2.
S1 Farmasi Transfer - Universitas Ngudi Waluyo
NORMAL TIDAK NORMAL
4.
S1 Farmasi Transfer - Universitas Ngudi Waluyo
Patofisiologi ...
Mekanisme patofisiologinya diduga kuat terkait aktivitas hormon
Dihidrotestosteron (DHT)
DHT merupakan suatu androgen yang berasal dari testosteron melalui
kerja enzim 5α-reductase dan metabolitnya 5α-androstanediol
merupakan pemicu utama terjadinyaa poliferase kelenjar pada pasien
BPH. Pengubahan testosteron menjadi DHT diperantai oleh enzim 5α-
reductase.
Ada dua tipe enzim 5α-reductase, tipe pertama terdapat pada folikel
rambut, kulit kepala bagian depan, liver dan kulit. Tipe kedua
terdapat pada prostat, jaringan genital, dan kulit kepala. Pada
jaringan-jaringan target DHT menyebabkan pertumbuhan dan
pembesaran kelenjar prostat (Mc Vary et al, 2010).
Proses pembesaran prostat terjadi perlahan-lahan, pada tahap awal
setelah terjadi pembesaran, retensi urin akan meningkat, otot detrusor
akan menebal dan merenggang timbul sakulasi/divertikel (fase
kompensasi), jika berlanjur detrusos akan menjadi lelah (mengalami
dekompensasi), tidak mampu lagi berkontraksi, sehingga terjadi retensi
urin yang dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih
5. atas. S1 Farmasi Transfer - Universitas Ngudi Waluyo
Faktor-faktor Penyebab ...
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang memiliki
kebiasaan merokok mempunyai risiko besar terkena BPH dibandingkan
dengan tidak memiliki kebiasaan merokok.
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya BPH adalah kadar hormon,
usia, riwayat keluarga, pola hidup, dan inflamasi (Khamriana et al,
2015).
Terapi
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi dilakukan pada pasien BPH tingkat sedang, atau dapat
juga dilakukan sebagai terapi sementara pada pasien BPH tingkat berat.
Tujuan Untuk mengurangi resistensi leher buli-buli dengan obat-obatan
golongan α- adrenergik blocker dan mengurangi volume prostat dengan
cara menurunkan kadar hormon testosteron atau dehidrotestosteron (DHT).
Beberapa obat yang biasa digunakan α-adrenergik bloker dan 5a-reductase
inhibitors (5ARIs).
Terapi Non Farmakologi
Merupakan terapi tanpa penggunaan obat, yakni modifikasi gaya hidup,
8. terapi menggunakan alat hingga pembedahan.
S1 Farmasi Transfer - Universitas Ngudi Waluyo
Algoritma Manajemen Terapi BPH
BPH
Watchful Operasi
waiting
α-adrenergik α-adrenergik
antagonis atau antagonis dan 5-α
5-α Reductace
Reductace inhibitor inhibitor
9.
S1 Farmasi Transfer - Universitas Ngudi Waluyo
Terapi Farmakologi
1. Alpha-blocker atau α-adrenergik bloker
Golongan Alpha-blocker atau α-adrenergik bloker bekerja dengan menghalangi
kontraksi reseptor adrenergik simpatik dari otot polos prostat dan leher
kandung kemih. dengan relaksasi otot polos di bagian leher prostat, saluran
kemih dibuka yang memungkinkan aliran urin. Alpha-blocker memiliki onset
cepat, dalam waktu 3 sampai 5 hari.
Beberapa obat alpha-blockers sebagai pengobatan pasien BPH dengan keluhan
LUTS yaitu prazosin (2mg 2x/hari), terazosin (5-10 mg / hari), doksazosin (1
mg sehari) yang merupakan generasi kedua dan alfuzosin dan tamsulosin (0,2-
0,4 mg/hr) yang merupakan generasi 3. Efek samping dari alpha-blocker yaitu
hipotensi ortostatik, pusing, kelelahan (asthenia), masalah ejakulasi dan hidung
tersumbat. Untuk generasi 3, tamsulozin dan alfuzosin resiko pusing lebih
rendah dibanding alpha-blocker generasi 2. Terazosin dan doxazosin
memerlukan titrasi dosis karena sifat anti-hipertensi, tamsulosin dan alfuzosin
tidak memerlukan titrasi dosis serta mempunyai lebih sedikit efek samping
kardiovaskular.
10. Alpha-blockers dapat diberikan pada kasus BPH dengan gejala sedang-berat.
S1 Farmasi Transfer - Universitas Ngudi Waluyo
Terapi Farmakologi
2. Golongan 5 Alpha-reductase inhibitors (5ARIs)
Obat golongan 5α-reduktase inhibitors bekerja dengan cara menghambat
pembentukan dihidrotestosteron (DHT), sehingga terjadi penurunan kadar
zat aktif dehidrotestosteron dan mengecilnya ukuran prostat. 5-Alpha-
reductase inhibitors (5-ARIs) bekerja dengan memblok konversi testosteron
menjadi dihidrotestoteron (DHT), dimana DHT ini merupakan androgen yang
dapat memicu pembesaran prostat. Apabila kadar dihidrotestosteron
mengalami penurunan mengakibatkan penurunan ukuran prostat.
Golongan obat ini memiliki mula kerja yang lebih rendah dibandingkan dengan
golongan α-bloker, yaitu berjalan selama 4 hingga 6 bulan. Efek samping yang
timbul ialah menurunnya libido, kurangnya fungsi seksual, dan gynecomastia
(pembesaran payudara). Jenis obat 5-alpha-reductase inhibitors, yaitu
finasteride (1-5mg sehari) dan dutasteride. Finasteride digunakan bila volume
prostat >40 mL dan dutasteride digunakan bila volume prostat >30 mL.
Finasteride menghambat kompetitif enzim 5-alpha-reductase tipe II yang aktif
secara oral, sedangkan dustasterid menghambat tipe I dan II. Kedua obat ini
menurunkan kadar DHT plasma dan prostat tanpa peningkatan testosteron.
Obat lain dapat digunakan Flutamid, Nafarelin asetat, dan Magestrol
11. asetat.
S1 Farmasi Transfer - Universitas Ngudi Waluyo
Terapi Non Farmakologi
1. Minimally Invasive Therapies
Melibatkan penempatan stent endoskopik ke dalam uretra prostat, sehingga
dapat mengatasi gejala BPH dan meminimalkan komplikasi karena sayatan kecil
dan trauma berkurang ke jaringan sekitarnya.
2. Transurethral Needle Ablation (TUNA)
Menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk menghasilkan ablasi
termal pada prostat. Cara ini bertujuan untuk meminimalkan perdarahanan dan
mempertahankan mekanisme ejakulasi.
3. Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
Tindakan pemanasan prostat dengan memakai energi mikro prosedurnya
memasukan kateter yang telah diberi elektrode dan diharapkan jaringan prostat
menjadi lembek. Alat yang dipakai Prostatron
4. Surgical Therapies (Terapi Pembedahan)
Untuk pasien BPH dengan gejala LUTS yang parah. Ada beberapa macam
pembedahan yakni Open prostatectomy atau pembedahan terbuka,
12. Transurethral holmium laser ablation of the prostate (HoLAP), HoLEP,
HoLRP, dan lain sebagainya. S1 Farmasi Transfer - Universitas Ngudi Waluyo
B E I N G C L E V E R C O M M U N I T Y
L/O/G/O