Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“EMPATI DALAM PELAYANAN KESEHATAN”

DOSEN PENGAJAR : Saipul Anam, S.Psi

Disusun oleh :

Fariza Nursyamsi 170110018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang maha Esa karena yang
mengrahmatkan dan hidayah-nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya.Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih
yang sebesar – besarnya kepada teman – teman, kerabat, dan semua pihak yang
telah memberikan bimbingan arahan dan bantuannya sehingga tugas makalah ini
dapat terselsaikan. Apapun tujuan utama atas penyusunan makalah ini guna
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Empati dan Motivasi. Saya menyadari
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Tangerang,30 November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang ............................................................................ 1


II. Rumusan masalah........................................................................ 2
III. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Empati ................................................................. 4


B. Jenis-jenis Empati ................................................................. 5
C. Perbedaan Empati dan Simpati ............................................. 6
D. Cara meningkatkan Empati ................................................... 6
E. Empati dalam pelayanan kesehatan ...................................... 7
F. Manfaat empati dalam pelayanan kesehatan ......................... 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................... 20
B. Saran ..................................................................................... 20

Daftar Pustaka

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Empati merupakan respon afektif yang berasal dari pemahaman
kondisi emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang
dirasakan orang lain.
Pelayanan kesehatan pada saat ini telah menapaki perubahan
sebagai konsekuensi dari perkembangan media informasi. Berkenaan
dengan hal tersebut pengetahuan dan kesadaran masyarakat sebagai
konsumen akan hak untuk mendapat pelayanan yang profesional semakin
meningkat, oleh karena itu mereka menuntut adanya peningkatan mutu
pelayanan (Priharjo, 2006).Kualitas suatu pelayanan kesehatan di suatu
instansi (rumah sakit/puskesmas) dipengaruhi oleh sistem pelayanan atau
asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sebagai komponen
terbesar yang memberikan kontribusinya. Keperawatan merupakan suatu
bentuk pelayanan profesional yang komprehensif dan merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang dilandasi oleh pendidikan
profesionaal dan dikendalikan oleh etika dan standar profesi dalam sikap
dan tindakan yang dilakukan kepada pasien sebagai penerima pelayanan.
Kualitas pelayanan rumah sakit saat ini merupakan isu terpenting dalam
meningkatkan kepuasan pasien. Perawat sebagai pemberi pelayanan
kesehatan yang dalam menjalankan tugas secara terus menerus
mengadakan kontak baik dengan pasien, kolega, atasan atau dengan
anggota tim kesehatan lain. Agar terbina hubungan yang efektif, seorang
perawat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik, sikap
atau etika yang professional.Sering kita mendengar kritik dan keluhan dari
berbagai lapisan masyarakat terhadap sistem pelayanan kesehatan yang
kurang bermutu dan tidak profesional atau kurang empati dalam
melakukan program pelayanan kesehatan terutama di rumah sakit.

1
B. Rumusan masalah :
1. Apa pengertian empati?
2. Apa sajakah jenis-jenis empati?
3. Apa perbedaan empati dan simpati?
4. Bagaimana cara meningkatkan empati?
5. Bagaimana empati dalam pelayanan kesehatan?
6. Apa manfaat empati dalam pelayanan kesehatan?
C. Tujuan penulisan :
1. Untuk mengetahui pengertian empati.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis empati.
3. Untuk mengetahui perbedaan empati dan simpati.
4. Untuk mengetahui cara meningkatkan empati.
5. Untuk mengetahui empati dalam pelayanan kesehatan.
6. Untuk mengetahui manfaat empati dalam pelayanan kesehatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian empati

Menurut KBBI, empati adalah keadaan mental yang membuat


seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan
atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain. Sedangkan
Eileen R. dan Sylvina S (Kompas, 18 Nop.2006) menjelaskan bahwa
empati adalah kegiatan berpikir individu mengenai “rasa” yang dia
hasilkan ketika berhubungan dengan orang lain. Menurut Bullmer, empati
adalah suatu proses ketika seseorang merasakan perasaan orang lain dan
menangkap arti perasaan itu, kemudian mengkomunikasikannya dengan
kepekaan sedemikian rupa hingga menunjukkan bahwa ia sungguh-
sungguh mengerti perasaan orang lain itu. Bullmer menganggap empati
lebih merupakan pemahaman terhadap orang lain ketimbang suatu
diagnosis dan evaluasi terhadap orang lain. Empati menekankan
kebersamaan dengan orang lain lebih daripada sekadar hubungan yang
menempatkan orang lain sebagai obyek manipulatif.

Kata empati digunakan untuk mengekspresikan jangkauan


pengalaman yang luas. Para peneliti pada umumnya mendefinisikan
empati sebagai kemampuan untuk merasakan kemampuan orang lain, dan
juga kemampuan untuk membayangkan apa yang mungkin dirasakan atau
dipikirkan oleh orang lain. Empati seringkali digambarkan sebagai „berada
di dalam sepatu orang lain‟ atau „melihat dari mata orang lain‟. Asal kata
empati dalam bahas Inggris berasal dari E. B.Titchener yang pertama kali
memperkenalkan empati pada tahun 1909 sebagai terjemahan dari kata

3
bahasa Jerman Einfuhlung yaitu yang secara harfiah artinya adalah
„memasuki perasaan orang lain‟.
Kemampuan berempati seharusnya dimiliki oleh semua orang,
karena biasanya kemampuan ini muncul pada usia sekolah dasar atau
sekitar usia enam tahun. Yang membedakan perasaan empati seorang
individu dengan lainnya adalah tingkat kedalaman perasaan dan cara
menunjukkan perasaan empati tersebut. Pentingnya empati dapat dilihat
pada kesehatan hubungan antar personal seseorang, yang dapat merasakan
perasaan orang lain namun tetap dapat menjaga keutuhan pikirannya
sendiri. Sehingga orang tersebut tetap memiliki integritas dan identitasnya
sendiri.
Sayang, meski pendidikan tentang pentingnya empati telah lama
dikenal, kita belum bisa menjalankan sepenuhnya. Buktinya, masih
banyak di sekitar kita orang yang menderita kelaparan, balita kekurangan
gizi, busung lapar, dan berbagai penderitaan lain yang biasa menyelimuti
orang-orang miskin. Lebih menyedihkan lagi, sampai saat ini masih
banyak kebijakan penguasa yang kurang memihak rakyat kecil. Padahal,
sikap demikian inilah yang mendatangkan bencana bagi kita semua. Jika
kita tajam dalam berempati, hal seperti itu tidak semestinya terjadi.
Rasulullah SAW bersabda, ''Jika orang-orang tidak lagi mempedulikan
orang miskin, memamerkan kekayaannya, bertingkah seperti anjing
(menjilat atasan, menendang bawahan), dan hanya mengeruk keuntungan,
maka Allah mendatangkan empat perkara: paceklik, kezaliman penguasa,
pengkhianatan penegak hukum, dan tekanan dari pihak musuh.'' (HR Ad-
Dailami). Untuk itu, belajarlah berempati. Sehingga, bukan hanya kasih
sayang sesama yang dirasakan, tapi juga kasih sayang Allah. Rasulullah
SAW memastikannya lewat sabda beliau, ''Orang-orang yang menyayangi
sesamanya akan disayangi Allah.'' (HR Ahmad). Betapa nikmatnya jika
kita termasuk golongan manusia yang disayangi Allah SWT.
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai
dengan apa yang dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati

4
memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu seseorang dalam
bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan
masyarakat.

B. Jenis – jenis Empati

Empati dapat dibagi menjadi beberapa jenis sesuai proses yang


dialami oleh seseorang, yaitu:

 Empati Kognitif : Empati jenis ini terkadang disebut


sebagai kemampuan perspektif yang merujuk kepada
bentuk empati yang mengetahui emosi atau suasana hati
yang sedang dialami orang lain dalam bentuk yang paling
rasional. Pada dasarnya, empati kognitif adalah kemampuan
untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan melihat
dari perspektif mereka.
 Empati Afektif : Merujuk kepada sensasi dan perasaan
yang kita rasakan sebagai respons terhadap kondisi
emosional orang lain, atau juga merasa terganggu ketika
mendeteksi perasaan atau kegelisahan orang lain. Empati
afektif merupakan suatu bentuk empati secara emosional
ketika seseorang masuk ke dalam pengalaman subjektif dari
orang lain. Hal ini dapat berefek baik karena itu berarti kita
dapat mengerti dengan baik serta merasakan perasaan orang
lain, namun efek buruk dapat terjadi apabila semua
perasaan itu membuat kita kewalahan dan tidak mampu
memberikan respon.
 Empati Konatif : Ketika seseorang melakukan sesuatu
seolah – olah ia sedang berada di posisi orang lain untuk
membantu dalam suatu situasi karena pengertiannya
terhadap perasaan orang tersebut.

5
C. Perbedaan Empati dan Simpati

Empati adalah konsep luas yang merujuk kepada reaksi kognitif dan
emosional dari individual yang mengobservasi pengalaman individual
lainnya. Memiliki empati dapat meningkatkan keinginan menolong orang
lain dan mengembangkan rasa belas kasih. Empati merupakan kunci dari
keberhasilan suatu hubungan karena dapat membantu saling pengertian
antara perspektif kebutuhan dan niat satu sama lain.

Walaupun mirip, namun ada perbedaan yang jelas antara simpati


dan empati. Seseorang merasakan empati apabila bisa merasakan apabila
dirinya berada di posisi orang lain dalam kondisi tertentu, sedangkan
simpati adalah perasaan yang timbul ketika kita tertarik atau dekat dengan
orang lain, sebagai hasil dari perbuatan orang lain tersebut, dan tidak
menempatkan kita pada posisi orang lain.

D. Cara Meningkatkan Empati

Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk merasakan empati


telah ada sejak lahir, namun ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan atau melatih kepekaan untuk merasakan empati tersebut,
yaitu:

 Membentuk rasa kepedulian dengan menjalin komunikasi yang


baik dengan orang lain.
 Mempelajari tingkah laku atau sikap orang – orang yang memiliki
kemampuan empati yang tinggi.
 Berlatih untuk mengasah kemampuan empati dengan berusaha
menyelami seperti apa sekiranya perasaan dan pikiran orang lain
pada satu situasi.
 Berbagi pengalaman dengan orang lain yang akan meningkatkan
kemampuan kita untuk merasakan empati.

6
 Mendengarkan orang lain adalah salah satu cara untuk melatih
empati Anda, namun tidak hanya sekedar mendengarkan apa yang
disampaikan melainkan mendengar bagaimana cara
penyampaiannya, misalnya dengan juga memperhatikan bahasa
tubuh seseorang ketika sedang menyampaikan ceritanya.

Mungkin tidak akan selalu mudah untuk merasakan empati


terhadap orang lain , akan tetapi melalui kemampuan sosial yang baik dan
sedikit imajinasi, kita akan mampu berusaha menumbuhkan perasaan
empati tersebut. Empati adalah cara paling baik untuk memahami orang
lain dari sudut pandang orang tersebut. Para peneliti menemukan bahwa
orang yang mampu berempati dapat merasakan hubungan yang lebih baik
dengan orang lain dan mencapai tingkat yang lebih sejahtera dalam hidup.

E. Empati dalam pelayanan kesehatan

Nilai memberikan hidup dan identitas kepada individu, profesi dan


masyarakat. Nilai dibentuk dan dipertahankan oleh individu pelakunya dan
juga oleh sekelompok orang. Pada praktiknya, perawat memprioritaskan
nilai keperawatan ketika mengambil keputusan dalam pelayanan
kesehatan.

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan pelayanan yang


paling sentral dan perlu mendapat perhatian, perawat berinteraksi dengan
pasien dan keluarga selama 24 jam, disinilah perawat akan memberikan
pelayanannya secara komprehensif, baik itu dari pelayanan fisik,
psikologi, spiritual, sosial dan pendidikan kepada pasien. Maka dengan
demikian pelayanan keperawatan akan dapat dirasakan lebih sempurna
oleh pasien, jadi tidak hanya secara fisik saja mendapatkan perhatian
perawat. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan memandang
pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan tingkah laku dalam memberikan

7
pelayanan keperawatan meliputi rasa empati, kepedulian, menghargai
orang lain dan tenggang rasa. Pemahaman perawat tentang nilai, klien, dan
profesional akan sangat membantu dalam proses pelayanan kesehatan atau
yang lainnya. Persepsi perawat dan klien pada nilai keperawatan akan
membantu untuk mengetahui apakah nilai profesional sesuai dengan nilai
masyarakat.

Nilai adalah keyakinan yang mendasari seseorang melakukan


tindakan dan tindakan itu kemudian menjadi suatu standar atas tindakan
yang selanjutnya, pengembangan dan mempertahankan sikap terhadap
objek-objek yang terkait, penilaian moral pada diri sendiridan orang lain
serta pembandingan diri dengan orang lain.

Empathy

Perilaku empati merupakan salah satu sikap dalam hubungan


therapeutic yang merupakan unsur yang sangat penting dalam proses yang
berlangsung secara interpersonal. Dengan empati akan membantu dalam
mempererat hubungan antara perawat dan pasien sehingga menjadikan
pasien merasa diperhatikan dan pada akhirnya akan meningkatkan
kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang sesuai


dengan apa yang dirasakan oleh orang lain secara psikologis. Empati
memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu seseorang dalam
bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan bersikap di lingkungan
masyarakat.

Florence Nightiangel, tokoh dunia yang mengubah persepsi dunia


bahwa perawat itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia dan terhormat.
Sebagai perawat dibutuhkan kemampuan khusus yang tidak semua orang
memilikinya, yaitu kemampuan empati. Perawat yang memiliki empati
diharapkan memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk

8
melakukan aksi komunikasi secara sadar kepada pasien sehingga dapat
memahami dan merasakan suasana hati pasien tersebut. Perilaku yang
muncul dari tiap perawat terhadap pasien berbeda-beda, hal ini terkait
dengan kemampuan empati perawat itu sendiri.

Hal yang mempengaruhi kemampuan empati, yaitu:

1. pikiran yang optimis


2. tingkat pendidikan
3. keadaan psikis
4. pengalaman
5. usia
6. jenis kelamin
7. latar belakang sosial budaya
8. status sosial
9. beban hidup

Kemampuan empati terkadang memang tidak dapat langsung


muncul dari diri seorang perawat begitu saja, ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan empati,yaitu :

1. Peduli, perhatian dari perawat kepada pasiennya, sejauh


mana komunikasi dapat terbentuk sehingga pasien dapat
merasa nyaman karena diperhatikan.
2. Berguru, dengan belajar kepada mereka yang telah nyata
dianggap memiliki kemampuan empati yang tinggi,
misalnya seorang rohaniawan, psikolog, maupun dokter di
rumah sakit perawat tersebut mengabdi.
3. Berlatih, sepandai dan sepintar apapun kalau tidak pernah
berlatih maka akan kalah dengan mereka yang masih
pemula tetapi rutin untuk rajin berlatih
mengasahkemampuanempatinya.

9
4. Berbagi pengalaman, ingatlah bahwa pengalaman adalah
guru yang terbaik dan melalui pengalaman kita dapat
menjadi bijaksana, dengan berbagi pengalaman dengan
sesama rekan sekerja maka diharapkan perawat akan lebih
tangguh dan hebat.

Dengan begitu maka perawat dapat meningkatkan kemampuan


empatinya agar dapat lebih mengerti, memahami, dan menghayati tidak
hanya kondisi fisik namun juga kondisi psikis pasien karena pada dasarnya
pasien yang datang untuk berobat ke rumah sakit tentunya dengan tujuan
memulihkan kondisi fisiknya yang sakit, padahal apabila kondisi fisik
seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan mempengaruhi
kondisi psikisnya, biasanya pasien akan lebih labil emosinya. Tenaga
kesehatan khususnya perawat harus peka dengan keadaan seperti ini,
perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari pasien tetapi kondisi
psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien
dapat sembuh lebih cepat.

Dengan kemampuan empati maka perawat memiliki kemampuan


untuk menghayati perasaan pasien. Kemampuan empati seorang perawat
dipengaruhi oleh kondisi perawat itu sendiri. Perawat perlu menjaga
kondisi kesehatan fisik dan psikis, karena keduanya saling mempengaruhi
satu sama lain.

Untuk dapat memiliki kemampuan empati, seorang perawat harus


mampu bersosialisasi. Kebanyakan perawat memiliki sifat extovert
(terbuka), maka akan lebih mudah dalam menangani pasien, karena pasien
merasa nyaman dengan keberadaannya.

Kemampuan empati perawat hendaknya disertai juga keramahan


kepada keluarga atau kerabat pengantar atau penunggu dari pasien lebih
lagi kepada setiap pengunjung rumah sakit, karena sesungguhnya citra

10
rumah sakit ditentukan oleh sikap yang diperlihatkan sumber daya tenaga
kesehatan terutama perawat sebagai ujung tombak rumah sakit. Semoga
dengan meningkatnya kualitas tenaga kesehatan terutama perawat di
Indonesia ini maka diharapkan akan meningkatkan pula kesehatan dan
kesejahteraan seluruh warga.

Contoh:

“Pagi pak atau bu‟ bagaimana kabarnya, masih demam pak,


bagaimana tidurnya semalam, mudah-mudahan lebih baik”, komentar ini
akan muncul di keseharian seorang perawat entah dia berada di pelosok
desa atau rumah sakit besar.

Senyum dan rasa empati yang ditimbulkan setidaknya akan


menjadi multivitamin dosage tinggi yang tanpa antibiotik atau obat yang
super keras akan menyembuhkan rasa terpelentirnya hati seorang pasien
yang sedang menderita penyakit sekeras apapun. Ada hal yang tidak bisa
di teliti secara ilmiah dan juga tidak harus dengan percobaan yang mahal,
ada yang timbul dari hati yaitu keikhlasan untuk menolong sesama.

Caring/care

Caring adalah fenomena universal yang mempengaruhi cara


manusia berpikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan sesama.
Caring sebagai bentuk dasar dari praktik keperawatan di mana perawat
membantu klien pulih dari sakitnya, memberikan penjelasan tentang
penyakit klien, dan mengelola atau membangun kembali hubungan. Caring
membantu perawat mengenali intervensi yang baik, dan kemudian menjadi
perhatian dan petunjuk untuk memberikan caring nantinya.

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan


untuk berdedikasi bagi orang, pengawasan dengan waspada, perasaan
empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Secara

11
teoritis, pengertian caring adalah tindakan yang menunjukan pemanfaatan
lingkungan pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan
lingkungan yang bersih, ventilasi yang baik dan tenang kepada klien
(Florence Nightingale, 1860). Caring atau care tidak mempunyai
pengertian yang tegas, tetapi ada tiga makna dimana ketiganya tidak dapat
dipisahkan yaitu memberi perhatian, bertanggung jawab dan ikhlas
(Delores Gaut, 1984). Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti
yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Rubenfeld (1999),
mendefinisikan “Caring” : memberikan asuhan , dukungan emosional pada
klien, keluarga dan kerabatnya secara verbal maupun non verbal. Jean
Watson (1985), “Caring” merupakan komitmen moral untuk melindungi,
mempertahankan dan meningkatkan martabat manusia.

Caring merupakan “heart” profesi, artinya sebagai komponen yang


fundamental dari fokus sentral serta unik dari keperawatan (Barnum,
1994). Meskipun perkataan caring telah digunakan secara umum, tetapi
tidak terdapat definisi dan konseptualisasi yang universal mengenai caring
itu sendiri (Swanson, 1991, dalam Leddy, 1998). Setidaknya terdapat lima
perspektif atau kategori mengenai caring, yaitu :

1. caring sabagai sifat manusia (Benner & Wrubel,Leinenger)


2. caring sebagai intervensi terapeutik (Orem),
3. caring sebagai bentuk kasih sayang (Morse et al.,
1990, dalam Leddy, 1998).

Marriner dan Tomey (1994) menyatakan bahwa caring merupakan


pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik keperawatan yang bersifat etik
dan filosofikal. Caring bukan semata-mata perilaku. Caring adalah cara
yang memiliki makna dan memotivasi tindakan. Caring juga didefinisikan
sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan
memperhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan
klien (Carruth et all, 1999) Sikap caring diberikan melalui kejujuran,

12
kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan
perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial.
Bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari
berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan. Dalam memberikan
asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut,
sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap caring sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet,
Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta
untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan
dengan menggunakan spirit caring.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Caring


merupakan “heart” profesi, artinya sebagai komponen yang fundamental
dari fokus sentral serta unik dari keperawatan.

Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting


terutama dalam praktik keperawatan. Caring secara umum dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan
dengan waspada, dan perasaan cinta atau menyayangi. Caring bukanlah
sesuatu yang dapat diajarkan, tetapi merupakan hasil dari kebudayaan,
nilai-nilai, pengalaman, dan dari hubungan dengan orang lain. Sikap
keperawatan yang berhubungan dengan caring diantaranya adalah:

 Kehadiran, berarti “ada di” dan “ada dengan”. “Ada di” berarti
kehadiran perawat tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan juga
komunikasi dan pengertian. Komunikasi yang digunakan dalam
keperawatan adalah komunikasi terapeutik yang berarti komunikasi
yang bersifat terapi, misalnya penggunaan komunikasi dengan
nada suara sopan dan lembut, serta senantiasa memberikan
motivasi kepada pasien. Sedangkan “ada dengan” berarti perawat
selalu bersedia dan ada untuk pasien. Bersedia mendengar keluh

13
kesah pasien dan memberikan solusi, itulah makna kehadiran
perawat bagi pasien.
 Sentuhan, merupakan salah satu pendekatan yang menenangkan
dimana perawat dapat mendekatkan diri dengan klien untuk
memberikan perhatian dan dukungan. Ada dua jenis sentuhan,
yaitu sentuhan kontak dan sentuhan non-kontak. Sentuhan kontak
merupakan sentuhan langsung kullit dengan kulit. Sedangkan
sentuhan non-kontak merupakan kontak mata. Melalui kontak mata
seorang perawat dapat menunjukan tingkat kepeduliannya pada
pasien.
 Mendengarkan, untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan
pasien, mendengarkan merupakan kunci, sebab hal ini
menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat.
Mendengarkan membantu perawat dalam memahami dan mengerti
maksud klien dan membantu menolong klien mencari cara untuk
mendapatkan kedamaian.

Altruisme

Altruisme adalah perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa


memperhatikan diri sendiri. Perilaku ini merupakan kebajikan yang ada
dalam banyak budaya dan dianggap penting oleh beberapa agama.
Gagasan ini sering digambarkan sebagai aturan emas etika.

Altruisme dapat dibedakan dengan perasaan loyalitas dan


kewajiban. Altruisme memusatkan perhatian pada motivasi untuk
membantu orang lain dan keinginan untuk melakukan kebaikan tanpa
memperhatikan ganjaran, sementara kewajiban memusatkan perhatian
pada tuntutan moral dari individu tertentu (seperti Tuhan, raja), organisasi
khusus (seperti pemerintah), atau konsep abstrak (seperti patriotisme, dsb).
Beberapa orang dapat merasakan altruisme sekaligus kewajiban,

14
sementara yang lainnya tidak. Altruisme murni memberi tanpa
memperhatikan ganjaran atau keuntungan.

Konsep ini telah ada sejak lama dalam sejarah pemikiran filsafat
dan etika, dan akhir-akhir ini menjadi topik dalam psikologi (terutama
psikologi evolusioner), sosiologi, biologi, dan etologi. Gagasan altruisme
dari satu bidang dapat memberikan dampak bagi bidang lain, tapi metoda
dan pusat perhatian dari bidang-bidang ini menghasilkan perspektif-
perspektif berbeda terhadap altruisme.

Gagasan altruisme

Konsep ini memiliki sejarah panjang dalam filosofis dan etika


berpikir. Istilah ini awalnya diciptakan oleh pendiri sosiologi dan filsuf
ilmu pengetahuan, Auguste Comte, dan telah menjadi topik utama bagi
psikolog (terutama peneliti psikologi evolusioner), biologi evolusioner,
dan etolog. Sementara ide-ide tentang altruisme dari satu bidang dapat
memberikan dampak pada bidang lain, metode yang berbeda dan fokus
bidang-bidang ini menghasilkan perspektif yang berbeda pada altruisme.

Nilai altruisme dalam keperawatan

 Pengertian : Peduli dengan kesejahteraan orang lain


 Sikap dan Kualitas Pribadi : Perhatian, komitmen, kasihan,
kemurahan hati, ketekunan
 Perilaku Profesional :
1) Berikan perhatian yang penuh pada klien ketika
memberikan perawatan
2) Bantu rekan perawat lainnya dalam memberikan perawatan
ketika mereka tidak dapat melakukannya
3) Tunjukkan perhatian pada kecenderungan dan masalah
sosial yang memiliki implikasi perawatan kesehatan.

15
F. Manfaat empati dalam pelayanan kesehatan

Empati didefinisikan sebagai respons afektif dan kognitif yang


kompleks pada distres emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan
untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan
mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain
(Wikipedia). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, empati adalah
keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi
dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau
kelompok lain.

Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas


kepada masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu sistem (Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas). Pelayanan
Kesehatan yang dilakukan Puskesmas berupa Upaya Kesehatan
Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat. Upaya Kesehatan
Perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah suatu kegiatan
dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan.
Sedangkan, Upaya Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat
UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri


dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Pusat
Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah
fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan

16
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014 tentang Puskesmas).

Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang memiliki wilayah kerja


maka puskesmas secara reguler akan melakukan berbagai kegiatan
pelayanan kesehatan yang mencakup wilayah kerjanya. Dengan
melakukan kegiatan tersebut selain memberikan pelayanan langsung maka
Puskesmas juga mendapatkan data/gambaran tentang keadaan kesehatan
masyarakat di wilayah kegiatan tersebut. Dalam kaitan KLB Gizi Buruk
dan Campak maka kegiatan yang terkait adalah kegiatan Posyandu Balita
atau Puskesmas Keliling.

Sebagaimana definisi pelayanan kesehatan di atas, maka


sesungguhnya upaya pelayanan kesehatan baik UKP maupun UKM tidak
hanya terhenti pada pelaksanaan, tapi harus dilanjutkan dengan evaluasi,
pencatatan dan pelaporan. Apakah cukup sampai pelaporan? Tentunya
tidak, setelah dalam pembuatan laporan akan didapatkan permasalahan
yang ditemui dalam pelayanan yang harus ditindaklanjuti dalam bentuk
Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang disampaikan dalam forum
minilokakarya, baik lintas program maupun lintas sektor, bila
membutuhkan bantuan sektor lain. Setelah itu Puskesmas harus kembali
melakukan penilaian pada kunjungan berikutnya dan kembali melakukan
mekanisme yang sama sampai masalah kesehatan teratasi.

Pelaksana kegiatan dan pemegang program harus kembali


melakukan evaluasi, apakah dalam pelayanan kesehatan sudah melakukan
hal di atas?

17
 Jika hanya sampai dengan pelaksanaan kegiatan saja, tanpa
membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan, maka bisa
dikatakan pelayanan yang EGP (Emang Gue Pikirin).
 Jika hanya sampai di pencatatan dan pelaporan saja, maka
dikatakan pelayanan yang sampai tahap TUKANG FOTO.
 Jika hanya sampai dengan pembuatan Rencana Tindak
Lanjut, maka dapat dikatakan sebagai Pelayanan dengan
SIMPATI.
 Jika sampai dengan pembahasan masalah di forum
minilokakarya dan melakukan follow up terhadap langkah-
langkah yang sudah direkomendasikan sehingga ada
penanganan masalah, itulah yang disebut dengan pelayanan
dengan EMPATI. Inilah tahapan pelayanan kesehatan yang
diinginkan.

Masing-masing pelaksana kegiatan, pemegang program, Kepala


Puskesmas harus melakukan introspeksi, saat ini pelayanan kesehatan
yang dibuat ada di tahap mana. Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga
kesehatan memegang peranan penting dalam mencapai tujuan
pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa perawat
merupakan “back bone” untuk mencapai target-target global, nasional
maupun daerah. Hal ini disebabkan karena perawat merupakan tenaga
kesehatan dengan proporsi terbesar, melayani pasien selama 24 jam secara
terus menerus dan berkesinambungan serta berada pada garis terdepan
dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Perawat adalah
pekerjaan kemanusiaan yang dihargai secara professional. Jika pilihan kita
menjadi seorang perawat maka kita akan menghabiskan hidup untuk
menolong orang lain, menggunakan skill, memadukan ilmu dengan caring
serta teknologi dan.

Sekurang-kurangnya ada tiga tata nilai yang harus dimiliki oleh


seorang perawat dalam menjalankan tugasnya memberikan asuhan

18
keperawatan pada paseien yakni caring, empati dan altruisme. Ketiga nilai
ini sangat penting untuk diaplikasikan perawat, sebab akan berkaitan
dengan perkembangan kesehatan pasien. Karena pasien yang sakit fisik
sudah pasti mengalami gangguan emosional, sehingga pendekatan yang
diberikan kepada pasien tidak cukup dengan skin to skin tetapi juga heart
to heart. Nah pendekatan heart to heart ini dapat dilaksanakan apabila
perawat memahami secara mendalam konsep caring, empati dan altruisme.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Empati adalah suatu perasaan dalam diri seseorang yang
sesuai dengan apa yang dirasakan oleh orang lain secara
psikologis. Empati memiliki beberapa fungsi yang dapat membantu
seseorang dalam bersosial, berinteraksi, berkomunikasi, dan
bersikap di lingkungan masyarakat.

Pelayanan keperawatan di rumah sakit merupakan


pelayanan yang paling sentral dan perlu mendapat perhatian,
perawat berinteraksi dengan pasien dan keluarga selama 24 jam,
disinilah perawat akan memberikan pelayanannya secara
komprehensif, baik itu dari pelayanan fisik, psikologi, spiritual,
sosial dan pendidikan kepada pasien. Maka dengan demikian
pelayanan keperawatan akan dapat dirasakan lebih sempurna oleh
pasien, jadi tidak hanya secara fisik saja mendapatkan perhatian
perawat. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan
memandang pasien sebagai pusat perhatian. Sikap dan tingkah laku
dalam memberikan pelayanan keperawatan meliputi rasa empati,
kepedulian, menghargai orang lain dan tenggang rasa. Pemahaman
perawat tentang nilai, klien, dan profesional akan sangat membantu
dalam proses pelayanan kesehatan atau yang lainnya. Persepsi
perawat dan klien pada nilai keperawatan akan membantu untuk
mengetahui apakah nilai profesional sesuai dengan nilai
masyarakat.

B. Saran
Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang
berhadapan langsung dengan pasien dan keluarga agar dapat
memberikan pengawasan serius terhadap semua tenaga kerja

20
khususnya perawat untuk tetap memberikan pelayanan melalui
komunikasi yang baik dalam upaya menumbuhkan saling percaya
antara tenaga kesehatan dan keluarga terutama pasien yang
mendapat perawatan di ruang intensif.

21
DAFTAR PUSTAKA

 https://dosenpsikologi.com/pengertian-empati-menurut-para-ahli
 https://blog.uad.ac.id/fatimatuz1300001275/2015/01/09/makalah-bimbingan-
dan-konseling-sosial-empati/
 http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/161/jtptunimus-gdl-tamioksani-8014-4-
babv.pdf
 http://eprints.ums.ac.id/29699/2/BAB_I.pdf
 http://eprints.ums.ac.id/16618/2/BAB_I.pdf
 http://yulhanrinto.blogspot.com/2012/01/empati.html

22

Anda mungkin juga menyukai