, memiliki Keputusan pengadaan diambil secara
Intelektual

akses ke alam, memberikan stimulasi yang musyawarah dan disetujui Kepala


PAUD.
tidak berlebihan, dan tidak menyimpan
2. Guru mengusulkan penataan kelas pada
benda yang melanggar ketentuan syar’i. saat inset day secara musyawarah dan
Lingkungan estetika, yakni ling- kemudian menata kelas bersama-sama.
kungan dirancang dengan indah, terstruk- 3. Membuat perencanaan pembelajaran
tur dan teratur, bersih, tenang dan damai. yang materinya dikaitkan dengan akidah
Lingkungan intelektual, yakni ling- 1. Memahami prinsip-prinsip pada
kungan terdiri dari lima area kurikulum, Kurikulum Montessori Bernafaskan
Sosial & Emosional

yaitu keterampilan hidup, sensorial, bahasa, Islam (termasuk mengikuti pelatihan


matematika, peradaban dan bu-daya. Montessori rutin)
Selanjutnya, material bersifat didaktik yaitu 2. Membuat perencanaan pembelajaran
memiliki sifat koreksi yang melekat, yang materinya dikaitkan dengan
jumlahnya masing-masing satu buah. akidah
3. Membuat perencanaan pembelajaran
Peralatan digunakan sesuai dengan
yang memiliki dua jenis indikator,
peruntukkannya, dipelihara, bergiliran dan yaitu 2-3 tahun dan 4-6 tahun.
dikembalikan pada tempatnya. Memulai Pelaksanaan
dan mengakhiri kegiatan dengan berdoa, 1. Guru melaksanakan pembelajaran
dan menyebut Nama Allah dalam kegiatan dengan prinsip-prinsip nilai Islam
Fisik

pembelajaran. dan Montessori


Sementara itu, lingkungan sosial dan 2. Guru menggunakan media, sumber
emosional adalah kebebasan yang ber- belajar sesuai perencanaan
tanggung jawab, kelas lintas usia (vertical Guru merawat, membersihkan, dan menata
Estetika

grouping), guru sebagai suri teladan area pembelajaran setiap hari sebelum
mengacu pada Alquran dan Hadits, digunakan, dan mengganti bahan organik
pendekatan positif pada anak, meng- setiap minggu.
gunakan nilai moral Islam dalam pergaulan
sehari-hari; misalnya dalam menyelesaikan

Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
156

Persiapan tidak ada koreksi atau guru telah mem-


Guru melaksanakan perencanaan perbaiki pelaporan, guru dapat menye-
Int, Sos & Emo
pembelajaran dengan memperhatikan rahkan pelaporan tersebut kepada orang tua
prinsip-prinsip nilai Islam dan Montessori Dalam mengimplementasikan kuri-
kulum, guru menemui faktor-faktor
pendukung dan penghambat. Berikut tabel
yang menampilkan hal tersebut:
Evaluasi
1. Guru dapat mengevaluasi lingkungan Tabel 3. Faktor-faktor pendukung dan
penghambat guru dalam
Semua lingkungan

pembelajaran setiap kali pembelajaran


selesai. Evaluasi dikomunikasikan dan mengimplementasikan kurikulum
dibahas dengan rekan guru-guru lain
secara informal. Faktor Pendukung Faktor Penghambat
2. Evaluasi secara formal dilakukan setiap 1. Pengalaman diri 1. Proses Pendidikan dan
akhir kuartal sendiri Pelatihan Guru yang
2. Pengalaman orang Panjang. Tahapan
lain Pendidikan dan Pelatihan
Tabel di atas menunjukkan guru 3. Dukungan orang tua Guru mencakup:
menata lingkungan dengan menata diri peserta didik a. Metode pelatihan klasik
sendiri, media, dan sumber belajar yang 4. Material Montessori b. Praktik Presentasi.
yang memudahkan c. Pemodelan.
dilakukan bersama-sama dengan guru lain
5. Pengawasan Kepala d. Belajar sambil bekerja.
dan mempertimbangkan usulan guru lain, PAUD e. Kajian dan Perbaikan
Kepala PAUD, dan orang tua anak didik. 6. Pelatihan rutin (reflektif).
Pada proses penilaian hasil belajar, Montessori di 2. Jumlah material
penilaian terhadap anak didik dilakukan PAUD Rumah Montessori yang dinilai
setiap hari dan dibuat laporannya setiap Bermain Padi banyak.
minggu dan setiap kuartal (3 bulanan). 7. Informasi dari 3. Kurang memahami
Semua laporan penilaian tersebut diberikan media internet Peraturan dan Pedoman
kepada orang tua siswa. Setiap 6 (enam) Penyelenggaraan PAUD
bulan sekali, laporan kuartal bersama 4. Kurang memiliki
laporan semester disampaikan secara pengalaman yang relevan
5. Tidak mendapatkan
langsung dari guru kepada orang tua
dukungan orang tua
melalui pertemuan khusus. peserta didik
Penilaian dilakukan oleh Guru Am- 6. Ketidakcermatan guru
puan terhadap anak ampuannya masing- dalam merancang
masing. Penilaian dilakukan berdasarkan kurikulum
pengamatan. Pengamatan dilakukan 7. Rutinitas dan pembiaran.
terhadap perilaku, sikap, dan hasil karya
anak (portofolio). Pengamatan yang Respon guru terhadap faktor
dilakukan tidak hanya dilakukan guru penghambat dan pendukung adalah
ampuan saja, tapi juga dibantu oleh guru pertama, melakukan identifikasi. Dengan
floater. Floater adalah guru yang bertugas mengindetifikasi faktor-faktor pendukung
mencatat dan mengamati kegiatan anak dan penghambat guru dapat memahami
pada saat Montessori Time (kegiatan dirinya dan menilai mana saja yang menjadi
individual). Hasil pengamatan guru kemu- kekuatan dan kelemahannya. Kedua,
dian dideskripsikan oleh guru kedalam menggunakan faktor pendukung sebagai
narasi, yang kemudian disederhanakan ke peluang untuk mengatasi hambatan, di
dalam skala penilaian. antaranya adalah dengan melakukan
Laporan penilaian kemudian ditelaah interaksi antar guru dan lingkungan
terlebih dulu oleh Kepala PAUD. sekolah, serta melakukan peningkatan
Selanjutnya Kepala PAUD memberikan kolaborasi guru.
koreksi yang harus diperbaiki guru. Jika

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


157

Pembahasan layanan PAUD yang dapat membentuk


Alasan ataupun rasional dari anak menjadi bermanfaat (mandiri), bisa
implementasi Kurikulum Montessori mengembangkan seluruh potensinya,
bernafaskan Islam di PAUD Rumah beriman, bertakwa, dan berakhlak sesuai
Bermain Padi adalah karena satuan dengan nilai-nilai Islam.
pendidikan tersebut menganut landasan- Pada landasan psikologis, ialah teori
landasan kurikulum yang sejalan dengan belajar dan perkembangan. Teori utama
Kurikulum Montessori bernafaskan Islam. yang melandasi Kurikulum Montessori
Pada landasan filosofi, terdapat filosofi Bernafaskan Islam di PAUD Rumah
utama, yakni Islam. Terdapat pula filosofi Bermain Padi adalah Teori Montessori.
pendukungnya, yaitu filosofi Montessori Terdapat pula teori pendukungnya, yaitu
dan Pancasila. Dengan landasan filosofi Teori Konstruktivisme Piaget dan Teori
seperti itu kurikulum di PAUD Rumah Flow.
Bermain Padi adalah pendidikan yang Perencanaan pembelajaran yang
islami, yang sesuai dengan tuntunan Al- dilakukan guru di PAUD Rumah terbagi
Quran dan Hadist serta menghargai fitrah menjadi dua kriteria, yaitu perencanaan
(keunikan) tiap anak didik. Dengan pembelajaran klasikal dan perencanaan
menghargai keunikan anak, perbedaan anak pembelajaran individual. Pada dasarnya,
mendapar ruang untuk berekspresi sehingga proses perencanaan pembelajaran pada
dapat mengantarkan kemajuan terhadap tiap-tiap jenis perencanaan pada dasarnya
anak. “Mengantarkan kemajuan umat” sama, yaitu melalui tahap observasi-
adalah memberikan manfaat atau menjadi penentuan tujuan belajar-perancangan-
rahmatan lil alamin, yang merupakan revisi-pengesahan.
konsep pendidikan Islam yang artinya
memberi rahmat bagi semesta alam
(memberi manfaat).
Pada landasan historis, sejarah yang
menjadi landasan Kurikulum Montessori Gambar 3. Proses perencanaan
Berbasis Islam di PAUD RBP adalah segala pembelajaran kurikulum Montessori
pengalaman masa lalu Kepala PAUD yang bernafaskan Islam
berpengaruh ke dalam perancangan
kurikulum di Rumah Bermain Padi, yaitu Dalam merencanakan pembelaharan,
pengalaman menjadi guru Montessori di observasi merupakan langkah utama guru
London dan Bandung dan pengalaman dalam merencanakan pembelajaran di
menjadi guru agama/mengaji anak di PAUD Rumah Bermain Padi. Melalui
Inggris. Berdasarkan pengalaman tersebut observasi guru dapat meningkatkan,
kurikulum yang diimple-mentasikan di memperluas, dan memvalidasi pengeta-
PAUD RBP merupakan adaptasi dari huan mengenai anak sehingga guru dapat
Kurikulum Montessori yang telah memahami perkembangan anak dan
dikembangkan di Inggris di mana memuat mengenal minat bawaan anak yang dapat
circle time serta kegiatan terpimpin. Selain dikembangkan. Dari hasil pengamatan
itu, kurikulum di PAUD RBP juga tersebut, guru dapat menentukan tujuan
mendapat pengaruh Metode Alif dari pembelajaran yang menjadi acuan dalam
organisasi Keluarga Islam di Britania Raya merancang kegiatan pembelajaran.
dan Sekitarnya (KIBAR) yang diujicobakan Rancangan perencanaan pembelajaran
kepada anak-anak Indonesia di Inggris pada mencakup materi pembelajaran, strategi
tahun 1998. Kurikulum Montessori. pembelajaran, media & sumber pembe-
Metode ini memberi pengaruh terhadap lajaran, alokasi waktu, kegiatan pembe-
pembelajaran akidah dan akhlak. lajaran, dan penilaian. Setelah guru meran-
Pada landasan sosiologis, terdapat cang perencanaan pembelajaran, guru
kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan menyerahkan draft dokumen perencanaan
kepada Kepala PAUD untuk ditelaah.

Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
158

Selanjutnya, jika ada koreksi dari Kepala Profile Model) yang menyatakan imple-
PAUD, guru akan melakukan revisi. Tahap mentasi kurikulum adalah proses saling
akhir adalah perencanaan pembelajaran beradaptasi dan guru bebas melakukan
mendapat pengesahan dari Kepala PAUD. penyesuaian. Guru baru (junior) mela-
Langkah revisi dan pengesahan kukan adaptasi dengan banyak mengamati
menunjukan peran Kepala PAUD sangat banyak hal, dan guru senior dijadikan
signifikan dalam proses perencanaan model peran yang memberikan contoh
pembelajaran. Dalam hal ini Kepala PAUD praktis dalam menentukan strategi pembe-
melakukan tindakan campur tangan lajaran. Tindakan guru yang menempatkan
(intervening) sebagai seorang fasilitator posisi senior sebagai rujukan dalam bekerja
perubahan (change fasilitator). merupakan taktik pendatang baru dalam
Strategi yang diterapkan oleh guru di bersosialisasi organisasi, yang juga disebut
PAUD Rumah Bermain Padi merupakan sosialisasi serial. Taktik ini mengacu pada
representasi dari landasan Kurikulum tindakan pendatang baru yang
Montessori Bernafaskan Islam, hal ini menempatkan anggota organisasi lama
terkait dengan peran landasan kurikulum sebagai model peran bagi mereka.
sebagai pijakan bagi pengembang dalam Terakhir, baik strategi yang
menentukan keputusan dalam kurikulum. direncanakan maupun strategi yang tidak
Pembahasan selanjutnya, strategi direncanakan ditetapkan berdasarkan
yang telah direncanakan tidak seluruhnya diagnosis. Dalam menetapkan strategi
dapat dilaksanakan guru karena ada kondisi pembelajaran perlu dilakukan identifikasi
yang tidak diperkirakan guru sebelumnya. tujuan, identifikasi perbedaan inovasi dan
Hal ini merupakan mani-festasi dari praktik yang bisa dilakukan, dan hambatan-
kurikulum aktual maupun tersembunyi. hambatan yang mungkin dihadapi guru
Kurikulum aktual adalah “kurikulum yang dalam menerapkan strategi. Di PAUD
dilaksanakan oleh guru sesuai dengan Rumah Bermain Padi, langkah-langkah
kenyataan dan kondisi yang ada” (Sanjaya, tersebut tidak hanya dilalui dalam
2008). Ini berbeda dengan kurikulum menetapkan strategi yang direncanakan,
tertulis yang telah direncanakan dan tapi juga strategi yang tidak direncanakan.
diperkirakan sebelum oleh guru, yang Perbedaannya, guru harus melakukan
disebut kurikulum ideal/kurikulum formal. proses identifikasi dengan cepat dan
Di PAUD Rumah Bermain Padi, memutuskan strategi dengan cepat pada
tidak semua dapat direncanakan secara rinci saat menentukan strategi yang tidak
oleh guru. Misalnya pada Montessori Time, direncanakan. Dengan karakteristik seperti
anak-anak mendapat kebebasan dalam itu guru pun kerap melakukan strategi yang
memilih alat-alat belajar yang ia gunakan bersifat percobaan (trial and error) pada
dan mengerjakan aktivitas belajar. Pada strategi yang tidak direncanakan, seraya
saat itu, guru tidak bisa menentukan kemudian diamati apakah strategi yang
aktivitas yang dilakukan kecuali dilakukan berhasil, perlu diganti, ataukah
memberikan stimulus kepada anak sesuai ada hambatan dalam menerapkan strategi
dengan pengamatan. Demikian juga bila sehingga perlu diatasi. Guru bisa jadi
siswa melakukan tindakan di luar dugaan meneruskan observasinya untuk
misalnya menangis, bertengkar dengan mendapatkan strategi yang lebih efektif jika
teman, merusak, dan lainnya, semua menemui kejadian yang serupa. Observasi
peristiwa seperti itu tidak dapat dipre- dilakukan dengan mendapatkan bantuan
diksikan sebelumnya. dari pengalaman guru lain ataupun media
Lainnya, strategi yang diterapkan lain.
guru ditetapkan melalui proses adaptasi Dalam menata lingkungan siapan
atau penyesuaian terhadap pelaksanaan (prepared environment), guru melakukan
kurikulum. Ini sejalan dengan asumsi penataan pada tiap tahap implementasi
Model Inovasi Profil (The Innovation kurikulum, yaitu pada tahap perencanaan,

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


159

tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. siapan yang sama serta setiap guru
Tidak hanya menjadi penata lingkungan memainkan peran yang bermacam-macam
siapan, tapi guru juga menjadi bagian dari secara bergantian. Keadaan di mana guru
lingkungan siapan. Peran guru sebagai bekerja sama dalam menata lingkungan itu
lingkungan pembelajaran karena interaksi merupakan situasi yang kondusif bagi guru
antara guru dan anak didik juga merupakan untuk menjalankan perannya secara
bagian dari lingkungan, yang disebut profesional. Dikatakan Hamilton-Jones &
sebagai lingkungan interpersonal. Vail (2014) kemampuan guru dalam
Lingkungan interpersonal di antaranya bekerja sama secara efektif merupakan
adalah hubungan antara pendidik dan anak, keterampilan yang sangat penting dalam
selain dengan sesama anak didik (Halimah, pengajaran. Kerja sama profesional yang
2016; Harjali, Degeng, Setyosari, & dilakukan guru dilakukan dengan sesama
Dwiyogo, 2016). guru, kepala sekolah, orang tua, dan
Sebagai lingkungan siapan, guru lembaga. Guru harus secara aktif menjalin
melakukan peran sebagai pengurus, kerja sama untuk dapat mendidik anak
fasilitator, pembimbing, dan teladan. secara efektif dan memenuhi kebutuhan
Peran pengurus adalah penjaga ruang anak.
kerja, perabot, sekaligus bahan. Dikatakan Di PAUD Rumah Bermain Padi, guru
Gettman (2016), peran sebagai pengurus menata lingkungan siapan untuk
sangat penting karena anak memfasilitasi seluruh aspek perkembangan
mengembangkan diri melalui lingkungan anak. Aspek yang dikembangkan mulai dari
secara mandiri. Oleh karena itu guru harus fisik, moral, agama, kognitif, dan sosial
dapat mengurus lingkungannya agar tetap emosional. Penataan lingkungan untuk
menarik dan nyaman bagi anak. Peran guru mengembangkan seluruh aspek
lainnya adalah sebagai fasilitator, yaitu perkembangan anak selaras dengan
mempresentasikan aktivitas Montessori. penggunaan istilah prepared environment
Peran ini harus berlandaskan tahapan (lingkungan siapan) oleh Montessori (
belajar, yaitu menyerap, menghubungkan, (Gettman, 2016) terhadap lingkungan
dan menerapkan. Peran guru yang terakhir belajar, yakni lingkungan sengaja disiapkan
dalam pendidikan Montessori adalah untuk memenuhi semua kebutuhan anak.
sebagai pengamat. Sebagai impelementator Kemudian, pada proses penilaian,
kurikulum, guru di PAUD Rumah Bermain guru melakukan penilaian berdasarkan
Padi banyak mengambil langkah dan pengamatan. Guru melakukan pengamatan
keputusan berdasarkan pengamatan. untuk mengetahui kemampuan apa yang
Sementara itu, dari sudut pandang sudah dikuasai anak, yang kemudian
pendidikan Islam, guru di PAUD Rumah dilaporkan guru pada format Pelaporan
Bermain Padi juga menempatkan diri Penilaian. Dijadikannya pengamatan
sebagai teladan. Metode keteladanan sebagai instrumen penilaian oleh guru
dikatakan Ulwan (Atabik & Burhanuddin, sejalan dengan konsep Montessori yakni
2015) merupakan metode yang paling observasi adalah satu-satunya cara untuk
efektif bagi pembentukan moral spiritual mempelajari anak. Observasi memung-
dan sosial anak terlebih anak usia dini sebab kinkan guru untuk menyimpulkan anak
anak usia dini adalah peniru ulung. Oleh berdasarkan bukti tanpa prasangka atau
karena itu, guru sebagai orang yang paling stereotip. Melalui observasi pula guru dapat
berperan besar dalam mendidik setelah meningkatkan, memperluas, meningkatkan,
orang tua, harus bisa senantiasa menjadi dan memvalidasi pengeta-huan mengenai
teladan yang baik Ragab et al., 2017). anak, apakah anak sudah menguasai
Penataan lingkungan dilakukan antar aktivitas atau tidak (Gettman, 2016;
guru dengan cara bekerja sama. Kerja sama Sackett, 2016).
di PAUD Rumah Bermain Padi dilakukan Dalam perihal tujuan penilaian, guru
karena guru menggunakan lingkungan melakukan penilaian terhadap hasil belajar

Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
160

ialah untuk mengevaluasi hasil belajar dan untuk mencapai dampak terhadap siswa.
untuk mendapatkan dasar pertimbangan Di PAUD Rumah Bermain Padi,
dalam merancang perencanaan pembela- upaya guru dalam mengatasi hambatan
jaran selanjutnya. dengan meningkatkan faktor pendukung,
Dalam proses penilaian, Kepala menghasilkan kolaborasi guru yang terjadi
PAUD Rumah Bermain Padi memiliki secara formal dan informal.
peran yang sangat besar sebagai pengawas Kolaborasi guru terjadi secara formal
yang mengontrol laporan penilaian agar dan informal. Kolaborasi secara formal
sesuai dengan konsep Montessori yang adalah dua guru atau lebih berbagi
tidak menjustifikasi, tidak mengandung pengalaman pedagogi dan instruksi dalam
pernyataan negatif, dan dapat memotivasi upaya peningkatan pembelajaran siswa.
anak. Dalam pengembangan kurikulum, Sementara secara informal adalah guru
peran kepala PAUD/ kepala sekolah salah berkomunikasi, berbagi sumber daya dan
satunya adalah sebagai pemimpin tugas secara spontan. Hal ini sesuai dengan
kurikulum. Penilaian, sebagai bagian dari yang terjadi di PAUD Rumah Bermain
implementasi kurikulum juga menjadi Padi, di mana guru berbagi pengalaman,
bagian dari hal yang dimanajemen oleh informasi, dan pengetahuan dalam kegiatan
kepala sekolah. Dinyatakan Lunenberg informal, serta bekerja sama dalam kegiatan
(2010), kepala sekolah harus memastikan formal termasuk mengajar.
bahwa penilaian pembelajaran siswa selaras Tindakan guru dalam melakukan
dengan kurikulum pembelajaran yang kolaborasi guru merupakan perilaku
dilakukan oleh guru. Ketika penilaian adaptasi guru dalam mengimplementasikan
dilakukan dengan baik, makanya hasilnya kurikulum. Setiap yang dialami oleh guru
dapat mengubah sifat pengajaran dan saat beradaptasi merupakan pengalaman
pembelajaran selanjutnya. yang berbeda karena tingkat kesiapan dan
Terakhir, dalam mengimplementasi- keterampilan guru juga berbeda. Oleh
kan kurikulum, guru menghadapi faktor- karena itulah proses penyesuaian guru
faktor yang mendukung dan faktor-faktor terhadap implementasi kurikulum memer-
yang menghambat. Respon guru dalam lukan waktu karena guru mengalami
menghadapi faktor-faktor tersebut berbagai proses penyesuaian, termasuk
menunjukkan bahwa implementasi kuriku- dalam mengatasi hambatan dan me-
lum merupakan interaksi sosial. Dalam manfaatkan pendukung. Ini selaras dengan
mengimplementasikan kurikulum, peru- asumsi-asumsi pada model implementasi
bahan dilakukan oleh individu, akan tetapi kurikulum Model Inovasi Profil dan Model
guru sebagai individu tidak bisa melakukan Kepedulian-Berbasis Adopsi (Loucks &
perubahan sendirian. Oleh karena itu, guru Pratt, 1979; Miller & Seller, 1985). Pada
harus berinteraksi dengan Kepala PAUD, Model Kepedulian-Berbasis Adopsi, guru
guru, siswa, dan orang tua dalam yang telah beradaptasi sangat berpeluang
melakukan implementasi kuriku-lum. Ini untuk mencapai tingkat 5 integrasi
sejalan dengan Model Kepedulian Berbasis (integration), bahkan tingkat 6 pemba-
Adopsi (MKBA). Pada model tersebut guru haruan (renewal) pada Tingkat Penggu-
memasuki tahapan kepe-dulian (stages of naan (Level of Use).
concern) dengan ber-interaksi dengan guru
lain, yakni dengan mencari informasi, PENUTUP
memperhatikan perubahan, peduli, serta Hasil penelitian menunjukkan
melakukan kolaborasi dengan guru lain. implementasi kurikulum dapat
Demikian pula pada tingkat penggunaan digambarkan sebagai berikut:
(level of use), guru melakukan interaksi
sosial saat memperoleh pengetahuan dan
mengga-bungkan usaha dirinya dengan
guru lain dalam menggunakan inovasi

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


161

Selanjutnya, Kepala PAUD


melakukan pengawasan (controlling)
terhadap implementasi kurikulum, baik
dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
implementasi. Dalam tindakan terse-but,
Kepala PAUD melakukan tindakan campur
tangan (intervening) sebagai seorang
fasilitator perubahan (change fasilitator).
Secara lebih khusus, berikut hasil
penelitian mengenai implementasi Kuriku-
lum Montessori Bernafaskan Islam di
PAUD Rumah Bermain Padi; a) Rumah
Bermain Padi mengimplementasikan kuri-
kulum didasarkan pada landasasan filosofi,
Gambar 4. Bagan implementasi kurikulum historis, sosiologis, dan psikologis: b)
Montessori bernafaskan Islam di PAUD proses perencanaan dilakukan dengan tahap
Rumah Bermain Padi observasi-penentuan tujuan belajar-
perancangan-revisi-pengesahan; c) strategi
Gambar 4 menunjukkan implemen- pembelajaran merupakan representasi dari
tasi Kurikulum Montessori Bernafaskan landasan kurikulum, strategi yang tidak
Islam di PAUD Rumah Bermain Padi direncanakan merupakan manifestasi dari
memuat unsur-unsur yang saling terkait, kurikulum aktual maupun tersembunyi, dan
yaitu landasan kurikulum, observasi, strategi ditetapkan guru melalui proses
perencanaan, pelaksanaan, perencanaan, adaptasi dan berdasarkan diagnosis; d) guru
pengawasan (controlling) dan lingkungan melakukan penataan lingkungan siapan
siapan (prepared environment). pada semua tahap implementasi kurikulum,
Dalam bagan digambarkan Kuriku- guru merupakan bagian dari lingkungan
lum Montessori Bernafaskan Islam di siapan, dan penataan lingkungan dilakukan
PAUD Rumah Bermain Padi memiliki antar guru dengan cara kerja sama, dan guru
landasan filosofis, landasan historis, menata lingkungan siapan untuk
landasan sosiologis, dan psikologis. memfasilitasi seluruh aspek perkembangan
Landasan kurikulum tersebut menjadi anak; e) Penilaian dilakukan guru
pijakan bagi guru dalam mengimple- berdasarkan pengamatan, penilaian
mentasikan Kurikulum Montessori Berna- dilakukan untuk mengevaluasi hasil belajar
faskan Islam. dan untuk mendapatkan dasar
Pengamatan/observasi menjadi lang- pertimbangan peren-canaan pembelajaran
kah utama bagi guru dalam mengimple- selanjutnya, dan Kepala PAUD berperan
mentasikan kurikulum, baik dalam sebagai pengawas pada proses penilaian; f)
menentukan perencanaan, pelaksanaan, Respon guru dalam menghadapi faktor-
maupun penilaian. faktor pendu-kung dan penghambat
Tindakan guru melakukan interaksi menunjukkan bahwa implementasi
sosial dengan lingkungannya saat kurikulum merupakan interaksi sosial.
mengimplementasikan kurikulum merupa- Upaya guru dalam mengatasi hambatan
kan suatu tindakan penyesuaian atau dengan meman-faatkan faktor pendukung
adaptasi. Dengan tindakan itu, guru juga menghasilkan kolaborasi guru yang terjadi
dapat mengatasi hambatan yang ditemui- secara formal dan informal.
nya dan mengoptimalkan faktor pendu-
kung. Hal ini selanjutnya akan menghasil- UCAPAN TERIMA KASIH
kan kolaborasi guru dalam mengimple- Puji syukur kehadirat Allah SWT atas
mentasikan kurikulum. segala rahmat-Nya yang memberikan
berkahnya sehingga Peneliti dapat

Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini
162

menyelesaikan penelitian ini. Peneliti Special Education, 29(1), 76–86.


mengucapkan terimakasih kepada Biro Diambil dari
Kepegawaian serta Biro Perencanaan dan https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ103
Kerja Sama Luar Negeri (PKLN) 4079.pdf
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Harjali, Degeng, I. N. S., Setyosari, P., &
(Kemdikbud) yang telah menjadi sponsor Dwiyogo, W. D. (2016). Strategi Guru
penelitian ini melalui Beasiswa Unggulan. dalam Membangun Lingkungan
Peneliti juga mengucapkan banyak terima Belajar yang Kondusif : Studi
kasih kepada seluruh unsur di Program Studi Fenomenologi pada Kelas-kelas
Pengembangan Kurikulum Sekolah Sekolah Menengah Pertama di
Pascasarjana UPI yang telah memberikan Ponorogo. Jurnal Pendidikan dan
arahan, bantuan, dan bimbingan dalam Pembelajaran, 23(1), 10–19. Diambil
penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat dari
menjadi inspirasi serta bermanfaat bagi http://journal.um.ac.id/index.php/pen
pengembangan ilmu pendidikan. didikan-dan-
pembelajaran/article/download/10147
DAFTAR PUSTAKA /4835
Ahmad, J. M. (2016). Filosofi Montessori Loucks, S., & Pratt, H. (1979). Concerns -
(Modul Pelatihan). Rumah Bermain Based Approach to Curriculum
Padi Bandung. Change. Educational Leadership,
Atabik, A., & Burhanuddin, A. (2015). 37(3), 212–216. Diambil dari
Konsep Nasih Ulwan tentang http://ascd.com/ASCD/pdf/journals/e
Pendidikan Anak. Elementary, 3(2), d_lead/el_197912_loucks.pdf
274–296. Diambil dari Lunenberg, F. C. (2010). The Principal as
http://journal.stainkudus.ac.id/index.p Instructional Leader. National Forum
hp/elementary/article/download/1454/ of Educational and Supervision
1330 Journal, 27(4), 1–7.
Al-Khalediy, K. (2011). Education and https://doi.org/10.1177/01926365850
Methods of Teaching in Islam in the 6948107
Era of Az-Zarnooji. Al-Majma’a, 3(4), Miller, J. P., & Seller, W. (1985).
23–60. Diambil dari Curriculum Perspective and Practice.
http://www.qsm.ac.il/arblanguage/doc New York: Longman.
s/majalla/3%2B4/eng%3D2%3Dkalid Moleong, Lexy J. (2017). Metode
.pdf Penelitian Kualitatif. Bandung:
Creswell, J. W. (2014). Research Design: Remaja Rosdakarya.
Qualitative, Quantitative, and Mixed Montessori, M. (2004). The Discovery of
Methods Approaches. Los Angeles: The Child. (M. A. Johnstone, Penerj.).
Sage Publications. New Delhi: Aakar Books.
Gettman, D. (2016). Metode Pengajaran Montessori, M. (2015). Metode Montessori
Montessori Tingkat Dasar: Aktivitas Panduan Wajib Untuk Guru Dan
Belajar untuk Anak Balita. (A. Orang Tua Didik PAUD. (A. L.
Nuriowandari, Penerj.). Yogyakarta: Lazuardi, Penerj.). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Pustaka Pelajar.
Halimah, L. (2016). Pengembangan Nasution, M. I. P. (2016). Strategi
Kurikulum Pendidikan Anak Usia PembelajaranEfektif Berbasis Mobile
Dini. Bandung: Refika Aditama. Learning pada Sekolah Dasar. Jurnal
Hamilton-Jones, B. M., & Vail, C. O. Iqra, 10(1), 1–14. Diambil dari
(2014). Perapering Special Educators https://media.neliti.com/media/public
for Collabboration in The Classroom: ations/196924-ID-strategi-
Pre-Service Teachers’ Beliefs and pembelajaran-efektif-berbasis-m.pdf
Perspectives. International Journal of Ragab, E., Elhoshi, F., Embong, R.,

JURNAL PENELITIAN ILMU PENDIDIKAN Volume 11, Nomor 2, September 2018


163

Bioumy, N., Abdullah, N. A., Arif, M.,


& Nawi, A. (2017). The Role of
Teachers in infusing Islamic Values
and Ethics. International Journal of
Academic Research in Business and
Social Sciences, 7(5), 2222–6990.
https://doi.org/10.6007/IJARBSS/v7-
i5/2980
Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum.
Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sackett, G. (2016). The Scientist in the
Classroom: The Montessori Teacher
as Scientist. The NAMTA Journal,
41(2), 5–20. Diambil dari
https://files.eric.ed.gov/fulltext/EJ111
2257.pdf
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Sarasvati, D. P., & Sumardianta. (2016).
Mendidik Pemenang Bukan
Pecundang. Jakarta: Mizan Digital
Publishing.
Wahyudin, D. (2014). Manajemen
Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Yasin, R. F. B. F., & Jani, M. S. (2013).
Islamic Education: The Philosophy,
Aim, and Main Features. International
Journal of Education and Research, 1,
1–16. Diambil dari
http://irep.iium.edu.my/34152/1/Educ
ation_Paper_Airlangga.pdf

Implementasi Kurikulum Montessori Bernafaskan Islam pada Pendidikan Anak Usia Dini

Anda mungkin juga menyukai