Anda di halaman 1dari 37

1

FUNGSI HATI

2
FUNGSI HATI DALAM PROSES
FARMAKOKINETIK

3
4
MEKANISME KERUSAKAN HATI
AKIBAT OBAT

5
Gejala Tanda
Lemah Jaundice
Penurunan berat badan Asites
Mual Pruritus
Perut tidak nyaman Edema
Sedikit demam Ensefalopati
Kebingungan Varises esofagus

6
Test laboratorium Rentang nilai baku
Bilirubin total 2 – 20 mmol/L
Bilirubin direct 3 – 17 mikromol/L
Aspartate transaminase 0 – 35 unit/L
(AST)
Alanine transaminase (ALT) 0 – 35 unit/L

Alkaline phosphatase (ALP) 25 – 100 unit/L

7
Test laboratorium Rentang nilai baku
Gamma Glutamyl 5 – 45 UI/L
Transferase (GGT)
Albumin 35 – 55 g/L
Prothrombin Time (PT) sekitar 10 – 14 detik
International Normalised 1 – 1,2
Ratio (INR)

8
Hepatitis akut Kolestasis Penyakit hati
Alkoholik kronis
(Sirosis)
ALP N/+ +++ N/+
ALT +++ N/+ N/+
AST +++ N/+ N/+
GGT N/+ ++ +++

ALP : alkaline phosfatase; ALT Alanin amino transferase; AST : aspartat


amino transferase
9
Hepatitis Kolestasis Penyakit hati
akut Alkoholik kronis
(Sirosis)
Bilirubin N / +++ + sampai ++ + sampai +++
+
Albumin N N rendah
Prothrom- N atau N atau diperpanjang
bin Time diperpanjang diperpanjang
10
 Absorpsi obat
Absorpsi obat yang larut lemak dapat me
pada kolestasis.

 Distribusi obat
Penyakit hati kronis  hipoalbuminemia,
pe  bilirubin yang dapat berkompetisi pada
tempat ikatan di protein (Diazepam,
Fenitoin, Warfarin)

11
Metabolisme obat

Pada sirosis hati parah dengan gangguan


fungsi sel hati dan berkembangnya
saluran yang menghantarkan darah ke
sirkulasi sistemik tanpa melewati hati :
 eliminasi lintas pertama me 
 ketersediaan sistemik me 

12
13
Ekskresi obat

Rifampisin diekskresikan lewat empedu


tanpa perubahan dan dapat terakumulasi
pada pasien dengan intrahepatic atau
extrahepatic obstructive jaundicesehingga
diperlukan penyesuaian dosis.

14
15
Penanganan obat pada pasien dengan
kelainan fungsi hati
Hasil test
Fungsi hati

Karakteristik Pasien
obat
Farmakokinetik
dan ES obat Tanda-tanda
Penyakit hati

16
 Membutuhkan perkiraan seberapa besar
kerusakan fungsi hati
 Membutuhkan pertimbangan apakah obat

akan memperburuk kondisi pasien?


 Memutuskan :

◦ Apakah obat dapat diberikan?


◦ Apakah harus diberikan peringatan khusus?
◦ Berapakah dosis yang akan diberikan ?

17
18
 Aliran darah hati  1–1.5 L/min pada org
dewasa
 Pemberian obat secara oral dapat melewati

hati sebelum masuk ke sirkulasi sistemik


 Metabolisme hati menyebabkan obat

dimetabolisme menjadi bentuk yang tidak


berubah di hati melalui empedu.

19
LBF : liver blood flow, (aliran darah hati)
fB : fraksi obat yang tidak berubah di dalam
darah
Cl′int: Klirens intrinsik
20
 Tidak ada nilai laboratorium yang
dapat digunakan untuk menilai
fungsi hati sebagaimana nilai
klirens kreatinin pada fungsi ginjal
 Cara yang paling sering digunakan

untuk menilai kemampuan hati


untuk memetabolisme obat dengan
mengunakan Child-Pugh score
21
Child-Pugh score tdd dari 5 nilai
laboratorium atau gejala klinik

22
23
 untuk pasien dg fungsi hati normal : 5
 Skor 5-6: disfungsi ringan
 Skor 7-9: disfungsi sedang
 Skor >9 : disfungsi berat
 Pasien dg abnormalitas serum albumin total

bilirubin, dan prothrombin time dan hepatic


encephalopathy : 15

24
25
 Dosis initial suatu obat adalah 500 mg,
diberikan setiap 6 jam dg total dosis 2000
mg/hari . Obat 95% di metabolisme hati
 Pada pasien dg sirosis hati nilai Child-Pugh

score= 12, maka dosis yang diberikan pada


pasien ini adalah 50% x 2000 = 1000
mg/hari
 Obat dapat diberikan pada pasien dg dosis

250 mg setiap 6 jam atau 500 mg setiap 12


jam

26
 Dosis dan interval dosis dibutuhkan untuk
mencapai konsentrasi steady state (Css)
dalam menurunkan range dosis terapeutik
 Pengukuran dilakukan dengan

menggunakan parameter2 farmakokinetik

27
28
 Contoh : theophylline
 Konsentrasi steady-state theophylline antara 8

dan 12 mg/L.
 Dilakukan perhitungan menggunakan klirens

teofilin dan C steady-state yang diinginkan

MD = Css x Cl
MD = maintenance dose,
Css =konsentrasi steady-state ;
Cl =clearance).
 Rata2 klirens theophylline 50% lebih kecil pada
pasien dg sirosis hepar , maka dosis teofilin
adalah ½ dari dosis pada pasien dg fungsi hati yg
normal
29
 Perubahan farmakokinetik yang terjadi akibat
penyakit hati menyebabkan perubahan
terhadap Css jumlah obat yg tidak terikat pp
dan respon obat
 Perubahan tergantung pada rasio ekstraksi

obat

30
LBF = liver blood flow,
fB = faksi obat yg tidak terikat di dalam darah
Cl′int = klirens intrinsik

31
 Obat dg rasio ekstraksi hepar yg rendah (≤30%),
(LBF>>fB ⋅ Cl′int), maka

 Obat dg rasio ekstraksi hepar yg tinggi (≥70%),


(LBF << fB ⋅ Cl′int), maka

32
 Untuk obat dengan rasio ekstraksi
hepar intermediate, persamaan
klirens hepar dapat digunakan
menggunakan 3 faktor :
◦ liver blood flow,
◦ Fraksi obat di dalam darah
◦ intrinsic clearance

33
34
 Obat-obat dengan rasio ekstraksi tinggi
Dieliminasi dalam jumlah relatif besar
selama lintas pertama melewati hati.
Propanolol, Morfin, Lidokain digunakan 10
– 50 % dosis yang digunakan tanpa penyakit
hati atau interval dosis diperpanjang.

 Obat-obat dengan rasio ekstraksi rendah


Fenitoin, Warfarin, Diazepam diberikan 50
% dosis lazim tanpa penyakit hati atau
interval dosis diperpanjang.

35
 Identifikasi pasien dengan penyakit hati
 Pemantauan fungsi hati
 Penilaian terhadap pengobatan yang sedang
digunakan, atau yang dianjurkan kepada
pasien
 Perhatian khusus pada obat dengan
indeks terapi sempit dan obat yang
mengalami metabolisme / eliminasi lintas
pertama

36
TERIMA KASIH

37

Anda mungkin juga menyukai