Anda di halaman 1dari 23

Perhitungan dan penyesuaian

dosis pasien gangguan fungsi


hati
Rahmat gusti taufik nur illahi
1201056

Gangguan fungsi hati


Pasien dengan gejala klinik terjadi kegagalan
fungsi hati biasanya penanganan
pengobatannya harus diubah. Obat yang
memperparah kondisi pasien harus dihindari.
Gangguan fungsi hati akut merupakan efek
samping yang sering terjadi pada proses
terapi obat-obatan dan sekarang lebih dari
900 jenis pengobatan, bahan kimia beracun
dan juga bahan herbal mengakibatkan
kerusakan fungsi hati.

Sangat sulit untuk mengetahui obat yang dapat


menyebabkan gangguan fungsi hati secara klinis
dan tes laboratorium juga tidak spesifik. Dalam
rangka meningkatkan diagnosa awal dan
pengobatan pada gangguan hati, dapat digunakan
data retrospective untuk menganalisis obat-obat
yang menjadi penyebab gangguan kerusakan fungsi
hati, manifestasi gejala klinis, dan karakteristik
patologi pasien dengan DILD (Drugs-Induced Liver
Disease) akut (Li, Jiang, & Wang, 2007).

Panduan umum dalam peresepan obat pada gangguan


hati:
Hindari obat-obat hepatotoksik.
Gunakan obat-obat yang aman untuk ginjal sebagai pilihan.
Monitor efek samping obat untuk obat yang aman untuk hati.
Hindari obat yang meningkatkan resiko pendarahan.
Hindari obat-obat sedatif jika ada resiko ensepalopati
hepatika.
Pada kelainan hati sedang dan berat dapat dilakukan
pengurangan dosis untuk obat yang dimetabolisme utama di
hati atau meningkatkan interval untuk semua obat yang
kurang aman untuk hati.

Jika albumin rendah pertimbangkan untuk


menurunkan dosis obat yang ikatan proteinnya tinggi.
Obat yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit
harus digunakan secara hati-hati dan harus dimonitor.
Pada pilihannya gunakan obat lama, obat yang dibuat
dengan baik, jika dalam pengalaman penggunaan
obat menyebabkan gangguan hati.
Sedapat mungkin gunakan dosis terendah dan
tingkatkan kehati-hatian berdasarkan respon efek
sampingnya (Wiffen, 2006).

Jika obat-obatan yang secara prinsipnya


dieliminasi oleh hati pada pasien kerusakan
fungsi hati, ada beberapa pilihan dalam
penatalaksanaan dosis obat, yaitu:
Mengurangi dosis obat dan interval pemberian
obat tetap.
Menggunakan dosis normal dan memperlama
interval obat
Memodifikasi dosis dan interval pemberian obat.

Jika dibandingkan antara pasien dengan


fungsi hati normal menerima dosis dan
interval dosis yang umum, sedangkan
pasien dengan gangguan fungsi hati
menerima dosis normal tetapi interval
dosis diperpanjang maka akan
menunjukan maksimum dan minimum
konsentrasi steady-state serum yang
sama.

PARAMETER-PARAMETER FUNGSI
HATI
Bilirubin
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa
sebagai bilirubin total dan bilirubin direk.
Bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih
antara bilirubin total dan bilirubin direk
dengan persamaan; bilirubin indirek = total
bilirubin - bilirubin direk.

Nilai bilirubin normal

Waktu Prothrombin (Prothrombin time)


Prothrombin time digunakan untuk
menetapkan kemampuan membeku darah
pada pengukuran dosis warfarin, gangguan
fungsi hati, dan dosis vitamin K di dalam
tubuh. Range kadar prothrombin time
biasanya sekitar 1218 detik dan range
normal untuk INR adalah 0.81.2 (Thapa &
Walia, 2007).

Protombin time normal

Serum albumin
Serum albumin, sering disebut sebagai albumin.
Albumin banyak terdapat pada protein plasma
manusia. Albumin penting untuk mengatur tekanan
osmotik yang mana berperan dalam distribusi
cairan tubuh antara bagian intravascular dengan
jaringan tubuh. Albumin juga berperan dalam
membawa protein dan asam lemak. Albumin
merupakan penanda spesifik terhadap fungsi hati,
tetapi tidak terlalu berguna dalam kondisi akut (Limdi
& Hyde, 2003).

Albumin normal

Asites
Asites merupakan akumulasi cairan lymph pada
ruang peritoneal. Asites merupakan salah satu
gejala yang tampak pada umumnya dari sirosis.
Lebih dari 1,5% pasien sirosis menyebabkan
terjadinya asites dalam setiap diagnosa sirosis.
Mekanisme perkembangan asites secara pasti
belum diketahui (Dipiro, 2005).

Asites memiliki tiga tingkatan:


Tingkat 1: ringan, asites hanya dapat dideteksi
dengan pemeriksaan ultrasound.
Tingkat 2: sedang, terlihat sedikit
pembengkakkan abdomen yang simetris.
Tingkat 3: berat, tampak pembengkakkan
abdomen yang besar (Moore, Wong, Gines,
Bernardi, Ochs, Salerno, Angeli, Porayko,
Moreau, Garcia-Tsao, Jimenez, Planas, &
Arroyo, 2003)

Ensefalopati Hepatik
Ensefalopati hepatik dikarenakan akumulasi zatzat beracun pada aliran darah yang normalnya
dikeluarkan melalui hati. Ensefalopati sering
timbul sebagai gejala dan tanda gangguan hati
jaundice (timbulya warna kuning pada kulit dan
mata), asites (terakumulasinya cairan pada
bagian abdominal), dan peripheral edema
(bengkak pada kaki dikarenakan penumpukan
cairan pada kulit).

Tingkat keparahan ensefalopati hepatik


menurut kriteria West Haven:
Tingkat 1 (Ringan): terlalu senang ataupun
gelisah; kurangnya konsentrasi
Tingkat 2 (Lesu): minimal disorientasi
terhadap waktu dan tempat.
Tingkat 3 (Pingsan): tapi tetap responsif
dengan stimulasi verbal, kebingungan.
Tingkat 4 (koma): tidak responsive

PERHITUNGAN NILAI CHILD-PUGH


SCORE
Child-Pugh (kadang-kadang disebut juga
Child-Turcotte-Pugh Score) digunakan
untuk meramalkan ganguan fungsi hati
yang telah kronik, seperti sirosis.
Walaupun awalnya digunakan untuk
memprediksi kematian selama proses
pembedahan, sekarang digunakan untuk
menetapkan dugaan awal kondisi fungsi
hati.

Ketika memutuskan dosis awal obat yang dieliminasi


melalui hati, fungsi hati haruslah diramalkan. Nilai
Child-Pugh dapat digunakan sebagai indikator atas
kemampuan pasien untuk memetabolisme obat yang
dieliminasi pada hati. Nilai Child-Pugh dengan poin 8
9 menggambarkan penurunan yang sedang pada dosis
obat awal (~25%) untuk bahan yang dimetabolisme
pada hati (60%), dan pada poin 10 atau lebih
mengindikasikan penurunan yang signifikan pada
pemberian dosis awal (~50%) dibutuhkan untuk obat
yang metabolisme utamanya pada hati (Dipiro, 2005).

Penilaiannya berdasarkan lima


pengukuran klinis dari gangguan fungsi
hati. Setiap pengukuran diberi nilai 1-3,
yang mana nilai 3 mangindikasikan
kerusakan yang sangat parah (Bauer,
2008).

Parameter nilai Child-Pugh pada pasien


gangguan fungsi hati: (Bauer, 2008).

Klasifikasi nilai Child-Pugh pada pasien


gangguan fungsi hati (Dipiro,2005).

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai