Anda di halaman 1dari 19

”If one sense is isolated, it seems to be enhanced in its power of perception.

The possibility of

perception is more profound. It is the concentration of the conscious mind upon that sense“

(Maria Montessori, The 1946 London Lectures, p.69)

Maria Montessori menyatakan ketika ada sebuah Indra yang diisolasi, maka Akan tercipta

Persepsi yang lebih kuat. Coba tuliskan bagaimana area Sensorial memperkuat Indra anak

manusia dan juga benefit dari pemerolehan Persepsi yang tajam dalam kehidupan sekarang

dan nantinya.

Tema : Pengaruh Pembelajaran Multisensori bagi Perkembangan Persepsi Anak

Pada zaman dahulu, kita tahu bahwa definisi belajar adalah duduk di sekolah sambil

mendengarkan guru bercerita atau membaca buku pelajaran. Saya masih ingat sewaktu duduk

di bangku sekolah dasar dan kita belajar mengenai lumut dan kita diminta untuk

mengumpulkan lumut tersebut dari lingkungan, tapi kebanyakan dari kita akhirnya salah

membawa sampel karena tidak paham lumut seperti apa yang dimaksud.

Disinilah masalah bermula, bahwa pembelajaran yang berbasis hanya dari buku atau

gambar tidak dapat menampilkan persepsi utuh di otak anak. Apakah yang dimaksud dengan

persepsi? Kalau diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, persepsi adalah proses

seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Panca indera disini meliputi mata,

telinga, hidung, lidah dan kulit. Untuk bisa memiliki persepsi yang utuh, maka anak-anak

perlu dihadapkan dengan pengalaman nyata melihat, memegang, membaui objek yang

dimaksudkan untuk dipelajari.

“The sensory education which prepares for the accurate perception of all the

differential details in the qualities of things, is therefore the foundation of the observation of

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


things and of phenomena which present themselves to our sense; and with this it helps us to

collect from the external world the material for imagination.”

(Maria Montessori, The Advanced Montessori Method Vol I, p.191)

Persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan informasi sensoris

guna memberikan gambaran dan pemahaman tentang lingkungan. Persepsi bukan penerimaan

isyarat secara pasif tapi dibentuk oleh pembelajaran, ingatan, pengalaman dan hasil observasi

mendetail mengenai sesuatu hal.

Persepsi ini adalah sebuah hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari karena

sebagian besar topik yang kita bicarakan antara orang dewasa melibatkan persepsi ini. Misal

kita mengobrol dengan teman membicarakan mengenai pengalaman perjalanan ke Singapura.

Bayangkan bila kita tidak pernah mengunjungi negara tersebut dan kita diajak mengobrol

tentang topik itu, tentunya sulit bagi kita membayangkan apa yang sedang teman kita

bicarakan.

Oleh karena itu, saya merasa penting sekali kita memperkaya pengalaman belajar anak

kita dengan pembelajaran multisensori karena pembelajaran seperti itu lebih melekat ke otak.

Saat ini saya menemukan fenomena dimana pembelajaran harus dilakukan secara

daring (online) karena pandemik dan ketika anak lebih banyak dikurung dalam rumah dengan

aktivitas terbatas dan durasi screentime yang panjang menimbulkan banyak masalah baru.

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


(Screenshot ini diambil dari IG @vijiclinic)

Disini dijelaskan bahwa, screentime mengurangi kemampuan anak dalam

membayangkan sesuatu, dengan kata lain kemampuan persepsinya melemah. Ketika kita

diminta membayangkan sesuatu, otak kita mampu menampilkan visual utuh mengenai

bayangan benda tersebut. Misal ketika kita diminta membayangkan susu, maka otak kita

langsung membayangkan cairan berwarna putih. Meskipun kita melihat segelas susu dalam

tempat gelap dan warnanya kehitaman, otak kita tetap meyakinkan kita bahwa susu itu

berwarna putih. Hal itu disebabkan begitu kuat persepsi tentang benda tersebut dalam otak

kita.

Anak zaman sekarang begitu mudah menerima informasi melalui layar, baik itu dalam

pembelajaran online, menonton Youtube, atau mencari informasi lewat Google. Mereka

kekurangan pengalaman nyata sehingga otak mereka kesulitan membayangkan dan akhirnya

efeknya adalah menghindari percakapan. Hal ini secara nyata terjadi di anak saya sendiri.

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


Baru-baru ini, anak saya mengikuti terapi SSP yang mana terapi itu dipimpin oleh terapis

wicara. Dalam terapi itu, si terapis wicara sering melontarkan tebak-tebakan atau pertanyaan

mendetail mengenai sebuah objek yang mana objeknya tidak ada dalam ruangan tersebut.

Anak saya jadi cenderung mengalihkan topik atau menghindari menjawab pertanyaan

tersebut. Lain halnya bila objeknya berada disana, dia tidak kesulitan menjawab pertanyaan

tersebut.

Anak-anak mengembangkan kemampuan imajinasi melalui pengalaman nyata.

Semakin sering pengalaman nyata itu mereka ulang, maka persepsi yang terbentuk di otaknya

akan semakin kuat. Misal saat kita ingin menjelaskan mengenai buah mangga. Pada umumnya

pembelajaran di sekolah hanya melalui gambar buah mangga. Pada saat itu, yang ditunjukkan

adalah gambar buah mangga berkulit hijau. Lalu saat anak pulang ke rumah dan kita bilang

kepadanya bahwa kita menyiapkan snack buah mangga di dalam kulkas,si anak membuka

kulkas dan mencari buah tersebut di dalam kulkas tetapi tidak menemukannya. Dia tidak

menemukannya karena ternyata buah mangga itu sudah dikupas kulitnya dan dimasukkan ke

kotak dalam keadaan sudah terpotong-potong. Warnanya sudah tidak lagi hijau melainkan

kuning jingga karena daging buah mangga berwarna kuning jingga. Inilah yang dinamakan

mispersepsi. Di bayangan anak, buah mangga itu haruslah utuh dan berkulit hijau sesuai

dengan gambar yang dilihat, sedangkan yang disajikan wujudnya sudah berubah namun masih

memiliki penamaan yang sama.

Persepsi dibangun atas pengalaman nyata. Pengalaman nyata itu pula yang menjadi

bahan bakar permainan imajinasi. Saya menyadari mengapa anak zaman sekarang lebih suka

permainan imajinasi menjadi putri raja atau jadi pahlawan. Itu disebabkan mereka

mendapatkan input informasi dari video atau televisi dimana lebih banyak porsi sajian yang

berbau fantasi dan hiburan. Andaikata kita ingin bermain imajinasi menjadi polisi atau

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


pemadam kebakaran, tidak semudah itu mereka membayangkan hal itu karena input sensoris

yang kurang memadai.

“It is necessary to begin the education of the senses in the formative period, if we wish

to perfect this sense development with the education which is to follow. The education of the

senses should be begun methodically in infancy, and should continue during the entire period

of instruction which is to prepare the individual for live in society.”

(Maria Montessori, The Montessori Method, p.179)

Sangat penting untuk kita memberikan stimulus sensori ini dari sejak bayi usia 0-2

tahun karena ini adalah masa penyempurnaan sistem sensorik. Dengan sistem sensorik yang

matang sempurna, tumbuh kembang anak akan sesuai lajunya dengan yang seharusnya.

Kesalahan saya justru pada fase 0-2 tahun, saya tidak paham bagaimana memberikan

stimulus yang tepat untuk anak saya dan memberikannya banyak screentime karena melihat

hanya dengan screentime anaknya bisa fokus dan diam. Akibatnya dia mengalami banyak

masalah tumbuh kembang. Dia didiagnosa mengalami ketidakseimbangan sistem sensori dan

developmental delay(tumbuh kembang yang terlambat).

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


( Pyramid of Learning Sensory System)

Sebagai ibu dari anak yang mengalami SPD (Sensory Processing Disorder), saya

sering dijelaskan mengenai bagan ini, bagaimana sistem sensori di tubuh kita mempengaruhi

kemampuan kita dalam menerima dan mengolah informasi. Anak saya memiliki banyak

tantangan dalam kesehariannya karena sistem sensori di tubuhnya tidak dipersepsikan secara

normal.

Jadi sistem sensori di tubuh kita dibagi menjadi 8 :

1. Tactile (sentuhan)

2. Vestibular (keseimbangan)

3. Proprioception (gerakan otot dan sendi)

4. Olfactory (penciuman)

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


5. Visual (penglihatan)

6. Auditory (pendengaran)

7. Gustatory (pengecapan)

8. Interoception (kesadaran akan proses yang terjadi dalam tubuh, seperti lapar, haus,

mengantuk)

Kedelapan sistem sensori itu bekerja sama untuk menerima input sensasi yang akan

diolah di otak (central nervous system). Jadi bila ada yang bermasalah dengan bagian central

nervous system tersebut maka anak akan mempersepsikan input sensori itu dengan tidak

normal.

Secara umum respon tubuh akan dibagi menjadi 3 :

1. Hypersensitif

Tubuh menjadi bereaksi terlalu sensitif terhadap sebuah stimulus

2. Hyposensitif

Tubuh tidak bereaksi atau merasakan adanya stimulus

3. Typical

Tubuh bereaksi wajar/normal terhadap input stimulus.

Anak saya mengalami ciri-ciri sebagai berikut :

1. Tidak suka dipegang orang baru kenal, tidak suka memegang benda lengket, tidak

suka mencoba makanan baru, atau melakukan pengalaman baru. (Hypersensitif taktil)

2. Tidak suka naik perosotan atau ayunan. Tidak suka melakukan kegiatan yang

membutuhkan perpindahan ketinggian seperti memanjat, naik sepeda, dll

(Hypersensitif vestibular)

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


3. Suka duduk bersandar, jarang mau melakukan kegiatan motorik kasar seperti berlari,

melompat, memanjat, naik sepeda. Malas mengunyah tekstur baru (Hypersensitif

proprioseptif)

4. Tidak suka suara keras seperti blender, vacuum cleaner. Saat suasana sepi sering

bertanya ada suara apa padahal suara yang terdengar sangat kecil (Hypersensitif

auditori)

5. Sulit menemukan benda di tengah tumpukan barang. Sulit bermain petak umpet. Sulit

membedakan bentuk huruf yang mirip (Hyposensitif Visual)

6. Tidak suka makanan yang berbau menyengat seperti bawang putih. Tidak mau

mencoba makanan baru apalagi yang ada baunya (Hypersensitif Olfactori)

7. Cenderung mau makanannya sangat asin (Hyposensitif Gustatori)

Setelah mengobservasi semua ini, saya menemukan bahwa anak saya jadi mengalami

kesulitan dalam kebutuhan perkembangan selanjutnya yaitu dalam Sensory Motor

Development, misal ;

1. Postural Security

Anak saya jadi sulit mempertahankan posisi untuk waktu yang lama, misal saat belajar

online yang menbutukan duduk, maka dia hanya akan duduk 5 menit lalu kabur.

2. Awareness of two sides of body

Awal-awal saya mengobservasi hal ini, saya menemukan dia memang sering lupa

menggunakan kedua tangan saat bekerja sehingga gerakannya menjadi kurang baik.

Contoh misal saat mencorat-coret dengan tangan kanan, tangan kirinya menggantung

sehingga kertasnya terus bergerak selama dicoret.

3. Motor planning

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


Misal saat dia ingin mengambil benda yang letaknya sangat tinggi, dia belum

menyadari bahwa untuk mengambilnya dia harus naik ke atas bangku. Dia belum

mampu merencanakan pergerakannya dengan sempurna atau memprediksi benda apa

yang bisa membantunya meraih apa yang dia inginkan.

4. Body scheme

Body scheme ini seperti body awareness. Kesadaran bahwa dia memiliki anggota

tubuh seperti tangan dan kaki dan menggunakannya untuk memenuhi kebutuhannya.

Terkadang ketidakmatangan di body scheme ini terlihat dari gerakannya yang kikuk,

sering terjatuh, menabrak, atau ketidakmampuan untuk tetap seimbang saat membawa

barang.

5. Reflex Maturity

Kematangan reflex ini mempengaruhi keseluruhan koordinasi gerakan. Anak saya

memang ditanyakan sebagian besar refleksnya tidak terintegrasi yang mengakibatkan

kemampuan motorik kasar dan halusnya menjadi terhambat.

6. Ability to Screen Input

Dulu bila anaknya fokus bermain dan menunduk, kita panggil namanya atau ajukan

pertanyaan, anaknya seolah tidak mendengar, itu karena ketidakmampuan dia memilah

input mana yang harus direspon.

Untuk anak siap masuk ke kemampuan akademis seperti baca, tulis,dan hitung, anak

perlu mengembangkan kemampuan Perceptual Motor Development. Perceptual Motor

Development adalah sebuah kemampuan anak yang berkembang untuk berinteraksi dengan

lingkungan melibatkan indera dan kemampuan motoriknya.

Perceptual Motor Skills meliputi :

1. Eye-hand coordination

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


Koordinasi mata dan tangan yang dibutuhkan dalam banyak kegiatan, seperti

meronce, menggunting, menulis, menyalin kata-kata dari papan tulis.

2. Occular Motor control

Kemampuan mengatur perputaran bola mata yang diperlukan dalam membangun

kemampuan membaca kalimat dan buku teks. Anak saya pada saat dites mencari

benda di tempat yang agak tersembunyi, dia agak kesulitan, namun hal ini perlu

terus dilatih karena pergerakan bola mata ini penting sebagai fondasi membaca.

Oleh karena itu, anak tidak disarankan screentime terlalu lama dimana mata

mereka hanya fokus ke 1 titik. Ini membuat otot mata mereka menjadi kurang

terlatih dan nantinya jadi mudah lelah ketika diminta untuk membaca kalimat dan

paragraf panjang.

3. Postural Adjustment

Beberapa hal yang bisa kita amati dari anak yang mengalami kesulitan dalam

mengatur postur adalah sebagai berikut :

• Caranya duduk dan bergerak

Biasanya anak yang refleksnya belum terintegrasi akan mengalami kesulitan untuk

mempertahankan posisi. Mereka akan sering bangun dan berganti posisi, sering

menggeliat, melingkarkan kaki pada kursi, sering merebahkan kepala di atas meja,

atau duduk dengan posisi bersandar. Bila duduk di lantai, kakinya membentuk huruf

W.

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


• Caranya menulis

Tulisannya berantakan, kadang terlalu besar hurufnya, kadang terlalu kecil. Menulis

menjadi lambat dan terlalu menekan. Ruas jari tengah jadi membengkak karena terlalu

banyak tekanan selama menulis. Kesulitan menyalin tulisan dari papan ke buku tulis.

• Kesulitan membedakan tangan kanan dan tangan kiri

• Kesulitan mengkoordinasi gerak tubuhnya

Beberapa jenis olahraga membutuhkan koordinasi seluruh anggota tubuh misal seperti

berenang, bermain bola, bermain sepeda. Biasanya anak yang menghindari olahraga

seperti ini, memilik koordinasi gerakan tubuh yang kurang baik.

• Caranya mengerjakan PR

Anak yang sulit mempertahankan posisi juga pasti kesulitan dalam menyelesaikan PR

atau instruksi yang diberikan. Biasa responnya antara dua, jadi asal-asalan

mengerjakan yang penting cepat selesai, atau jadi sangat lambat dan butuh bantuan

untuk mengerjakan.

• Sulit berkonsentrasi

Kesulitan untuk memusatkan perhatian pada satu tugas. Mudah melamun saat guru

menerangkan.Lebih memilih untuk memanipulasi objek di depannya daripada

mendengarkan guru.

4. Auditory Language Skills

Kemampuan anak untuk menerima input informasi melalui pendengaran dan

menerjemahkannya menjadi bahasa. Dulu ketika anak saya usia 2 tahun dan

didiagnosis keterlambatan bicara, padahal sehari-harinya sering sekali dibacakan

buku. Dia memiliki bank kata yang banyak namun tidak mampu

menggabungkannya menjadi kalimat percakapan. Anak tetap membutuhkan

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


kosakata itu dalam wujud konkret, sesuatu yang bisa dimanipulasi, dikerjakan

untuk membentuk persepsi dan penggunaan kata yang tepat ketika berbicara. Dan

hal itu tidak bisa didapatkan bila anak hanya menerima informasi dari gambar

seperti buku atau televisi.

5. Visual Spatial Perception

Menurut saya lebih tepat bila disebut Visual Perceptual Skills, yaitu kemampuan

anak memproses informasi yang ditangkap melalui indera penglihatannya.

Visual Spatial Perception hanya salah satu dari Visual Perceptual Skills yang perlu

ditajamkan.

Berikut Visual Perceptual Skills yang dibutuhkan untuk anak bisa lebih cepat

memproses informasi yang masuk melalui matanya :

• Visual Discrimination

Kemampuan untuk menyadari adanya perbedaan antara satu objek dengan

objek lainnya baik dalam segi warna, bentuk, dimensi, ukuran, maupun

orientasi.

• Visual Sequential Memory

Kemampuan untuk mengingat rangkaian bentuk dari objek, misal seperti huruf

atau kata yang nantinya akan menjadi bekal untuk membaca.

• Visual Figure Ground

Kemampuan seseorang untuk membedakan objek utama dari latar belakang.

• Visual Spatial Skills

Kemampuan seseorang untuk memperkirakan jarak dan arah. Misal saat

mengendarai mobil, atau mengisi ruangan kosong dengan furniture.

• Visual Closure

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


Kemampuan seseorang untuk mengenali sebuah objek meski hanya melihat

sebagian potongan dari objek tersebut. Misal mengenali hewan hanya dari

ekornya.

• Visual Form Consistency

Kemampuan mengenali objek meski objek tersebut mengalami perubahan

bentuk. Misal air yang berubah menjadi es batu.

• Visual Memory

Kemampuan mengingat informasi yang tersimpan hanya dengan sekilat

melihat. Semakin baik visual memorynya, maka meski hanya melihat sekilas,

tetap bisa mendapatkan informasi yang maksimal.

Kebanyakan input informasi kita terima melalui indera penglihatan kita.

Semakin baik Visual Perception Skills yang kita miliki, semakin mudah kita

mengolah informasi tersebut untuk digunakan dalam kehidupan keseharian kita.

6. Attention Centre Function

Untuk bisa menyelesaikan sebuah tugas, seorang anak membutuhkan kemampuan

memperhatikan (attention). Terkadang kita menemukan anak yang sulit sekali

duduk diam dan memperhatikan. Tubuhnya seperti haus ingin terus bergerak.

Matanya tidak terfokus ke satu titik, tapi terus bergerak mengelilingi ruangan

seiring dengan badannya. Ada juga tipe anak yang sepertinya selalu menunduk,

pemalu, tidak suka melakukan eye-contact, dan seperti tidak tertarik melakukan

kegiatan apapun.

Kemampuan memperhatikan ini memampukan kita untuk memilah stimulasi dan

fokus kepada apa yang penting untuk diperhatikan saat itu. Kita juga diharapkan

mampu untuk fokus dalam jangka waktu yang panjang untuk menyelesaikan tugas

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


tertentu, dan untuk itu dibutuhkan latihan berulang. Kemampuan memperhatikan

juga dibutuhkan ketika kita harus menyelesaikan tugas yang membutuhkan

beberapa langkah berurutan dalam penyelesaiannya, misal seperti membuat teh.

“The senses, being explorers of the world, open the way to knowledge. Our apparatus for

educating the senses offers the child a key to guide his explorations of the world. (Maria

Montessori, The Absorbent Mind, p.163)

Dari semua permasalahan di atas, kita melihat kebutuhan bahwa untuk bisa berfungsi normal di

masyarakat, anak-anak dalam masa tumbuh kembangnya membutuhkan stimulus sensori yang

tepat yang bisa memuaskan inderanya. Maria Montessori membuat rangkaian apparatus

Montessori yang bisa menjadi jawaban dari kebutuhan tersebut.

“Our sensorial material provides a kind of guide to observation, for it classifies the

impressions that each sense can receive : the colors, notes, noises, forms and sizes, touch-

sensations, odors, and tastes. This undoubtedly is also a form of culture, for it leads us to pay

attention both to ourselves and to our surroundings.” (Maria Montessori, The Absorbent

Mind, p.163)

Material Montessori di area Sensorial dirancang sedemikian rupa untuk menstimulasi dan

meningkatkan kemampuan Perceptual Motor skills si anak. Melalui material sensorial, anak

belajar mengklasifikasi benda-benda di sekitarnya. Dari klasifikasi tersebut, anak belajar

mengenai susunan, tatanan, dan urutan yang nantinya menjadi kemampuan dia dalam

mengolah informasi di otaknya.

Material Montessori terbagi menjadi 8 kategori yang masing-masing memiliki 1 kualitas

yang sengaja diisolasikan supaya anak fokus hanya kepada penajaman 1 indera saja.

8 kategori tersebut adalah sebagai berikut :

1. Visual Sense Exercises

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


Dalam latihan penajaman indera Visual, anak belajar secara visual mengenai perbedaan

bentuk, ukuran, warna antara satu objek dengan objek lainnya secara bergradasi. Contoh

material Montessori yang menstimulasi indera visual anak adalah Knobbed Cylinder,

Long Rod, Brown Stairs, dan Pink Tower.

2. Taktil Sense Exercises

“Although the sense of touch is spread throughout the surface of the body, the Exercises

given to the children are limited to the tips of the fingers, and particularly, to those of

the right hand.” (Maria Montessori, The Discovery of the Child, p.117)

Meskipun indera peraba terletak di seluruh permukaan kulit tubuh, namun kita tahu

bahwa bagian yang paling sensitif dalam sentuhan adalah ruas ujung jari. Oleh karena itu,

stimulasi taktil difokuskan kepada ujung jari tangan kanan. Material yang menstimulasi

taktil ini contohnya adalah Fabric box dan Touch tablets.

Touch Tablet Fabric Box

3. Baric Sense Exercises

Kemampuan untuk mengenali perbedaan tekanan atau berat dari objek yang berbeda

disebut dengan Baric Sense. Contoh materialnya adalah Baric Tablet.

4. Thermic Sense Exercises

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


Disini anak bekerja untuk membedakan temperatur dari perbedaan objek, Contoh

materialnya adalah Thermic bottles dan Thermic Tablets. Material yang digunakan

biasanya perpaduan antara kayu, logam, kaca, kain, keramik. Mereka mempelajari

bagaimana tiap material bisa berbeda dalam menyerap panas dan dingin.

5. Auditory Sense Exercises

Melatih anak mendiskriminasi perbedaan suara di lingkungan. Material yang digunakan

adalah sound boxes dan bells. Di sini anak belajar membedakan suara dan mempelajari

perbedaan kata suara keras, paling keras, suara pelan, paling pelan, sehingga memperkuat

persepsi anak tentang makna perbedaan suara itu sendiri.

6. Olfactory Sense Exercises

Anak mempelajari perbedaan bau dengan material Smelling bottle. Di dalam botol

tersebut diletakkan beberapa aroma dengan karakteristik berbeda. Disini anak juga

mempelajari perbedaan kata bau dan wangi, mana bau yang menyengat dan menusuk

hidung, mana bau yang enak dicium dan menimbulkan perasaan nyaman.

7. Gustatory Sense Exercise

Melalui material Tasting bottle, anak diajak mengenal 4 rasa yang bisa diidentifikasi

lidah yaitu rasa manis, rasa asin, rasa asam, dan rasa pahit.

8. Stereognostic Sense Exercise

Disini anak diajar untuk merasakan sebuah objek dan mengenal atau mengidentifikasi

objek tersebut berdasarkan apa yang dirasakan di tangannya.

“When the hand and arm are moved about an object, an impression of movement is

added to that touch. Such an impression is attributed to a special, sixth sense, which is

called a muscular sense, and which permits many impressions to be stored in a

“muscular memory”, which recalls movements that have been made." (Maria Montessori,

The Discovery of the Child, p.121)

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


Setiap dari material Sensorial dirancang dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Setiap material hanya membawa satu kualitas untuk diobservasi dan dikerjakan oleh si

anak. Misal Color tablet hanya membahas perbedaan warna tapi material dan ukuran

diciptakan sama.

2. Setiap material memiliki control of error sendiri supaya anak bisa bekerja mandiri tanpa

perlu dikoreksi orang dewasa. Contoh pada knobbed cylinder, bila anak memasukkan

silinder pada lubang yang tidak tepat, maka silinder tidak bisa dilepaskan kembali.

3. Material sensorial diciptakan secara rapi, presisi, dan indah dilihat mata.

4. Setiap material harus lengkap. Bila ada bagian yang cacat atau hilang maka material itu

sudah tidak dapat digunakan kembali.

5. Setiap material hanya ada satu set. Pertama, hal ini untuk melatih kesabaran anak untuk

menunggu giliran bila ingin menggunakannya. Kedua, supaya anak tetap terpancing rasa

ingin tahunya karena materialnya sifatnya terbatas, hanya dapat digunakan saat itu saja.

6. Setiap material disebut “materialized abstraction”, maksudnya adalah material bertujuan

untuk membuat hal-hal abstrak menjadi konkret. Contoh bila kita ingin menjelaskan tentang

kualitas ‘berat” maka bisa ditunjukkan lewat pengalaman nyata melalui material baric

tablets.

“ The mathematical mind is a mind which is especially interested in mathematics. Instead of

finding mathematics idiotic and absurd, it finds them interesting and absorbing. It is a fact

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


that most of the children in our Montessori Schools do achieve great enthusiasm in doing

mathematics. It is the preparation of their minds which enables them to derive this

pleasure. “ (Maria Montessori, London Lectures, p.77)

Setiap pengalaman nyata yang dilakukan anak merupakan persiapan agar anak memiliki

mathematical mind. Matematika memiliki banyak konsep abstrak sehingga perlu fondasi

persepsi yang kuat agar anak bisa memecahkan persoalan matematika.

Maria Montessori juga menekankan pentingnya manipulasi objek agar anak lebih

memahami lingkungannya. Melalui pekerjaannya dalam material Sensorial, anak diajak untuk

memahami abstraksi, mengidentifikasi perbedaan dan memahami pengetahuan bukan dengan

perkataan, melainkan dengan pengalaman nyata.

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL


BIBLIOGRAPHY

Montessori, Maria. The 1946 London Lectures. Montessori-Pierson Publishing

Company. 2012

Montessori, Maria. Creative Development in the Child. The Montessori Approach.

Montessori-Pierson Publishing Company. 2020

Montessori, Maria. The Absorbent Mind. Montessori-Pierson Publishing Company.

2007

Montessori, Maria. The Discovery of the Child. Montessori-Pierson Publishing

Company. 2017

Montessori, Maria. The Advanced Montessori Method Vol 1. Montessori-Pierson

Publishing Company. 2017

Gutek, Gerald Lee. The Montessori Method. Rowman & Littlefield Publisher. 2014

Verany Hadyany PD/00120/2022/MHA/HQ - OL

Anda mungkin juga menyukai