Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

“ Kromatografi Lapis Tipis (KLT) “

Disusun Oleh

Nama : Maria Jessica Valent Santoso

NIM : 1911102415135
Kelas Praktikum :B

Dosen Pengampu : Chaerul Fadly Mochtar Luthfi M, S.Farm., M.Biomed.

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2021/2022
1
A. JUDUL
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

B. TUJUAN

1. Bagaimana cara pemisahan dengan menggunakan metode Kromatografi


Lapis Tipis?

2. Bagaimana cara pemisahan pigmen warna adari tinta dengan


menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)?

C. LATAR BELAKANG

Kromatografi lapis tipis pertama kali dikembangkan oleh Izmailoff dan


Schralber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar yang fase
diamnya berupa lapisan seragam pada permukaan bidang datar yang didukung
oleh lempeng kaca plat aluminium atau plat plastik (Gandjar dan Rohman, 2007)

Metode pemisahan dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dilakukan


beberapa kali dilakukan dengan beberapa eluen dengan tingkat kepoaran yang
berbeda untuk mendapatkan pelarut yang mampu memberikan pemisahan yang
baik serta noda zat warna yang bagus. Bercak pada plat KLT dimonitor dibawah
lampu UV 254 nm dan UV 365 nm. Kemudian penentuan golongan senyawa pada
uji KLT dilakukan dengan penyemprotan plat KLT dengan beberapa pereaksi
(Yohanes dkk, 2017). Prinsip dari kromatografi lapir tipis yaitu pemisahan
senyawa multi komponen dengan menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase
gerak (Destiana dkk, 2019).

Berbagai macam pereaksi kimia telah digunakan untuk mendeteksi zona


kromatografi dengan penampakan hasil yang baik. Beberapa pereaksi yang
disebut sebagai pereaksi universal digunakan untuk memvisualisasikan berbagai

2
senyawa yang berbeda struktur molekulnya. Termasuk dalam kelompok pereaksi
ini adalah pelarut asam dan uap ammonia, fluorescein, diklorofluorescein, dan
yodium. Adapun beberapa pereaksi dapat digunakan dalam bentuk teknik
destruktif. Teknik ini menyebabkan kerusakan pada senyawa yang akan
meninggalkan noda yang tampak pada lapisan kromatografi. Sebaiknya ada teknik
non desktruktif yang memungkinkan deteksi senyawa dalam zona kromatografi
tanpa mengubah sorben lempeng atau zona kimianya. Termasuk dalam teknik non
desktruktif adalah sinar tampak dan UV, dan kadang-kadang dengan penggunaan
yodium atau ammonia uap, dua pereaksi terakhir dalam banyak kasus “reaksi”
dimasukkan dalam reaksi reversible. Pereaksi lainnya yang merupakan kelompok
gugus spesifik dan dapat digunakan untuk mendeteksi gugus senyawa, seperti
alcohol, aldehid, keton, ester atau asam. Pereaksi ini disebut kelompok pereaksi
gugus spesifik. (Lestyo, 2011).

Pengamatan bercak pada sinar UV 366 nm menunjukkan bercak


berfluoresensi warna kuning dan hijau kekuningan yang diduga merupakan
senyawa flavonoid. Terdapat juga bercak berwarna merah yang diduga senyawa
klorofil ataupun senyawa lain yang tertutupi oleh kloropil. klorofil diketahui akan
memberikan bercak berwarna merah pada pengamatan dibawah sinar UV 366 nm
dan klorofil memiliki sifat non polar (Nunung, et al., 2019).

Fase gerak merupakan medium angkut yang terdiri atas satu atau beberapa
pelarut. Pelarut tersebut bergerak didalam fase diam yang merupakan lapisan
berpori, karena ada gaya kapiler. Pelarut tersebut bergerak didalam fase diam
yaitu suatu lapisan berpori karena ada gaya kapiler. Pelarut yang digunakan
adalah pelarut yang bertingkat mutu analitik, jika menggunakan system pelarut
multi maksimum tiga komponen, angka banding campuran dalam fase gerak
dinyatakan dalam bagian volume tertentu sehingga volume total adalah 1000.
(Muna, 2008)

3
D. ALAT DAN BAHAN

a. Alat yang digunakan:

1. Batang Pengaduk

2. Vial

3. Cawan Porselen

4. Sendok Tanduk

5. Gelas Ukur

6. Pinset

7. Alat UV

b. Bahan yang digunakan:

1. Ekstrak Tanaman

2. Alumunium Foil

3. Lempeng Silica

4. Tissue

E. CARA KERJA

 Penyimpanan lempengan KLT dan Penjenuhan Chamber

1. Penyiapan lempeng silica gel

2. Lempeng silica gel F254 yang berukuran 20x20 cm. dipotong


dengan ukuran 20x1cm (untuk ekstrak). Lempeng diberi garis
penotolan menguunakan pensil 3b pada bagian bawah dengan
1cm dan garis bagian atas 0,5 cm dari atas

3. Penjenuhan chamber

4
4. Disiapkan 2 buah chamber yang bersih lengkap dengan
penutupnya. Chamber (1) dan Chamber (2) diisi dengan eluen
dengan kepolaran yang berbeda. Kemudian dimasukan potongan
kertas sering yang panjangnya lebih tinggi chamber dan
kemudian di tutup. Eluen dibiarkan hingga naik melalui kertas
saring hingga melawati penutup kaca (chamber dianggap tetap
jenuh)

 Penotolan sampel pada lempeng

1. Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

2. Ektrak n-heks (dilarutkan dengan etil asetat), ektrak etil asetat


(dilakukan dengan n-heksan). Ektrak diambil dengan
menggunakan pipa kapiler, kemudian ditotolkan hati-hati pada
lempeng yang telah disiapkan (jika memungkinkan untuk tujuan
kuantitatif gunakan mikropipet sebanyak 5-20 mikroliter).
Lempeng yang telah ditotol di angina-anginkan sebentar untuk
menguapkan pelarut lalu dipanaskan ke dalam chamber yang
telah dijenuhkan. Bila eluen telah mencapai batas atas dari
lempeng silica gel, maka lempeng tersebut dapat dikeluarkan.
Amati secara langsung dan dengan menggunakan penampak
bercak UV 254 dan UV 366.

5
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Wulan. 2013. Aktivitas antibakteri Kombinasi Ekstrak Etanol Daun


Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz & Pav) dan Kloramfenikol Terhadap
Bakteri Salmonella typhi, Shigella dysenteriae, dan Staphylococcus aureus
Beserta Bioautografinya. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Desandi Y, Andi. (2014). Ekstraksi dan Uji Filokimia (Sonneratia alba). Laporan
Penelitian. Bandung : Universitas Padjadjaran. Hal :5

Destiana et al. 2019. Identifikasi Hidrokuinon Dalam Sabun Pemutih Pembersih


Wajah pada Tiga Klinik Kecantikan di Bnadar Lampung dengan Metode
Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Analis Farmasi.
4(2) : 91-97.

Gandjar, I.G, dan Rahman. A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.

Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan ,2nd, (Terjemahan oleh : Padwaminata, K. Dan Soediro, I). Bandung :
Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai