Anda di halaman 1dari 17

BUPATI JAYAWIJAYA

PROVINSI PAPUA

PERATURAN BUPATI JAYAWIJAYA


N0MOR &T TAHUN 2019
TENTANG

PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI KAE}UPATEN JAYAWIJAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JAYAWIJAYA

Menimbang a. bahwa Prevalensi stunting pada balita cukup tinggi di


Kabupaten Jayawijaya sehingga dapat menghambat upaya
peningkatan kesehatan masyarakat dan pembangunan
kualitas sumber daya manusia;
b. bahwa kejadian stunting disebabkan oleh faktor yang
bersifat multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh
Faktor Gizi yang dialami oleh Ibu hamil dan Balita, untuk
itu perlu dilakukan upaya Percepatan Stunting melalui
intervensi paling menentukan pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) dengan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan;
c. bahwa dalam upaya optimalisasi pencegahan Stunting dan
penurunan prevalensi secara efektif, efisien dengan
terkoordinasi yang melibatkan berbagai stakeholders perlu
adanya peraturan tentang percepatan stunting dari
Kabupaten Jayawijaya.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Percepatan Pencegahan Stunting
di Kabupaten Jayawijaya;

Mengingat: l. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang


Pembentukan Propinsi Irian Barat dan Kabupaten-
Kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lemba.,-an
Negara Tahun 1969 Nomor 47 / Tarr,bahan kmbaran
Negara Republik Indonesia Nomor 29071 ;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(LembaranNegara Republik Indonesia Tahun 20O9 l,lomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
BUPATI JAYAWIJAYA
PROVINSI PAPUA

PERATURAN BUPATI JAYAWIJAYA


NOMOR TAHUN 2019

TENTANG

PERCEPATAN PENCEGAHAN STUNTING DI KABUPATEN JAYAWIJAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JAYAWIJAYA

Menimbang a. bahwa Prevalensi stunting pada balita cukup tinggi di


Kabupaten Jayawijaya sehingga dapat menghambat upaya
peningkatan kesehatan masyarakat dan pembangunan
ku alitas sumber daya manusia;
b. bahwa kejadian stunting disebabkan oleh faktor yang
bersifat multidimensi dan tidak hanya disebabkan oleh
Faktor Gizi yang dialami oleh Ibu hamil dan Balita, untuk
itu perlu dilakukan upaya Percepatan Stunting melalui
intervensi paling menentukan pada 1.000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK) dengan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan;
c. bahwa dalam upaya optimalisasi pencegahan Stunting dan
penurun€rn prevalensi secara efektif, efisien dengan
terkoordinasi yang melibatkan berbagai stakeholders perlu
adanya peraturan tentang percepatan stunting dari
Kabupaten Jayawijaya.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan
Peraturan Bupati tentang Percepatan Pencegahan Stunting
di Kabupaten Jayawijaya;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang


Pembentukan Propinsi Irian Barat dan Kabupaten-
T,'.^l-.,-^.^-
r\i,'l.,LrPdLcrr ,.\.^- ^-
\-,rr(Jlr(Jrll l:
ur r_r-^-:..^:
fruPIrlDr I-i^-
rlriall Il--^.
rjir.l alL /I ^_t-^-^- cur
trr€lllt-rcLr
Negara Tahun 1969 Nomor 47 / Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2907) ;
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
/t ^-1^^-^-l\t^-^-^ r_'^-,, 1-1.:1- r-l^.^^-:^ rTr^1---- rl/l.ta! r\T^_^-
tI,CIIIuia'l i1rrIIgtsi1.t il, I\gP\lrJ.lrlt llltMlgirli,. linr!lrI ZVVy 1lLr1l1tr-t

144, Tambahan lrmbaran Negara Republik Indonesia


Nomor 5063);
2

3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2Ol2 terrtarrg Pangan


(Lrmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
227, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5360);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah (kmbaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan
kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan ( Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 183),
Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor
6398);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan ([cmbaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2O04 Nomor 107, Tambahan
kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2Ol2 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif (Lembaran Pemerintah
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5291);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 20 15 tentang
Ketahanan Pangan dan Gizi (Lembaran Nega ra Repuhlik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 60, Perubahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5680);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017
Nomor 73, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6041);
r0. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 20 19 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (kmbaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2019 Nomor 42, Tambahan l,embaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6322);
11. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Ger'al<an
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi (kmbaran Negara
republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 100);
3

11. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2Ol4 tentang


Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
201 1 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
199);
12. Peraturan Presiden Nomor Nomor 83 Tahun 2Ol7 tertang
Kebijakan Strategis Pangan dan Giai (lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 188);
13. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang
pengadaan barang / jasa Pemerintah.
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 63 Tahun 2010
tentang Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium di Daerah (Berita Negara republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 675);
15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 4 tahun 2010 tentang
Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi;
16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :

2269 lMenkes/Per /Xl/2O11 tentang pedoman Pembinaan


Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 201 1 Nomor 755);
17 . Peratu ran Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun 2012 tentang
Bahan Tambahan Pangan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2012 Nomor 757);
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 26 Tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan dan Pralrtek Tenaga Gizi (erita Negara
Republlik Indonesia Tahun 2013 Nomor 477);
19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2013 tentang
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa
Indonesia ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 2013 Nomor 757);
20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2Ol4 tentang
Upaya Perbaikan Giai (Berita Negara Republik Indoensia
Tahun 2014 Nomor 967);
21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang
Upaya Kesehatan Anak (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 825);
22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional, (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 874);
23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 201'4 tentang
Standar Tablet Tambah Darah bagi Wanita Usia Subur dan
Ibu Hamil, (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1840);
4

24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2l Tahun 2015 tentang


Standar Kapsul Vitamin A bagi Bayi, Anak Balita dan Ibu
Nifas, (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
44tl;
25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016
Tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 547);
26. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 120 Tahun 2018
Tentang Perubahan Atas Perubahan Menteri Dalam Negeri
Nomor 80 Tahun 2015 Tentang Pembentunkan Produk
Hukum Daerah (kmbaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2018 Nomor 157);
27. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 38 Tahun 2018
Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah Tahun 2019 (lembaran Negara;
28. Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya Nomor 10 Tahun
2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah:
29. Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya Nomor 4 Tahun
2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat
Daerah;
30. Peraturan Daerah Kabupaten Jayawijaya Nomor 03 Tahun
2018 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Jayawijaya Tahun Anggaran 2019;
31. Peraturan Bupati Jayawijaya Nomor 40 Tahun 2018
Tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah Kabupaten Jayawijaya Tahun Anggaran 2019.

Memperhatikan : Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 44O/1959 /SJ tentang


Intervensi Penurunan Stunting Terintegrasi Tahun 2018

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PERCEPATAN PENCEGAHAN


STUNTING TERINTEGRASI

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Jayawiiaya.


2. pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintah Daerah.


3. Bupati adalah Bupati Jayawijaya.
5

4. Bappeda adalah Bappeda Kabupaten Jayawijaya


5. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Jayawijaya.
6' Pemangku kepentingan adalah semua pihak didalam masyarakat yang
meliputi Indurda, Komunitas atau kelompok masyarakat unsur
penyeienggaraan Pemda, sektor swasta, Instansi Lembaga dan Hhak terkait
lainnya yang memiliki hubungan dengan kepentingan terhadap
permasalahan stunting.
7. stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat dari kekurangan
gizi kronis, sehingga anak terlalu pendek untuk usianya, terganggunya
perkembangan kecerdasan otak dan gangguan metabolisme tubuh:
8. Intervensi gizi spesifik adalah Intervensi yang ditujukan kepada anak dalam
1.000 Hari Pertams. Kehidupan, pada umumnya cilakuken cleh sektcr.
kesehatan, dan bersifat jangka pendek.
9. Intervensi Gizi Snsitif adalah Intervensi yang ditujukan melalui berbagai
kegiatan pembangunan diluar sektor kesehatan dengan sasaran masyarakat
umum.
10' Upaya perbaikan gizi adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, teintegrasi dan berkesinambungan untuk
memelihars. dan meningkatkan s+€.tus gizi masyarakat calam bentuk upaya
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah daerahKabupaten dan/atau masyarakat.
1 I . surveilans gizi adaleh, pengamatan secara teratur dan terus menerus y€rng

dilakukan oleh tenaga gizi terhadap semua aspek penyaki t gizi, bark keadaan
maupun penyebarannya dalam suatu masyarakat tertentu untuk
kepentingan pencegahan dan penanggulangan.
12. Penyakit degeneratif adalsh isrilah medis untuk menjelask-an sus.tu penygkit
yang muncul akibat proses kemunduran fungsi sel tubuh yaitu dari keadaan
normal menjadi lebih buruk, Penyakit ini antara lain : diabetes mellitus,
stroke, jantung koroner, kardiovaskuler, dislipidemia, gagal ginjal, dan
sebage i1y4.
13. Tenagagizi terlatih adalah tenaga gizi lulusan pendidikan fornal gSzi,
minimal lulusan Diploma III gizi yang memiliki sertifikat pelatihan gizi
tertentu.
14. Petugas gjzr adala}: Tenaga Gizi atau orang yang peduli gizi yang bekerja di
sarana pelayanan kesehatan.
15. Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masayarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
6

masyarakat dalam memperoleh pelayalan kesehatan dasar untuk


mempercepat penurunzrn angka kematian ibu dan bayi.
16. Air Susu Ibu yang selanjutnya disingkat ASI adalah cairan hidup yang
mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan hormon, serta
protein spesifik, dan zat-zar gzi rainnya yang riiperiukan untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pasal 2

Asas-asas pencegahan stunting adalah :

a. Bertindak cepat dan akurat artinya dalam upaya pencegahan stunting,


tenaga gizi terlatih harus berlindak sesuai prosedur tetap pelayanan gizi dan
kode etik profesi;
b. Penguatan kelembagaan dan kerjasama artinya dalam upaya pencegahan
stunting tidak hanya dapat dilakukan secara sektoral, akan tetapi
rnembutuhkan dukungan selrtor dan program lain;
c. Transparansi artinya asas y€rng menentukan bahwa dalam segala hal yang
berhubungan dengan pencegahan stunting harus dilakukan secara terbuka;
d. Peka budaya arlinya asas yang menentukan bahwa daram segala hal yang
berhubungan denga, pencegahan stunting harus memperhatikan sosial
budaya g1zi daerah setempat; dan
e. Akuntabilitas artinya asas yang menentukan bahwa dalam segala hal yang
berhubungan dengan pencegahen stunting harus dilakukan dengen penuh
tanggungjawab.

BAB II
MAKSUD DANTUJUAN
Pasal 3
Pencegahan stunting dimaksud untuk menurunkan prevalensi stunting di
Kabupaten Jayawijaya sehingga terdampak pada peningkatkan status gizi
rnas],ara1<at dan kua-li+-as sumberda..,,a manusia.

Pasal 4

Pencegahan stunting bertujuan untuk :

a. Mendorong upaya pencegahan stunting dengan pelayanan maksimal kepada


ibu hamil, ibu melahirkan, bayi baru lahir dan bayi usia 6 (enam) bulan
sampai 2 (dua) Tahun;
b. Mendorong Perbaikan perilaku hidup sehat dan bersih;
c. Menghasilkan generasi sehat dan cerdas.
7

BAB III
RUANG LINGKUP
Bagian Kesatu
Komitmen

Pasai 5

1) Pemda berkomitmen dan secara konsisten berupaya menurunkan


prevalensi stunting;
2) Komitmen dan konsistensi sebagaimana dimaksud pada ayat (i) ciengan
cara mendorong dan menjadikan program pencegahan stunting menjadi
program Prioritas Daerah:
3) Upaya pencegahan stunting harus menjadi komitmen bersama seluruh
stakeholders yang ada.

Bagran Kedua
Pembiayaan

Pasal 6

l) Upaya Pencegahan Stunting harus didukung pembiayaan yang cukup


2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus efektif dan efisien
dengan mengacu pada capaian hasil dan manfaat
3) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengutamakan
Intervensi spesi{ik dan intervensi Sensitif serta peningkatan pemahaman
masS,arakat.
4) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
kemampuan keuangan daerah
5) Pembiayaan dalam upaya pencegahan stunting bersumber dari APBN'
APBD Provinsi Papua dan APBD Kabupaten Jayawijaya, APB Kampung, dan
/ atau sumber lain yang sah sesuai Peraturan Perundang-Undangan.

Bagian Ketiga
Dukungan

Pasal 7

1) Setiap warga wajib mendukung upaya pencegahan stunting


2) Setiap stakeholders harus berperan aktif dalam upaya pencegahan stunting
sesuai kapasitas dan kewenangan yang dimiliki.
3) Dalam memberikan dukungan upaya pencegahan stunting stakeholders
wajitr melakukan koordinasi untuk sinergitas antar pemangkn kepentingan
4) Kepala Distrik, Kepala Kelurahan, Kepala Kampung harus memberikan
perhatian dan dukungan pada upaya pencegahan stunting di wilayahnya
dan berkoordinasi dengan unit kerja apabila diperlukan;
8

5) setiap Perangkat Daerah wajib mendukung upaya pencegahan stunting


sesuai dengan tugas pokok dan kewenangannya yang dikoordinir oleh
Bappeda;

BAB IV
Bagran Kesatu
Intervensi Gizi Spesifik

Pasal 9
(l) Kegiatan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu hamil, meliputi :

a. Sctiap ibu hamil harus mendapat asupan gizi yang cukup


b. Memberikan makanan tambahan pada ibu hamil untuk mengatasi
kekurangan energi dan protein kronis;
c. Mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat;
d. Mengatasi kekurangan iodium;
e. Menaggulangi kecacingan pada ibu hamil; dan
f. Melindungi ibu hamil yang mengalami penyulitan seperti : diabetes
melitus, hipertensi, post operasi, hepatids, dan lain-lainnya.
g. setiap ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah minimal 9o tablet
selama kehamilan;

(2). Kegrtan intervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak
dibawah usia 6 (enam) bulan, meliputi :
a. mendorong inisiasi menyusu dini (IMD); dan
b. mendorong pemerian ASI (Air Susu Ibu) ekslusif.

(3). Kegiatanintervensi gizi spesifik dengan sasaran ibu menyusui dan anak
usia 7-23 (tujuh samapai dua puluh tiga) bulan, meliputi:
a. mendorong melanjutkan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi
ASr (MP-ASr);
b. menyediakan obat cacing;
c. menyediakan suplemntasi zinc;
d. rnelakukan forti{ikasi zat besi ke dalarn makanan;
e. memberikan perlindungan terhadap ibu menyusui yang mengalami
penyulitan seperti : diabetes melitus, hipertensi, post operasi, hepatitis,
dan lain-lainnya;
f. memberikan imunisasi lengkap; dan
g. melakukan pencegahan dan pengobatan diare.
Bagial Kedua
I-+-*,^5a,: /1: -: e-- -i+;r
Pasal 10

Kegiatan intervensi gizi sensitif dengan sasaran masyarakat umum, meliputi :


9

a. menyediakan dan memastikan akses pada air bersih;


b. menyediakan dan memastikan akses pada sanitasi;
c. melakukan fortifikasi bahan pangan;
d. menyediakan a]<ses kepada layanan kesehatan dan Keluarga Berencana
(KB);
e. menyediakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN);
f. menyediakan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal);
g. memberikan pendidikan pengasuhan pada orang tua;
h. memberikan pendidikan anak usia dini universal;
i. memberikan pendidikan gizi masyarakat;
j. memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi pada
raaoi-.

k. menyediakan bantuan dan jaminan sosial bagi keluarga miskin; dan


l. meningkatkan ketahanan pangan dan glzi.

BAB V
PENDEKATAN
Bagtan Kesatu
Kemandirian Keluarga

Pasal 11

'1)Dalam upaya pencegahan stunting dilakukan strategi eduksi kesehatan dan


gizi melalui kelamand irian keluarga.
2) Strategi edukasi kesehatan dan gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terkait upaya promotif dan preventif melalui intervensi perubahan
perilaku individu dan masyarakat, serta yang menyentuh sasaran yang
paling utama- yaitn keh.rarga.
3) Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
melalui peningkatan kemampuan keluarga untuk mengenali, menilai dan
melakukan tindakan secara mandiri yang didampingi oleh tenaga kesehatan
dan community provider, secara berkala, kontiny'u dan terintegrasi.
4) Kemandirian keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilihat
dari berbagai indikator yang meliputi :
a. Sejauh mena keluarga menyadari pentingnya kesehatan dan gizi;
b. Sejauhmana keluarga mengetahui apakah anggota keluarganya mengalami
masalah kesehatan dan gzi;
c. Keluarga mengetahui apa yang harus dilakukan; dan
d. Keluarga memanfaatkan dan berupaya mengakses pelayalan kesehatan
yang disediakan.
10

Bagian Kedua
Gerakan Masyarakat Hldup Sehat

Pasal 12

1) Dalam upaya mempercepat pencegahan stunting dilakukan gerakan


masyarakat hidup sehat.
2) Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan untuk mensinergikan tindakan upaya promotif dan preventif


masaiah stunting sera meningkatkan pro<iuktivitas masyarakat.
3) Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. Peningkatan aktilitas lisik;
b. Peningkatan perilaku hidup sehat;
c. Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi;
d. Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit;
-v. Daninalua+a'r
r vriiri+-\al.- Lrralitao linrrlzrrrrratr rlet

f. Peningkatan edukasi hidup sehat.


4) Gerakan masyarakat hidup sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikampayekan oleh Dinas Kesehatan dan seluruh Perangkat Daerah
terutama guna pencegahan stunting.

Bagian Ketiga
Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan

Pasal 13

1) Gerakan Seribu Hari Pertama Kehidupan merupakan komitmen bersama


antara Pemerintah Daerah dan masyaralat sebagai gerakan partisipasi
untuk percepatan pencegahan stunting.
2) Geralan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) melalui penggalangan
partisipasi dan kepedulian para pemangku kepentingan secara terencana
dan terk^oordinasi terhadap k^ebutuhan gi-zi janin rnaupun bayi pada seribu
hari pertama kehidupannya.
3) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk
antara lain :

a. Penandatanganan pakta integritas oleh Pemerintah Daerah, masyarakat


dan Pemangku kePentingan terkait;
b. Komunikasi, edukasi dan pemberian informasi baik formil maupun
i-f^.til'

c. Kampanye diberbagai media;


d. Pemberian penghargaan bagi masyarakat penduli pencegahan stunting;
dan
11

e. Kegiatan-kegiatan lain yang mendukung.


4) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Dinas
Kesehatan.
5) Gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukkan dalam rencana
strategis Dinas kesehatan tian Diciukung anggaran Dokumen peiaksanaan
Anggaran (DPA) Dinas Kesehatan.

Bagran Keempat
Posyandu

Pasa1 14

1) Dalam upaya pencegahan stunting harus dilakukan revitalisasi posyandu


2) Pemantauan pertumbuhan Balita harus dilakukan di posyandu untuk
mendeteksi terjadinya gangguan pertumbuhan
3) Biaya operasional Posyandu dialokasikan melalui ApB Kampung

Bagian Kelima
Penlalu Hrdup Bersih dall Sehat

Pasal 15

1) Perilaku hidup bersih dan sehat harus diupayakan oleh setiap warga
termasuk dengan meningkatlan akses terhadap air bersih dan fasilitas
sanitasi serta menjaga kebersihan lingkungan;
2) Dalam upaya pencegahan stunting melalui pHBS, setiap orang dilarang :

a. Merokok disekitar Ibu Hamil dan Balita


b. Buang ajr besat' sembar-engan
c. Buang sampah sembarangan

BAB VI
SASARAN, INDIKATOR KINERJA DAN MANFAAT

Bagian Kesatu
Sasaran Wilayah Pencegahan Stunting

Pasal 16

1) Dalam upaya Pencegahan Stunting dilakukan penajaman sasaran wilayah


intervensi
2) Penajaman sasaran wilayah penurunan Stunting sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) didasarkan:
a. Tingginya angka kejadian stunting
b. Perlunya efesiensi sumberdaya
c. l,ebih fokus dalam implementasi dan evektifitas percepatan penumnan
Str-latrng
d. Pengukuran target pencapaian yang belum terkendali, dan
t2

e. Dapat dijadikan dasar perluasan sasaran pencegahan Stunting.


Bagian Kedua
Indikator Kinerja

Pasal 17

1) Indikator kine{a upaya pencegahan Stunting harus terukur


2) Indikator dari setiap Perangkat Daerah yang terlibat dalam program
pencegahan Stunting harus mengacu pada target penurunan Prevalensi
Stunting
3) Target Penurunan Prevalensi Stunting harus teq'adi secara konsisten sebesar
4 %o setiap Tahun

Bagian Ketiga
Manfaat

Pasal 18

Manfaat upaya pencegahan Stunting yaitu melahirkan Generasi yang sehat dan
Cerdas, serta diharapkan berdampak pada penurunan angka kemiskinan ;

BAB VII
EDUKASI, PELATIHAN DAN PEI.IYULUHAN GIZI
Bagian kesatu
Edukasi Gizi

Pasal 19

'l) Edukasi gizi diseleng3arakan dalam upaya menciptakan pemahaman yang


sama tentang hal-hal yang terkait dengan gizi.
2) Edukasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Pengertian gizi;
b. Masalah gizi;
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi masalah gSzi; dan
d. Praktik-praktik yang baik dan benar untuk memperbaiki keadaan gizi.
2\
Ji EArrt ac'i ain
ii'.i ii i.;ni cclracairnano
._vu!16qirii:.iin rlirr,alzqtt'l
'Jiiiirair.iie nada -2r,af lll
P!:.ga aJa' (r, rlicalarr errla ro L'.? n GA'rara
ijr;i
periodik oleh Dinas Kesehatan.

Bagian Kedua
Pelatihan Gizi

Pasal 20

1) Pelatihan gizi diselenggarakan dalam upaya peningkatan pengetahuan,


pemahaman dan ketrampilan Petugas Gizi dan masyarakat dalam upaya
pencegahan stunting berkualitas.
13

2) Pelatihan gizi sebagaimana dimal<sud pada ayat (1) diselenggarakan secara


periodik oleh Dinas Kesehatan.

Bagian Ketiga
Penyuluhan Gizi

Pasal 2 1

1)Penyuluhan gizi kepada masyarakat dalam upaya pencegahan stunting


diselenggarakan di dalam gedung dan di luar gedung.
2) Penyuluhan gzt df dalam gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui konseling gizi di puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya sebagai bagran dari upaya kesehatan perorangan.
3) Penyuluhan gizi di luar gedung sebagaimara dimaksud pada ayat (l)
dilakukan di Posyandu dan pertemuan-pertemuan kelompok masyarakat.
4) Penyuluhan gizi dalam upaya pencegahan stunting dapat dilakukan di
Rumah Sakit dalam bentuk konseling gizi di ruang rawat inap dan ruang
rawat jalan serta penyuluhal kelompok di ruang rawat jalan.

BAB VIII
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pasal 22

'l) Penelitian dan pengembangan gizi dilakukan guna menerapkan ilmu


pengetahuan dan telceologr tepat guna di bidang gizi dalam rangka
menentukaa intervensi yang tepat pencegahan stunting.
2) Penelitian, pengembangan dan penerapan hasil peneliti an gjd ssfagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditaksanakan dengan memperhatikan norrna-norrna
yang berlaku dalam masyarakat.

BAB IX
PELIMPAHAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 23

1) Bupati melimpahkan wewenang dan tanggung jawab pencegahan stunting di


Kabupaten Jayawijaya kepada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) Kabupaten Jayawijaya.
2) Wewenang dan tanggung jawab pencegahan stunting di Kabupaten
Jayawijaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di bantu oleh tim
Percepatan Pencegahan Stunting Kabupaten Jayawijaya.
3) Tim Percepatan Pencegahan Stunting sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, akademisi, praktisi dan pelaku
usaha.
14

4) Tim Pencegahan Stunting Kabupaten Jayawijaya sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) bertugas :

a. Melakukan koordinasi dan komunikasi efektif lintas program dan lintas


sektor dalam upaya pencegahan stunting;
b. Menkaji dan menganalisis permasalahan stunting dan perbaikan gizi di
kabupaten Jayawijaya;
c. Merencanakan tujuan, sasaran, prioritas, strategi dan program
pencegahan stunting di Kabupaten Jayawijaya;
d. Melaksanakan mapping (pemetaan) peran lintas sektor terkait dengan
pencegahan stunting;
e. Melaksanakan dan mengalokasikan progr€un pencegahan stunting di
Kabupaten Jayawijaya dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang
berkelanjutan;
f. Monitoring dan mengevaluasi program pencegahan stunting di Kabupaten
jayawijaya;
g. Mengkoordinasikan Distrik dan pemerintah Kampung dalam
menyelenggarakan intervensi Prioritas, termasuk dalam mengoptimalkan
Sumber Daya, Sumber dana dan pemuktahiran data;
h. Irilemberikan sosialisasi kepada Distrik-Disb:ik sampai tingkat kampung
sehubungan dengan Program pencegahan stunting di Kabupaten
Jayawijaya;
i. Memberikan rekomendasi kepada Bupati tentang perencanaan dan
pelaksanaan upaya pencegahan stunting di kabupaten jayawijaya; dan
j. Menyampaikan laporan kepada Bupati secara berkala.
5) Tim Percepataa Pencegahan Stunting sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB X
PENAJAMAN SASARAN WILAYAH PENCEGAHAN STUNTING
Pasal 24

1. Dalam upaya pencegahan stunting dilakukan penajaman sasar.rn wilayah


intervensi.
2. Penajaman rvilayah pencegahan stunting sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan yang meliputi :
a. Tingginya angka kejadian stunting
b. Perlunya efesiensi sumberdaYa
c. kbih fokus dalam implementasi dan evektifitas percepatan penurunzrn
Stunting
d. Pengukuran target pencapaian yang belum terkendali, dan
15

e Dapat dijadikan dasar perluasan sasaran pencegahan Stunting.

BAB XI
PERAN PEMERINTAH DESA/KAMPUNG DAN MASYARAKAT
Bagian Kesatu
Peran Pemerintah Desa/ Karnpung
Pasal 25

1) Melakukan sinkronisasi dalam perencanaan dan penganggaran program dan


kegiatan pembangunan kampung untuk mendukung pencegahan stunting.
2) Memastikan setiap sasaran prioritas menerima dan memanfaatkan paket
layanan intervensi gd prioritas. Implementasi kegiatan dilakukan
bekerjasama dengan Kader Pembangunan Manusia (KPM), Pendamping
Program Keluarga harapan (PKH), Petugas Puskesmas dan Bidan Desa, serta
petugas Keluarga Berencana (KB).
3) Memperkuat pengetahuan dan evaluasi pelaksanaan pelayanan kepada
seluruh sasarzrn prioritas serta mengkoordinasikan pendataan sasaran dan
pemutahiran data secara rutin.

Bagian Kedua
Peran Serta masyarakat

Pasal 26

1) Masyarakat memiliki kesempatan untuk berperan seluas-luasnya dalam


mewujudkan peningkatan status gizi individu, keluarga dan masyarakat,
sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan bupati ini.
2) Dalam rangka pencegahan stunting dan intervensinya, masyarakat dapat
menyampaikan permasalahan, masukan dan atau cara pemecahan masalah
mengenai hal-hal di bidang Kesehatan dan gizi.
3) Pemerintah Daerah membina, mendorong dan menggerakan swadaya
masyarakat di bidang gjzr dan pencegahan stunting agar dapat lebih berdaya
dan berhasil guna.

BAB XII
PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pasal 27

1) Setiap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan harus


melaksanakan pencatatan dan pelaporan upaya pencegahan stunting.
2) Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan mendorong tenaga kesehatan dan
fasilitas pelayanan kesehatan dalam melakukan pencatatan dan pelaporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
3) Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilalorkan dengan nengguna-L-arr aplikasi.
16

4) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara bedenjang.

BAB XIII
PENGHARGAAN
Pasal 28

l. Pemerintah Daerah dapat memberikan pengharg€ran kepada masyarakat


dan/ atau institusi yang peduli terhadap pencegahan stunting di Kabupaten
Jayawijaya.
2. Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimulai I

dari Distrik sampai tingkat Kabupaten )


3. Kategori, kriteria, dan bentuk pemberian penghargaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (L) dikoordinasikan oleh Dinas Kesehatan.
4. Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
pada saat hari-hari besar nasional dan/ atau hari-hari besar kesehatan.

BAB XIN
PENDANAAN
Pasal 29

Pendanaan bagi pelaksanzran upaya pencegahan stunting bersumber dari


Anggaran Pendapatan dan belanja Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, dan sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 30

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


Bupati Ini dengan penempatanya dalam Berita Daerah Kabupaten jayawijaya
DitetaDkan di Wamena
Padatanggal: 4- t\- 2ot9
AYAWIJAYA
a
,

RIC

Anda mungkin juga menyukai