Tabel 4.1 Pengaruh jenis pelarut terhadap yield ekstraksi Colubrina asiatica
No Pelarut %yield
1 Metanol 25,593
2 Air 36,175
22
23
2.5
2
tinggi foam (cm)
1.5
Metanol
1 Air
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 24
waktu ketahanan foam (jam)
Gambar 4.1. Kualitas foam yang dihasilkan ekstrak Colubrina asiatica dari
masing-masing pelarut tanpa bahan aditif
Pada gambar 4.1 didapat hasil air memiliki abilitas yang lebih baik (2.8
cm) dibanding metanol (0.2 cm). Lebih lanjut air juga memiliki stabilitas yang
baik, di mana mampu bertahan dalam 24 jam sementara metanol hanya mampu
bertahan selama 4 jam. Sementara dari tabel 4.2 dapat diketahui hasil dari
ekstraksi Colubrina asiatica mampu menurunkan tegangan permukaan sampai
0.92 mN/m yang dari mulainya 72,8 mN/m. Sementara metanol memiliki
tegangan permukaan lebih rendah dari air. Akan tetapi foam yang didapat tidak
cukup baik dibanding air.
Terdapat beberapa kemungkinan yang terjadi seperti faktor lingkungan,
metanol yang memiliki sifat volatile terbuang ke udara terbuka, sehingga
menyebabkan lapisan gelembung yang terbentuk menjadi tidak stabil. Sementara
24
air merupakan senyawa yang stabil, sehingga gelembung dapat bertahan lebih
baik. Alasan lain karena pada proses ekstraksi metanol mampu mengekstraksi
kandungan biologi lebih banyak sehingga mengganggu kestabilan foam.
2.5
2
tinggi foam (cm)
1.5 0 mmol
1 mmol
1 2 mmol
3 mmol
4 mmol
0.5
5 mmol
0
0 2 4 6 8 10 12 24
waktu ketahanan foam (jam)
Gambar 4.2. Pengaruh penambahan NaCl pada ekstrak Colubrina asiatica yang
menggunakan metanol sebagai pelarut terhadap kualitas foam
5
tinggi foam (cm)
4 0 mmol
1 mmol
3 2 mmol
3 mmol
2 4 mmol
5 mmol
1
0
0 2 4 6 8 10 12 24 48 72
waktu ketahanan foam (jam)
25
Gambar 4.3. Pengaruh penambahan NaCl pada ekstrak Colubrina asiatica yang
menggunakan air sebagai pelarut terhadap kualitas foam
Dari gambar 4.2 dan 4.3 didapat hasil penambahan sejumlah NaCl ke
dalam larutan dapat meningkatkan kemampuan larutan dalam memproduksi
ataupun membuat gelembung yang stabil. Jika sebelum ditambah NaCl, ekstrak
Colubrina asiatica yang menggunakan metanol sebagai pelarut mampu
menproduksi foam hanya sampai 0,2 cm, dengan menambahkan NaCl ketinggian
foam mencapai 2,1 cm dan foam mampu bertahan sampai 8 jam dibanding tanpa
penambahan NaCl. Sementara untuk ekstrak Colubrina asaitica yang
menggunakan air sebagai pelarut, ketinggian foam mencapai 6,5 cm dan foam bisa
bertahan lebih dari 72 jam.
Terdapat dua faktor yang bekerja dalam stabilitas busa, adsorpsi yang kuat
pada permukaan dapat menurunkan electrostatic repulsion. Secara langsung
semakin banyak surfaktan yang tersebar di permukaan maka elastisitas permukaan
akan meningkat dan stabilitas lapisan foam akan lebih baik. Faktor kedua ialah
difusi counter ions pada permukaan, memberikan waktu bagi surfaktan untuk
menurukan electrostatic repulsion juga adsorpsi yang tinggi oleh counter ions,
yang mendukung pembentukan stable black films (Sett et al., 2015).
Penurunan electrostatic repulsion membuat ion lebih mudah penetrasi
dipermukaan. Repulsion terjadi ke ion yang sama bertemu, Ketika proses
penambahan NaCl, ion NaCl akan berusaha untuk mengikat ion-ion bebas yang
terdapat pada cairan menyababkan cairan menjadi netral. Beberapa garam juga
dapat menghambat gelembung untuk coalescence. Dengan penetrasi NaCl pada
Plateau border difusivitas gas dalam gelembung akan terganggu. Sehingga gas
akan lebih susah untuk terdifusi ke gelembung yang lain.
2.5
2
tinggi foam (cm)
1.5
0 mmol
1 mmol
2 mmol
1
3 mmol
4 mmol
5 mmol
0.5
0
0 2 4 6 8 10 12 24
waktu ketahanan foam (jam)
Gam
bar 4.4. Pengaruh penambahan gliserol pada ekstrak Colubrina asiatica yang
menggunakan metanol sebagai pelarut terhadap kualitas foam
Dari gambar 4.4 dan 4.5 didapat hasil penambahan gliserol dapat
meningkatkan stabilitas foam lebih baik dibanding penambahan NaCl. Akan tetapi
kemampuan gliserol dalam memproduksi foam tidak lebih baik dibanding NaCl.
Hal ini dapat dilihat dari kemampuan foam dari larutan yang menggunakan
metanol sebagai pelarut mampu bertahan sampai 10 jam dan juga larutan yang
menggunakan air sebagai pelarut memiliki ketinggian foam yang lebih baik untuk
27
rentang waktu 72 jam. Sementara dalam hal abilitas, larutan yang menggunakan
metanol sebagai pelarut hanya mencapai ketinggian 2 cm pada konsentrasi
penambahan 4 mmol gliserol dan untuk larutan yang menggunakan air sebagai
pelarut mampu mencapai 6.15 cm dengan penambahan 5 mmol gliserol.
5
tinggi foam (cm)
4 0 mmol
1 mmol
3 2 mmol
3 mmol
2 4 mmol
5 mmol
1
0
0 2 4 6 8 10 12 24 48 72
waktu ketahanan foam (jam)
Hal ini didasarkan atas pengaruh kecepatan air berpindah dipengaruh viskositas,
sementara viskotas fluida dipengaruhi temperatur.
Tabel 4.4 Pengaruh penambahan gliserol terhadap tegangan permukaan larutan
Tegangan permukaan
Sampel
(mN/m)
1 mmol gliserol 1.23
2 mmol gliserol 1.63
3 mmol gliserol 1.57
4 mmol gliserol 1.55
5 mmol gliserol 0.93
5
Gliserol 1 mmol +
tinggi foam (cm)
NaCl 5 mmol
4
Gliserol 3 mmol +
3 NaCl 3 mmol
0
0 2 4 6 8 10 12 24
waktu ketahanan foam (jam)
Dari sub bab sebelumnya didapat hasil yang menarik, seperti penambahan
NaCl yang memiliki ability yang lebih baik dibanding penambahan gliserol. Serta
29
Dari tabel diatas menunjukan betapa besar efek dari penambahan NaCl,
NaCl memiliki efek yang lebih dominan dalam menstabil atau tidak menstabilkan
tegangan permukaan. Rasio gliserol:NaCl 3:3 merupakan kondisi optimum dalam
menurunkan tegangan permukaan. Jika pada sub bab sebelumnya didapat hasil
yang lebih tinggi, maka penggabungan NaCl dan gliserol memberikan hasil yang
30
positif pada komposisi yang pas. Seperti pengoptimalan jumlah gliserol dengan
ketepatan jumlah NaCl yang digunakan sebagai campuran.
4.3. Potensi Natural Foaming Agent Menggantikan SLS
10
9
8
7
6 SLS + Ekstrak (Air)
tinggi (cm)
Dari gambar 4.7 terlihat data dari larutan SLS, ekstrak Colubrina asiatica
yang menggunakan air sebagai pelarut dengan tambahan SLS, ekstrak Colubrina
asiatica yang menggunakan metanol sebagai pelarut dengan tambahan SLS. Hal
ini bertujuan sebagai parameter pembanding. SLS menunjukan kemampuannya di
mana larutannya mampu memproduksi foam yang mencapai 9,5 cm. Sementara
dengan penambahan SLS ke dalam ekstrak Colubrina asiatica meningkatkan
kemampuan dari larutan untuk memproduksi foam, ekstrak (pelarut air) 9,5 cm
dan ekstrak (pelarut metanol) 2,5 cm. Dalam hal abilitas larutan SLS unggul jauh
dibanding sampel lain. Hal ini disebabkan ukuran gelembung jauh lebih besar.
Stabilitas yang kurang baik menjadi efek sampingnya. Ekstrak Colubrina
asiatica tidak mampu mempertahankan foam-nya sampai 24 jam. Sementara
larutan SLS murni memiliki stabilitas yang cukup baik. Akan tetapi secara
kalkulasi larutan SLS telah kehilangan 38,947 % ketinggiannya selama 24 jam.
Berbeda dengan campuran gliserol:NaCl dengan rasio 5:1 hanya mengalami
penurunan 36,974 % selama 24 jam. Melihat dari hasil pada sub bab sebelumnya
ekstrak dengan pelarut air dan penambahan gliserol 5 mmol kehilangan 52,845 %
31
ketinggiannya dalam rentang 24 jam, dan ekstrak air dengan penambahan NaCL 5
mmol kehilangan 72,727 % ketinggiannya dalam rentang yang sama.
Tabel 4.6 Perbandingan natural foaming agent terhadap SLS
Tegangan permukaan
Sampel
(mN/m)
NaCL 1 mmol 1.42
NaCL 2 mmol 1.71
NaCl 3 mmol 1.54
NaCl 4 mmol 1.72
NaCl 5 mmol 1.43
gliserol 1 mmol 1.23
gliserol 2 mmol 1.63
gliserol 3 mmol 1.57
gliserol 4 mmol 1.55
gliserol 5 mmol 0.93
gliserol 1 mmol + NaCl 5 mmol 0.59
gliserol 3 mmol + NaCl 3 mmol 0.22
gliserol 5 mmol + NaCl 1 mmol 1.18
Ekstrak (air) 0.92
Ekstrak (metanol) 0.32
Ekstrak (air) + SLS 2.55
Ekstrak (metanol) + SLS 0.18
larutan SLS 4