Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 10

(TRANSCRIBING 11%)
• MUHAMMAD APRILIANTO (P07139018029)
• PATRICIA I Y WALLY (P07139018033)
• SUSAN M F R MERAHABIA (P07139018043)
• SOFIA RUMBRAWER (P07126617043)
• VIKA RAHAYU RETNANINGTYAS (P07139018047)
DEFINISI
Medication error adalah suatu kejadian yang tidak hanya dapat merugikan
pasien tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang dilakukan oleh
petugas kesehatan khususnya dalam hal pelayanan pengobatan pasien (NCCMERP,
2014). Salah satu faktor penyebab terjadinya ME adalah kegagalan komunikasi (salah
interpretasi) antara prescriber (penulis resep) dengan dispenser (pembaca resep)
(Rahmawati dan Oetari, 2002).
Kesalahan pengobatan (medication error) dapat terjadi pada 4 fase, yaitu
kesalahan peresepan (prescribing error), kesalahan penerjemahan resep (transcribing
erorr), kesalahan menyiapkan dan meracik obat (dispensing erorr), dan kesalahan
penyerahan obat kepada pasien (administration error) (Adrini TM, 2015).
Penulisan resep yang lengkap membutuhkan pengetahuan yang menyeluruh
dan pemahaman patofisiologi penyakit, serta sifat farmakologis obat yang relevan
(Aronson, 2006).
TAHAP TRANSCRIBING
Pada tahap transcribing, error terjadi pada saat pembacaan resep untuk proses
dispensing. Kesalahan disebabkan oleh tulisan tangan yang buruk, singkatan, satuan
berat (mg/mcg), dan salah baca.
Berdasarkan studi dokumentasi dari hasil laporan incident pada
tahap prescribing dimana setelah resep di terima oleh unit farmasi rawat inap maka
proses error yang terjadi adalah pada saat staf farmasi melakukan pembacaan resep
dari prescriber (proses transcribing) (Putu N dkk, 2017).

Penelitian Bates (JAMA, 1995, 274; 29-34) menunjukkan bahwa peringkat paling
tinggi kesalahan pengobatan pada : tahap ordering (49%), diikuti tahap administration
management (26%), pharmacy management (14%), transcribing (11%). (Depkes,2008).
Tipe-tipe trascribing errors antara lain (Ruchika Garg et al., 2014) :

a. Kelalaian, misalnya ketika obat diresepkan namun tidak diberikan.


b. Kesalahan interval, misalnya ketika dosis yang diperintahkan tidak pada waktu yang
tepat.
c. Obat alternatif, misalnya pengobatan diganti oleh apoteker tanpa sepengetahuan
dokter.
d. Kesalahan dosis, misalnya pada resep 0.125 mg menjadi 0.25 mg pada salinan.
e. Kesalahan rute, misalnya pada resep Ofloxacin tablet menjadi Ofloxacin I.V.
f. Kesalahan informasi detail pasien, meliputi nama, umur, gender, registrasi yang tidak
ditulis atau salah ditulis pada lembar salinan.
CONTOH RESEP
DAFTAR PUSTAKA :
◦ Aldhwaihi K, Schifano F, Pezzolesi C, and Umaru N. 2016. Systematic Review of the
Nature of Dispensing Errors in Hospital Pharmacies. Integrated Pharmacy Research and
Practice 5: 1-10.
◦ Chintia Timbongol, Widya Astuty L, Sri Sudewi. 2016. Identifikasi Kesalahan Pengobatan
(Medication Error) pada Tahap Peresepan (Prescribing) Di Poli Interna RSUD
Bitung. Pharmacon 5(3):1-6 ISSN 2302 – 2493.
◦ Depatemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1027/ Menkes/ SK/ IX/ 2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek,
Jakarta.
◦ Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta : Depkes RI
Jakarta .
◦ Horri et al. 2014. Frequency of dosage prescribing medication errors associated with
manual prescriptions for very preterm infants. Journal of Clinical Pharmacy and
Therapeutics 39, 637–64.

Anda mungkin juga menyukai