Definisi
Hipertrofi prostat benigna (BPH) adalah kelainan histologis yang khas ditandai dengan
proliferasi sel-sel prostat. Akumulasi sel-sel dan pembesaian kelenjar merupakan hasil dari
proliferasi sel epitel dan stroma prostat. BPH dalah bagian dari proses umur yang normal
pada laki-laki dan secara hormonal tergantung dari produksi hormon testosteron dan
dehidrotestosteron (DHT).
Patogenesis
reduktase. Hampir 90% testosteron dalam prostat berasal dari testis dan sisanya dari
kelenjar adrenal. Testosteron dan DHT berikatan dengan reseptor androgen dan hasilnya
meningkatkan biosintesis protein dan hiperplasia. Dengan demikian hiperplasia prostat
tergantung secara Iangsung dari rangsangan androgen. Obstruksi prostat terdiri dari 2
elemen yaitu komponen statis dan dinamis. Komponen statis berhubungan dengan
pembesaran kelenjar prostat, yang membutuhkan adanya DHT. Komponen dinamis berasal
dari tonus otot polos prostat dan dipengaruhi oleh sistem saraf simpatis. Kontraksi otot
polos uretra, prostat dan leher kandung kemih merupakan kontribusi gejala hiperplasia
prostat, sehingga alfa -1 adrenergik antagonis selektif dapat digunakan sebagai terapi.
1) Teori hormonal : kenaikan DHT dalam sel prostat akan merangsang pertumbuhan sel.
perkembangan dan stabilitas prostat normal tergantung fungsi androgen- signoling axis
2) Teori sel punca (stem cell), yaitu dengan reaktivasi sel punca dan pembesaran prostat
benigna. Teori sel punca menyatakan bahwa terjadinya proliferasi sel pada hyperplasia
prostat merupakan akibat ketidaktepatan aktivitas sel punca sehingga terjadi produksi
yang berlebihan pada sel stroma maupun sel epitel.
3) Teori berkurangnya kematian sel prostat (apoptosis), yang menyebabkan jumlah sel-
sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan
pertambahan massa prostat.
4) Teori interaksi stroma-epitelial oleh faktor pertumbuhan yang merangsang proliferasi
sel. Menurut teori ini mekanisme terjadinya hyperplasia prostat pada orang tua adalah
akumulasi sel epitel senescence yang mengekspresikan lL-1 alfa yang menyebabkan
kenaikan sekresi FGFT dan proliferasi non senescence epitelial. Teori faktor inlamasi
dan sindrom metabolik: bukti terkini menunjukan bahwa hyperplasia prostat
adalahsuatuimmuneinflommotorydisease.Inflamasi dimulai dengan rangsangan yang
menciptakan suatu lingkungan proinflamasi didalam kelenjar prostat. Teori ini telah
dikonfirmasi dengan studi beberapa otopsi klinis yang menggambarkan hubungan
yang signifikan antara inflamasi dengan berat dan progresivitas hyperplasia prostat.
Dengan basis data yang ada maka pengelolaan hyperplasia prostat berdasa r i nflamasi
menjad i penti ng.Sindrom metabolik yang terdiri dari Diabetes Mellitus type2,
hipertensi, obesitas dan hig-density lipoprotein cholesterol (HDL-C) rendah
merupakan faktor risiko terjadinya hyperplasia prostat .
Patofisiologi
Pembesaran prcistat tergantung potensi DHT. Dalam kelenjar prostat 5-alfa-reduktase tipe
2 merubah testosteron menjadi DHT yang bekerja lokal dan menyebakan hiperplasia
prostat. Pada penelitian invitro reseptor alfa-1 adrenergik terdapat di otot polos stroma,
kapsul prostat, dan leher kandung kemih. Rangsangan pada reseptor-2 ini akan
meningkatkan tonus otot polos yang dapat memperburuk gejala traktus urinarius bawah,
sebaliknya bila dihambat akan menyebabkan relaksasi dan memperbaiki gejala traktus
urinarius.bawah . Secara mikroskopis, pembesaran prostat merupakan proses hiperplasia,
yang akan menekan aliran urin dalam kandung kemih, dan akhirnya akan menlmbulkan
manifestasi klinik. Teori tradisional mengatakan,hiperplasia prostat adalah pembesaran
prostat yang mengelilingi dan menekan uretra, sehingga terjadi obstruksi dan menyebabkan
disfungsi kandung kemih, yang pada akhirnya menimbulkan gejala pada traktus urinarius
bagian bawah. Peningkatan sensitivitas otot detrusoti volume urin yang sedikit dalam
kandung kemih, diyakini sebagai kontributor terjadinya pening katan frekuensi berkemih
dan gejala traktus urinarius bagian bawah,lainnya. Kandung kernih secara bertahap akan
bertambah lemah dan kehilangan kesanggupan mengeluarkan/mengosongkan urin secara
sempurna, akibatnya dapat terjadi peningkatan residu urin dan retensi urin akut ataupun
kronik. Fungsi utama kelenjar prostat adalah mensekresi cairan alkali yang terdiri dari
hampir 70% volume seminal, yang berguna untuk lubrikasi dan nutrisi sperma. Saat
ejakulasi, cairan ini akan menyebabkan pengenceran seminal dan membantu menetralisasi
lingkungan asam vagina. Obstruksi saluran keluar dari kandung kemih akan menyebakan
hipertrofi otot detrussor dan penebalan kandung kemih akibat peningkatan beban melawan
resistensijalan keluar. Dalam kondisi normal, pengosongan kandung kemih terjadi dengan
tekanan detrussor dibawah 30 cmH2O dan maksimal peak flow rate lebih dari 25 cc/detik.
Pada fase awal obstruksi saluran keluar, flow rote dipertahankan dengan peningkatan
tekanan pengosongan, sehingga terjadi kompensasi hipertrofi. Pada obstruksi lebih lanjut,
tekanan detrussor meningkat lebih tinggi dan flow rote turun dengan sejumlah besar residu
urin dalam kandung kemih. Otot detrussor diganti dengan jaringan fibrosis, sehingga
menjadi lemah dan mengalami penurunan tonisitas . Pada fase akhir, terjadi dekompensasi
hipertrofi dan kerusakan kandung kemih menjadi irreversible Akibat adanya penebalan
dinding kandung kemih, selain terjadi peningkatan tekanan detrussor, terjadi juga
pembentukan trabekula,soccule dan divertikel pada kandung kemih. Jika obstruksi tidak
bisa diperbaiki dengan terapi medik maka perlu tindakan operatif (TURP)
Geiala Klinis
Gejala klinis hiperplasia prostat dapat dibagi dalam 2 keluhan yaitu karena gejala obstruksi
dan iritasi. Keluhan karena obstruksi antara lain berupa penurunan kekuatan dan besarnya
aliran urin, perasaan pengosongan urin dari kandung kemih yang tak tuntas, double
voiding, strining urinate dan post-void dribbling. Sedangkan gejala iritasi antara lain
urgency, peningkatan frekuensi berkernih, dan nokturia. The American Urological
Association membuat sistem skor untuk menilai berat ringanya gejala obstruksi dan iritasi.
Sistem skor ini terdiri dari pertanyaan dan masing-masing pertanyaan memiliki skor" 0-5,
sehingga nilai keseluruhan berkisar antara 0-35. Skor 0-7 menunjukkan keluhan ringan,
skor 8-19 menunjukan keluhan sedang, dan skor 20-35 menunjukkan keluhan berat.
Tanda KIinis
Tanda klinis hiperplasia prostat biasanya ditemukann dengan pemeriksaan fisik colok
dubur; dan pemeriksaan neurologi pada semua pasien. Ukuran dan konsistensi prostat
dapat dicatat, bahkan ukurannya bisa ditentukan dengan colok dubur. Tidak ada korelasi
antara heratnya gejala dengan beratnya obstruksi. Hiperplasia prostat benigna biasanya
teraba halus, lunak dan elastis. Bila seorang dokter curiga adanya keganasan maka evaluasi
lebih lanjut dengan pemeriksaan PSA (prostat specific antigen) ultrasonografi (USG) dan
biopsi.
Diagnosis
Riwayat Penyakit
Pemeriksaan Prostot Spesific Antigen (PSA) dan Prostatic Acid Phosphofose (PAP)
Tes ini dilakukan dengan menentukan kadar PSA dalam darah, dan PAP pada penderita
HPB PSA adalah antige,n spesifik yang dihasilkan oleh sel kapsul prostat (membran yang
meliputi prostat) dan kelenjar periuretral. Peningkatan kadar PSA menunjukkan
pembesaran kelenjar prostat atau prostatitis, dan juga dapat menentukan perkiraan ukuran
dan berat prostat. Kadar PSA normal adalah kurang dari 4 ng/ml.Kadar PSA 4-10 ng/ml
menunjukkan pembesaran ringan, kadar 10- 20 ng/ml menunjukkan pembesaran sedang
dan 20-35 ng/ml menunjukkan pembesaran berat. Seseorang yang mempunyai kadar PSA
ringan biasanya masih normal
atau bukan keganasan. Bila kadarnya sedang dan berat biasanya keganasan prostat.
Hasil pemeriksaan PSA dapat menghasilkan positif palsu bila kadar PSA naik tetapi tak
ada gejala keganasan, sedangkan hasil negatif palsu terjadi bila kadar PSA normal tetapi
terdapat keganasan prostat. Pada keadaan tersebut di atas, maka harus dilakukan biopsi.
Dalam darah, terdapat 2 macam PSA, yaitu yang bebas dan yang terikat dengan protein.
Beberapa studi menunjukkan bahwa sel ganas banyak menghailkan PSAterikat protein,
karenanya bila dalam darah kadar PSA bebas lebih sedikit berarti ada keganasan
sedangkan bila kadar PSA bebas yang tinggi menunjukkan PHB atau prostatitis.
Pemeriksaan Urodinamik
Pemeriksaan urodinamik digunakan untuk mengukur volume dan tekanan urin di dalam
kandung kemih dan untuk mengevaluasi aliran urin. Pemeriksaan ini digunakan untuk
mendiagnosis gangguan sfingter intrinsik dan menentukan tipe inkontinensia seperti
overflow, urgency atau inkontinensia total
Uroflowmetry
Pemeriksaan USG rektal sering dilakukan untuk menentukan keganasan maupun kelainan
lainnya dari kelenjar prostat. Caranya dengan memasukkan langsung probe USG ke dalam
rektum dan melihat gambaran prostat di layar monitor.
Sistoskopi
Sistoskopi dilakukan untuk melihat keadaan uretra dan kandung kemih dengan jalan
memasukkan alat cystoscope ke dalam uretra dan kandung kemih. Test ini dapat
menentukan ukuran kelenjar prostat dan dapat mengidentifikasi lokasi dan tingkatan
obstruksinya.
Urinalisis
Urinalisis dapat menunjukkan adanya infeksi atau kondisi lain yang sangat mendukung
diagnosis maupun komplikasi dari hiperplasia prostat
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan adakah gangguan fungsi ginjal akibat
obstruksi karena hiperplasia prostat
Klasifikasi
Penatalaksanaan
Beberapa studi melaporkan terjadinya resolusi spontan dan pengurangan secara signifikan
pada beberapa pria yang mengalami hiperplasia prostat, sedangkan studi lainnya
melaporkan terjadinya progresivitas dan komplikasi yang semakin nyata. Untuk itulah,
pada penderita hiperplasia prostat dengan skor AUA 0-7, terapi observasi merupakan
pilihan.
Terapi medik
1) Penghambat Alfa :
pada otot polos sel prostat, sehingga menurunkan tonus prostat dan mengurangi
obstruksl saluran keluar kandung kemih. Penghambat adrenoreseptor Alfa-1A lebih
dominan dari pada alfa-1B, sehingga pengggunaan penggunaan penghambat alfa
Ada 4 jenis obat penghambat alfa di lndonesia yaitu : alfuzosin HCL (alfuzosin),
Manfaat: Bila dibandingkan secara langsung maupun tak langsung, ke- 4 obat tersebut
mempunyai manfaat yang hampir sama pada dosis yang sesuai. Terapi ini dapat
menurunkan gejala hingga 35-45% dan dapat meningkatkan moximum urinoy flow
Penggunaan praktis : Penghambat alfa merupakan obat lini pertama pada laki-laki
dengah gejala traktus urinarius bagian bawah. Frekuensi pemberian obat ini cukup satu
kali sehari. Untuk meminimalisasi efek samping, terapi menggunakan doxazosin dan
terazosin sebaiknya dilakukan dengan cara titrasi dosis, sedangkan untuk alfuzosin dan
tamsuzosin, hal tersebut tidak perlu dilakukan. Karena onset kerja yang cepat,
penghambat alfa dapat dipertimbangkan untuk penggunaan intermiten pada penderita
dengan gejala yang fluktuatif dan tidak membutuhkan terapi jangka panjang.
Efek samping yang sering terjadi adalah d'zziness dan hipotensi ortostatik
2) Penghambat 5 Alfa redukatse
a. Tipe 1: memiliki aktivitas predominan diluar kelenjar prostat (misal: kulit dan
hati).
b. Tipe 2: memiliki ekspresi dominan pada kelenjar prostat.
Manfaat terapi baru terlihat apabila terapi telah diberikan selama 6-12 bulan. Terapi
menggunakan obat ini dalam jangka waktu 2-4 tahun akan mengurangi gejala.saluran
kemih bagian bawah sebanyak 15-30%, penurunan volume prostat sekitr 18-25% dan
peningkatan Qmax bebas uroflowmetr sekitar 1,5 - 2,0 ml/detik.
Terapi dengan 5-alfa reduktase inhibitor hanya dipertimbangkan untuk pasien dengan
gejala saluran kemih bagian bawah dan pembesaran prostat. Karena efeknya yang
lambat, maka obat ini hanya cocok untuk terapi jangka panjang. Efek samping yang
terjadi antara lain penurunan libido, disfungsi ereksi, dan ganggua ejakulasi (walau
jarang) seperti ejakulasi retrogradq kegagalan ejakulasi atau penurunanvolume semsen
Ginekomastia dapat terjadi pada 1-2% penderita.
3) Fitofarmaka
Penggunaan fitofarmaka masih menjadi perdebatan. Komponen utama dari obat ini
adalah phytosterol, yang dari hasil studi invitro diperkirakan memiliki manfaat:
Memiliki efek anti inflammasi, antiandrogenik ataupun efek estrogenik.
Namun demikian studi invivo mengenai manfaat obat ini belum jelas, begitupula
dengan mekanisme kerjanya. Dari bermacam fitofarmaka, yang paling banyak
digunakan untuk terapi hiperplasia prostat adalah serenoa repens. Hasil uji klinis
(rondombed clinical friol) terkini mendapatkan bukti manfaat beta-sitos terol,suatu
ekstrak dari saw polmetto yang berisi beberapa fitosterol yang dapat menurukan gejala
traktus urinarius bagian bawah sampai 7,4 poin. Penelitian James Tacklind, dkk
terhadap 2053 penderita PHB juga menunjukkan hal yang sama.
4) Terapi Kombinasi
Obat yang sering digunakan sebagai terapi kombinasi adalah penghambat alfa dan
penghambat 5-alfa reduktase. Loper, dkk (1996) adalah peneliti pertama yang
menggunakan terapi kombinasi terazosin dan finasteride, sedangkan studi lain yang
dilakukan Roehrbom dkk (2008) menggunakan kombinasi tamsulosin dengan
dutasteride. Hasil studi MTOPS (Medical Theropy of Prostotic Symptom) dan
CombAT (Combination of Avodart dan Tamsulosin) menunjukkan bahwa terapi
kombinasi lebih superior dibandingkan monoterapi dalam mencegah progresivitas
penyakit berdasarkan kriteria IPSS. Dari kedua penelitian ini (MTOPS versus
CombAT) didapatkan adanya penurunan :
Beberapa tindakan pembedahan yang dilakukan untuk terapi hiperplasia prostat antara
lain :