Anda di halaman 1dari 15

ROVENY

RSUK KEMBANGAN JAKARTA


ABSTRAK
o Hiperplasia prostat jinak merupakan diagnosis histologis proliferasi otot polos dan
epitel di zona transisional prostat yang bermanifestasi gejala saluran kemih bagian
bawah.
o Terapi farmakologis dipertimbangkan pada pasien tanpa kontra indikasi dengan
keluhan sedang hingga berat.
o Tujuan terapi : - memperbaiki keluhan
- mengurangi progresivitas
- atau keduanya.
o 4 gol obat pilihan :
- penghambat reseptor -adrenergik
- inhibitor 5-reduktase
- antimuskarinik
- inhibitor 5-fosfodiesterase
HIPERPLASIA PROSTAT JINAK
 Prevalensi : 25% pada usia 40-49 th, 80% pada usia 70-79 th.

 90% pria usia 80-an mengalami lower urinary tract symptoms (LUTS) atau
simptom saluran kemih bagian bawah.

 LUTS dibagi 2 :

 Simptom penyimpanan (frekuensi, nokturia, urgensi)

 Simptom perkemihan (perasaan tidak puas setelah berkemih, intermiten,


mengedan saat berkemih, pancaran urin lemah)

 Gejala-gejala ini dijadikan dasar acuan kuesioner penegakan diagnosis dan rencana
tindak lanjut.

 Contoh kuesioner : AUA-SI (The American Urological Association Symptom Index)


dan IPSS (International Prostat Symptom Score).

 Penanganan lebih difokuskan pada progresivitas penyakit dan pencegahan


komplikasi.
 Penanganan konservatif : penilaian ulang setiap tahun, pemeriksaan fisik,
penggalian riwayat penyakit
 menentukan kebutuhan terapi farmakologis atau prosedur intervensi.
 Terapi intervensi :
1. Segera : BPH disertai gangguan ginjal akibat retensi urin, batu kandung kemih,
retensi urin persisten atau rekuren, ISK kronik
2. Relatif : riwayat kanker prostat, peningkatan kadar PSA (prostate specific
antigen), hematuri, kanker kandung kemih, striktur uretra, cedera tulang
belakang, parkinson, stroke, prostatitis, retensi urin, ISK rekuren atau persisten,
kegagalan terapi farmakologis, pilihan pasien.
3. Minimal invasif : TUNA (transurethral needle ablation), TUMT (transurethral
microwave thermotherapy).
4. Operatif : prostatektomi terbuka, TUIP (transurethral incision of the prostate),
TUVP (transurethral vaporization of the prostate), TURP (transurethral resection
of the prostate).
PATOFISIOLOGI
 Perubahan hormonal dan vaskuler, sistemik atau lokal.

 Inflamasi prostat  menstimulasi proliferasi seluler.

 Pertambahan usia  penurunan testosteron dalam darah, tetapi produksi dan


akumulasi dihidrotestosteron di prostat tetap terjadi  memacu hiperplasia sel
prostat.

TERAPI FARMAKOLOGIS
 BPH yang memenuhi kriteria.

 Diberikan tunggal atau kombinasi.

 Mengurangi progresivitas penyakit, termasuk keluhan LUTS akibat kandung kemih


overaktif (dinamis) atau obstruksi pintu keluar kandung kemih (statis).

 Agen selektif bekerja di kandung kemih dan jar. prostat, agen non selektif
memberikan efek sistemik.
1. Penghambat Reseptor -Adrenergik (-bloker)
 Menghambat reseptor simpatis  yang memediasi kontraksi otot polos prostat dan leher
kandung kemih.

 Tidak semua -bloker bersifat spesifik terhadap prostat :

- penghambat reseptor  1A  menurunkan tonus prostat, memperbaiki aspek dinamis


perkemihan.

- penghambat reseptor  1B  dilatasi vena dan arteri, berefek pusing dan hipotensi
akibat penurunan resistensi perifer total.

- penghambat reseptor  1D  mengurangi simptom penyimpanan (frekuensi, nokturia,


urgensi)

 Terazosin, doxazosin, alfuzosin : nonselektif, efek samping berupa hipotensi, lelah,


pusing.

 Tamsulosin, silodosin : selektif (reseptor  1A)

 Efek klinis dirasakan setelah 1 minggu terapi.

 Dosis disesuaikan bertahap hingga mencapai dosis tertinggi tanpa keluhan efek samping.
2. Inhibitor 5-Reduktase
 Menghambat konversi testosteron menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron,
mengecilkan ukuran prostat dan mengurangi pertumbuhan jar. prostat.

 Mengurangi resiko retensi urin dan kebutuhan terhadap prosedur intervensi.

 Satu-satunya terapi farmakologis untuk mengurangi pengaruh androgenik


pertumbuhan prostat.

 Obat yang digunakan :

1. finasterid  menghambat isoenzim 5-reduktase tipe 2 (menurunkan serum


dihidrotestosteron 70-90%), waktu paruh 6-8 jam, efektif pada hematuri refrakter
akibat perdarahan prostat.

2. dutasterid  menghambat isoenzim dihidrotestosteron tipe 1 dan 2 (menurunkan


kadar dihidrotestosteron 95%), waktu paruh 5 minggu.

 Kurang efektif dalam mengurangi LUTS dan tidak untuk terapi LUTS tanpa
pembesaran prostat.
Terapi kombinasi penghambat reseptor -adrenergik dan inhibitor 5-
reduktase.
o Terbukti lebih superior menurunkan resiko progresivitas klinis dibandingkan monoterapi.

o Tapi meningkatkan biaya dan efek samping (ejakulasi abnormal, edema, dispnea).

o Terapi farmakologis rasional diawali dengan agen tunggal, kemudian mengganti atau
menambah agen kedua sesuai kebutuhan.

3. Antimuskarinik
 Kandung kemih memiliki 5 reseptor kolinergik : M1, M2, M3, M4, M5

 Menghambat neurotransmiter asetilkolin di sistem saraf pusat dan perifer.

 Obat yang digunakan : darifenacin, solifenacin, trospium chloride, oxybutynin,tolterodine,


fesoterodine.

 Digunakan untuk simptom overaktif kandung kemih (pada pasien LUTS).


 Terapi antimuskarinik tidak meningkatkan resiko retensi urin akut pada pasien
dengan volume urin residual < 250 ml.

Terapi kombinasi penghambat reseptor -adrenergik dan


antimuskarinik
o Menghasilkan perbaikan signifikan simptom penyimpanan, tetapi terapi
antimuskarinik tunggal tidak terbukti bermanfaat secara klinis

4. Inhibitor 5-fosfodiesterase
 Enzim 5-fosfodiesterase dijumpai di jar reproduksi pria, jar prostat (khususnya di
zona transisional), otot detrusor kandung kemih, otot polos pembuluh darah saluran
kemih.
 Penghambatan enzim ini  peningkatan cAMP dan cGMP  relaksasi otot polos
serta efek antiproliferatif jar prostat dan otot polos kandung kemih.
 Awalnya digunakan untuk terapi disfungsi ereksi.
 Tadalafil 5 mg selama 4 mgg untuk terapi keluhan berkemih
Terapi kombinasi lain.
o Kombinasi 2 atau lebih obat dengan mekanisme aksi berbeda akan memberikan
efek aditif.
o Belum ada terapi kombinasi yang lebih baik dari  bloker dan inhibitor 5-reduktase

Fitoterapi
o Tidak ada suplemen diet, agen fitoterapi atau agen non konvensional lain yang
direkomendasikan untuk manajemen LUTS akibat BPH.

o Ekstrak saw palmetto (serenoa repens) diperkirakan memiliki efek antiandrogenik,


antiproliferatif dan antiinflamasi.

Toksin botulinum type A (BoNT-A) intraprostat


o Bekerja irreversibel di sinaps guna menghambat pelepasan neurotransmiter
asetilkolin  memperbaiki keluhan LUTS (mengurangi tonus otot polos,
menghambat fungsi sekresi, menghambat jalur sensoris aferen pencetus LUTS).
o BoNT-A dimasukkanke prostat melalui suntikan transperineal, transrektal atau
transuretral dengan panduan ultrasonografi transrektal.

o Studi klinis penggunaan BoNT-A masih sangat terbatas dan belum disetujui FDA.

o Terapi alternatif BPH dengan LUTS yang refrakter terhadap terapi farmakologis oral,
tetapi bukan kandidat prosedur intervensi.

NX-1207
o Obat baru, masih diteliti lebih lanjut, diduga memiliki efek proapoptosis di prostat.

o Disuntikkan ke prostat dalam dosis tunggal, menunjukkan perbaikan LUTS, berefek


pengecilan prostat dan peningkatan vol aliran urin setelah 1 th.
PROGNOSIS
  bloker atau inhibitor 5-reduktase : pilihan pertama manajemen BPH.

  bloker (terazosin, tamsulosin, doxazosin, alfuzosin) memperbaiki laju aliran


maksimum urin dan indeks kualitas hidup.

 Inhibitor 5-reduktase (finasterid, dutasterid) menurunkan vol total prostat serta


kebutuhan terhadap prosedur operatif.

 Terapi kombinasi  bloker dan inhibitor 5-reduktase lebih baik dibandingkan terapi
tunggal.

 Setelah 1 th, salah satu agen dihentikan jika tidak dijumpai progresivitas.

 Jika timbul perburukan klinis setelah penghentian terapi tunggal atau salah satu
agen terapi kombinasi, regimen yang sama harus kembali dilanjutkan guna
mencegah retensi urin akut atau resiko operasi.

Anda mungkin juga menyukai