Anda di halaman 1dari 11

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Jenis Pelarut Terhadap Yield Ekstrak

Tabel 4.1 Pengaruh jenis pelarut terhadap yield ekstraksi Colubrina asiatica
No Pelarut %yield
1 Metanol 25,593
2 Air 36,175

Pemilihan pelarut memiliki peranan penting dalam suatu proses ekstraksi,


di mana faktor yield dari zat yang diharapkan dan zat lain yang terserap
menentukan kualitas dari hasil ekstraksi. Selain proses itu pemurnian produk
ekstrak dari pelarutnya juga menjadi pertimbangan operasional. Metanol yang
mempunyai titik didih 65 oC lebih mudah untuk dimurnikan dibanding air yang
memiliki titik didih lebih tinggi mencapai temperatur 100 oC.
Dari tabel 4.1 didapat hasil bahwa metanol mampu mengekstrak 25,593 %
kandungan yang ada pada Colubrina asaitica sedangkan air 36,175 %. Perbedaan
yield yang cukup jauh disebabkan oleh kemampuan pelarut dalam melarutkan
kandungan biologis yang terdapat pada Colubrina asiatica. Dalam penelitian
Pandey tahun 2014, air mampu mengekstrak antosianin, starches, tannin, saponin,
terpenoid, polipeptida, and lectin. Sementara metanol mampu mengekstrak
kandungan biologi seperti antosinin, terpenoid, saponin, tannin, xanthoxyllines,
totarol, quassinoids, lactones, flavones, phenones, dan polifenol.

4.2. Pengaruh Penambahan Bahan Aditif terhadap Kualitas Produk


Prinsip dasar pembentukan foam ialah tegangan permukaan yang rendah
dan stabil, sehingga gelembung dapat bertahan lebih lama. Sebagai contoh ketika
mengaduk air, gelembung akan terbentuk tetapi tidak cukup kuat menahan
tegangan permukaannya sehingga akan pecah. Oleh sebab itu penambahan
surfaktan membantu dalam proses pembuatan foam menjadi lebih stabil. Saponin
yang merupakan poliglikosida termasuk surfaktan non ionik. Hal ini menjadi
alasan kenapa hasil ekstraksi dari Colubrina asiatica mampu memproduksi foam.

22
23

2.5

2
tinggi foam (cm)

1.5
Metanol
1 Air

0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 24
waktu ketahanan foam (jam)

Gambar 4.1. Kualitas foam yang dihasilkan ekstrak Colubrina asiatica dari
masing-masing pelarut tanpa bahan aditif

Tabel 4.2 Tegangan permukaan ekstrak Colubrina asiatica dari masing-masing


pelarut tanpa bahan aditif
Tegangan permukaan
Sampel
(mN/m)
Ekstrak (pelarut air) 0,92
Ekstrak (pelarut metanol) 0,32
Air 72,8
Metanol 22,6

Pada gambar 4.1 didapat hasil air memiliki abilitas yang lebih baik (2.8
cm) dibanding metanol (0.2 cm). Lebih lanjut air juga memiliki stabilitas yang
baik, di mana mampu bertahan dalam 24 jam sementara metanol hanya mampu
bertahan selama 4 jam. Sementara dari tabel 4.2 dapat diketahui hasil dari
ekstraksi Colubrina asiatica mampu menurunkan tegangan permukaan sampai
0.92 mN/m yang dari mulainya 72,8 mN/m. Sementara metanol memiliki
tegangan permukaan lebih rendah dari air. Akan tetapi foam yang didapat tidak
cukup baik dibanding air.
Terdapat beberapa kemungkinan yang terjadi seperti faktor lingkungan,
metanol yang memiliki sifat volatile terbuang ke udara terbuka, sehingga
menyebabkan lapisan gelembung yang terbentuk menjadi tidak stabil. Sementara
24

air merupakan senyawa yang stabil, sehingga gelembung dapat bertahan lebih
baik. Alasan lain karena pada proses ekstraksi metanol mampu mengekstraksi
kandungan biologi lebih banyak sehingga mengganggu kestabilan foam.

4.2.1. Pengaruh Penambahan NaCl Terhadap Kualitas Foam yang


Dihasilkan

2.5

2
tinggi foam (cm)

1.5 0 mmol
1 mmol
1 2 mmol
3 mmol
4 mmol
0.5
5 mmol

0
0 2 4 6 8 10 12 24
waktu ketahanan foam (jam)

Gambar 4.2. Pengaruh penambahan NaCl pada ekstrak Colubrina asiatica yang
menggunakan metanol sebagai pelarut terhadap kualitas foam

5
tinggi foam (cm)

4 0 mmol
1 mmol
3 2 mmol
3 mmol
2 4 mmol
5 mmol
1

0
0 2 4 6 8 10 12 24 48 72
waktu ketahanan foam (jam)
25

Gambar 4.3. Pengaruh penambahan NaCl pada ekstrak Colubrina asiatica yang
menggunakan air sebagai pelarut terhadap kualitas foam

Dari gambar 4.2 dan 4.3 didapat hasil penambahan sejumlah NaCl ke
dalam larutan dapat meningkatkan kemampuan larutan dalam memproduksi
ataupun membuat gelembung yang stabil. Jika sebelum ditambah NaCl, ekstrak
Colubrina asiatica yang menggunakan metanol sebagai pelarut mampu
menproduksi foam hanya sampai 0,2 cm, dengan menambahkan NaCl ketinggian
foam mencapai 2,1 cm dan foam mampu bertahan sampai 8 jam dibanding tanpa
penambahan NaCl. Sementara untuk ekstrak Colubrina asaitica yang
menggunakan air sebagai pelarut, ketinggian foam mencapai 6,5 cm dan foam bisa
bertahan lebih dari 72 jam.
Terdapat dua faktor yang bekerja dalam stabilitas busa, adsorpsi yang kuat
pada permukaan dapat menurunkan electrostatic repulsion. Secara langsung
semakin banyak surfaktan yang tersebar di permukaan maka elastisitas permukaan
akan meningkat dan stabilitas lapisan foam akan lebih baik. Faktor kedua ialah
difusi counter ions pada permukaan, memberikan waktu bagi surfaktan untuk
menurukan electrostatic repulsion juga adsorpsi yang tinggi oleh counter ions,
yang mendukung pembentukan stable black films (Sett et al., 2015).
Penurunan electrostatic repulsion membuat ion lebih mudah penetrasi
dipermukaan. Repulsion terjadi ke ion yang sama bertemu, Ketika proses
penambahan NaCl, ion NaCl akan berusaha untuk mengikat ion-ion bebas yang
terdapat pada cairan menyababkan cairan menjadi netral. Beberapa garam juga
dapat menghambat gelembung untuk coalescence. Dengan penetrasi NaCl pada
Plateau border difusivitas gas dalam gelembung akan terganggu. Sehingga gas
akan lebih susah untuk terdifusi ke gelembung yang lain.

Tabel 4.3. Pengaruh penambahan NaCl terhadap tegangan permukaan larutan


Tegangan permukaan
Sampel
(mN/m)
1 mmol NaCl 1.42
2 mmol NaCl 1.71
3 mmol NaCl 1.54
26

4 mmol NaCl 1.72


5 mmol NaCl 1.43
Efek garam dalam penurunan tegangan permukaan masih belum diketahui
secara jelas. Dalam penelitian Sett mengggunakan SDS sebagai foaming agent
dengan tambahan LiCl, NaCl, dan KCL menunjukan peningkatan konsentrasi
menurunkan tegangan permukaan, sementara Heydweiler mendapatkan hasil yang
sebaliknya. Menurut Sett pada tahun 2015, ion garam dapat menstabilkan ataupun
mentidak stabilkan tegangan permukaan pada surfaktan non ionik.

4.2.2. Pengaruh Penambahan Gliserol Terhadap Kualitas Foam yang


Dihasilkan

2.5

2
tinggi foam (cm)

1.5
0 mmol
1 mmol
2 mmol
1
3 mmol
4 mmol
5 mmol
0.5

0
0 2 4 6 8 10 12 24
waktu ketahanan foam (jam)
Gam
bar 4.4. Pengaruh penambahan gliserol pada ekstrak Colubrina asiatica yang
menggunakan metanol sebagai pelarut terhadap kualitas foam

Dari gambar 4.4 dan 4.5 didapat hasil penambahan gliserol dapat
meningkatkan stabilitas foam lebih baik dibanding penambahan NaCl. Akan tetapi
kemampuan gliserol dalam memproduksi foam tidak lebih baik dibanding NaCl.
Hal ini dapat dilihat dari kemampuan foam dari larutan yang menggunakan
metanol sebagai pelarut mampu bertahan sampai 10 jam dan juga larutan yang
menggunakan air sebagai pelarut memiliki ketinggian foam yang lebih baik untuk
27

rentang waktu 72 jam. Sementara dalam hal abilitas, larutan yang menggunakan
metanol sebagai pelarut hanya mencapai ketinggian 2 cm pada konsentrasi
penambahan 4 mmol gliserol dan untuk larutan yang menggunakan air sebagai
pelarut mampu mencapai 6.15 cm dengan penambahan 5 mmol gliserol.

5
tinggi foam (cm)

4 0 mmol
1 mmol
3 2 mmol
3 mmol
2 4 mmol
5 mmol
1

0
0 2 4 6 8 10 12 24 48 72
waktu ketahanan foam (jam)

Gambar 4.5. Pengaruh penambahan gliserol pada ekstrak Colubrina asiatica


yang menggunakan air sebagai pelarut terhadap kualitas foam

Foam mengalami drainasi sangat cepat saat dipengaruhi gravitasi sampai


fraksi volume liquid mencapai nilai kurang dari beberapa persen. Partikel yang
tidak bisa memasuki permukaan films akan terperangkan di Plateau border dan
akan bersikap sebagai penstabil foam. Partikel dapat menstabilkan foam sampai
ultrastable jika konsentrasi partikel terdispersi cukup banyak (Rio et al., 2014).
Kristal liquid terdistribusi sebagai partikel dalam larutan gliserol dan
meningkatkan stabilitas kiranya mengubah sifat rheological dari bagian kondensat
yang ada pada foam. secara umum peningkatan viskositas mempunyai efek yang
jelas dalam mempengaruhi lama waktu drainasi pada foam. Partikel gliserol akan
terperangkap ke dalam Plateau border bekerja sebagai pelapis untuk melindungi
permukaan gelembung dari proses drainasi. Viscous yang tinggi menyebabkan
lapisan gelembung memerlukan panas yang lebih besar untuk mengeringkan air.
28

Hal ini didasarkan atas pengaruh kecepatan air berpindah dipengaruh viskositas,
sementara viskotas fluida dipengaruhi temperatur.
Tabel 4.4 Pengaruh penambahan gliserol terhadap tegangan permukaan larutan
Tegangan permukaan
Sampel
(mN/m)
1 mmol gliserol 1.23
2 mmol gliserol 1.63
3 mmol gliserol 1.57
4 mmol gliserol 1.55
5 mmol gliserol 0.93

Peningkatan konsentrasi gliserol menunjukan hasil yang sejalan dengan


penurunan tegangan permukaan. Gliserol memberikan efek yang lebih baik
dibanding NaCl dalam penurunan tegangan permukaan. Hal ini didasarkan atas
partikel gliserol bertindak sebagai media kontak antara permukaan dan surfaktan
menyebabkan residence time yang cukup sehingga adsorpsi bisa berjalan baik.

4.2.3. Pengaruh Penambahan Campuran Gliserol dan NaCl Terhadap


Kualitas Foam yang Dihasilkan

5
Gliserol 1 mmol +
tinggi foam (cm)

NaCl 5 mmol
4
Gliserol 3 mmol +
3 NaCl 3 mmol

0
0 2 4 6 8 10 12 24
waktu ketahanan foam (jam)

Gambar 4.6. Pengaruh penambahan campuran gliserol:NaCl pada ekstrak


Colubrina asiatica yang menggunakan air sebagai pelarut terhadap kualitas foam

Dari sub bab sebelumnya didapat hasil yang menarik, seperti penambahan
NaCl yang memiliki ability yang lebih baik dibanding penambahan gliserol. Serta
29

penambahan gliserol yang meningkatkan stabilitas lebih baik. Dilakukan


pengkombinasian campuran NaCl dan gliserol dengan harapan didapat produk
yang memiliki kemampuan yang lebih baik. Dari gambar 4.6 kombinasi
gliserol:NaCl dengan rasio 3:3 mempunyai abilitas yang lebih baik dibanding
yang lain (6,5 cm). Sementara rasio 5:1 memiliki stabilitas yang lebih baik. Hal
ini menunjukan bahwa gliserol memiliki peranan yang lebih besar dalam
menstabilkan busa, sementara konsentrasi NaCl yang sesuai akan meningkatkan
kemampuan larutan dalam memproduksi busa. Oleh karena itu perlu
pengoptimalisasi formula yang tepat.
Gliserol memberikan efek ketahanan terhadap drainasi sementara NaCl
memberikan efek yang baik dalam mengganggu Coalesence. Penggabungan
kedua kemampuan ini terbukti berhasil jika dilihat dari kondisi gelembung yang
lebih baik dibanding kondisi saat penambahaan NaCl ataupun hanya gliserol.
Coating gliserol pada Plateau border membuat gelembung viskos sehingga lebih
tahan terhadap drainasi, penambahan NaCl memberikan efek netralisasi terhadap
muatan dilarutan menyebabkan daya adsorbsi permukaan terhadap surfaktan,
terlebih lagi akibat double effect gliserol dan NaCl penetrasi permukaan menjadi
lebih baik. Menyebabkan permukaan yang stabil sehingga permukaan gelembung
lebih elastis sehingga lebih tahan dari tegangan permukaan.

Tabel 4.5 Pengaruh penambahan campuran gliserol:NaCl terhadap tegangan


permukaan larutan
Tegangan permukaan
Sampel
(mN/m)
Glicerol 1 mmol + NaCl 5 mmol 0.59
Gliserol 3 mmol + NaCl 3 mmol 0.22
Gliserol 5 mmol + NaCl 1 mmol 1.18

Dari tabel diatas menunjukan betapa besar efek dari penambahan NaCl,
NaCl memiliki efek yang lebih dominan dalam menstabil atau tidak menstabilkan
tegangan permukaan. Rasio gliserol:NaCl 3:3 merupakan kondisi optimum dalam
menurunkan tegangan permukaan. Jika pada sub bab sebelumnya didapat hasil
yang lebih tinggi, maka penggabungan NaCl dan gliserol memberikan hasil yang
30

positif pada komposisi yang pas. Seperti pengoptimalan jumlah gliserol dengan
ketepatan jumlah NaCl yang digunakan sebagai campuran.
4.3. Potensi Natural Foaming Agent Menggantikan SLS

10
9
8
7
6 SLS + Ekstrak (Air)
tinggi (cm)

5 SLS + Ekstrak (metanol)


larutan SLS
4
NaCl 5 mmol
3 gliserol 5 mmol
2 Gliserol 5 mmol + NaCl 1
mmol
1
0
0 2 4 6 8 10 12 24
waktu (h)

Gambar 4.7. Perbandingan natural foaming agent terhadap SLS

Dari gambar 4.7 terlihat data dari larutan SLS, ekstrak Colubrina asiatica
yang menggunakan air sebagai pelarut dengan tambahan SLS, ekstrak Colubrina
asiatica yang menggunakan metanol sebagai pelarut dengan tambahan SLS. Hal
ini bertujuan sebagai parameter pembanding. SLS menunjukan kemampuannya di
mana larutannya mampu memproduksi foam yang mencapai 9,5 cm. Sementara
dengan penambahan SLS ke dalam ekstrak Colubrina asiatica meningkatkan
kemampuan dari larutan untuk memproduksi foam, ekstrak (pelarut air) 9,5 cm
dan ekstrak (pelarut metanol) 2,5 cm. Dalam hal abilitas larutan SLS unggul jauh
dibanding sampel lain. Hal ini disebabkan ukuran gelembung jauh lebih besar.
Stabilitas yang kurang baik menjadi efek sampingnya. Ekstrak Colubrina
asiatica tidak mampu mempertahankan foam-nya sampai 24 jam. Sementara
larutan SLS murni memiliki stabilitas yang cukup baik. Akan tetapi secara
kalkulasi larutan SLS telah kehilangan 38,947 % ketinggiannya selama 24 jam.
Berbeda dengan campuran gliserol:NaCl dengan rasio 5:1 hanya mengalami
penurunan 36,974 % selama 24 jam. Melihat dari hasil pada sub bab sebelumnya
ekstrak dengan pelarut air dan penambahan gliserol 5 mmol kehilangan 52,845 %
31

ketinggiannya dalam rentang 24 jam, dan ekstrak air dengan penambahan NaCL 5
mmol kehilangan 72,727 % ketinggiannya dalam rentang yang sama.
Tabel 4.6 Perbandingan natural foaming agent terhadap SLS
Tegangan permukaan
Sampel
(mN/m)
NaCL 1 mmol 1.42
NaCL 2 mmol 1.71
NaCl 3 mmol 1.54
NaCl 4 mmol 1.72
NaCl 5 mmol 1.43
gliserol 1 mmol 1.23
gliserol 2 mmol 1.63
gliserol 3 mmol 1.57
gliserol 4 mmol 1.55
gliserol 5 mmol 0.93
gliserol 1 mmol + NaCl 5 mmol 0.59
gliserol 3 mmol + NaCl 3 mmol 0.22
gliserol 5 mmol + NaCl 1 mmol 1.18
Ekstrak (air) 0.92
Ekstrak (metanol) 0.32
Ekstrak (air) + SLS 2.55
Ekstrak (metanol) + SLS 0.18
larutan SLS 4

Larutan SLS memiliki tegangan permukaan yang lebih besar dibanding


natural foaming agent yang dibuat (4 mN/m) dan penambahannnya pun ikut
meningkatkan tegangan permukaan pada ekstrak air sebagai pelarut (2,55 mN/m).
Sementara hasil dari ekstrak metanol sebagai pelarut mengalami penurunan
dibanding hasil ekstrak (0,18 mN/m). Natural foaming agent memberikan hasil
yang sangat baik dalam menurunkan tegangan permukaan mencapai 0,22 mN/m.
Natural foaming agent mengungguli SLS sebagai surfaktan, keunggulan
dalam stabilitas dan ukuran foam memberikan nilai lebih dari produk. Indonesia
yang merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak didunia
memerlukan terobosan baru dalam memerangi pencemaran lingkungan dan
menghindari kerusakan tubuh akibat pengkonsumsian bahan kimia secara
32

continue. Kandungan biologis yang baik dalam ekstrak Colubrina asiatica


memberikan nilai lebih dalam menjaga kesehatan tubuh manusia.

Anda mungkin juga menyukai