Anda di halaman 1dari 21

i

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang maha Esa karena
yang mengrahmatkan dan hidayah-nya saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini tepat pada waktunya.Dalam kesempatan ini tidak lupa saya
ucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada teman – teman, kerabat,
dan semua pihak yang telah memberikan bimbingan arahan dan bantuannya
sehingga tugas makalah ini dapat terselsaikan. Apapun tujuan utama atas
penyusunan makalah ini guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah empati
dan motivasi. saya menyadari dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Tangerang, 7 Desember 2018

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah Sakit merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat sehingga rumah sakit dituntut untuk
memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan
dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Kepuasan pasien menjadi
tolak ukur tingkatkualitas pelayanan kesehatan.Selain itu kepuasan pasien
merupakan suatu elemen yang penting dalam mengevaluasi kualitas
pelayanan.
Perawat merupakan sumber daya manusia terpenting di rumah sakit
karena selain jumlahnya yang dominan (55 - 65%) dalam setiap rumah sakit
tersebut,juga merupakan profesi yang memberikan pelayanan yang konstan
dan terus menerus 24 jam kepada pasien setiap hari. Oleh karena itu
pelayanan keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas
mempunyai kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah
sakit, sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah
sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan Yani (Panjaitan dkk,2013).
Perawat merupakan seseorang yang telah lulus pendidikan perawat
dan memiliki kemampuan serta kewenangan melakukan tindakan keperawatan
berdasarkan bidang keilmuan yang dimiliki dan memberikan pelayanan
kesehatan secara holistik dan profesional untuk individu sehat maupun sakit
(Asmadi, 2005).
Perawat merupakan sebuah profesi yang berorientasi pada pelayanan
kesehatan.Perawat memberi pengaruh terbesar didalam menentukan kualitas
pelayanan. Profesionalisme dalam keperawatan bertujuan untuk menjamin
kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada masyarakat. Perawat
profesional tidak hanya dilihat dari kemampuan menjaga dan merawat klien
saja tetapi bagaimana dia mampu memberikan pelayanan secara menyeluruh,
baik dari aspek biologis, psikologis, social, dan spiritual dalam memberikan
pelayanan yang diiringi dengan senyum yang iklas dan tulus (Mubarak, 2006).
Tenaga perawat adalah merupakan sumber daya manusia terbesar
dalam keperawatan di rumah sakit dan puskesmas, oleh karena itu diharapkan
mampu menjalankan peranan dan fungsi sebagaimana harapan profesi
perawat, yaitu menjadi perawat yang professional. Kualitas pelayanan yang
baik akan menghasilkan penilaian yang positif, sebaliknya kualitas pelayanan
yang buruk akan menghasilkan penilaian yang negatif di mata masyarakat.
Penilaian yang negatif akan mengurangi kepercayaan masyarakat, sehingga
mereka enggan untuk menggunakan jasa rumah sakit tersebut dan dapat
menghambat laju perkembangannya. Profesionalisme dalam keperawatan
bertujuan untuk menjamin kualitas asuhan keperawatan yang diberikan
kepada masyarakat. Pada hakekatnya profesionalisme dalam keperawatan
didasarkan pada pemahaman adanya suatu landasan ilmiah yang spesifik dan
menjadi dasar pada praktek keperawatan, disertai dengan adanya kemampuan
tenagakeperawatan untuk melaksanakan praktek keperawatan tersebut dan
diterapkan untuk kesejahteraan manusia Logan (Sargih,2013).

Banyak kejadian atau kesalahan yang terjadi di dunia medis khususnya


keperawatan, perawat rumah sakit jiwa. Banyak perilaku yang tidak
seharusnya dilakukan oleh perawat, seperti tidak dengan sigap dan cepat
dalam memberikan bantuan kepada pasien dengan gangguan yang
membutuhkan bantuan darurat ketika pasien mengalami kekambuhan karena
perawat merasa kejadian yang seperti demikian itu sudah biasa terjadi pada
pasien dengan gangguan jiwa. Perawat pun seringkali merasa bosan, kelelahan
sehingga ketika perawat jiwa memberikan pertolongan kepada pasien

2
dilakukan untuk mendapat pengakuan, pujian ataupun karena takut dikucilkan
orang sekitar, teman sekerja atau dengan atasan (Putri, 2010).
Perawatan yang diberikan kepada pasien merupakan suatu hubungan
antara perawat dengan pasien yang bersifat profesional dengan penekanan
dalam bentuk interaksi aktif perawat yang ditunjukan melalui tindakan yang
memperhatikan perawatan fisik pasien dan memperhatikan emosi sambal
meningkatan rasa aman dan keselamatan pasien. Niat perawat untuk
menolong pasien tanpa mengharapkan imbalan perilaku tersebut dinamakan
intensi prososial.
Intensi prososial lebih menuntut pada pengorbanan tinggi dari si
pelaku dan bersikap sukarela atau lebih ditunjukkan untuk menguntungkan
orang lain dari pada untuk mendapatkan imbalan materi maupun sosial.
Intensi prososial sebagai tindakan yang tidak memiliki keuntungan nyata bagi
respon seseorang walaupun menguntungkan orang lain (Baron & Byrne,
2005).
Berdasarkan fakta yang terjadi dapat disimpulkan bahwa
masingmasing perawat memiliki suatu pilihan untuk mengabaikan dan tidak
mengabaikan pasien yang memerlukan pertolongan. Empati dapat
mempengaruhi perilaku intensi prososial pada perawat, dengan bermpati maka
perawat dapat meningkatkan niat untuk memberi pertolongan kepada pasien.
Perawat memiliki empati tinggi mampu mengembangkan komitmen kerja
yang lebih tinggi , sebab perawat berhubungan dengan rasa, sehingga pasien
akan diperlakukan secara efektif (Raiziene & Endriulaitiene, 2007).
Menurut Wilkin dan Silvester (Fatimah dkk, 2010), sikap empati dari
seorang perawat sangat diperlukan agar hubungan saling percaya dapat terbina
dan mempermudah untuk menggali permasalahan klien, serta mempercepat
proses penyembuhan, terlebih lagi dalam berinteraksi, sikap empati sangat
diperlukan. Selain itu Myers (2012) berpendapat bahwa empati adalah

3
pengalaman yang mewakili perasaan orang lain menempatkan diri sendiri
pada tempat orang lain.
Empati adalah konsep multi-dimensi yang kompleks yang memilik
komponen moral, kognitif, emosi dan perilaku. Empati pada perawat
melibatkan kemampuan untukmemahami situasi pasien, perspektif, dan
perasaan untuk berkomunikasi bahwa pemahaman danakurasinya untuk
memberikan tindakan pada pasien (Reynolds, 2002).

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi empati
Empati berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ketertarikan fisik”.
Sehingga dapat di defenisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengenali, mempersepsi, dan merasakan perasaan orang lain.
Beberapa ahli mengatakan defenisi empati yaitu:
a. Menurut Bullmer, empati adalah suatu proses ketika seseorang merasakan
perasaan orang lain dan menangkap arti perasaan itu, kemudian
mengkomunikasikannya dengan kepekaan sedemikian rupa hingga
menunjukkan bahwa ia sungguh sungguh mengerti perasaan orang lain itu.
Bullmer menganggap empati lebih merupakan pemahaman terhadap orang
lain ketimbang suatu diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati
menekankan kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekedar
hubungan yang menempatkan orang lain sebagai objek manipulative
b. Taylor menyatakan bahwa empati merupakan faktor esensial untuk
membangun hubungann yang saling mempercayai. Ia memandang empati
sebagai usaha menyelam ke dalam perasaan orang lain untuk merasakan
dan menangkap makna perasaan itu. Empati memberikan sumbangan guna
terciptanya hubungan yang saling mempercayai karena empati
mengkomunikasikan sikap penerimaan dan pengertian terhadap perasan
orang lain secara tepat
c. Alfred Adler menyebut empati sebagai penerimaan terhadap perasaan
orang lain dan meletakkan diri kita pada tempat orang itu. Empathy berarti
to feel in, berati merasakan betapa dalamnya perasan orang itu

5
d. Tubesing memandang empati merupakan identifikasi sementara terhadap
sebagian atau sekurang kurangnya satu segi dari pengalaman orang lain.
Berempati tidak melenyapkan ke “aku”an kita. Perasaan kita sendiri
takkan hilang ketika kita mengembangkan kemampuan untuk menerima
pula perasaan orang lain yang juga tetap menjadi milik orang itu.
Menerima diri orang lain pun tidak identik dengan menyetujui
perilakunya. Meskipun demikian, empati menghindarkan tekanan,
pengadilan, pemberian nasihat apalagi keputusan. Dalam berempati, kita
berusaha mengerti bagaimana orang lain merasakan perasaan tertentu dan
mendengarkan bukan sekedar perkataannya melainkan tentang hidup
pribadinya, siapa dia dan bagaimana dia merasakan dirinya dalam
dunianya.
e. Menurut Jalaludin Rakhmad bahwa :
Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa
orang lain. Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain
melihat, dan merasakan seperti orang lain merasakan.
f. Menurut Sigmund Freud bahwa : “Empathy dianggap sebagai memahami
orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi kita”.

B. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Empati.

a. Sosialisasi
Dengan adanya sosialisasi memungkinkan seseorang dapat mengalami
sejumlah emosi, mengarahkan seseorang untuk melihat keadaan orang lain
dan berpikir tentang orang lain
b. Perkembangan Kognitif
Empati dapat berkembang seiring dengan perkembangan kognitif yang
bisa di katakan kematangan kognitif, sehingga dapat melihat sesuatu dari
sudut pandang orang lain ( berbeda )

6
c. Mood dan Feeling
Situasi perasaan seseorang ketika berinteraksi dengan lingkungannya akan
mempengaruhi cara seseorang dalam memberikan respon terhadap
perasaan dan prilaku orang lain.
d. Situasi dan Tempat
Situasi dan tempat tertentu dapat memberikan pengaruh terhadap proses
empati seseorang. Pada situasi tertentu, seseorang dapat berempati lebih
baik di banding situasi yang lain.
e. Komunikasi
Pengungkapan empati di pengaruhi oleh komunikasi (bahasa) yang
digunakan seseorang. Perbedaan bahasa dan ketidak pahaman tentang
komunikasi yang terjadi akan menjadi hambatan pada proses empati.

C.  Teknik Teknik Mengasah Empati

a. Rekam semua emosi pribadi


Setiap orang pernah mengalami perasaan positif maupun negatif, misalnya
sedih, senang, bahagia, kecewa dan lain sebagainya. Pengalaman
pengalaman tersebut apabila kita catat atau rekam akan membantu kita
memahami perasaan yang sama saat kondisi tertentu menjumpai kita
kembali. Di samping itu ketika kita mengetahui perasaan tersebut sedang
di alami seseorang/orang lain, kita dapat memahami kondisi tersebut
sehingga kita dapat memperlakukannya sesuai dengan apa yang di
harapkannya. Cara mencatat atau merekamnya dapat berupa tulisan atau
sekedar mengingat ingat dalam alam sadar kita.
Untuk menyempurnakan langkah di atas, ada baiknya memperhatikan cara
lebih spesifik, sebagai berikut :
 Membangkitkan kesadaran dan perbendaharaan ungkapan emos

7
 Meningkatkan kepekaan terhadap perasaan orang lain
 Membantu memahami perspektif orang lain selain dari sudut
pandangnya sendiri
b. Perhatikan lingkungan luar ( orang lain )
Memperhatikan lingkungan luar atau orang lain akan memberikan banyak
informasi tentang kondisi orang di sekitar kita. Informasi ini sangat
penting untuk di jadikan panduan dalam mengambil pilihan prilaku
tertentu. Informasi ini juga dapat di jadikan pembanding dengan diri kita
tentang apa yang sedang terjadi, sehingga kita dapat mengetahui apakah
perasaan dan prilaku kita sudah sesuai dengan lingkungan sekitarnya.
Memperhatikan orang lain merupakan ketrampilan tersendiri yang tidak
semua orang menyukainya. Memperhatikan tidak sekedar melihat orang
perorang tetapi juga mencoba menghilangkan perasaan perasaan subyektif
kita saat memperhatikan, sehingga akan muncul keinginan untuk
mendalami perasaan orang yang kita lihat tersebut
c. Dengarkan curhat orang lain
Mendengarkan adalah sebuah kemampuan penting yang sering di
butuhkan untuk memahami masalah atau mendapatkan pemahaman yang
lebih jelas terhadap permasalahan yang sedang di hadapi oleh orang lain.
Kemampuan mendengarkan juga harus dilatih agar memberikan dampak
yang positif dalam interaksi sosial kita. Syarat yang di butuhkan untuk
dapat mendengarkan adalah menghilangkan atau meminimalkan perasaan
negatif atau prasangka terhadap obyek yang menjadi sasaran dengar. Di
samping itu juga perlu adanya kemauan untuk membuka diri kita untuk
orang lain, khususnya dengan memberikqan kesempatan orang lain untuk
berbicara yang dia inginkan tanpa kita potong sebelum selesai
pembicaraannya. Mendengar keluh kesah atau cerita gembira orang lain
akan mampu memberikan pengalamanlain dalam suasana hati kita.

8
Mendengarkan cerita sedih akan mampu mebawa kita ke dalam suasana
hati orang lain yang sedang  bersedih dan dapat membangkitkan keinginan
untuk memahami masalah dan  atau perasaan orang tersebut. Begitu pula
perasaan yang lain. Semakin banyak cerita, masalah dan ungkapan
perasaan yang kita dengarkan akan membuat kita semakin kaya dengan
pengalaman tersebut dan pada akhirnya semakin mengetahui bagaimana
cara memahami orang lain atau perasaanya.
d. Bayangkan apa yang sedang di rasakan orang lain dan akibatnya untuk diri
kita
Membayangkan sebuah kejadian yang di alami orang lain akan menarik
diri kita ke dalam sebuah situasi yang hampir sama dengan yang di alami
orang tersebut. Refleksi keadaan orang lain dapat membuat kita
merasakan apa yang sedang  di alami orang tersebut dan mampu
membangkitkan suasana emosional. Membayangkan sebuah kondisi
tersebut dapat lebih mudah manakala kita pernah mengalami perasaan atau
kondisi yang sama. Seseorang yang sering membayangkan apa yang di
alami atau di rasakan orang lain dan akibat yang akan di timbulkan
manakala hal tersebut terjadi pada diri kita saat kejadian atau setelah
kejadian akan memudahkan kita merasakan suasana emosi seseorang
manakala melihat kejadian kejadian yang berkaitan dengan situasi penuh
dengan emosi emosi tertentu
e. Lakukan Bantuan Secepatnya
Memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang orang yang
membutuhkan dapat membangkitkan kemampuan empati. Respon yang
cepat terhadap situasi di lingkungan sekitar yang membutuhkan bantuan
akan melatih kemampuan kita untuk empati. Bantuan yang kita berikan
tidak perlu menunggu waktu yang lebih lama tetapi kita berusaha
memberikan segenap kemampuan kita saat melihat atau menyaksikan
orang orang yang membutuhkan. Pertolongan yang kita berikan akan

9
menstimulus keadaan emosi kita untuk melihat lebih jauh perasaan orang
yang kita beri pertolongan dan semakin sering kita memberikan respon
dengan cepat akan semakin mudah kita mengembangkan kemampuan
empati kepada orang lain.

D. Empati dalam pelayanan kesehatan


Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai dengan
apa yang di rasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati memliki
beberapa fungsi yang dapat membantu seseorang dalam bersosial,
berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan masyarakat. Sebagai
perawat di butuhkan kemampuan khusus yang tidak semua orang
memilikinya, yaitu kemampuan empati. Perawat yang di harapkan memiliki
kemampuan empati yaitu kemampuan untuk melakukan aksi komunikasi
secara sadar kepada pasien sehingga dapat memahami dan merasakan suasana
hati pasien tersebut mampu melihat permasalahan dari sudut pandang pasien,
dan tidak bersikap menghakimi, menyalahkan atau menghina pasien. Perilaku
yang muncul dari tiap perawat terhadap pasien berbeda-beda, hal ini terkain
dengan kemampuan empati perawat itu sendiri, adapun yang mempengaruhi
kemapuan empati, yaitu: pikiran yang optimis, tingkat pendidikan, keadaan
psikis (mood), pengalaman,usia, jenis kelamin, latar belakang social budaya,
dan beban hidup. Factor-faktor tersebut di butuhkan dalam pelayanan
kesehatan dalam meningkatkan kemampuan empat.
Seperti di sebutkan apabila kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan
sakit, maka akan mempengaruhi kondisi psikisnya pula, dan biasanya pasien
akan lebih labil emosinya. Nah, tenaga kesehatan khusunya perawat harus
peka dengan eadaan seperti ini, perawat tidak hanya penangani kondisi fisik
dari pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien
maka diharapkan pasien dapat sembuh lebuh cepat.

10
Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung muncul
dari diri pelayan kesehatan begitu saja, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan empati,yaitu:

1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh mana


komunikasi dapat terbentuk sehingga pasien dapat merasa nyaman
karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata dianggap
memiliki kemampuan empati yang tinggi, misalnya seorang
rohaniawan, psikolog, maupun dokter di rumah sakit perawat tersebut
mengabdi.
3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah berlatih
maka akan kalah dengan mereka yang masih pemula tetapi rutin
untuk rajin berlatih mengasahkemampuanempatinya.
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah guru yang
terbaik dan melalui pengalaman kita dapat menjadi bijaksana, dengan
berbagi pengalaman dengan sesama rekan sekerja maka diharapkan
perawat akan lebih tangguh dan hebat.

Dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan


empatinya agar dapat lebih mengerti, memahami, dan menghayati tidak
hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis pasien karena pada
dasarnya pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya
dengan tujuan memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila
kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan
mempengaruhi kondisi psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil

11
emosinya. Tenaga kesehatan khususnya perawat harus peka dengan
keadaan seperti ini, perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari
pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien
maka diharapkan pasien dapat sembuh lebih cepat.
Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan
untuk menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang perawat
dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga
kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi
satu sama lain.
Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang perawat harus
mampu bersosialisasi. Kebanyakan perawat memiliki sifat extovert
(terbuka), maka akan lebih mudah dalam menangani pasien, karena
pasien merasa nyaman dengan keberadaannya.
Kemampuan empati perawat hendaknya disertai juga keramahan
kepada keluarga atau kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih
lagi kepada setiap pengunjung rumah sakit, karena sesungguhnya citra
rumah sakit ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan sumber daya tenaga
kesehatan terutama perawat sebagai ujung tombak rumah sakit. Semoga
dengan meningkatnya kualitas tenaga kesehatan terutama perawat di
Indonesia ini maka diharapkan akan meningkatkan pula kesehatan dan
kesejahteraan seluruh warga.

12
Contoh:

‘Pagi pak atau bu’ bagaimana kabarnya, masih   demam pak, bagaimana
tidurnya semalam, mudah-mudahan lebih baik”, komentar ini akan
muncul di keseharian seorang perawat entah dia berada di pelosok desa
atau rumah sakit besar.
Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan menjadi
multivitamin dosage tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang super
keras akan menyembuhkan rasa terpelentirnya hati seorang pasien yang
sedang menderita penyakit sekeras apapun. Ada hal yang tidak bisa di
teliti secara ilmiah dan juga tidak harus dengan percobaan yang mahal,
ada yang timbul dari hati yaitu keikhlasan untuk menolong sesame.

Caring/care

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara manusia


berpikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama. Caring
sebagai bentuk dasar dari praktik keperawatan di mana perawat
membantu klien pulih dari sakitnya, memberikan penjelasan tentang
penyakit klien, dan mengelola atau membangun kembali hubungan.
Caring membantu perawat mengenali intervensi yang baik, dan kemudian
menjadi perhatian dan petunjuk untuk memberikan caring nantinya.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdedikasi bagi orang, pengawasan dengan waspada, perasaan empati
pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Secara teoritis,
pengertian caring adalah tindakan yang menunjukan pemanfaatan
lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan yang bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada klien
(Florence Nightingale, 1860). Caring atau care tidak mempunyai

13
pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak
dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian, bertanggung jawab dan ikhlas
(Delores Gaut, 1984). Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti
yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Rubenfeld (1999),
mendefinisikan “Caring” : memberikan asuhan , dukungan emosional
pada klien, keluarga dan kerabatnya secara verbal maupun non verbal.
Jean Watson (1985), “Caring” merupakan komitmen moral untuk
melindungi, mempertahankan dan meningkatkan martabat manusia.
Caring merupakan “heart” profesi, artinya sebagai komponen yang
fundamental dari fokus sentral serta unik dari keperawatan (Barnum,
1994). Meskipun perkataan caring telah digunakan secara umum, tetapi
tidak terdapat definisi dan konseptualisasi yang universal mengenai caring
itu sendiri (Swanson, 1991, dalam Leddy, 1998). Setidaknya terdapat lima
perspektif atau kategori mengenai caring, yaitu:

 caring sabagai sifat manusia (Benner & Wrubel,Leinenger


 .caring sebagai intervensi terapeutik (Orem),
 caring sebagai bentuk kasih sayang (Morse et al., 1990, dalam Leddy,
1998).

Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan


pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik
dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara
yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan
sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan
klien (Carruth et all, 1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran,
kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan

14
perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial.
Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari
berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan
asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut,
sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet,
Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta
untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan
dengan menggunakan spirit caring.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Caring merupakan
“heart” profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental dari fokus
sentral serta unik dari keperawatan.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
berdediksi bagi orang lain pengawasan dengan waspada, perasaan empati
pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Secara teoritis,
pengertian caring adalah tindakan yang menunjukan pemanfaatan
lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan yang bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada klien.
Caring atau care tidak mempunyai pengertian yang tegas, tetapi ada tiga
makna dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan yaitu memberi perhatian,
bertanggung jawab dan ikhlas.

E. Manfaat Dari Empati

a. Menghilangkan Sikap Egois


Orang yang telah mampu mengembangkan kemampuan empati dapat
menghilangkan sikap egois (mementingkan diri sendiri). Ketika kita dapat
merasakan apa yang di rasakan orang lain, memasuki pola pikir orang lain
dan memahami prilaku orang tersebut, maka kita tidak akan berbicara dan

15
berprilaku hanya untuk kepentingan diri kita tetapi kita akan berusaha
berbicara, berpikir dan berprilaku yang dapat di terima juga oleh orang
lain serta akan mudah memberikan pertolongan kepada orang lain. Kita
akan berhati hati dalam mengembangkan sikap dan prilaku kita sehari
hari, khususnya jika kita berada pada kondisi yang membutuhkan
pertolongan kita.
b. Menghilangkan kesombongan
Salah satu cara mengembangkan empati adalah membayangkan apa yang
terjadi pada orang lain akan terjadi pula pada diri kita. Manakala kita
membayangkan kondisi tersebut maka kita akan terhindar dari
kesombongan atau tinggi hati karena apapun akan bisa terjadi pada diri
kita jika tuhan menghendaki. Kita tidak akan merendahkan orang lain
karena kita telah mengetahui perasaan dan memahami apa yang
sebenarnya terjadi, sehingga orang yang memiliki kemampuan empati
akan cenderung memiliki jiwa rendah hati dan senantiasa memahami
kehidupan ini dengan baik.
c. Mengembangkan kemampuan evaluasi dan kontrol diri
Pada dasarnya empati adalah suatu usaha kita untuk melakukan evaluasi
diri sekaligus mengembangkan kontrol diri yang positif. Kemampuan
melihat diri orang lain baik perasaan, pikiran maupun perilakunya
merupakan bagian dari bagaimana kita merefleksikan keadaan tersebut
dalam diri kita. Jika kita telah mempunyai kemampuan ini maka kita telah
dapat mengembangkan kemampuan evaluasi diri yang baik dan akhirnya
kita dapat melakukan kontrol diri yang baik artinya kita akan senantiasa
berhati hati dalam melakukan perbuatan atau memahami lingkungan
sekitar kita. Akhirnya kita akan bisa dikatakan sebagai seseorang yang
memiliki karakteristik kemampuan empati, jika memiliki beberapa syarat
berikut :

16
 Melibatkan proses pikir secara utuh dengan segala macam resiko
perbedaan pendapat, rasa,  bahkan kemungkinan konflik. Melalui
pengolahan terus menerus maka individu bisa mengenal status
perasaannnya, lalu kuat berempati dan kemudian memanfaatkan
emosinya dalam kehidupan kerja
 Mampu bertindak seperti
Mampu menerima sudut pandang orang lain
Individu mampu membedakan antara apa yang di katakan atau di
lakukan orang lain dengan reaksi dan penilaian individu itu sendiri.
Dengan perkembangan aspek kognitif seseorang, kemampuan
untuk menerima sudut pandang orang lain dan pemahaman
terhadap perasaan orang lain akan lebih lengkap dan akurat
sehingga ia mampu memberikan perlakuan dengan cara yang tepat
Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain
Individu mampu mengidentifikai perasaan perasaan orang lain dan
peka terhadap hadirnya emosi dalam diri orang lain melalui pesan
non verbal yang di tampakkan, misalnya nada bicara, gerak gerik
dan ekspresi wajah. Kepekaan yang sering di asah akan dapat
membangkitkan reaksi spontan terhadap kondisi orang lain, bukan
Sekedar pengakuan saja. Mampu mendengarkan orang lain
Mendengarkan merupakan sebuah keterampilan yang perlu di
miliki untuk mengasah kemampuan empati. Sikap mau mendengar
memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap perasaan orang
lain dan mampu membangkitkan penerimaan terhadap perbedaan
yang terjadi.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai


dengan apa yang di rasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati
memliki beberapa fungsi yang dapat membantu seseorang dalam
bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan
masyarakat. Sebagai perawat di butuhkan kemampuan khusus yang
tidak semua orang memilikinya, yaitu kemampuan empati. Perawat
yang di harapkan memiliki kemampuan empati yaitu kemampuan
untuk melakukan aksi komunikasi secara sadar kepada pasien
sehingga dapat memahami dan merasakan suasana hati pasien tersebut
mampu melihat permasalahan dari sudut pandang pasien, dan tidak
bersikap menghakimi, menyalahkan atau menghina pasien. Perilaku
yang muncul dari tiap perawat terhadap pasien berbeda-beda, hal ini
terkain dengan kemampuan empati perawat itu sendiri, adapun yang
mempengaruhi kemapuan empati, yaitu: pikiran yang optimis, tingkat
pendidikan, keadaan psikis (mood), pengalaman,usia, jenis kelamin,
latar belakang social budaya, dan beban hidup. Factor-faktor tersebut
di butuhkan dalam pelayanan kesehatan dalam meningkatkan
kemampuan empat.
B. Saran
Sebaiknya empati dalam pelayanan kesehatan lebih di tingkatkan lagi
karena hal ini menguntungkan bagi semua pihak terutama bagi tenaga
kesehatan karena mereka akan lebih di pandang baik oleh orang lain,
dan sangat baik juga bagi pasien, maupun institusi/rumah sakit

18
Daftar pustaka

 https://dinkespapuabarat.wordpress.com/2018/02/22/empati-dalam-pelayanan-
kesehatan-di-puskesmas/
 https://iksirjauhari.blogspot.com/2012/11/empati-dalam-komunikasi.html
 https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-1387374/pasien-dan-petugas-
kesehatan-harus-saling-empati
 https://www.slideshare.net/birosmsFAunbrah/empatimodul-empati-dan-
motivasi
 file:///C:/Users/SITI/Downloads/Documents/127-353-1-PB.pdf

19

Anda mungkin juga menyukai