Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN RESMI TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI PADAT

Penyusun:

Benedictus Karel A.S (611610004)


Edward Hartono (611610006)
Elvin Febriyanti Hardy (611610007)
Elvina Agus Hadinata (611610008)

Fakultas Sains dan Teknologi


Program Studi Farmasi
2018
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Bahan Aktif

Parasetamol merupakan obat yang berkhasiat sebagai analgetik, antiperetik., efek


terapi cepat dan dapat dibeli dengan harga terjangkau, parasetamol memiliki sifat
kompresibilitas dan fluiditas yang kurang baik, sehingga menimbulkan kesulitan sewaktu
pengempaan. Untuk obat dengan sifat kompaktibilitas yang kurang baik dalam dosis besar
paling tepat jika digunakan metode granulasi basah, karena dengan metode granulasi basah
tidak memerlukan banyak bahan tambahan yang menyebabkan bobot terlalu besar, selain itu
sifat parasetamol yang tahan terhadap panas dan kelembaban selama proses granulasi.(Tan
dan Kirana, 2002).

Formula:C8H9NO2

Efek samping

Efek samping parasetamol jarang ditemukan. Efek samping dapat berupa gejala ringan
seperti pusing sampai efek samping berat seperti gangguan ginjal, gangguan hati, reaksi alergi
dan gangguan darah.

1.2 Tablet

Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang banyak diproduksi dan disukai oleh
masyarakat karena tablet mempunyai beberapa keuntungan diantaranya adalah ketepatan
dosis, mudah cara pemakaiannya, relatif stabil dalam penyimpanan, mudah dalam transportasi
dan distribusi kepada konsumen, serta harganya relatif murah. (Banker dan Anderson, 1986).

Tablet yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

 Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan.
 Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil.
 Fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik atau mekanik.
 Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan.
 Waktu hancur dan lahu disolusi harus memenuhi persyaratan.
 Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan.
 Terbebas dari kerusakan fisik.
 Stabilitas fisik dan kimiawi cukup baik selama penyimpanan.
 Zat aktif dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu.
 Memenuhi persyaratan Farmakope yang berlaku.
 Persyaratan yang harus dipenuhi tablet agar layak dikonsumsi adalah sebagai berikut:
 Keseragaman bobot dan keseragaman kandungan

1.2.1 Komponen Tablet

Pada umumnya tablet mengandung zat aktif dan bahan pengisi, bahan pengikat,
disintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna yang diizinkan, dan
bahan penolong lainnya. Eksipien Tablet biasa disebut sebagai bahan tambahan tablet.
Untuk membentuk tablet diperlukan bahan - bahan tambahan. Akan tetapi beberapa tablet
ada yang tidak membutuhkan banyak bahan tambahan. Bahan tambahan yang biasa
digunakan adalah:

1.2.1.1 Bahan Pengisi


Bahan pengisi ditambahkan jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa. Jika
kandungan zat aktif kecil, sifat tablet secara keseluruhan ditentukan oleh bahan pengisi
yang besar jumlahnya. Selain itu, bahan pengisi dapat juga ditambah karena alasan
kedua yaitu memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung atau untuk
memacu aliran.
Bahan pengisi harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :
a. Harus nontoksik dan dapat memenuhi praturan-peraturan dari Negara di mana
produk akan dipasarkan.
b. Harus tersedia dalam jumlah yang cukup di semua negara tempat produk itu dibuat.
c. Harganya harus cukup murah.
d. Tidak boleh saling berkontraindikasi (misalnya, sukrosa), atau karena komponen
(misalnya, natrium) dalam tiap segmen/bagian dari populasi.
e. Secara fisiologi harus inert/netral.
f. Harus stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi dengan berbagai obat
atau komponen tablet lain.
g. Harus bebas dari segala jenis mikroba.
h. Harus color compatible (tidak boleh mengganggu warna).
i. Bila obat itu termasuk sebagai makanan (produk-produk vitamin tertentu), pengisi
dan bahan pembantu lainnya harus mendapat persetujuan sebagai bahan aditif pada
makanan.
j. Tidak boleh mengganggu bioavailabilitas obat.
k. Bahan pengisi tablet yang umum adalah laktosa, mannitol, pati, dan beberapa bahan
pengisi yang digunakan berada dalam bentuk hidrat seperti kalsium fosfat dan
kalsium sulfat berbasa dua.
1.2.1.2 Bahan Pengikat
Bahan pengikat memberikan daya adhesi (perekatan) pada massa serbuk
sewaktu granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah ada
pada bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkan dalam bentuk kering, tetapi lebih
efektif jika ditambahkan dalam bentuk larutan pada pembuatan granul. Bahan pengikat
yang umum meliputi amilum, metilselulosa gom akasia, gelatin, sukrosa, povidon, dan
karboksimetilselulosa.
1.2.1.3 Bahan Penghancur
Bahan penghancur atau disintegran ditambahkan untuk memudahkan
pecahnya atau hancurnya tablet menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yang mudah
terdispersi atau melarut, sehingga lebih mudah diabsorpsi ketika berkontak dengan
cairan saluran pencernaan. Bahan penghancur berfungsi menarik air ke dalam tablet,
mengembang dan menyebabkan tablet pecah menjadi fragmen-fragmen yang mungkin
sangat menentukan kelarutan selanjutnya dari obat dan tercapainya bioavailabilitas
yang diharapkan. Disintegran tablet yang paling banyak digunakan adalah Avicel, pati,
dan explotab. Kandungan disintegran, cara penambahan dan derajat kepadatan
berperan dalam efektivitas daya hancur tablet.
1.2.1.4 Bahan Pelincir, Anti Lekat dan Pelicin
Ketiga jenis bahan ini memiliki fungsi yang saling tumpang-tindih, hal ini
disebabkan suatu bahan anti lekat juga memiliki sifat-sifat pelincir dan pelican.
Perbedaan ketiganya yaitu, suatu pelincir diharapkan dapat mengurangi gesekan antara
dinding tablet dengan dinding die, pada saat tablet ditekan ke luar. Anti lekat bertujuan
untuk mengurangi melengketnya granul pada permukaan punch atau dinding die.
Sedangkan pelicin digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan
mengurangi gesekan di antara partikel-partikel. Bahan yang paling umum digunakan
adalah talk, magnesium stearat, asam stearat, dan kalsium stearat.
1.2.1.5 Zat Warna, Pemberi Rasa dan Pemanis
Penggunaan zat warna dalam preparat farmasi untuk tujuan estetika, sebagai
pembantu sensori untuk pemberi rasa yang digunakan, dan untuk tujuan kekhasan
produk. Ada beberapa keuntungan penggunaan zat warna dalam tablet yaitu :
a. Dapat menutupi warna obat yang kurang baik.
b. Membantu identifikasi hasil produksi.
c. Membuat suatu produk menjadi lebih menarik.
Zat pemberi rasa biasanya dibatasi pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang
ditujukan untuk larut di dalam mulut. Sedangkan penggunaan pemanis dibatasi
terutama pada tablet yang dikunyah untuk mengurangi penggunaan gula di dalam
tablet.

1.3 Evaluasi Tablet

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot jika zat aktif merupakan bagian terbesar
dari tablet dan cukup mewakili keseragaman kandungan. Keseragaman bobot bukan
merupakan indikasi yang cukup dari keseragaman kandungan jika zat aktif merupakan bagian
terkecil dari tablet atau jika tablet bersalut gula. Oleh karena itu, umumnya farmakope
mensyaratkan tablet bersalut dan tablet mengandung zat aktif 50 mg atau kurang dan bobot
zat aktif lebih kecil dari 50 % bobot sediaan, harus memenuhi syarat uji keseragaman
kandungan yang pengujiannya dilakukan pada tiap tablet (Syamsuni, 2007). Terdapat
beberapa uji pada tablet antara lain:

1.3.1 Uji kekerasan


Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi dan gaya kompresi
yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan tablet meningkat
sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode granulasi juga menentukan
kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet berkisar 4 - 8 kg, bobot tersebut
dianggap sebagai batas minimum untuk menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat
yang digunakan untuk uji ini adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat
mengukur berat yang diperlukan untuk memecahkan tablet (Lachman, 1994).
1.3.2 Uji keregasan (Friability)
Cara lain untuk menentukan kekuatan tablet ialah dengan mengukur
keregasannya. Gesekan dan goncangan merupakan penyebab tablet menjadi hancur.
Untuk menguji keregasan tablet digunakan alat Roche friabilator. Sebelum tablet
dimasukkan ke alat friabilator, tablet ditimbang terlebih dahulu. Kemudian tablet
dimasukkan ke dalam alat, lalu alat dioperasikan selama empat menit atau 100 kali
putaran. Tablet ditimbang kembali dan dibandingkan dengan berat mula-mula. Selisih
berat dihitung sebagai keregasan tablet. Persyaratan keregasan harus lebih kecil dari
0,8% (Ansel, 1989).

𝑊𝑎 − 𝑊𝑏
%𝐹𝑟𝑖𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝑊𝑎
Keterangan :
Wa = bobot awal tablet
Wb = bobot akhir tablet

1.3.3 Uji Waktu hancur


Waktu hancur penting dilakukan jika tablet diberikan peroral, kecuali tablet
yang harus dikunyah sebelum ditelan. Uji ini dimaksudkan untuk menetapkan
kesesuaian batas waktu hancur yang ditetapkan pada masing-masing monografi. Uji
waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.
Pada pengujian waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet
yang tertinggal di atas kasa, kecuali fragmen yang berasal dari zat penyalut. Kecuali
dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan keenam tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk
tablet bersalut (Syamsuni, 2007).
1.3.4 Uji Disolusi
Disolusi adalah suatu proses perpindahan molekul obat dari bentuk padat ke
dalam larutan suatu media. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui banyaknya zat aktif
yang terlarut dan memberikan efek terapi di dalam tubuh. Kecepatan absorbsi obat
tergantung pada pemberian yang dikehendaki dan juga harus dipertimbangkan
frekuensi pemberian obat (Syamsuni, 2007).
1.3.5 Uji Bobot Jenis
Evaluasi granul dengan bobot jenis ini yaitu dengan mengetahui bobot jenis
pada granul tersebut, mulai dari bobot nyata, bobit mampat dan bobot sejati. Evaluasi
bobot jenis sejati ini dilakukan menggunakan alat piknometer.

Rumus yang digunakan :

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)


𝜌𝑏𝑢𝑙𝑘 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑚𝐿)
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑔𝑟𝑎𝑚)
𝜌𝑡𝑎𝑝 =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛(𝑚𝐿)

𝑤2 × 𝑤3
𝜌𝑡𝑟𝑢𝑒 =
25(𝑤2 − 𝑤4 + 𝑤3)

Keterangan :

w0 = piknometer 25 ml kosong (g)

w1 = piknometer 25 ml + parafin cair (g)

w2 = w1 – w0 (g)

w3 = granul sebanyak 1 gram

w4 = w2 + w3 + parafin ad 25 mL

1.3.6 Uji Kompresibilitas

Kompresibilitas merupakan kemampuan granul untuk membentuk tablet


dengan tekanan tertentu. Kompresibiltas juga biasanya disebut dengan index carr’s
yang dapat digunakan untuk menentukan sifat alir. Semakin besar nilai kompresibiltas
menunjukkan granul memiliki sifat alir yang kurang baik. Persyaratan tidak boleh
lebih dari 20% (Aulton, 1998 ; FI IV 1995)

Rumus yang digunakan :

𝜌1 − 𝜌0
%𝑘𝑜𝑚𝑝𝑟𝑒𝑠𝑖𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝜌1

1.3.7 Uji Sifat Alir


Uji sifat alir terdapat dua metode untuk mengujinya yang perrtama dengan
metode corong dan yang kedua yaitu metode sudut istirahat. Prinsip dari metode sudut
istirahat ini yaitu pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng tumbuhan granul yang
mengalir bebas dari corong terhadap suau bidang datar. Persyaratannya adalah 100
gram granul waktu alirnya tidak lebih dari 10 detik (> 10 g/detik) (Aulton,
1988;Liebermann & Lachman, 1986).
Persyaratan dari sudut diam (Aulton, 1988;Liebermann & Lachman, 1986) :
Sudut Diam (⁰) Kemampuan Alir
< 25 Sangat baik
25 – 30 Baik
30 – 40 Cukup
>40 Buruk

Besarnya sudut diam dapat diukur dengan rumus berikut :



Tan ∝ = 𝑟

Keterangan : ∝ = sudut diam (⁰)

r = jari-jari lingkaran alas kerucut (cm)

h = tinggi kerucut granul (cm)

1.4 Granulasi

Granulasi adalah pembentukan partikel-partikel besar dengan mekanisme pengikatan


tertentu atau proses pembuatan ikatan partikel-partikel kecil membentuk padatan yang
lebih besar atau agregat permanen melalui penggumpalan massa, sehingga dapat dibuat granul
yang lebih homogen dari segi kadar, massa jenis, ukuran serta bentuk partikel. Fungsi
granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan kompressibilitas dari massa cetak tablet,
memadatkan bahan-bahan, menyediakan campuran seragam yang tidak memisah,
mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan memperbaiki
penampakan tablet. Untuk beberapa zat aktif tertentu, proses granulasi dapat dilewati jika zat
aktif memenuhi syarat untuk langsung dikempa.

1.4.1 Granulasi Basah

Granulasi basah dalah proses menambahkan cairan pada suatu serbuk atau
campuran serbuk alam suatu wadah yang dilengkapi dengan pengadukan yangakan
menghasilkan granul (Chorles J.P Siregar, 2008). Proses granulasi basah zat
berkhasiat, pengisi dan penghancur dicampur homogen, lalu dibasahi dengan larutan
pengikat, bila perlu ditambahkan pewarna. Diayak menjadi granul dan dikeringkan
dalam lemari pengering pada suhu 40-50°C. Proses pengeringan diperlukan oleh
seluruh cara granulasi basah untuk menghilangkan pelarut yang dipakai pada
pembentukan gumpalan-gumpalan dan untuk mengurangi kelembapan sampai pada
tingkat yang optimum (Lachman, 1986). Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh
granul dengan ukuran yang diperlukan dan ditambahkan bahan pelicin dan dicetak
dengan mesin tablet. (Anief, 1994).

Keuntungan granulasi basah :

 Dapat digunakan untuk tablet dengan sistem pelepasan zat aktif terkendali.
 Mencegah seregrasi komponen sehingga diperoleh sediaan dengan keseragaman
kandungan yang baik.
 Dapat digunakan untuk zat aktif dosis besar yang sulit mengalir dan
sulit dikompres
 Meningkatkan atau memperbaiki distribusi keseragaman kandungan.
 Distribusi dan keseragaman kandungan baik bagi zat aktif yang mudah larut dan
dosis kecil.
 Dapat meningkatkan kompresibilitas dan kohesifitas serbuk dengan penambahan
bahan pengikat.
 Untuk serbuk dengan BJ yang rendah (voluminous) sehingga dapat mencegah
kontaminasi silang.
 Serbuk dapat ditangani tanpa menghasilkan kontaminasi udara (debu dari serbuk).
 Memperoleh aliran yang lebih baik.
 Mendapatkan berat jenis yang sesuai.
 Mengontrol pelepasan.
 Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
 Zat warna dapat lebih homogen karena terlebih dahulu dilarutkan dalam cairan
pengikat.

Kekurangan/kerugian granulasi basah :

 Dalam granulasi basah ini, biaya yang dibutuhkan cukup tinggi.


 Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
 Zat aktif yang tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan metode
ini.
 Membutuhkan tempat yang luas, biaya yang tinggi, alat dan waktu yang banyak.
 Memungkinkan terjadinya kehilangan bahan selama pemindahan ke unit proses
lainnya.

1.4.2 Granulasi Kering


Tujuan metode granulasi kering adalah untuk memperoleh granul yangdapat
mengalir bebas untuk pembuatan tablet.Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif
tidak mungkin digranulasi basah, karena tidak stabil atau peka terhadap panas dan
lembab atau tidak mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak
dapat mengalir bebas dan dosis efektif zat aktif terlalu besar untuk kempa langsung
(Siregar, 2010).
Dalam metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif
supaya masa yang jumlah nya besar dapat dibentuk.Metode ini khususnya untuk
bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena
kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan
temperatur yang tinggi (Ansel, 1989).
Keuntungan granulasi kering :
a. peralatan lebih sedikit dibanding granulasi basah
b. cocok digunakan pada zat aktif tidak tahan panas dan lembab
c. tahap pengerjaan tidak terlalu lama
d. biaya lebih efisien dibanding granulasi basah
e. mempercepat waktu hancur obat dalam tubuh karna tidak menggunakan pengikat
Kerugian/kekurangan granulasi kering :
a. Pada proses granulasi kering ini memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat
slug (mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat).
b. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam.
c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya
kontaminasi silang.
d. Keseragaman kandungan lebih sulit untuk dicapai.
e. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang lebih banyak.

1.4.3 Kompresi Langsung


Beberapa granul bahan kimia seperti kalium klorida, kalium iodida,amonium
klorida, dan metenamin, memiliki sifat mudah mengalir sebagai mana juga sifat-sifat
kohesifnya yang memungkinkan untuk langsung dikompresi dalam mesin tablet tanpa
memerlukan metode granulasi basah atau kering.
Pada waktu sekarang ini penggunaan pengencer yang dikeringkan dengan
penyemprotan, meluas kepada formula-formula tablet tertentu daripada dengan serbuk
pengisi biasa, kualitas yang diinginkan untuk tablet kompresi langsung dan sejumlah
produk-produk lainnya banyak diproduksi dengan cara ini. Capping atau keretakan
dari tablet disebabkan oleh beberapa faktor dan tidak terbatas pada tablet yang dibuat
dengan pengkompresian langsung saja. Misalnya bila punch tidak bersih sekali dan
tidak halus sekali dapat menghasilkan tablet yang terlepas bagian atasnya sebagaimana
juga dengan cetakan (die) yang sudah tua dan tidak sempurna. Tekanan yang terlalu
besar pada pengempaan dapat menyebabkan keretakan seperti yang terjadi bila
granulat terlalu lunak. Pada umumnya ada bagian dari fines atau serbuk halus yang
merupakan hasil waktu granulasi kering dengan ukuran dan jumlahnya biasanya 10-
20% dari berat granul dan perlu supaya pengisian rongga cetakan wajar. Tetapi
kelebihan dari serbukhalus ini dapat juga berperan menjadi capping bila sejumlah
besar udaraterperangkap dalam tablet, keadaan seperti ini disebut laminating (Ansel,
1989).
Keuntungan metode kempa langsung :
a. lebih ekonomis
b. lebih singkat prosesnya
c. dapat diterapkan pada zat aktif yang tidak tahan panas dan lembab
d. waktu hancur dan disolusi lebih baik karna tidak memakai pengikat
Kerugian/kekurangan metode kempa langsung :
a. kurang seragamnya kandungan zat aktif karna kerapatan bulk antar zat aktif dan
pengisi berbeda.
b. zat aktif dengan dosis besar tidak mudah untuk dikempa langsung
c. sulit memilih eksipien, karna harus memiliki sifat mudah mengalir, memiliki
kompresibilitas, kohesifitas dan adhesifitas yang baik.
BAB II

METODOLOGI

2.1 Cara Kerja

2.1.1 Prosedur Pembuatan Tablet

Siapkan alat dan bahan

Dilakukan penimbangan terhadap bahan sesuai dengan formula yang telah ditetapkan

Setiap bahan kecuali Mg.Stearat dimasukkan ke dalam v mixer dan dijalankan selama
10 menit

Bahan yang telah tercampur kemudian ditampung ke dalam nampan/baskom

Campuran ditambahkan aquadest dan diaduk merata hingga menjadi bentuk adonan
yang kalis

Adonan yang telah kalis, dikempa kemudian dimasukkan ke dalam granulator

Granul yang telah terbentuk kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 60oC
hingga kering

Dilakukan pengujian untuk menentukan kualitas granul

Granul yang telah kering dan di uji, dicampurkan dengan Mg.Stearat

Granul yang telah dicampur Mg.Stearat, dimasukkan kedalam mesin pencetak tablet
melalui hoppers kemudian mesin dijalankan
PENGUJIAN MUTU GRANUL

2.1.2 Cara Kerja Uji Ukuran Granul

Ditimbang 100 gram granul

Ditimbang bobot masing-masing pengayak dan pan penampung yang akan


digunakan.

Pengayak tersebut disusun dengan urutan mesh 10, 20, 30, 50, dan 100 dengan
pan penampung di bagian bawahnya.

Granul yang telah ditimbang diletakkan pada pengayak paling atas, kemudian
ditutup dan dikencangkan.

Pengayak digetarkan dengan sleve Shaker selama 20 menit dengan


kecepatan getaran skala 1 rpm.

Ditimbang bobot masing-masing pengayak dan granul yang terdapat di


dalamnya.

Dihitung bobot granul yang terdapat pada masing-masing pengayak dan pada
pan penampung tersebut.

Dibuat tabel dan kurva distribusi ukuran partikel yang diperoleh

Catatan : Dilakukan 3x replikasi


2.1.3 Cara Kerja Uji Daya Alir

Cara 1. Menguji Kecepatan Alir Granul

Ditimbang 50 gram granul

Dimasukkan dalam corong yang lubang corong bagian


bawah ditutup sebelumnya

Waktu diamati dengan stopwatch dari mulai pada saat dibukanya lubang corong
hingga seluruh granul melewati lubang corong

Waktu Kecepatan alir dinyatakan dalam gram/detik

Catatan : Dilakukan 3x replikasi

Cara 2. Mengukur Sudut Diam Granul

Menentukan kemampuan alir berlaku sudut kemiringan

Granul mengalir bebas dari sebuah corong ke suatu dasar membentuk kerucut
yang sudut kemiringannya kemudian diukur

Sudut diam dapat dihitung dengan rumus: Tan α = h / r


Catatan : Dilakukan 3x replikasi

2.1.4 Cara Kerja Bobot Jenis dan Kompresibilitas

1. Bobot jenis nyata (Bulk density = ρ0)

Ditimbang 40 g granul, kemudian dimasukan

Dilakukan dengan cara dalam gelas ukur kemudian dicatat volumenya


(Voigt, 1995).

2. Bobot jenis mampat (Tap density = ρ1)


Pengukuran bobot jenis nyata dilakukan dengan cara:

Sebanyak 40 g granul dimasukan ke dalam gelas ukur

Kemudian diketuk-ketuk sampai 100 kali, hingga volumenya tidak


berubah dengan menggunakan Tap Dencity Volumeter
3. Bobot jenis benar (True density = ρ)
Pengukuran bobot jenis benar dilakukan dengan cara:

Ditimbang piknometer 25,0 ml kosong (w0) gram

Kemudian diisi dengan parafin cair dan ditimbang (w1) gram

Didapat bobot parafin = (w1 – w0) gram = (w2) gram

Kemudian granul sebanyak 1–1,5 g ditimbang dengan seksama (w3) gram

Dimasukan ke dalam piknometer lalu ditambah parafin cair ad 25,0 ml dan


ditimbang (w4) gram

Kemudian diketuk-ketuk sampai 100 kali, hingga volume tidak


berubah dengan menggunakan Tap Dencity Volumeter

Catatan : Dilakukan 3x replikasi

2.1.5 Cara Kerja Homogenitas Campuran

1. Pengujian homogenitas granul dilakukan dengan cara:

Penentuan panjang gelombang maksimum zat aktif dalam larutan dapar fosfat
dengan pH 6.8

Dilarutkan sejumlah baku pembanding zat aktif dalam larutan dapar fosfat
dengan PH 6.8

Diamati panjang gelombang maksimumnya dengan spektrofotometer ultraviolet


dari 200nm – 300nm

Panjang gelombang maksimum yang didapat digunakan untuk pengukuran


kadar cuplikan sampel uji disolusi dengan spektrofotometer UV.
2. Pembuatan larutan baku induk dan larutan baku kerja zat aktif

Pembuatan larutan baku induk dilakukan dengan menimbang seksama baku


parasetamol. pembanding zat aktif 100 mg

Kemudian dilarutkan dalam larutan aquades dengan PH 5-7 hingga volume


tepat 100 mL (konsentrasi baku induk 1000ppm)

Pembuatan larutan baku kerja parasetamol dilakukan dengan pengenceran


dengan seksama

Larutan baku induk didapatkan sepuluh konsentrasi baku kerja (1.0; 2.0; 3.0;
4.0; 5.0; 6.0; 7.0; 8.0; 9.0; 10.0 ppm)

Masing- masing larutan baku kerja diukur serapannya sehingga dapat dihitung
persamaan regresi

3. Pengambilan Sampling Acak Granul

Granul diambil dari tiga tempat berlainan dalam massa

Granul digerus, serbuk halus ditimbang seksama dengan lebih kurang setara
250 mg zat aktif

Zat aktif dilarutkan dengan 100.0 ml larutan dapar

Disaring diencerkan 1000x

Kemudian ditetapkan kadar bahan aktifnya dengan metode spektrofotometer


UV
PENGUJIAN MUTU TABLET

1. Keseragaman Bobot

Ditimbang 20 tablet satu persatu dengan neraca analitik dan hitung bobot rata-
rata

Hasil pengukuran bobot masing-masing tablet dicatat

2. Keseragaman Ukuran Tablet

Tebal dan diameter masing-masing tablet diukur dengan menggunakan jangka


sorong sebanyak 10 tablet

Dicatat hasil pengukurantebal dan diameter masing masing tablet

3. Kekerasan Tablet
Tablet ditempatkan pada ujung alat dan skala alat menunjukan angka nol

Pangkal alat diputar sampai tablet pecah dan skala yang terbaca menunjukan
angka kekerasan tablet

Dicatat hasil uji kekerasan masing-masing tablet sebanyak 10 tablet


4. Friabilitas

Satu per satu tablet dibersihkan dari debu menggunakan sikat halus sebanyak
10 tablet

Ditimbang seluruh tablet menggunakan neraca analitik

Masing-masing 10 tablet dimasukkan ke dalam alat uji

Alat uji dioperasikan pada 25 rpm selama 4 menit

Ditimbang kembali sejumlah tablet yang dimasukkan ke dalam masing-


masing alat

Dihitung selisih bobot tablet dan nyatakan dalam %friabilitas dengan rumus
berikut:

5. Waktu Hancur

Pengatur suhu pada alat dinyalakan dan air dimasukkan ke dalam bejana
sehingga keenam tabung tempat tablet diletakkan dapat terendam kemudian
diatur setting pada 37°C.

Sebanyak 6 tablet ditempatkan pada masing-masing tabung yang terdapat


pada alat uji waktu hancur

Alat uji dioperasikan sehingga tabung-tabung bergerak naik turun dan


stopwatch dinyakana bersamaan dengan mulai dijalankannya alat sampai
dengan tablet hancur atau tinggal massa intinya yang tidak jelas.

Dicatat waktu hancur keenam tablet


6. Penentuan Laju Disolusi
Alat pengukur uji disolusi yang digunakan adalah Alat II (Metode “Paddle”).

Pertama-tama wadah diisi dengan larutan dapar fosfat dengan pH 6,8


sebanyak 900 ml.

Termostat dinyalakan pada suhu 37±0,5˚C.

Setelah suhu air mencapai 37±0,5˚C dimasukkan tablet paracetamol dan


pengaduk dinyalakan dengan kecepatan 75 putaran per menit.

Cuplikan diambil 5 ml pada menit ke-0, 5, 10, 15, 30, 45, 60.

Pada setiap pengambilan cuplikan ditambahkan 5 ml larutan dapar fosfat pH 6,8


sehingga volume media tidak mengalami perubahan

Setelah itu cuplikan yang diambil diukur kadarnya dengan spektrofotometri


BAB III
DATA DAN PERHITUNGAN
3.1 Formulasi
R/ Paracetamol 71,43%
Avicel 10%
Laktosa 12,57%
Acacia 3%
Talkum 2%
Mg.Stearat 1%
3.2 Perhitungan Bobot Tablet yang Akan Dicetak
Bobot dalam 1 tablet :
Paracetamol =71,43% x 350 mg = 250 mg
Avicel =10% x 350 mg = 35 mg
Laktosa =12,57% x 350 mg = 44 mg
Acacia =3% x 350 mg = 10,5 mg
Talkum =2% x 350 mg = 7 mg
Mg.Stearat =1% x 350 mg = 3,5 mg
Berat total = 350 mg
Bobot tablet 500 tablet :
Parasetamol 250 mg  (250 mg x 500) : 1000 = 125 gram
Avicel 10%  (10% x 350 mg x 500) : 1000 = 17,5 gram
Laktosa 12,57%  (12,57% x 350 mg x 500) :1000 = 22 gram
Talk 2%  (2% x 350 mg x 500) : 1000 = 3,5 gram
Mg stearat 1%  (1% x 350 mg x 500) : 1000 =1,75 gram
Acacia 3%  (3% x 350 mg x 500 ) : 1000 = 5,25 gram
3.3 Data dan Perhitungan
3.3.1 Pengujian Mutu Granul
3.3.1.1 Uji Ukuran Granul

Pengayak Bobot Bobot granul


D Pengayak %
Mesh Bobot (g) Gram %
(µm) + granul (g) Kumulatif
10 2000 335 422 87 87% 87%
20 850 320 327 7 7% 94%
30 600 303 305 2 2% 90%
40 420 304 306 2 2% 98%
100 150 308 309 1 1% 99%
Pan - 339 340 1 1% 100%
Jumlah 100

Diameter % bobot % kumulatif (%)


>850 87% 87%
600-850 7% 94%
300-600 2% 96%
250-300 2% 98%
150-180 1% 99%
<150 (pan) 1% 100%

Diagram histogram

3.3.1.2 Uji Daya Alir


Cara 1. Menguji Kecepatan Alir Granul

W Kecepatan Alir
T (detik)
Replikasi (gram) (gram/detik)
1 50 14,24 3.5112
2 50 14,14 3.5360
3 50 13,83 3.6153
Rata-Rata ± SD 3.5541 ± 0,0543
CV (%) 1,5278

(3,5112−3,5541)2 +(3,5360−3,5541)2 +(3,6153−3,5541)²


SD =√ 3−1

(0,00184041)+(0,00032761)+(0,00374544)
=√ 2

= √0,00296673
= 0,0543

Cara 2. Mengukur Sudut Diam Granul

Replikasi h (cm) Jari2 (cm) tan α(O) α(O)


1 3.1 6 30,3565 88,11325193
2 3.5 6 33,6166 88,29611299
3 3.5 5 38,8800 88,52666795
Rata-Rata ±
SD 88,312 ± 0,2072
CV (%) 0,2346227013%

h
Replikasi → tan α = r
3,1
= 6

= 30,3565
h
Replikasi II → tan α = r
3,5
= 6

= 33,6166
h
Replikasi III → tan α = r
3,5
= 5

= 38,8800

88,11325193 + 88,29611299 + 88,52666795


Rata-rata = 3
= 88,31201096
≈ 88,312

(88,11325193−88,312)2 +(88,29611299−88,312)2 +(88,52666795−88,312)2


SD =√ 3−1

(0,03950079533)+(0,0002523970867)+(0,04608232876)
=√ 2

= √0,04291776059
= 0,2071660218
≈ 0,2072

0,2072
CV (%) = x 100%
88,312

= 0,2346227013%

3.3.1.3 Uji Bobot Jenis dan Kompersibilitas


1. Bobot Jenis Nyata
W
V (ml) pb (g/ml)
Replikasi (gram)
1 40 92 0.4347
2 40 97 0.4123
3 40 94 0.4255
Rata-Rata ± SD 0.4241 ± 0.01125
CV (%) 2,6526

(0,4347−0,4241)2 +(0,4123−0,4241)2 +(0,4255−0,4241)²


SD =√ 3−1

(0,00011236)+(0,00013924)+(0,00000196)
=√ 2

= √0,00012678
= 0,01125
2. Bobot Jenis Mampat

Interval Volume (ml)


Pengetukan Rep I Rep II Rep III
100 93 97 95
200 88 88 93
300 86 87 92
400 85 85 92
500 85 85 92
40
1) Bobot jenis mampat = 85
= 0,4705
40
2) Bobot jenis mampat = 85
= 0,4705
40
3) Bobot jenis mampat = 92
= 0,4347

0,4705+0,4705+0,4347
Rata-rata = 3

= 0,4585

3. Bobot Jenis Benar


Bobot piknometer + cairan = 40,888 gram
Bobot piknometer kosong = 19,994 gram
-
Bobot cairan = 20,894 gram

bobot cairan
ρ cairan = volume cairan

20,894
= 25

= 0,83576 gram/ml

Bobot piknometer + bahan = 20,999 gram


Bobot piknometer kosong = 19,994 gram
-
Bobot bahan = 1,005 gram

Bobot piknometer kosong + cairan + bahan = 41,260 gram


Bobot piknometer + bahan = 20,999 gram
-
Bobot cairan di antara bahan = 20,261 gram

bobot cairan di antara granul


Volume cairan di antara bahan = ρ cairan
20,261 gram
= gram
0,83576
ml

= 24,2426 ml
Volume granul = volume piknometer – volume cairan di antara granul
= 25 ml – 24,2426 ml
= 0,7574 ml

bobot granul
ρ benar = volume granul
1,005 gram
= 0,7574 ml

= 1,3269 gram/ml

4. Pengujian Kompresibilitas Granul

ρ1 – ρ0
% kompresibilitas = x 100%
ρ1
0,4585−0,4241
= x 100%
0,4585

= 7,5027 %

5. Porositas

(ρ – ρв)
ϵ = x 100%
ρ
(1,3269−0,4241)
= x 100%
1,3269

= 68,0782 %

3.3.4 Homogenitas Campuran

Data Kurva Baku λ 243 nm

Konsentrasi (ppm) Absorbansi


1 0.4375
2 0.4411
3 0.4941
4 0.5213
5 0.5748
6 0.6585
7 0.6893
8 0.7149
9 0.7468
10 0.8618
Data larutan sampel λ 243 nm
Sampel Absorbansi
1 0,3931
2 0,3580
3 0,4097

y = 0,0464x + 0,359
𝑦−0,359
x= 0,0464

Konsentrasi sampel 1
0,3931−0,359
x = 0,0464

= 0,7349

Konsentrasi sampel 2
0,3580−0,359
x = 0,0464

= 0,0464

Konsentrasi sampel 3
0,4097−0,359
x = 0,0464

= 1,0926

0,7349+0,0464+1,0926
Rata-rata konsentrasi sampel = 3

= 0,602
(0,7349−0,602)2 +(−0,0215−0,602)2 +(1,0926−0,602)²
SD =√ 3−1

= 0,5688158841

SD 0,5688
CV = rata−rata = x 100%
0,602

= 0,9448 x 100%
= 94%

3.3.2 Pengujian Muu Tablet


3.3.2.1 Keseragaman bobot
Bobot Tablet Bobot Tablet
No No
(g) (g)
1 0.433 11 0.391
2 0.387 12 0.449
3 0.439 13 0.446
4 0.424 14 0.424
5 0.444 15 0.455
6 0.406 16 0.450
7 0.438 17 0.430
8 0.450 18 0.445
9 0.417 19 0.432
10 0.449 20 0.442
Rata-rata 0,43255

Batas atas = 350 + (350 x 15%)


= 402,5 mg
= 0,4025

Batas bawah = 350 – (350 x 15%)


= 345,6 mg
= 0,3456 gram

Rentang = 0,3456 gram – 0,4025 gram

3.3.2.2 Keseragaman Ukuran Tablet


No. Diameter (mm) Tebal (mm) D/T
1 0,99 0,66 1,50
2 0,90 0,66 1,36
3 0,98 0,67 1,46
4 1,00 0,66 1,52
5 0,99 0,65 1,52
6 0,99 0,65 1,52
7 1,00 0,66 1,52
8 0,99 0,66 1,50
9 1,00 0,66 1,52
10 1,00 0,66 1,52
Rata2 0,984 0,659 1,494

3.3.3.3 Kekerasan Tablet


Kekerasan
No No Kekerasan (kgf)
(kgf)
1 4,74 6 7,84
2 7,07 7 7,20
3 8,07 8 6,07
4 7.65 9 6,84
5 7,57 10 4,38
Rerata ± SD 6,743±1,284298771
%CV 19%

3.3.3.4. Friabilitas

No Wa (g) Wb (g) %
1 3,349 3,105 7,285
2 4,306 3,111 27,75
3 4,193 1,744 58,40
Rerata ± SD 31,145±10,9797441
%CV 35,25%

(𝟕,𝟐𝟖𝟓−𝟑𝟏,𝟏𝟒𝟓)𝟐 +(𝟐𝟕,𝟕𝟓−𝟑𝟏,𝟏𝟒𝟓)𝟐 +(𝟓𝟖,𝟒𝟎−𝟑𝟏,𝟏𝟒𝟓)²


SD:√ 𝟑−𝟏

(𝟓𝟔𝟗,𝟐𝟗𝟗𝟔)+(𝟏𝟏,𝟓𝟐𝟔𝟎𝟐𝟓)+(𝟕𝟒𝟐,𝟖𝟑𝟓𝟎𝟐𝟓)
:√ 𝟐

:√1323,66065
:10,9797441
𝟏𝟎,𝟗𝟕𝟗𝟕𝟒𝟒𝟏
CV: x100%
𝟑𝟏,𝟏𝟒𝟓

: 35,25%

3.3.3.5 Waktu Hancur


No Waktu Hancur (detik)
1 666,6
2 675,6
3 185,4
4 1530
5 1622,4
6 1815,6

7. Penentuan Laju Disolusi

Replikasi 1
118.00000000
y = 0.0052x + 117.6
117.90000000 R² = 0.4974

117.80000000

117.70000000 Series1
Linear (Series1)
117.60000000

117.50000000

117.40000000
0 20 40 60 80

Replikasi 2
118.40000000
118.30000000
118.20000000
118.10000000 y = -0.0038x + 117.91
R² =Series1
0.1369
118.00000000
117.90000000 Linear (Series1)

117.80000000
117.70000000
117.60000000
0 20 40 60 80
Replikasi 3
118.60000000
118.50000000
118.40000000 y = -0.0033x + 118.04
118.30000000 R² = 0.0983

118.20000000 Series1

118.10000000 Linear (Series1)

118.00000000
117.90000000
117.80000000
0 20 40 60 80

Replikasi 4
118.80000000

118.60000000

118.40000000
y = -0.0049x + 118.07
118.20000000 R² = 0.1271
Series1
118.00000000
Linear (Series1)
117.80000000

117.60000000

117.40000000
0 20 40 60 80

Replikasi 5
120.00000000
y = 0.0352x + 116.71
119.00000000 R² = 0.2479
118.00000000

117.00000000
Series1
116.00000000
Linear (Series1)
115.00000000

114.00000000

113.00000000
0 20 40 60 80
Replikasi 6
118.80000000
118.70000000
118.60000000
118.50000000
118.40000000 y = -0.005x + 118.12
118.30000000 R² = 0.1504
Series1
118.20000000
118.10000000 Linear (Series1)
118.00000000
117.90000000
117.80000000
117.70000000
0 20 40 60 80
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi pada hasil formulasi tablet paracetamol
dengan metode granulasi basah. Pengujian evaluasi meliputi pengujian granul dan pengujian
tablet setelah dikempa. Pengujian granul meliputi distribusi ukuran granul, daya alir, bobot
jenis dan kompresibilitas, dan homogenitas campuran. Pengujian mutu tablet meliputi
keseragaman bobot, keseragaman ukuran, kekerasan, friabilitas, waktu hancur, dan penentuan
laju disolusi
Pada pengujian distribusi ukuran granul, pengujian dilakukan menggunakan mesh
ukuran 10, 20, 30, 40, dan 100 dan alat shieve shaker. Setiap mesh ditimbang berat
kosongnya, kemudian disusun dengan mesh terkecil di bagian atas. Pada bagian mesh 10,
dimasukkan sebanyak 100 gram granul. Shieve shaker kemudian dijalankan selama 20 menit.
Setelah selesai, setiap mesh ditimbang dan dicatat bobot mesh dengan granul. Dilakukan
penghitungan selisih bobot mesh kosong dan mesh dengan granul. Didapatkan hasil pengujian
memberikan distribusi ukuran partikel pada mesh 10 sebesar 87%, mesh 20 sebesar 7%, mesh
30 sebesar 2%, mesh 40 sebesar 2%, mesh 100 sebesar 1%, dan pan sebesar 1%.
Pada uji daya alir granul, dilakukan pengujian dengan menggunakan metode corong.
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai kecepatan alir dan sudut diam granul.
Sebanyak 50 gram granul ditimbang dan dimasukkan ke dalam lubang corong dengan
menutup bagian bawah corong.waktu diamati dengan stopwatch saat lubang corong dibuka
hinga seluruh granul melewati lubang corong. Pengujian dilakukan replikasi hingga
didaparkan tiga data dan dihitung reratanya. Pada hasil pengujian, didapatkan nilai kecepatan
alir granul sebesar 3,5541+0,0543 gram/detik dan sudut diam granul sebesar 34,2843+4,3008.
Pada pengujian bobot jenis dan kompresibilitas, dilakukan untuk mengetahui bobot
jenis nyata, mampat dan benar, serta untuk mengetahui nilai kompresibilitas dan porositas
granul. Pengujian bobot jenis nyata dilakukan denganmenimbang sebanyak 40 gram franul,
kemudian dimasukkan ke dalam kelas ukur untuk dicatat volumenya.bobot jenis mampat
dilakukan dengan menimbang 40 gram granul kemudian dimasukkan kedalam gelas ukur dan
diketuk sebanyak 500 kali. Bobot jenis benar dilakukan dengan menimbang granul
menggunakan piknometer 25,0ml. pada hasil pengujian, didapatkan nilai bobot jenis nyata
sebesar 0.4241 ± 0.01125 g/ml, bobot jenis mampat sebesar 0,4585g/ml, dan bobot jenis
benar sebesar 1,3269 gram/ml. pada pengujian kompresibilitas granul dan porositas
didapatkan nilai kompresibilitas sebesar 7,5027% dan porositas sebesar 68.0782%.
Pada uji homogenitas campuran, dilakukan pengukuran kadar zat aktif menggunakan
spektrofotometer. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan larutan baku dan larutan uji.
Larutan baku dubuat dengan menimbang zat aktif sebesat 100 mg dan dilarutkan dalam
aquades hingga tepat 100 ml. larutan kemudian dibuat menjadi beberapa seri konsentrasi,
kemudian diukur absorbansinya dan dihitung persamaan regresi. Larutan uji dibuat dengan
menggerus granul, kemudian ditimbang hingga setara dengan 250 mg zat aktif, kemudian
dilarutkan dalam 100 ml dapat fosfat. Larutan kemudian diuji menggunakan
spektrofotometer.. pada pengujian
Pada pengujian keseragaman bobot tablet. Pengujian dilakukan dengan menimbang 20
tablet satu per satu, kemudian dicatat bobot tablet dan dihitung reratanya. Pada perhitungan
rerata, didapatkan rerata 10 tablet sebesar 0.364 ± 0.493 gdan rerata 20 tablet sebesar 0.367 ±
0.497g.
Pada pengujian keseragaman ukuran tablet, dilakukan pengukuran menggunakan
jangka sorong. Pengukuran dilakukan untuk menghitung tebal dan diameter tablet.pada hasil
perhitungan , didapatkan bahwa diameter tablet sebesar 1,494 kali dari tebal tablet.
Pada uji kekerasan tablet, dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari tablet terhadap
tekanan. Sebanyak 10 tablet diuji dengan hardness tester, kemudian dicatat nilai kekerasan
tablet.
Pada uji friabilitas, bertujuan untuk melihat nilai kerapuhan tablet. Pengujian
dilakukan dengan menimbang 10 tablet yang telah dibersihkan secara bersamaan. Tablet
kemudian dimasukkna ke dalam friability tester dan dijalankan dengan kecepatan25 rpm
selama 4 menit. Tablet kemudian diambil, dibersihkan, dan ditimbang kembali. Pengujian
dilakukan replikasi sehingga didapatkan tiga data
Pada uji disolusi, dilakukan dengan mengisi wadah menggunakan larutan dapar fosfat
dengan pH 5,8 sebanyak 900 ml. cuplikan diambil 10 ml pada menit ke 0, 5, 10, 15, 30, 45,
60. Lalu diukur menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 243nm.
BAB V
KESIMPULAN

Jadi, dapat disimpulkan bahwa metode pembuatan tablet yang kami pilih untuk zat
aktif parasetamol adalah metode granulasi basah, karena berdasarkan literatur, zat aktif yang
kami gunakan stabil dalam larutan dan tahan terhadap pemanasan. Cara pembuatan tablet
dengan metode granulasi basah yaitu dengan mencampurkan zat aktif dan eksipien ke bagian
fase dalam yang mengandung pengikat hingga membentuk massa lembab yang dapat
digranulasi, hasil granul dikeringkan, granul kemudian diberi tambahan fase luar, granulasi
kembali baru dicetak. Fungsi granulasi adalah untuk memperbaiki sifat aliran dan
kompresibilitas dari massa cetak tablet, memadatkan bahan, menyediakan campuran seragam
yang tidak memisah, mengendalikan kecepatan pelepasan zat aktif, mengurangi debu, dan
memperbaiki penampakan tablet.

Dari praktikum yang kami lakukan ini, dapat diketahui bahwa hasil dari uji kecepatan
alir granul tablet kami rata-rata adalah 3,5541 gram/detik dan tidak memenuhi syarat, karena
syarat pada literatur mengatakan bahwa ≥10 gram/detik adalah syarat kecepatan alir yang
baik. (Hana, Naitul, 2010)

Selain pada uji kecepatan alir granul yang tidak memenuhi syarat, didapatkan juga
hasil dari uji porositas yang tidak memenuhi syarat. Hasil dari perhitungan porositas yang
kami lakukan pada tablet kami yaitu 68,0782%, sedangkan pada literatur yang ada, syarat
yang baik untuk porositas suatu tablet yaitu 37-40%. (Voight, 1995)

Dapat dilihat pula pada pengujian mutu tablet, tepatnya pada pengujian kekerasan
tablet, terdapat 1 dari 10 tablet yang di uji tidak memenuhi syarat pada literatur yang ada.
Hasil dari uji kekerasan 1 tablet tersebut adalah 8,07 kg, sedangkan syarat kekerasan tablet
yang baik pada literatur yang tertera adalah 4-8 kg. (Voight,1995)

Pada pengujian friablitas tablet kami juga tidak dapat memenuhi syarat, karena hasil
dari pengujian friabilitas tablet kami yaitu 7,285%; 27,75%; dan 58,40%. Sedangkan pada
literatur yang ada, tertulis bahwa syarat friabilitas tablet yang baik yaitu tidak boleh lebih dari
1%. (Lachman,1994)

Pada pengujian disolusi dapat dilihat pada grafik didapatkan hasil R2=0,4876, dan
hasil tersebut dapat dikatakan kurang bagus karena R2 yang baik adalah mendekati 1. Jadi
dapat disimpulkan bahwa tablet yang kita buat kurang baik karena hasil pada beberapa
pengujian yang dilakukan tidak memenuhi syarat pada literatur yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical

Anief M., 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta : EGC Press.

Ansel, H.C., Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi keempat, Universitas Indonesia Press,
Jakarta

Syamsuni, Drs. H. A., Apt.2007. Ilmu Resep. Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Farmakope Indonesia Edisi V.


Jakarta:Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Sulaiman, T.N.S 2007, Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan Pertama,
Yogyakarta:Mitra Communications Indonesia

Aulton, M. E. & Taylor, K. M., 2013 Aultons’s Pharmaceutics The Design and Manufacture
of Medicines. 4 th penyunt. S.1.:Churchill Livingstone Elseiver

Lachman and Lieberman, 1986. The Theory and Practice of Industrial Pharmacy 3rd Edition.
Philadelphia:Lea and Febiger

Anda mungkin juga menyukai