Anda di halaman 1dari 17

PENINGKATAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG

PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN OBAT YANG


RASIONAL MELALUI PENYULUHAN DAGUSIBU

Devi Ristian Octavia1, Irma Susanti2, Sri Bintang Sahara Mahaputra Kusuma Negara3
1,2,3
Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Lamongan
E-mail: devioctavia1987@umla.ac.id

ABSTRACT
In the era of National Health Insurance (JKN) which has an impact on increasing people’s
motivation to check health at health care facilities, so that efforts to get drugs are quite easy.
But the increasing use of drugs has not been supported by public knowledge about how to
consume and manage medicines at home. This community service activity aims to increase
public knowledge about the proper use of drugs (rational) and procedures for storing and
disposing of drugs that have been damaged or expired properly. The method used in this service
is to increase knowledge about Get Use of Save and Dispose of Medication (DAGUSIBU)
PKK cadres by counseling or educating and mentoring drug management at home. The
knowledge gained by the community in this activity is expected to change people’s behavior in
managing medicines at home and rational use of drugs. The method used in this service is by
approach. From the results of evaluation and monitoring of activities that have been carried out
shows a positive result, namely an increase in knowledge about rational drug use and proper
management of medicines at home.
Keywords: Dagusibu; Rational; Self-medication; Education; Knowledge

PENDAHULUAN umumnya termasuk ke dalam golongan obat

Pengobatan sendiri atau biasa disebut tanpa resep (Candradewi & Kristina, 2017).

swamedikasi adalah salah satu upaya Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dalam

masyarakat menjaga kesehatannya sendiri menggunakan berbagai jenis obat-obatan

(Harahap, Khairunnisa, & Tanuwijaya, 2017). untuk menyembuhkan penyakit, memelihara,

Konsumsi obat tanpa resep dalam praktik ataupun sebagai suplemen dalam upaya

swamedikasi sudah dilakukan secara luas menunjang aktifitas sehari-hari. Hal ini

oleh masyarakat untuk mengobati berbagai dapat terjadi karena berbagai faktor seperti

kondisi penyakit yang ringan. Obat yang perkembangan penyakit, produksi berbagai

biasa digunakan dalam swamedikasi pada jenis obat-obatan dan suplemen serta

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat... 23


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

mulai diberlakukannya jaminan kesehatan untuk swamedikasi 59,4% rasional dan


nasional yang memungkinkan masyarakat 40,6% tidak rasional. Pada kenyataannya,
mendapatkan akses yang lebih mudah untuk pengobatan sendiri bisa menjadi sumber
mendapatkan pengobatan (Maziyyah, 2015). masalah terkait obat (Drug related problem)

Saat ini, masyarakat masih sering salah karena terbatasnya pengetahuan mengenai

dalam hal mendapatkan, menggunakan, obat dan penggunaannya. Penelitian yang telah

menyimpan dan membuang obat dengan benar. dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas

Hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya tingkat pengetahuan pasien terhadap

hal yang tidak diinginkan dalam pengobatan penggunaan obat untuk swamedikasi tergolong

seperti obat yang tidak bisa berfungsi optimal, sedang. Penggunaan obat swamedikasi yang

obat yang salah cara penggunaannya, obat tidak rasional mencapai 40,6% (Harahap et

yang tidak disimpan secara benar dan al., 2017). Swamedikasi menjadi pilihan yang

pembuangan obat secara sembarangan. diambil masyarakat sebagai upaya untuk

Hal yang tidak diinginkan tersebut tentu meningkatkan keterjangkauan pengobatan

saja dapat merugikan bagi masyarakat saat masyarakat seharusnya memerlukan pedoman

menggunakan obat (Purwidyaningrum, yang terpadu supaya tidak terjadi kesalahan

Peranginangin, Mardiyono, & Sarimanah, pengobatan (medication error) (Restiyono,

2019). 2016). Dalam melakukan swamedikasi


harus sesuai dengan penyakit yang diderita.
Perilaku penggunaan obat untuk
Prakteknya harus memenuhi kriteria
menyembuhkan penyakit ringan di
penggunaan obat yang rasional, yaitu tepat
masyarakat sebagai upaya swamedikasi
pemilihan obat, tepat dosis obat, tepat dengan
(pengobatan sendiri) sangat tinggi.
kondisi pasien, tidak adanya efek samping
RISKESDAS (2013) telah mendata sebanyak
yang fatal, tidak ada kontraindikasi pada
35,2% keluarga di Indonesia menyimpan
penderita, tidak ada interaksi obat dengan
obat untuk swamedikasi. Hasil penelitian
makanan atau obat yang lain, dan tidak ada
menunjukkan bahwa penggunaan obat yang
polifarmasi. Masyarakat di desa Madulegi
tidak rasional mencapai lebih dari 50% di
Kecamatan Sukodadi memiliki akses yang
masyarakat (WHO dalam Harahap et al.,
cukup baik terhadap kesehatan, termasuk di
2017)). Hasil penelitian di Kota Penyabungan
dalamnya penggunaan obat, baik obat yang
mengungkapkan bahwa penggunaan obat

24 Peningkatan Pengetahuan Masyarakat...


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

harus menggunakan resep dokter maupun obat obat masyarakat secara signifikan. Penelitia
bebas dan obat bebas terbatas yang bisa dibeli lain dilakukan oleh Yati, Hariyanti, &
tanpa resep dokter. Saat ini Indonesia berada Lestari, (2018) menyatakan bahwa pelatihan
pada era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pengelolaan obat dengan metode ceramah
yang berimbas pada keinginan masyarakat dilanjutkan dengan Tanya jawab dan
untuk memeriksakan kesehatan pada fasilitas diskusi mampu menunjukkan peningkatan
layanan kesehatan semakin meningkat, pengetahuan dan pemahaman para guru
sehingga upaya dalam mendapatkan obat penanggung jawab UKS di wilayah Jakarta
pun cukup mudah. Namun penggunaan obat terhadap DAGUSUBU.
yang semakin meningkat ini belum didukung Rendahnya rasa keingintahuan masyarakat
dengan peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan obat secara  benar
tentang cara konsumsi dan pengelolaan obat sangatlah berbahaya. Pengelolaan obat di
di rumah. Dalam pengelolaan obat di rumah masyarakat mulai dari prosedur mendapatkan,
masyarakat desa Madulegi Kecamatan menggunakan, menyimpan, dan membuang
Sukodadi banyak yang belum mengerti sisa obat tidak boleh dianggap remeh, karena
bagaimana cara menyimpan dan membuang jika salah melakukan pengelolaa nobat, maka
obat yang benar. Masyarakat banyak yang akan berakibat sangat fatal bagi diri kita
menyimpan obat sirup ataupun eliksir sendiri atau konsumen obat. Dampak lain
dalam kulkas dengan alas an agar obat dari kesalahan  pengelolaan obat akan terlihat
lebih awet. Pemberian informasi yang benar pada lingkungan. Pencemaran lingkungan
terkait penggunaan obat menjadi kebutuhan karena  pembuangan obat yang sembarangan
masyarakat agar terhindar dari dampak buruk akan menyebabkan keseimbangan ekosistem
kesehatan diri maupun lingkungan. Menurut terganggu yang pada akhirnya juga
Dwi Ajeng Eli Ananda, Liza Pristianty, & menyebabkan kerugian bagi masyarakat.
Hidajah Rachmawati, (2013) Masyarakat Oleh karena itu penting untuk mengedukasi
membutuhkan pengetahuan yang baik untuk masyarakat agar pengetahuan tentang
melakukan swamedikasi yang benar. penggunaan dan pengelolaan obat yang baik
Penelitian yang dilakukan oleh Safitri dapat meningkat. Program Studi Farmasi
(2016) membuktikan bahwa penyuluhan atau Universitas Muhammadiyah Lamongan
edukasi mampu meningkatkan pengetahuan sebagai kader tenaga kefarmasian yang

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat... 25


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

merupakan sumber informasi obat dapat kadaluarsa dengan tepat melalui penyuluhan
melakukan pengabdian kepada masyarakat atau edukasi DAGUSIBU. Pengetahuan yang
dengan metode edukasi atau penyuluhan di dapatkan oleh masyarakat dalam kegiatan
untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat ini diharapkan dapat merubah perilaku
tentang penggunaan dan pengelolaan obat masyarakat dalam pengelolaan obat di rumah
yang tepat. dan penggunaan obat secara rasional.

MASALAH, TARGET DAN LUARAN METODE PELAKSANAAN

Dari survey awal yang telah dilakukan, Pelaksanaan Kegiatan


tim pengabdian kepada masyarakat Kegiatan pengabdian masyarakat ini
mengidentifikasi bahwa masalah yang dilaksanakan di Desa Madulegi Kecamatan
dihadapi oleh masyarakat desa Madulegi Sukodadi Lamongan dan dihadiri oleh
Kecamatan Sukodadi Lamongan adalah 36 orang ibu PKK pada bulan Desember
rendahnya pengetahuan tentang penggunaan 2018 oleh dosen prodi Farmasi Universitas
obat yang rasional, masyarakat kurang Muhammadiyah Lamongan dalam upaya
memahami obat apa saja yang boleh dibeli pelaksanaan salah satu pilar dalam tridarma
tanpa resep dan harus memakai resep dokter perguruan tinggi yaitu pengabdian kepada
selain itu, masyarakat juga kurang memahami masyarakat. Kegiatan pengabdian pada
pengelolaan obat di rumah seperti cara masyarakat ini diawali dengan identifikasi
menyimpan obat dengan benar dan membuang masalah yang dialami oleh masyarakat
obat yang telah rusak atau kadaluarsa. yaitu dilakukan dengan cara pendekatan
Target luaran dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat di desa Madulegi dan
masyarakat ini adalah untuk meningkatkan melakukan wawancara untuk menggali
pengetahuan masyarakat tentang definisi informasi tentang pengetahuan mereka terkait
umum dan klasifikasi obat, memahami berbagai penggunaan obat yang benar, selain itu tim
macam sediaan obat dan cara penggunaannya pengabdian masyarakat juga melakukan
yang tepat (rasional), selain itu masyarakat wawancara terhadap karyawan apotek di desa
mampu memahami tata cara penyimpanan Madulegi untuk menggali informasi tentang
dan pembuangan obat yang telah rusak atau pola penggunaan obat pada masyarakat di

26 Peningkatan Pengetahuan Masyarakat...


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

desa tersebut. Dari identifikasi yang telah megetahui perbandingan pengetahuan peserta
dilakukan kemudian membuat rencana sebelum dan sesudah diberi penyuluhan
pemecahan masalah yang sedang di hadapi DAGUSIBU. Tindak lanjut dari kegiatan
tersebut dengan cara diskusi dengan kader ini adalah pendampingan kader PKK dalam
PKK dan menyusun kegiatan penyuluhan pengelolaan obat di rumah, dimonitoring
yang dilakukan dengan metode ceramah dan selama satu bulan.
menggunakan alat bantu berupa leaflet atau
brosur DAGUSIBU. HASIL PEMBAHASAN

Materi yang disampaikan dalam Kegiatan pengabdian kepada ma-


penyuluhan yaitu sosialisasi tentang definisi syarakat oleh dosen Farmasi Universitas
umum dan golongan obat, penjelasan Muhammadiyah Lamongan ini diawali
tentang berbagai macam sediaan obat dan dengan survey awal terkait permasalahan
cara menggunakan obat yang rasional, yang dialami oleh masyarakat desa Madulegi
yaitu meliputi aspek 4 Tepat dan 1 W yaitu khususnya ibu-ibu yang tergabung dalam
Tepat Indikasi, Tepat Dosis, Tepat Kondisi kegiatan PKK. Tim pengabdian menggali
Pasien, Tepat Penggunaan dan Waspada pada informasi mengenai pengetahuan kader PKK
Efek Samping Obat. Kemudian dijelaskan dalam menggunakan obat dengan memberikan
pula mengenai tata cara penyimpanan pretest kepada kader PKK. Adapun hasil
dan pembuangan obat yang telah rusak pretest mengenai obat kader PKK tersebut
atau kadaluarsa dengan benar agar tidak dapat dilihat pada gambar 1.
mencemari lingkungan atau disalahgunakan
oknum yang tidak bertanggung jawab.

Dalam proses monitoring dan evaluasi,


indikator keberhasilan program pengabdian
dilihat dari bagaimana respon dari peserta
ketika tim pengabdian menyampaikan
materi. Tim penyaji membuat berbagai
umpan balik, sehingga peserta dapat aktif Gambar 1.
bertanya dan menjawab. Selain itu peserta di Cara masyarakat dalam mendapatkan obat

beri questioner pre-test dan post-test untuk

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat... 27


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

Gambar 1 menunjukkan bahwa cara penggunaan obat yang benar; Bagaimana


masyarakat terutama kader PKK di desa cara penyimpanan obat yang benar;
Madulegi lebih dari setengah 20 dari 36 orang Bagaimana cara pembuangan obat yang
atau 55% mendapatkan obat dari apotek. benar dan apa tanda-tanda obat yang telah
Hal ini berarti menggambarkan tingginya rusak. Pertanyaan yang diajukan merupakan
perilaku swamedikasi dalam masyarakat pertanyaan open ended question. Alasan
dalam mengatasi keluhan kesehatan yang pemilihan pertanyaan terbuka ini adalah
dirasakannya. agar mempermudah tim pengadian untuk

Hasil dari pretest tentang DAGUSIBU mengeksplor permasalahan yang dialami

saat survey awal dapat dilihat pada gambar 2. oleh peserta pengabdian kepada masyarakat
ini. Dengan membuat pertanyaan tipe open
ended question diharapkan dapat menggali
semua pendapat, keinginan dan pengetahuan
dari responden atau peserta pengabdian
masyarakat ini. Walaupun pertanyaan yang
digunakan dalam questioner ini merupakan
pertanyaan terbuka, namun disediakan pilihan
jawaban untuk mempermudah masyarakat
Gambar 2.
dalam menjawab pertanyaan.
Hasil Pretes Peserta sebelum dilakukan
penyuluhan

Dari hasil pretest terhadap pengetahuan


mengenai DAGUSIBU (Gambar 2)
menunjukkan bahwa masih banyak
masyarakat yang belum mengetahui tentang
DAGUSIBU.

Adapun pertanyaan yang dikeluarkan


dalam pretest berisi tentang pengetahuan
Gambar 3. Kader PKK sebagai Peserta
masyarakat dalam penggunaan dan
pengelolaan obat, seperti : Apa yang harus DAGUSIBU obat merupakan singkatan

diperhatikan saat membeli obat; Bagaimana dari, DApatkan, GUnakan,SImpan, dan

28 Peningkatan Pengetahuan Masyarakat...


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

BUang obat dengan benar. Kegiatan ini bahwa penggunaan obat tanpa resep dalam
selaras dengan program yang dicanangkan upaya swamedikasi sebesar 65,5%. Setelah
oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) melalui dianalisis didapatkan informasi bahwa
gerakan keluarga sadar obat (GKSO) yang wanita lebih sering melakukan swamedikasi
telah di sosialisasikan sejak tahun 2014. daripada laki-laki, dimana obat yang paling
Kegiatan ini merupakan upaya profesi banyak digunakan adalah golongan analgesik.
Apoteker dalam meningkatkan kesadaran Dalam penelitian tersebut juga menyatakan
masyarakat dan mencerdaskan masyarakat bahwa penggunaan obat-obatan tanpa resep
dalam berperilaku sehat, khususnya terkait harus memperhatikan kemungkinan resiko
dengan obat. Masyarakat dalam upaya yang terjadi. Hal ini selaras dengan tujuan
pemeliharaan kesehatannya seringkali kegiatan pengabdian ini yaitu mengedukasi
melakukan swamedikasi, yaitu mengatasi pasien dalam pengelolaan obat yang tepat dan
keluhan penyakit yang dideritanya dengan penggunaan obat yang rasional.
membeli obat-obatan atas inisiatif sendiri Kegiatan pengabdian masyarakat ini
tanpa berkonsultasi kepada dokter atau tenaga dimulai dengan diskusi tentang perilaku
kesehatan terlebih dahulu. Selain itu kegiatan swamedikasi yang biasa dilakukan oleh
pengabdian masyarakat ini juga sesuai dengan masyarakat di desa Madulegi. Dari hasil
program pemerintah yang dicanangkan oleh diskusi yang telah dilakukan didapatkan
Mentri Kesehatan Nila Moloek (2015) yaitu informasi bahwa hampir semua peserta
Gema Cermat. Gerakan ini dilandasi karena (85%) menyimpan obat-obatan di rumah
rendahnya pemahaman masyarakat akan sebagai persediaan dalam upaya melakukan
penggunaan obat. Gema Cermat adalah swamedikasi ketika dirinya atau anggota
program bersama antara pemerintah dan keluarganya mengalami gangguan kesehatan.
masyarakat dalam suatu rangkaian kegiatan Upaya swamedikasi dilakukan oleh
untuk mewujudkan kepedulian, kesadaran, masyarakat sebelum memerikaskan keluhan
pemahaman dan keterampilan masyarakat kesehatannya kepada tenaga kesehatan
dalam menggunakan obat secara tepat dan karena dinilai lebih hemat waktu, tenaga
aman. dan biaya. Hal serupa juga dilaporkan oleh
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Pons et al (2017) bahwa 73,8% masyarakat
Arrais et al., (2016) di Brazil mengungkapkan menyimpan obat di rumah sebagai persediaan

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat... 29


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

untuk menangani keluhan kesehatan mereka, 1. Dapatkan Obat dengan Benar


dan sebesar 35,5% memakai sisa obat anggota Cara mendapatkan obat yang baik,
keluarga lain yang memiliki keluhan yang adalah di apotek atau toko obat berizin.
sama. Pengelolaan obat di Apotek lebih baik
Kegiatan Sosialisasi dimulai dengan dan terjamin keaslian dan keamanannya,
pembukaan kegiatan penyuluhan oleh sehingga obat sampai ke tangan pasien
kepala desa Madulegi dan dilanjutkan dalam kondisi baik (keadaan fisik dan
diskusi mengenai pengetahuan peserta akan kimianya belum berubah). Masyarakat
DAGUSIBU sembari peserta dibagikan juga dihimbau untuk memastikan
brosur atau leaflet DAGUSIBU. Adapun apotek atau toko obat yang dikunjungi
brosur atau leaflet yang dibagikan kepada memiliki ijin resmi dan memiliki tenaga
peserta dapat dilihat pada gambar 4. kefarmasian yang siap membantu setiap
saat untuk mendapatkan informasi
obat secara lengkap guna mendapatkan
manfaat yang optimal.

2. Gunakan Obat dengan Benar

Penjelasan selanjutnya adalah cara


menggunakan obat dengan benar. Diawali
dengan menjelaskan tentang golongan
obat obat. Berdasarkan Peraturan
PerUndang-Undangan, obat terbagi
menjadi 4 golongan yaitu : Obat Bebas
dengan logo berwarna Hijau dengan
lingkaran hitam, Obat Bebas Terbatas
berlogo biru dengan lingkaran hitam,biasa
juga disebut dengan obat daftar W, Obat
Gambar 4. Leaflet DAGUSIBU Keras dengan logo merah dan huruf “K”

Selanjutnya pemateri menjelaskan dibagian tengah lingkaran hitam, obat

tentang DAGUSIBU. ini juga basa disebut dengan obat daftar

30 Peningkatan Pengetahuan Masyarakat...


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

“G”, selanjutnya adalah obat Narkotika akan dikonsumsi. Masyarakat harus


berlogo palang merah dengan lingkaran benar-benar memahami bahwa obat-
hitam. Diantara golongan obat tersebut, obat yang bisa dipakai dalam praktik
obat yang bisa dipakai dalam pelayanan swamedikasi adalah golongan obat bebas
swamedikasi adalah obat-obat golongan dan bebas terbatas, karena kedua obat
obat bebas dan obat bebas terbatas, juga ini relative aman digunakan dan efek
obat keras yang masuk daftar Obat Wajib sampingnya kecil jika digunakan dalam
Apotek (OWA). Sedangkan untuk obat dosis dan aturan yang tepat. Sedangkan
keras non OWA dan golongan Narkotika jika akan mengkonsumsi obat golongan
harus dibeli dengan menggunakan resep OWA dalam praktik swamedikasi
dari dokter. Penting bagi masyarakat untuk hendaknya masyarakat betul-betul
mengetahui penggolongan obat karena memahami khasiat, kandungan, cara
golongan obat ini merupakan dasar dari penggunaan dan resiko efek samping dari
upaya melakukan swamedikasi. Seperti obat yang akan dikonsumsi. Masyarakat
yang dikemukakan oleh Restiyono, (2016) dihimbau untuk cerdas menggunakan
bahwa swamedikasi adalah cara yang obat dengan berkonsultasi kepada
telah biasa dilakukan masyarakat terutama apoteker dan mendapatkan informasi
ibu rumah tangga dalam pengobatan sebanyak-banyaknya terkait obat yang
beberapa penyakit ringan sekarang ini. akan dikonsumsinya. Apoteker adalah
Yang perlu di perhatikan disini adalah salah satu tenaga kesehatan yang
penekanan bahwa masyarakat hanya bisa memiliki keahlian di bidang obat dan
melakukan swamedikasi dalam mengatasi informasi obat. Apoteker mempunyai
keluhan kesehatan yang ringan, sehingga keahlian dan kewenangan da;am bidang
penggunaan obat pun hanya dalam jangka kefarmasian baik di apotek, rumah sakit,
waktu yang pendek. Perlu diperhatikan industri, pendidikan, dan bidang lain
juga ketika mendapatkan obat dari apotek yang berkaitan dengan kefarmasian,
atau pelayanan kesehatan lain masyarakat sehingga penting bag masyarakat
hendaknya menanyakan seluk beluk untuk berkonsultasi kepada Apoteker
mulai dari kandungan, kegunaan, cara terlebih dahulu sebelum memutuskan
pemakaian dan Efek samping obat yang untuk mengkonsumsi obat tertentu agar

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat... 31


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

pengobatan yang dilakukan mendapat habis untuk menghindari terjadinya


efek terapi yang optimal. resistensi, dan diminum sesuai dengan

Pengguaan obat harus sesuai dengan petunjuknya, misalkan petunjuknya

aturan yang tertera pada wadah atau adalah 3x1, maka berarti diminum tiap

etiket. Masyarakat dihimbau untuk 8 jam sekali. Selain itu dijelaskan pula

membaca informasi yang tertera pada kepada masyarakat bahwa penggunaan

brosur atau kemasan obat terlebih dahulu antibiotika harus sesuai petunjuk dan

sebelum mengkonsumsinya. Hal tersebut peresepan dari dokter, karena antibiotika

bertujuan agar masyarakat mempunyai termasuk kedalam golongan obat keras.

informasi yang jelas terkait kandungan Penjelasan tentang penggunaan antibiotic

dan cara penggunaan obat yang akan ini menjadi penekanan bagi pemateri

dikonsumsi, sehingga penggunaan obat mengingat tingginya angka resistensi

sesuai atau rasional. Menurut World bakteri akibat penggunaan antibiotika

Health Organization (WHO), (2012) yang tidak tepat. Menurut Restiyono

Pengguanaan obat yang tepat atau biasa (2016) Swamedikasi antibiotik memiliki

disebut dengan pengobatan yang rasional dampak secara medis, yaitu dapat terjadi

adalah jika pasien mendapatkan obat yang resistensi yang dapat memperparah

tepat untuk kebutuhan klinis, dalam dosis penyakit. Karena tidak semua penyakit

yang cukup, untuk jangka waktu yang memerlukan antibiotik. Dalam penelitian

sesuai, dan dengan biaya yang terjangkau tersebut juga diungkapkan bahwa 56%

baik untuk individu maupun masyarakat. ibu-ibu menyimpan antibiotika dirumah

Penggunaan obat dkatakan rasioanal dan mengkonsumsinya kembali ketika

jika memehi kaidah 4T 1W, yaitu Tepat terjadi keluhan kesehatan dengan alasan

Penggunaan, Tepat Pemakaian, Tepat proses kesembuhan penyakit menjadi lebih

Pemilihan Obat, Tepat Dosis, Tepat cepat dengan mengkonsumsi antibiotic.

Kondisi Pasien dan Waspada terhadap Hal tersebut menjadai tantangan bagi

Efek Samping. Dalam penjelasan materi pemateri untuk meluruskan pengetahuan

terkait pengguanan obat ini, penyuluh masyarakat tentang antibiotika

memberikan contoh misalkan Obat jenis sehingga pengguanaan antibiotika bisa

antibiotika harus dikonsumsi sampai diminimalisasikan dengan harapan

32 Peningkatan Pengetahuan Masyarakat...


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

mampu menurunkan pula angka resistensi kemasan atau leaflet. Menurut Lutfiyati1,
mikroba. Penjelasan lain pemateri Fitriana Yuliatuti, & Dianita (2017).
memberiakan contoh penggunaan obat Penyimpanan merupakan hal yang harus
untuk mengatasi keluhan nyeri dan diperhatikan karena kualitas produk bisa
demam, maka diberikan analgesic rusak jika penyimpanannya tidak tepat.
antipiretik misalnya paracetamol, maka Penyimpanan obat yang tepat harus
obat tersebut dikonsumsi hanya jika memperhatikan suhu, cahaya, kelembaban
timbul keluhan atau gejala panas saja, dan oksigen tempat penyimpanan. Semua
ketika sudah tidak nyeri atau demam, sediaan obat harus disimpan dalam suhu
maka pengobatan harus dihentikan. yang sesuai, untuk menhindari terjadinya

Selanjutnya pemateri dibantu dengan percepatan kerusakan obat akibat panas

tim pengabdian yang lain memperagakan atau perubahan suhu yang ekstrim.

cara penggunaan obat yang tepat, misalnya Secara umum, obat dapat disimpan pada

pada sediaan tetes mata, tetes telinga dan suhu ruangan (25o C) serta tidak melebihi

tetes hidung, yang merupakan sediaan 30o C atau kurang dari 15o C. Produk

steril, maka sebelum menggunakannya, yang sensitif terhadap perubahan cahaya,

hendaknya cuci tangan terlebih dahulu biasanya akan disimpan dalam botol/

dan diusahakan ujung kemasan tidak kemasan berwarna gelap. Maka dari itu

boleh tersentuh atau terkena bagian tubuh, apabila mendapatkan obat yang diberikan

karena akan mempengaruhi sterilitasnya. dalam wadah gelap, jangan pindahkan


obat tersebut ke wadah lain yang
3. Simpan Obat dengan Benar transparan atau bening yang berakibat

Materi selanjutnya yang di- isi dari obat tersebut akan terkena cahaya

sampaikan kepada tim penyuluh secara langsung. Untuk melindungi obat

adalah Penyimpanan Obat. Hal ini juga dari kondisi dengan kelembapan tinggi,

berkaitan dengan pengelolaan obat di biasanya dipilih wadah yang terbuat dari

rumah. Untuk menghindari kerusakan kaca atau plastik. Sebaiknya untuk obat

obat, maka diperlukan menyimpan ini disimpan di kotak obat yang terlindung

obat dengan benar, sesuai petunjuk dari sinar matahari langsung dan tidak

penyimpanan yang terdapat pada bisa dijangkau oleh anak – anak. Obat

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat... 33


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

memiliki stabilitas yang berbeda-beda tertutup rapat lagi. (Purwidyaningrum et


tergantung dari karakteristik masing- al., 2019).
masing bahan obat. Kondisi penyimpanan Tabel 1.
Masa kadaluwarsa obat sejak tanggal dibuka
harus menyesuaikan terhadap stabilitas
No Bentuk Waktu Alasan
masing-masing obat. Ada obat yang harus Sediaan Kadaluarsa
disimpan pada suhu ruang dan ada yang setelah
dibuka
harus disimpan dalam lemari pendingin 1 krim 1 bulan Kandungannya
terpapar
(Yati et al., 2018). Obat juga tidak dan dapat
boleh disimpan di dalam kulkas yang terkontaminasi
2 Krim 3 bulan Wadah
bercampur dengan bahan makanan karena dalam tube tertutup,
isi tidak
dikhawatirkan akan terjadi kontaminasi
langsung
silang antara zat kimia dalam obat dengan terpapar
lingkungan
makanan yang terdapat dalam kulkas luar
yang berakibat pada efek yang tidak baik 3 Tablet 2 bulan
4 Tablet/Cairan 6 bulan Tidak
dari makanan ataupun dari obat. yang tergantung
dimasukkan pada
Selain itu yang perlu diperhatikan dalam stabilitas
kemasan
adalah lama penyimpanan obat. Lama 5 Tetes mata/ 1 bulan Rekomendasi
penyimpanan obat tergantung dari hidung/ manufaktur
telinga
kandungan dan cara menyimpannya. 6 Inhaler Berdasar Wadah
tanggal tertutup
Obat yang mengandung cairan akan
kadaluarsa
mengalami reaksi peruraian paling cepat,
hal ini disebabkan karena bakteri dan 4. Buang Obat dengan Benar
jamur dapat tumbuh baik di lingkungan
Materi terakhir adalah Buang Obat
lembab (cair). Dalam obat-obatan
dengan benar. Bila obat sudah kadaluarsa
biasanya ada kandungan zat pengawet,
atau rusak, maka obat tidak boleh
yang dapat merintangi pertumbuhan
dikonsumsi lagi, maka harus dibuang.
bakteri dan jamur. Akan tetapi bila wadah
Obat tidak boleh dibuang sembarangan
sudah dibuka, maka zat pengawetpun
supaya tidak disalahgunakan. Sebelum
tidak mampu menghindari kerusakan obat
obat dibuang, terlebih dahulu dibuka
secara keseluruhan karena kemasan tidak
kemasannya, direndam dalam air, lalu

34 Peningkatan Pengetahuan Masyarakat...


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

dipendam di dalam tanah. Tahapan terjadinya penyalahgunaan oleh


dalam membuang obat menurut pihak-pihak yang tidak bertanggung
Purwidyaningrum et al., (2019) adalah jawab (misalnya penjualan kembali
sebagai berikut: obat-obatan yang telah dibuang

a. Pertama, lihat instruksi pembuangan setelah dikumpulkan oleh pemulung).

yang dianjurkan untuk obat tersebut. d. Obat-obatan yang telah rusak atau

b. Obat-obatan tertentu ada yang kadaluarsa dicampur dengan air,

disarankan untuk dibuang ke garam, kotoran, pasir, ampas kopi,

toilet atau saluran air. Hal tersebut atau bahan-bahan lain yang tidak

merupakan hasil pertimbangan antara diinginkan. Hal ini untuk menghindari

Badan pengawas Obat dan Makanan terjadinya pengambilan obat oleh

(BPOM) dengan pabrik pembuat orang lain (misalnya pemulung),

obat. Metode ini dipilih dengan anak kecil, hewan, dan sebagainya.

pertimbangan bahwa cara tersebut e. Letakkan obat-obatan yang akan


dianggap metode yang paling tepat dimusnakan dalam wadah tertutup,
dengan tingkat keamanan yang paling misalnya dalam kantung plastik
optimal. atau wadah lainnya yang ditutup

c. Bila tidak ada instruksi khusus, obat rapat dan disegel dengan kuat. Hal

dapat dibuang ke tempat sampah. ini dilakukan sebagai upaya untuk

Namun, sebelum membuang obat mencegah obat tersebut bocor atau

ke tempat sampah, ada beberapa keluar dari kantong sampah. Selain

hal yang harus dilakukan, antara itu juga untuk mencegah terjadinya

lain: Informasi tentang obat tersebut penyalahgunaan.

harus dihilangkan, kemudian obat f. Kemasan obat yang akan dimusnakan


dikeluarkan dari kemasan aslinya. seperti botol yang sudah tidak
Hal ini dilakukan untuk melindungi terpakai harus dihilangkan dulu
identitas dan privasi mengenai kondisi semua informasinya (misalnya label
kesehatan kita. Selain itu, hal tersebut pada botol sirup). Lemasan obat
juga bermanfaat untuk terhindar dari tersebut dapat dibuang dengan cara

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat... 35


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

terlebih dahulu dimasukkan ke dalam peserta yang berkonsultasi tentang


wadah yang tertutup (tidak tembus tata cara pengobatan yang tepat dan
pandang), seperti trash bag, lalu tutup pengeloaan obat di rumah. Hal tersebut
dengan rapat dan disegel dengan merefleksikan keingintahuan peserta
kuat. Untuk kemasan obat seperti untuk menambah wawasan dalam
strip dan blister, sebaiknya kemasan penggunaan obat yang cerdas, sehingga
dirusak terlebih dahulu dengan meningkatkan kesehatan masyarakat.
cara merobek atau menggunting-
guntingnya sebelum dimasukkan ke
kantong sampah, untuk menghindari
terjadinya penyalahgunaan oleh
pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab.

Adapun kegiatan penyampaian


materi melalui penyuluhan dapat dilihat
pada gambar 5.
Gambar 6. Hasil Post test

Pada akhir kegiatan dilakukan evaluasi


terhadap materi yang disampaikan, pada
tahap evaluasi ini, peserta diminta mengisi
questioner post-test DAGUSIBU. Hasil
post test peserta dapat dilihat pada
gambar 6. Selanjutnya untuk melihat
keberhasilan kegiatan pengabdian kepada
Gambar 5.
Penyampaian materi DAGUSIBU masyarakat ini dilakukan perbandingan
nilai antara pretest dan post test peserta
Sosialisasi tentang DAGUSIBU
yaitu sebelum dilakukan penyuluhan
diakhiri dengan sesi tanya jawab. Para
dan setelah mendapatkan informasi dari
peserta terlihat sangat antusias dalam
pemateri. Adapun hasil perbandingan
kegiatan ini, dapat dilihat dari banyaknya

36 Peningkatan Pengetahuan Masyarakat...


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

niali pre-test dan post test peserta dapat bagaimana mengelola obat dengan baik
dilihat pada gambar 7. dan benar.

Penelitian yang terbaru dilakukan


oleh (Purwidyaningrum et al., 2019).
bahwa penyuluhan DAGUSIBU
mampu memberikan efek kejelasan
dan memberikan arahan yang jelas
tentang penggunaan obat dan dibuktikan
secara statistik terjadi peningkatan yang
signifikan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Gambar 7.
Kesimpulan
Perbandingan nilai pretest dan post test
peserta.
Dari hasil kegiatan pengabdian yang telah
dilakukan terdapat peningkatan pengetahuan
Perbandingan nilai pretes dan
yang signifikan masyarakat terhadap
posttest peserta (Gambar 7) menunjukkan
penggunaan obat yang benar.
terjadinya peningkatan yang signifikan
mengenai pengetahuan tentang peng-
Saran
gunaan dan pengelolaan obat yang
benar oleh kader PKK desa Madulegi Perlu diadakan follow up kegiatan

Kecamatan Sukodadi setelah diberikan pengabdian untuk mengetahui perubahan

penyuluhan mengenai DAGUSIBU. perilaku masyarakat terkait penggunaan obat


yang benar.
Hasil pengabdian ini juga selaras
dengan pengabdian yang terdahulu
dilakukan oleh Lutfiyati et al (2017) yang
menyebutkan bahwa kegiatan pengabdian
masyarakat melalui metode penyuluhan
mampu menambah pengetahuan peserta

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat... 37


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

DAFTAR PUSTAKA

Arrais, P. S. D., Fernandes, M. E. P., Pizzol, T. da S. D., Ramos, L. R., Mengue, S. S., Luiza,
V. L., … Bertoldi, A. D. (2016). Prevalence of self-medication in Brazil and associated
factors. Revista de Saude Publica, 50(suppl 2), 1–11. https://doi.org/10.1590/S1518-
8787.2016050006117

Candradewi, S. F., & Kristina, S. A. (2017). Gambaran pelaksanaan swamedikasi dan pendapat
konsumen apotek mengenai konseling obat tanpa resep di wilayah Bantul. Pharmaciana,
7(1), 41. https://doi.org/10.12928/pharmaciana.v7i1.5193

Dwi Ajeng Eli Ananda, Liza Pristianty, & Hidajah Rachmawati. (2013). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Perilaku Swamedikasi Obat Natrium Diklofenak di Apotek. Pharmacy,
10(02).

Harahap, N. A., Khairunnisa, K., & Tanuwijaya, J. (2017). Patient knowledge and rationality
of self-medication in three pharmacies of Panyabungan City, Indonesia. Jurnal Sains
Farmasi & Klinis, 3(2), 186. https://doi.org/10.29208/jsfk.2017.3.2.124

Lutfiyati1, H., Fitriana Yuliatuti, & Dianita, P. S. (2017). Pemberdayaan Kader PKK dalam
Penerapan DAGUSIBU ( Dapatkan , Gunakan , Simpan , dan Buang ). (1), 9–14.

Maziyyah, N. (2015). Penyuluhan Penggunaan Obat Yang Benar (Dagusibu) Di Padukuhan


Bakalan, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Laporan Kegiatan Pengabdian Masyarakat, 49(23–
6), 22–23.

Pons, E. D. S., Knauth, D. R., Vigo, Á., Mengue, S. S., Gadelha, C. A. G., Costa, K. S., …
De Carvalho, A. C. C. (2017). Predisposing factors to the practice of self-medication
in Brazil: Results from the National Survey on Access, Use and Promotion of Rational
Use of Medicines (PNAUM). PLoS ONE, 12(12), 1–12. https://doi.org/10.1371/journal.
pone.0189098

Purwidyaningrum, I., Peranginangin, J. M., Mardiyono, M., & Sarimanah, J. (2019). Dagusibu,
P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) di Rumah dan Penggunaan Antibiotik yang
Rasional di Kelurahan Nusukan. Journal of Dedicators Community, 3(1), 23–43. https://
doi.org/10.34001/jdc.v3i1.782

38 Peningkatan Pengetahuan Masyarakat...


GEMASSIKA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Vol. 4 No. 1 Mei 2020

Restiyono, A. (2016). Analisis Faktor yang Berpengaruh dalam Swamedikasi Antibiotik pada
Ibu Rumah Tangga di Kelurahan Kajen Kebupaten Pekalongan. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia, 11(1), 14. https://doi.org/10.14710/jpki.11.1.14-27

RISKESDAS. (2013). Skin substitutes to enhance wound healing. In Bakti Husada. https://doi.
org/10.1517/13543784.7.5.803

Safitri, O. R. M. D. A. N. S. R. (2016). TINGKAT PENGETAHUAN OBAT COMMON


COLD DI DESA THE INFLUENCES OF EDUCATION CBIA ( MOTHER ACTIVE
LEARNING METHOD ) ON. Jurnal Manajemen Dan Pelayanan Farmasi, 6(1), 69–74.

WHO. (2012). The Pursuit of Responsible Use of Medicines: Sharing and Learning from
Country Experience.

Yati, K., Hariyanti, & Lestari, P. M. (2018). Pelatihan Pengelolaan Obat yang Tepat dan Benar
di UKS Sekolah-. Jurnal SOLMA P-ISSN 2252-584X, 07(1), 42–49.

Peningkatan Pengetahuan Masyarakat... 39

Anda mungkin juga menyukai