PENDAHULUAN
histologik yang merujuk kepada proliferasi jaringan epitel dan otot halus di dalam
zona transisi prostatika. BPH kerap menyebabkan disfungsi pada saluran kemih
bagian bawah pria dan paling sering ditemukan pada pria lanjut usia. Sekitar 18 –
25% laki-laki dengan usia di atas 40 tahun dan lebih dari 90% laki-laki dengan
tingkat keluhan pasien, komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan
pasien2. Salah satu terapi yang sering digunakan dalam tatalaksana BPH adalah
modalitas terapi pasien BPH tidak sama karena perbedaan fasilitas dan sumber
pasien BPH.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
buah kemiri dengan ukuran 4 x 3 x 2,5 cm dan beratnya kurang lebih 20 gram.
Kelenjar ini terdiri atas jaringan fibromuskular dan glandular yang terbagi dalam
beberapa daerah atau zona, yaitu zona perifer, zona sentral, zona transisional,
Komponen stroma ini terdiri atas otot polos, fibroblas, pembuluh darah,
saraf, dan jaringan penyanggah yang lain. Prostat menghasilkan suatu cairan
yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat. Cairan ini
kemudian dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi.
Volume cairan prostat merupakan ± 25% dari seluruh volume ejakulat. Prostat
pengeluaran cairan prostat ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi.3
2
Sistem simpatik memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula
tersebut. Jika kelenjar ini mengalami hiperplasia jinak atau berubah menjadi
B. Patofisiologi BPH
lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini
struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasienn dirasakan sebagai keluhan pada
saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom(LUTS) yang
ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik
urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter. Keadaan ini
hanya disebabkan oleh adanya massa prostat yang menyumbat uretra posterior,
3
tetapi juga disebabkan oleh tonus otot polos yang ada pada stroma prostat,
kapsul prostat, dan otot polos pada leher buli-buli. Otot polos itu dipersarafi
oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus pudendus. Pada BPH terjadi rasio
peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Kalau pada prostat normal rasio
stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1, pada BPH, rasionya meningkat
menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot
polos prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa
gejala obstruksi akibat pembesaran prostat adalah sistem skoring keluhan. Salah
satu sistem penilaian yang digunakan secara luas adalah International Prostate
Skor ini berguna untuk menilai dan memantau keadaan pasien BPO.
Kuesioner IPSS dibagikan kepada pasien dan pasien diharapkan dapat menjawab
sendiri setiap pertanyaan. Berat atau ringannya keluhan pasien BPO dapat
digolongkan berdasarkan skor yang diperoleh, yaitu 0-7 (ringan), 8-19 (sedang),
dan 20-35 (berat). Selain tujuh pertanyaan di atas, di dalam daftar pertanyaan
IPSS terdapat pertanyaan tunggal mengenai kualitas hidup (quality of life [QoL])
4
yang juga terdiri atas tujuh kemungkinan jawaban.4 Skor IPSS dapat dilihat pada
lampiran 1.
manipulasi pada prostat (biopsi prostat atau TURP, instrumentasi), pada retensi
urine akut, dan usia yang semakin tua Peningkatan PSA serum dapat ditemukan
pada pasien kanker prostat, prostatitis, maupun BPH. Menurut penelitian Putra
dkk., PSA dapat digunakan sebagai prediktor volume prostat karena sel epitel
penelitian di Belanda, terdapat hubungan yang kuat antara PSA dan volume
prostat sehingga hal itu dapat digunakan sebagai prediktor volume prostat .
testosteron serum, dan beberapa faktor inflamasi (tumor necrosis alpha dan
C. Definisi
otot polos. penggunaan utama obat ini digunakan untuk penyakit hipertensi dan
pada sel-sel penyusun jaringan epitel prostat melalui inhibisi isoenzim 5α-
(DHT).
5
D. Sediaan dan efek samping
diberikan sekali sehari. Masing-masing jenis obat ini mempunyai tolerabilitas dan
finasteride dan dutasteride. Efek klinik kedua obat ini dapat dilihat setelah 6
digunakan bila volume prostat >30 ml. Efek samping yang terjadi pada pemberian
finasteride atau dutasteride ini minimal, diantaranya dapat terjadi disfungsi ereksi,
lapisan otot polos dinding prostat. Hal ini dapat mengurangi tahanan leher vesica
doksazosin, alfazosin, dan tamsulosin yang dinimum sekali sehari dengan dosis
yang perlu dititrasi. Sekitar 30-45% pasien yang diberikan obat ini memiliki
penurunan skor IPSS. Bahkan, pada sekitar 15-30% pasien, skor tersebut turun 4
6
hingga 6 poin.8,9 Setiap α1-blocker memiliki efek samping yang berbeda-beda.
dan intraoperative floppy iris syndrome (IFIS). IFIS umumnya disebabkan oleh
progresif, gas dalam iris, dan prolaps iris pada operasi katarak. 10 Meski demikian,
obat golongan ini sangat direkomendasikan pada kasus BPH dengan gejala sedang
menuju berat.9
apoptosis pada sel-sel penyusun jaringan epitel prostat melalui inhibisi isoenzim
pengecilan ini mampu mencapai 30% ukuran pembesarannya. Ada dua jenis obat
sementara indikasi finasteride bila volume > 40 cc. Dutasteride digunakan dengan
dosis 0,5 mg, sementara finasteride dengan dosis lebih tinggi yaitu 5 mg.
Penggunaannya sangat direkomendasikan oleh AUA dan IAUI untuk kasus BPH
yang lebih berat, meski tidak didukung oleh literatur selengkap α1-blocker.9
7
muncul bercak-bercak kemerahan di kulit. Selain itu, penghambat 5α- reduktase
dapat menurunkan kadar PSA sampai setengah dari nilai awalnya sehingga dapat
menimbulkan negatif palsu dalam deteksi kanker prostat. Meski demikian, efek
F. Kombinasi terapi
efek sinergis dengan menggabungkan manfaat yang berbeda dari kedua golongan
signifikan. Data saat ini menunjukkan terapi kombinasi memberikan hasil yang
lebih baik dibandingkan monoterapi dalam risiko terjadinya retensi urine akut dan
kemungkinan diperlukan terapi bedah. Akan tetapi, terapi kombinasi juga dapat
kepada orang dengan keluhan LUTS sedang-berat dan mempunyai risiko progresi
(volume prostat besar, PSA yang tinggi (>1,3 ng/dL), dan usia lanjut). Kombinasi
tahun).2
retensi urin akut, operasi terkait hiperplasia prostat, inkontinensia urin, dan infeksi
8
saluran kemih. Beberapa penelitian telah membandingkan efek penggunaan alpha
blocker dan terapi kombinasi antara alpha blocker dan 5α-reductase inhibitor
retensi urin akut di antara pasien yang diobati dengan terapi kombinasi (4,5%)
secara signifikan lebih rendah daripada kejadian (15,2%) di antara pasien diobati
dengan monoterapi. Hasil ini mirip dengan apa yang dilaporkan oleh Shin et al. 13
menemukan bahwa kejadian retensi urin akut secara signifikan lebih rendah pada
juga menemukan bahwa kejadian retensi urin akut secara signifikan lebih rendah
meningkatkan kualitas hidup pasien BPH. Dalam penelitian ini digunakan skor
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
apoptosis pada sel-sel penyusun jaringan epitel prostat melalui inhibisi isoenzim
pasien BPH. Pengobatan pasien BPH dapat diberikan secara monoterapi maupun
10
LAMPIRAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12
12. Wishyar J, Omar W, Ali W. Monotherapy versus combination therapy in the
treatment of benign prostatic hyperplasia: A single center study. Zanco J Med.
24 (3). 2020
13. Shin TJ, Kim CI, Park CH, Kim BH, Kwon YK. Α-blocker monotherapy and
α-blocker plus 5-alpha-reductase inhibitor combination treatment in benign
prostatic hyperplasia; 10 years’ long-term results. Korean J Uro 2012;
53(4):248–52
13