Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

“Sediaan Body Lotion”


Laporan ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Kosmetologi

Disusun Oleh Kelompok 5D:

Annisa Ananda 11151020000089

Della Meillia 111510200000092

Elfira Rosalia 111510200000083

Harini Hajri 11151020000081

Tina Yuliana 111510200000098

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA, 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis, sehingga selalu menerima sinar


matahari yang kuat. Efek sinar matahari terhadap kulit adalah membuat kulit
menjadi lebih gelap, hitam, dan kecoklatan. Secara alami kulit mengalami
regenerasi kulit dengan siklus 28 hari. Sel kulit mati yang menumpuk jika tidak
dikikis akan membuat kulit menjadi lebih gelap. Oleh karena itu dilakukan
beberapa cara untuk merawat kulit agar lebih cerah salah satunya adalah body
scrub (Angraini, 2015).

Perawatan kulit tubuh seperti body lation digunakan dengan tujuan


memelihara kehalusan, kelembaban, dan kebersihan kulit. Body lation biasanya
digunakan dengan diolehkan pada kulit secara halus dan merata pada kulit tubuh.
Sel kulit mati akan terangkat oleh body lation sehingga akan membuat kulit
menjadi lebih cerah, body lation dapat dibuat dari bahan alami seperti lidah buaya,
madu, bengkoang dan buah naga (Angraini, 2015).

Buah naga selain rasanya nikmat dan segar, diyakini banyak memberikan
manfaat bagi kesehatan karena memiliki kandungan unsur-unsur yang bermanfaat
untuk menjaga kesehatan. Bagian-bagian buah naga terdiri dari kulit buah, daging
buah, dan biji. Kulit buah naga dapat dimanfaatkan sebagai pewarna makanan,
daging buahnya dikonsumsi sebagai produk pangan, dan bijinya di manfaatkan
dalam pengembangiakan bibit secara generatif (Emil, 2011).

Manfaat lain buah naga supermerah yang tidak kalah pentingnya bagi
kesehatan jasmani adalah bahan antioksidan yang dikandungnya. Menurut Ashari
(2004), menyatakan bahwa, Antioksidan adalah zat yang bisa menghambat proses
penuaan atau kematian sel atau jaringan. Oleh karenanya pengonsumsi buah-
buahan akan terjaga kulitnya dari keriput dan awet muda.

2
1.2 Tujuan

1. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan formulasi body lation

2. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan cara pembuatan body lation

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Body Lotion

Lotion merupakan salah satu bentuk emulsi, didefinisikan sebagai


campuran dari dua cairan yang tidak saling bercampur, yang distabilkan dengan
sistem emulsi dan jika ditempatkan pada suhu ruang, berbentuk cairan yang dapat
dituang (Rieger 1994). Menurut Silva et al. (2006), emulsifikasi merupakan proses
pendispersian suatu larutan ke dalam larutan yang tidak saling bercampur. Emulsi
berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi oleh laju pengadukan selama proses
emulsifikasi.

Dua cairan yang tidak saling bercampur cenderung membentuk tetesan-


tetesan jika diaduk secara mekanis. Jika pengocokan dihentikan, tetesan akan
bergabung menjadi satu dengan cepat dan kedua cairan tersebut akan memisah.
Lamanya terjadi tetesan tersebut dapat ditingkatkan dengan menambahkan suatu
pengemulsi. Biasanya hanya ada satu fase yang bertahan dalam bentuk tetesan
untuk jangka waktu yang cukup lama. Fase ini disebut fase dalam (fase terdispersi
atau fase diskontinu) dan fase ini dikelilingi fase luar atau fase kontinu. Ada dua
bentuk emulsi dalam bahan dasar kosmetik, yaitu emulsi yang mempunyai fase
dalam minyak dan fase luar air, sehingga disebut emulsi minyak dalam
air,biasanya diberi tanda “m/a”. Sebaliknya, emulsi yang mempunyai fase dalam
air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai
“a/m”(Rieger 1994).

Pada emulsi kosmetik, dua fase secara terpisah dipanaskan pada suhu yang
sama, kemudian fase yang satu dituangkan ke fase lainnya dan dipanaskan pada
temperatur yang sama dengan pengadukan. Pengadukan terus dilakukan sampai
emulsi dapat didinginkan pada suhu kamar. Fase-fase tersebut dicampur pada suhu
70-75°C karena pada temperatur ini, pencampuran fase cair dapat terjadi dengan
baik. Temperatur dapat diturunkan beberapa derajat jika titik leleh fase lemak
cukup rendah (Idson dan Lazarus 1994).

4
Waktu, variasi temperatur, dan proses pencampuran mempunyai pengaruh
yang kompleks pada proses emulsifikasi. Pengocokan dibutuhkan untuk
emulsifikasi sehingga terbentuk tetesan-tetesan. Pada pengocokan selanjutnya,
kemungkinan terjadi koalisi antara tetesan-tetesan menjadi semakin sering,
sehingga dapat terjadi penggabungan. Oleh karena itu, disarankan untuk
menghindari waktu pengocokan yang terlalu lama, pada waktu dan sesudah
pembentukan emulsi. Selama penyimpanan, ketidakstabilan emulsi dapat
dibuktikan oleh pembentukan krim, agregasi bolak-balik, atau agregasi yang tidak
dapat balik (Rieger 1994).

Kestabilan emulsi berhubungan dengan viskositas. Semakin tinggi


viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena
pergerakan partikel cenderung sulit (Schmitt 1996). Pada emulsi m/a, bulatan
gumpalan emulsi menyebabkan peningkatan viskositas secara tiba-tiba.Viskositas
emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama (5-15 haripada temperatur
kamar). Biasanya penurunan viskositas dengan waktu mencerminkan peningkatan
ukuran partikel karena penggumpalan dan menunjukkan shelf-life yang buruk
(Rieger 1994).

Lotion pelembab berfungsi mempertahankan kelembaban dan daya tahan


air pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kehalusan
kulit(Mitsui 1997). Fungsi utama body lotion untuk perawatan kulit adalah sebagai
pelembut (Emolient). Hasil akhir yang diperoleh tergantung dari daya campur
bahan baku dengan bahan lainnya untuk mendapatkan kelembaban, kelembutan,
dan perlindungan dari kekeringan (Schmitt 1996). Syarat mutu pelembab kulit
terdapat pada SNI 16-4399-1996.

No. Kriteria Satuan Syarat


1. Penampakan - Homogen
2. Ph - 4,5-8
3. Bobot jenis gr/cm3 0,95-1,05
4. Viskositas Cp 2000-50.000
5. Cemaran Mikroba koloni/gram Maksimum 102
Sumber : Badan Standardisasi Nasional (1996)

5
2.2 Preformulasi Zat Aktif Body Lotion

Pada praktikum pembuatan body lotion kali ini kami menggunakan ekstrak
buah naga berdaging sangat merah sebagai zat aktif dalam sediaan ini. Adapun
klasifikasi buah naga berdaging merah menurut Kristanto (2008) adalah sebagai
berikut:
a. Taksonomi
- Divisi : Spermatophyta
- Subdivisi : Angiospermae
- Kelas : Dicotyledonae
- Ordo : Cactales
- Subfamili : Hylocereanea
- Genus : Hylocereus
- Spesies : Hylocereus polyrhizus (buah naga berkulit dan berdaging
merah)
b. Morfologi
Akar tumbuhan buah naga tidak hanya tumbuh di pangkal batang di
dalam tanah tetapi juga pada celah-celah batang, yang berfungsi sebagai alat
pelekat sehingga tumbuhan dapat melekat atau memanjat tumbuhan lain atau
pada tiang penyangga. Akar pelekat ini dapat juga disebut akar udara atau akar
gantung yang memungkinkan tumbuhan tetap dapat hidup tanpa tanah atau
hidup sebagai epifit (Winarsih, 2007).
Perakaran tanaman buah naga sangat tahan dengan kekeringan dan
tidak tahan genangan yang cukup lama. Kalaupun tanaman ini dicabut dari
tanah, ia masih hidup terus sebagai tanaman epifit karena menyerap air dan
mineral melalui akar udara yang ada pada batangnya (Kristanto, 2008).
Buah naga berbentuk bulat lonjong mirip buah nanas, namun memiliki
sirip. Warna kulitnya merah jambu, dihiasi sulur atau sisik berwarna hijau
seperti sisik naga. Beratnya kira-kira 400-650 gram. Buah naga mempunyai
daging buah seperti buah kiwi (Winarsih, 2007).
Buah naga tergolong buah batu yang berdaging dan berair. Bentuk
buah bulat agak memanjang atau bulat agak lonjong. Kulit buah ada yang
berwarna merah menyala, merah gelap, dan kuning, tergantung dari jenisnya.

6
Kulit buah agak tebal, yaitu sekitar 3 – 4 mm. Di sekujur kulitnya dihiasi
dengan jumbai- jumbai menyerupai sisik-sisik ular naga. Daging buah berserat
sangat halus dan di dalam daging buah bertebaran biji-biji hitam yang sangat
banyak dan berukuran sangat kecil. Daging buah ada yang berwarna merah,
putih, dan hitam, tergantung dari jenisnya. Daging buah bertekstur lunak dan
rasanya manis sedikit masam (Cahyono, 2009).

c. Kandungan
Secara keseluruhan, buah ini baik untuk kesehatan dan dapat memenuhi
kebutuhan tubuh akan zat gizi sehari-hari. Hasil analisis laboratorium Taiwan
Food Industry Develop and Research Authoritis tahun 2005,
Zat Kandungan Gizi

d. Manfaat
Buah naga selain rasanya nikmat dan segar, diyakini banyak
memberikan manfaat bagi kesehatan karena memiliki kandungan unsur-unsur
yang bermanfaat untuk menjaga kesehatan. Bagian-bagian buah naga terdiri
dari kulit buah, daging buah, dan biji. Kulit buah naga dapat dimanfaatkan
sebagai pewarna makanan, daging buahnya dikonsumsi sebagai produk

7
pangan, dan bijinya di manfaatkan dalam pengembangiakan bibit secara
generatif (Emil, 2011).
Manfaat lain buah naga supermerah yang tidak kalah pentingnya bagi
kesehatan jasmani adalah bahan antioksidan yang dikandungnya. Menurut
Ashari (2004), menyatakan bahwa, Antioksidan adalah zat yang bisa
menghambat proses penuaan atau kematian sel atau jaringan. Oleh karenanya
pengonsumsi buah-buahan akan terjaga kulitnya dari keriput dan awet muda.

2.3 Preformulasi Zat Eksipien Body Lotion


a. Olive Oil (HOPE 6th Edition Hal: 471)
 Nama sinonim : Minyak zaitun
 Pemerian : Cairan, kuning pucat atau kuning kehijauan, bau
tengik, rasa khas, pada suhu rendah sebagian atau
seluruhnya membeku
 Kelarutan : Sukar larut dalam etanol (95%)p, mudah larut
dalam kloroform p, dalam eter p, dan dalam eter
minyak tanah p
 Titik nyala : 225oC
 Stabilitas : Stabil terhadap panas sampai suhu 2200C
 Inkompatibilitas : Olive oil dapat disabunkan oleh hidroksi alkali
karena mengandung proporsi yang tinggi dari asam
lemak tak jenuh, olive oil cenderung terjadi
oksidasi dan tidak kompatibel dengan oksidator.
 Penyimpanan : Disimpan dalam wadah baik dengan suhu tidak
lebih dari 250C, terlindung dari cahaya

b. Asam Stearat (HOPE 6th Edition Hal: 494)


 Pemerian : Kristal putih atau kuning berwarna, kristalin
padat atau putih
 Kelarutan : Mudah larut dalam benzen, karbon
tetraklorida, kloroform dan eter; larut dalam

8
etanol, heksan, dan propilenglikol; praktis
tidak larut air
 Konsetrasi : 1-20 %
 OTT : Inkompatibel dengan hampir semua logam
hidroksida dan zat pengoksidasi
 Stabilitas : Zat stabil
 Kegunaan : Emulsifying agent, zat tambahan untuk
melembutkan kulit dengan konsentrasi 1-20%.
 OTT : Inkomapatibel dengan hamper semua logam
hidroksida dan zat pengoksidasi.
 Stabilitas : Zat stabil, harus disimpan di tempat tertutup.

c. Gliserin (Farmakope Indonesia edisi III Hal: 271)


 Sinonim : Trihidroxypropane glycerol
 Rumus empiris : C3H8O3
 Berat molekul : 92,09
 Struktur :

 Fungsi : Antimikroba>20%, humektan dan emollient


 Pemerian : Larutan bening tidak berwarna, tidak berbau,
kental, larutan higroskopis, rasa manis seperti
sukrosa.
 Kelarutan : Etanol 95% mudah larut, minyak praktis tidak
larut, air mudah larut.
 OTT : Agen pengoksidasi seperti potasium klorat atau
potasium permanganat.

d. Trietanolamin (Farmakope Indonesia edisi III Hal: 612)


 Rumus empiris : C6H15NO3
 Berat molekul : 149,19
 Struktur :

9
 Fungsi : Agen pengalkali, agen pengemulsi
 Pemerian : Cairan bening tidak berwarna sampai kuning
pucat, bau amoniak lemah
 Kelarutan : Etanol 95% larut, metanol larut, air larut
 OTT : Golongan amin dan hidroksi

e. Setil alkohol (HOPE 6th Edition Hal:155)


 Sinonim : n- hexadecyl alcohol, palmityl alcohol
 Berat molekul : 242,44
 Struktur : CH3(CH2)14CH2OH
 Fungsi : Pembasah 5%, pengemulsi 2-5%, stiffening 2-
10%, emolient 2-5%.
 Pemerian : Bentuknya seperti lilin, lapisan putih, granul, bau
lemah
 OTT : Pengoksidasi kuat

f. Nipagin (Farmakope Indonesia edisi III Hal: 378)


 Sinonim : Solbrol M, Tegosept M, Nipagin M.
 Rumus empiris : C8H8O3
 Berat molekul : 152,15
 Struktur :

 Fungsi : Antimikroba untuk sediaan topikal 0,02%-0,3%


 Pemerian : Kristal putih, tidak berbau, panas
 Kelarutan : Etanol 1:2, gliserin 1:60, air 1:400,
 OTT : Besi, mengalami hidrolisis dengan basa lemah dan
asam kuat.

g. Vitamin E (HOPE 6th Edition Hal : 31)


 Nama Lain : α-tokoferol

10
 Berat Molekul : 430,72
 Rumus Molekul : C29H50O2
 Pemerian : Cairan berminyak kental, jernih, tidak berwarna,
atau cokelat kekuningan; tidak berbau dan tidak
berasa.
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam
aseton, etanol, eter, dan minyak nabati.
 Stabilitas : Tokoferol teroksidasi oleh adanya oksigen
atmosfer secara perlahan dan dipercepat oleh
adanya garam besi dan perak.
 Penyimpanan : Tokoferol harus disimpan dalam gas inert, dalam
wadah kedap udara yang sejuk dan kering dan
terlindung dari cahaya.
 Kegunaan : Antioksidan

h. Aquadest (Farmakope Indonesia edisi III Hal: 96)


 BM : 18,02
 Rumus molekul : H2O
 Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
 Stabilitas : Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil
dalam bentuk Fisik (es , air , dan uap). Air harus
disimpan dalam wadah yang sesuai
 OTT : Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan
eksipient lainya yang mudah terhidrolisis.

11
BAB III

PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

Alat Bahan
 Beaker glass  Ekstrak buah naga
 Cawan penguap  Olive oil
 Batang penganduk  Asam stearat
 Spatel  TEA
 Lumpang  Setil alkohol
 Alu  Nipagin
 Gelar ukur  Vitamin E
 Kaca arloji  Parfum
 Kain lap  Aquadest

3.2 Cara Kerja

Fase minyak (olive oil, asam Pada saat yang bersamaan fase
stearat, setil alkohol) dilebur di air (TEA, gliserin, nipagin, air)
atas penangas air hinga suhu dipanaskan di atas penangas air
70˚C hingga suhu 70˚C

Setelah dingin (40˚C) Dicampurkan fase minyak dan


ditambahkan vitamin E fase air ke dalam mortir yang
kemudian ditambahkan parfum sebelumnya telah dihangatkan,
dan diaduk hingga homogen aduk hingga terbentuk masa
putih seperti susu

Dimasukkan ke dalam wadah

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil

Organoleptis
Bentuk Lation
Bau Harum (parfum)
Warna Merah muda

Uji Hasil
Homogenitas Homogen
Penampilan lotion Banntuk: lation
Bau: parfum
Warna: merah muda
Uji Ph Ekstrak: 4
Sediaan: 6
Uji hedonik Dari 5 kelompok rata-rata memberi
nilai 9 (rentang nilai 1-10)

5.2 Pembahasan

Pada praktikum ini praktikan melakukan formulasi terhadap sediaan body


lotion dengan kandungan ekstrak air buah naga merah. Lotion merupakan salah
satu bentuk emulsi, didefinisikan sebagai campuran dari dua cairan yang tidak
saling bercampur, yang distabilkan dengan emulgator dan jika ditempatkan pada
suhu ruang , berbentuk cairan yang dapat dituang. Kosmetika ini berfungsi
mempertahankan kelembaban dan daya tahan air pada lapisan kulit sehingga dapat
melembutkan dan menjaga kehalusan kulit. Fungsi utama body lotion untuk
perawatan kulit adalah sebagai pelembut (emollient).

Body lotion mempunyai konsistensi paling encer dibandingkan dengan


pelembab badan jenis lainnya seperti body butter dan body cream. Lotion yang
baik adalah tidak terlalu berminyak saat digunakan dan dapat menyerap dengan
cepat saat dioleskan di kulit. Tipe emulsi yang dipilih yaitu minyak dalam air agar
lotion mudah disebar dan menyerap di permukaan kulit. Oleh karena itu lotion

13
merupakan pilihan paling tepat jika membutuhkan pelembab yang ringan atau bila
digunakan untuk seluruh tubuh.

Body lotion yang diformulasikan merupakan bentuk dari emulsi minyak


dalam air karena penampakannya menarik serta mempunyai konsistensi
menyenangkan. Emulsi dibuat dari campuran minyak, air dan emulgator sebagai
basis emulsi serta penambahan ekstrak tanaman sebagai bahan aktif. Zat aktif
yang digunakan diperoleh dari ekstrak buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)
yang mudah didapatkan di pasar tradisional maupun supermarket.

H. polyrhizus mengandung senyawa flavonoid dan polifenol, dimana


senyawa ini memiliki aktivitas antioksidan untuk mengikat radikal bebas dalam
sistem biologis (Mahattanatawee et al., 2006). H. polyrhizus sebagai antioksidan
dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar (zat aktif) dari kosmetik anti penuaan.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Amanda, dkk pada tahun 2015 yaitu
pengujian efektivitas antioksidan losio ekstrak metanol H. Polyrhizus yang
dilakukan dengan metode DPPH memperlihatkan bahwa semakin besar
konsentrasi ekstrak metanol H. Polyrhizus maka semakin besar pula persen
hambat radikal yang dimiliki.

Bahan – bahan tambahan yang digunakan terbagi menjadi 2 fase


berdasarkan tingkat kepolarannya. Pembagian bahan eksipien terbagi atas fase
minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari minyak zaitun, asam stearat dan setil
alkohol. Fase air terdiri campuran air, triethanolamin, gliserin dan metil paraben.
Bahan tambahan lain yang tidak dicampur dengan kedua fase tersebut adalah
vitamin E dan pewangi guna mempertahankan stabilitas bahan.

Menurut Handbook of Pharmaceutical Exipient 6th Edition, minyak


zaitun dengan konsentrasi 5% berfungsi sebagai pelarut dalam sediaan kosmetik
seperti lotion, sun-tan cream, pembersih wajah dan krim topikal. Setil alkohol 1%
berfungsi sebagai bahan pengental dalam sediaan lotion agar konsistensi emulsi
meningkat. Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan sebagai pengemulsi.
Penggunaan asam sterat dengan triethanolamin pada emulsi minyak dalam air
menghasilkan emulgator anionik yaitu trietanolamin stearat. Dalam sebuah

14
penelitian yang dilakukan oleh Nursalamah, dkk 2014 hasil pengujian efek
penghambatan radikal bebas sediaan krim memperlihatkan bahwa krim yang
dibuat dengan emulgator anionik memberikan % penghambatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan krim yang menggunakan emulgator nonionik..
Triethanolamin juga digunakan sebagai pengatur pH dalam sediaan lotion ekstrak
buah naga.

Fase air yang digunakan merupakan campuran air murni, gliserin,


triethanolamin dan metilparaben. Air merupakan presentase komponen paling
besar dalam sediaan lotion karena air digunakan sebagai pelarut dalam formulasi
sediaan ini. Syarat air yang digunakan dalam pembuatan lotion harus
menggunakan air murni. Penambahan antimikroba metilparaben dalam sediaan
lotion dikarenakan pada fase air sediaan emulsi mempermudah pertumbuhkan
mikroorganisme. Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV, bakteri juga dapat
menguraikan gliserin dalam sediaan emulsi. Karena jamur dan ragi lebih sering
ditemukan daripada bakteri maka lebih diperlukan antimikroba yang bersifat
fungsistatik dan bakteriostatik. Penambahan metil paraben cocok dijadikan
pengawet karena metilparaben lebih efektif terhadap penghambatan pertumbuhan
jamur dan ragi. Meski demikian, metilparaben merupakan antibakteri dengan
kerja spektrum luas. Campuran fase air lainnya yaitu gliserin yang digunakan
sebagai humektan yang dapat mengikat air pada sediaan agar tidak menguap serta
menstabilkan sediaan dan sebagai pelembab pada kulit.

Vitamin E digunakan sebagai antioksidan untuk mencegah ketengikan dan


oksidasi yang dapat mengubah warna dan bentuk kosmetik, penambahan vitamin
E untuk mencegah oksidasi dari eksipien yang mudah teroksidasi seperti asam
stearat. Pada sediaan ini ditambahkan pewangi dengan aroma manis yang didapat
dari parfume aroma permen karet untuk menghasilkan daya tarik pada sediaan
lotion. Penambahan parfume dengan aroma permen karet menyesuaikan hasil
akhir warna sediaan dengan warna ungu muda.

Pada proses pembuatan lotion buah naga dengan memanaskan penanggas


air, fase minyak yaitu olive oil, asam stearate, setil alcohol dileburkan bersamaan
diatas penanggas air hingga suhu 70O C , diaduk sesekali hingga semua bahan

15
melebur dan tercampur. Pada saat yang bersamaan fase air yaitu TEA, gliserin ,
nipagin , dan air dipanaskan diatas penanggas air hingga suhu 70 O C, saat kedua
fase melebur dan terlarut sempurna lalu dicampurkan fase minyak dan fase air ke
dalam mortar yang sebelumnya telah dihangatkan, tujuan dihangatkan terlebih
dahulu agar pada saat pencampuran dilakukan tidak merubah bentuk yang tadinya
sudah dalam bentuk cair karena perbedaan suhu berubah menjadi padatan
kembali, dengan itu hal ini dapat dihindari. Lalu setelah itu menunggu suhu dingin
O
sekitar 40 C dan menambahkan ekstrak buah naga dan Vitamin E , dan
ditambahkan parfum lalu aduk hingga homogen. Setelah homogen dilakukannya
evaluasi sediaan lotion yang kami buat dengan mengecek pH akhir yaitu 7 juga
evaluasi organoleptis dengan hasil yaitu warna putih dengan sedikit warna merah
jambu, memiliki aroma khas manis karena kami menambahkan parfum berbau
khas manis , dan uji homogenitas pada saat kami usapkan pada kulit memiliki
tekstur yang lembut dan mudah disebar, dilakukan juga uji homogenitas dengan
meratakan pada kaca arloji dan melihat adakah patrikel yang belum merata, dari
hasil uji homogenitas lotion kami menunjukan hasil homogen pada saat diratakan
pada kaca arloji.

Lotion diambil pada masing-masing formula secukupnya kemudian


dioleskan pada plat kaca, diraba, dan digosokkan, massa lotion harus
menunjukkan susunan homogen yaitu tidak terasa adanya bahan padat pada kaca
(Lestari, 2002). Homogenitas dan sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara
pembuatan serta alat yang digunakan dalam pembuatan (rieger, 1994). Nilai pH
pelembab kulit berdasarkan SNI 16 - 4399 – 1996 disyarakatkan berkisar 4,5 –
8,0. Jika produk kosmetik memiliki nilai pH sangat tinggi atau sangat rendah akan
menyebabkan kulit teriritasi.

16
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Lotion merupakan sediaan emulsi


 Bahan aktif yang ditambahkan dalam lotion adalah campuran ekstrak buah
naga merah
 Pembuatan ekstrak dengan cara menghaluskan buah naga merah dan
penambahan aquades
 Lotion yang dibuat berfungsi sebagai antioksidant

5.2 Saran

Perlunya dilakukan uji lainnya seperti uji kestabilan lotion , uji daya sebar,
uji daya lekat dan uji viksositas agar mahasiswa mampu mengetahui rentang
kualitas dari sebuah sediaan body lotion.

17
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe


R. C., Sheskey, P. J., Queen, M. E., (Editor), London: Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Assosiation

Anief, M.(2008). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik.Yogyakarta. Gadjah Mada
University Press.

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan


Republik Indonesia

Ashari, S. 2004. Biologi Reproduksi Tanaman Buah-Buahan Komersial. Bayu


Jawa Timur, Malang: Media

Aquariushinta, Nutrisia., AS, Indarto Sayuti., Suhendriyo. 2016. FORMULASI


HAND & BODY LOTION ANTIOKSIDAN EKSTRAK LULUR TRADISIONAL.
Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 5, No 2, November 2016, hlm 110-237

Cahyono, B. 2009. Buku Terlengkap Sukses Bertanam Buah Naga. Jakarta:


Pustaka Mina.

Emil. 2011. Buah Naga Unggul. Yogyakarta : Lily Publisher.

Idson B, Lazarus J. 1994. Semipadat. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah;


Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek
Farmasi Industri II. Ed ketiga. Jakarta: UI Press.

Kristanto. 2008. Buah Naga Pembudidayaan di Pot dan di Kebun. Penebar


Swadaya. Jakarata.

Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. New York: Elsevier.

Rieger MM. 1994. Emulsi. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah; Lachman L,


Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi Industri II.
Ed ketiga. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: The Theory and Practise of
Industrial Pharmacy.

18
Schmitt WH. 1996. Skin Care Products. Di dalam Williams DF and Schmitt
WH, editor. Chemistry and Technology of The Cosmetics and Toiletries
Industry. 2nd Ed. London: Blackie Academe and Profesional.

Silva CM, Riberio AJ, Figueiredo M, Ferreira D, Veiga F. 2006.


Microencapsulation of hemoglobin in chitosan-coated alginate
microspheres prepared by emulsification internal gelation.
AAPS Journal 7:E903-E912.

SINAGA, Amanda Angelina; LULIANA, Sri; FAHRURROJI, Andhi. Losio


Antioksidan Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus Britton and
Rose). Pharmaceutical Sciences and Research (PSR), [S.l.], v. 2, n. 1, p. 11-20,
aug. 2017. ISSN 2477-0612. Available at:
<http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/view/3333>. Date accessed: 06 Apr.
2018. doi:10.7454/psr.v2i1.3333.

Umayah, Efi., H, Amrun Moch. 2007. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah
Naga (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose) (Antioxidant Activity Assay of
Dragon Fruit Extract (Hylocereus undatus (Haw.) Britt. & Rose). Jurnal ILMU
DASAR, Vol. 8 No. 1, 2007 : 83-90

Taiwan Food Industry Develop & Research Authoritis. (2005) dalam Patwary, M.,
Rahman,M., Barua., Sarkar., Alam, M. (2013) Study on the growth and
development of twodragon fruit (Hylocereus undatus) genotypes.

Winarsih, S. 2007. Mengenal dan membudidayakan buah naga. Semarang: Aneka


Ilmu.

19
Lampiran

20

Anda mungkin juga menyukai